Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

GERONTIK BERBASIS PSIKONEUROIMUNOLOGI


Oleh : Joni Haryanto
Bagian Keperawatan Gerontik
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2005
OBJECTIVE

Tujuan Umum

Menerapkan asuhan keperawatan lanjut usia dengan mengunakan proses

keperawatan secara profesional berbasis psikoneuroimunologi

Tujuan Khusus

Asuhan kep lansia dengan gangg keb O2

Asuhan kep lansia dengan gangg cairan tubuh

Asuhan kep lansia dengan gangg keb nutrisi

Asuhan kep lansia dengan gangg keb eliminasi

Asuhan kep lansia dengan gangg keb istirahat & tidur

Asuhan kep lansia dengan gangg keb aktivitas

Asuhan kep lansia dengan gangg keb persornal hygiene

Asuhan kep lansia dengan gangg keb seksual

Asuhan kep lansia dengan gangg keb rasa nyaman dan aman

Asuhan kep lansia dengan gangg keb dicintai mencintasi

Asuhan kep lansia dengan gangg keb