Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PROGRAM PEMBELAJARAN KIMIA

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

DISUSUN OLEH :

I GEDE KARUNIA SOENARKO

(E1M013014)

RIZKI UTARI

(E1M013044)

ROSITA MARTINI

(E1M013046)

SITI FATIMAH

(E1M013049)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM
2016

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Pendekatan (approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau
tergantung dari pendekatan tertentu. Roy Killen misalnya, mencatat ada dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitupendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centred
approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan
strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Konstruktivisme sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran didefinisikan sebagai
pendekatan di mana peserta didik secara individual menemukan dan mentransformasikan
informasi yang kompleks, memeriksa dengan aturan yang ada dan merivisinya jika perlu.
Paham konstruktivisme memandang peserta didik datang ke sekolah membawa persiapan
mental dan kognitifnya. Artinya, peserta didik yang datang ke sekolah sudah memiliki
konsep awal dari materi yang akan dipelajari, karena mereka mempunyai potensi untuk
pembelajaran mandiri terlebih dahulu dari sumber yang ada atau dari pengalaman dalam
lingkungan kehidupannya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator dan
narasumber. Landasan berpikir konstruktivisme sedikit berbeda dengan pandangan
objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan daripada seberapa banyak peserta
didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut dengan:
a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik
b) Memberi kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri
c) Menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dalam pandangan konstruktivisme, peserta didik merupakan pembelajar. Peserta didik
yang membangun pengetahuannya secara mandiri. Pendekatan konstruktivisme dimaknai
sebagai pendekatan pembelajaran di mana pengetahuan baru tidak diberikan dalam
bentuk jadi atau final, tetapi pelajar membentuk pengetahuannya sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan dalam proses asimilasi dan akomidasi. Oleh karena itu, pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme bersifat student centered (terpusat

kepada peserta didik). Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.


Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam
otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang
berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda oleh
masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman
baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia
melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur
pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang ada.
Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk
menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru. Konstruktivisme
memaknai pembelajaran sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, dilakukan secara
sengaja dan terencana (intentional), serta bersifat kolaboratif. Konstruktivisme tidak
mempersyaratkan adanya seperangkat aktivitas pembelajaran dan proses berfikir tertentu
bagi peserta didik untuk memperoleh pemahaman. Suasana pembelajaran konstruktivisme
didesain untuk mengkonstruksi informasi (knowledge construction). Pengajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme mengharuskan guru melakukan langkahlangkah sebagai berikut:
a) Merumuskan fokus, tantangan, kasus atau masalah dalam pembelajaran
b) Mempersiapkan tugas yang akan diselesaikan oleh peserta didik.
c) Merancang secara spesifik seperangkat tujuan pembelajaran (goals and objectives)
yang harus dikuasai oleh peserta didik.
d) Mengidentifikasi secara baik strategi dan sarana pembelajaran yang sesuai dengan
tingkat masalah dalam pembelajaran.
e) Mengolaborasikan proses pembelajaran antara guru dengan murid.
B. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.

5. Struktur pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya sebuah


pertanyaan.
6. Mencari dan menilai pendapat siswa.
7. Menyesuaikan bahan pengajaran untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan
cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
C. Ciri-Ciri Pembelajaran Menurut Konstruktivisme
Adapun ciri ciri pembelajaran menurut konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

Pembelajaran berpusat pada siswa.


Fokus kepada pembelajaran bukan pengajaran.
Guru sebagai fasilitator
Bahan pengajaran dirancang sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada

murid membina pengetahuan baru.


5) Menyokong pembelajaran secara koperatif, yaitu suatu kumpulan strategi mengajar
yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam mempelajari
sesuatu.
6) Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan sesama murid & guru.
7) Pendidik memahami karakteristik mental para siswa untuk mengenal penalaran yang
dikembangkan untuk mendukung proses pembelajaran.
8) Menggalakkan dan menerima daya usaha para siswa dalam mengembangkan
pengetahuannya.
9) Menggalakkan ide yang dikemukakan oleh siswa dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pengajaran.

D. Implikasi Konstruktivisme pada Pembelajaran


Terdapat beberapa implikasi penting konstruktivisme terhadap pembelajaran
yaitu:
1) Pembelajaran tidak dapat dipandang sebagai suatu transmisi pengetahuan. Penyajian
pengetahuan jadi (ready made) tidak mendapat penekanan. Dalam kelas konstruktivis,

pembelajaran diarahkan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa


mengkonstruksi pengetahuan dan memperluas pengetahuan mereka. Inisiatif dan
keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang utama.
2) Perhatian tidak diarahkan hanya pada hasil belajar, tetapi juga dipusatkan pada proses
berpikir atau proses mental siswa. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga
perlu memperhatikan proses yang digunakan siswa hingga memperoleh jawaban
tersebut.
3) Perlu adanya scaffolding (dukungan atau bantuan) pada siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengkonstruksi pengetahuan atau dalam pemecahan masalah.
Bantuan ini selain akan memotivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan
kemandirian

siswa,

juga

akan

mengembangkan

ZPD (Zon

Perkembangan

Prokimal) siswa.
4) Perlu disadari akan pentingnya konteks sosial dalam pembelajaran. Pembelajaran
seharusnya melibatkan negosiasi sosial dan mediasi (Doolittle & Camp.1999).
Pedagogis lebih ditekankan pada diskusi, kolaborasi, negosiasi dan makna bersama
(Ernest.1991).
5) Perlu diciptakan situasi pembelajaran yang merangsang keingintahuan siswa,
sekaligus merangsang siswa untuk dapat mengkomunikasikan ide-ide mereka.
6) Jika siswa harus mengaplikasikan pemahaman mereka saat ini dalam situasi baru ke
bentuk pengetahuan baru, guru harus sungguh-sungguh melibatkan siswa dalam
pembelajaran (Rakes.,et.al,1999).

E. Peranan

Peserta

Didik

dan

Pendidik

dalam

Pembelajaran

Konstruktivisme
No
.

Peranan Peserta Didik

Peranan Pendidik

menurut

1.

Berinisiatif
masalah

dan

kemudian
2.

mengemukakan Mengutamakan peran siswa dalam


pokok

pikiran, berinisiatif sendiri dan keterlibatan

menganalisis

menjawabannya sendiri.
Bertanggung
jawab

dan aktif dalam kegiatan belajar.


sendiri Memusatkan

perhatian

kepada

terhadap kegiatan belajarnya atau proses berpikir atau proses mental


penyelesaian suatu masalah.
3.

siswa, bukan kepada kebenaran

jawaban siswa saja.


Secara aktif bersama dengan Guru perlu fleksibel

dalam

teman sekelasnya mendiskusikan merespons jawaban atau pemikiran


penyelesaian masalah atau pokok siswa. Menghargai pemikiran siswa
pikiran yang mereka munculkan, dan

meghindari

perkataan Ini

dan apabila dirasa perlu dapat satu-satunya jawaban benar


4.

menanyakannya kepada guru.


Atas inisiatif sendiri dan mandiri Guru
berupaya
pemahaman

perlu

memperoleh pengalaman
yang

suatu topik masalah belajar.


5.

belajar

mendalam mengkaitkan

(deep understanding) terhadap telah

menyediakan
dengan

pengetahuan

dimiliki

siswa

yang

sehingga

belajar sebagai proses konstruksi

pengetahuan dapat terwujud.


Secara aktif mengajukan dan Memaklumi
akan
adanya
menggunakan berbagai hipotesis perbedaan

individual,

termasuk

(kemungkinan jawaban) dalam dalam hal perkembangan kognitif


6.

memecahkan suatu masalah.


siswa.
Secara
aktif
mengajukan Guru perlu menyampaikan tujuan
berbagai data atau informasi pembelajaran dan apa yang akan
pendukung dalam penyelesaian dipelajari di awal kegiatan belajar.
suatu masalah atau pokok pikiran Hal

ini

akan

mempengaruhi

yang dimunculkan sendiri atau keaktifan siswa, karena ia tahu apa


yang telah dimunculkan oleh yang akan di pelajari dan untuk apa
7.

teman sekelas.
ia terlibat dalam pembelajaran.
Secara kreatif dan imajinatif Guru perlu banyak berinteraksi
mengaitkan antara gagasan yang dengan

siswa

untuk

dapat

telah dimiliki dengan informasi mengetahui apa yang telah mereka


baru yang diterima.

ketahui dan apa yang mereka

pikirkan.

F. Keunggulan dan Kelemahan Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran


1) Kelebihan Pembelajaran Konstruktivisme
a) Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
b) pembelajaran berdasarkan konstruktivisme

memberi

pengalaman

yang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena,
sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
c) pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang
pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada
saat yang tepat.
d) pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal
maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai
strategi belajar.
e) pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
f) pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
2) Kekurangan Pembelajaran Konstruktivisme
a) Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuwan, hal ini
mengakibatkan terjadinya miskonsepsi.

b) Membutuhkan waktu yang lama, dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda.
G. Kendala dalam Penerapan Pembelajaran menurut Konstruktivisme
Konstruktivisme memberikan angin segar bagi perbaikan proses dan hasil belajar.
Walaupun demikian, terdapat pula kendala yang muncul dalam penerapan pembelajaran
menurut konstruktivisme di kelas. Kendala-kendala yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1) Sulit mengubah keyakinan dan kebiasaan guru. Guru selama ini telah terbiasa
mengajar dengan menggunakan pendekatan tradisional, mengubah kebiasaan ini
merupakan suatu hal yang tidak mudah.
2) Guru kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan pembelajaran
berbasis konstruktivisme. Guru konstruktivis dituntut untuk lebih kreatif dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran dan dalam memilih menggunakan media yang
sesuai.
3) Adanya anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan baru dalam
pembelajaran akan menggunakan waktu yang cukup besar. Guru khawatir target
pencapaian kurikulum (TPK) tidak tercapai.
4) Sistem evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir. Padahal yang terpenting
dari suatu pembelajaran adalah proses belajarnya bukan hasil akhirnya.
5) Besarnya beban mengajar guru, latar pendidikan guru tidak sesuai dengan mata
pelajaran yang diasuh, dan banyaknya pelajaran yang harus dipelajari siswa
merupakan yang cukup serius.
6) Siswa terbiasa menunggu informasi dari guru. Siswa akan belajar jika ada transfer
pengetahuan dan tugas-tugas dari gurunya. Mengubah sikap menunggu informasi
menjadi pencari dan pengkonstruksi informasi merupakan kendala itu sendiri.
7) Adanya budaya negatif di lingkungan siswa. Salah satu contohnya di lingkungan
rumah. Pendapat orang tua selalu dianggap paling benar, ank dilarang membantah
pendapat orang tuanya. Kondisi ini juga terbawa ke sekolah. Siswa terkondisi untuk
mengiakan pendapat atau penjelasan guru. Siswa tidak berani mengemukakan
pendapatnya yang mungkin berbeda dengan gurunya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2012.

Diakses

pada

tanggal

06

April

2016

di

http://sainsmatika.blogspot.co.id/2012/04/pembelajaran-menurutkonstruktivisme.html.
Gerson.R.Tanwey. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: FKIP Universitas Pattimura
Ambon.
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Trianto.2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Wadsworth, Piagets. 1989. Theory of Cognitive and Affective Development (4 th.). New York
: Logman.

Anda mungkin juga menyukai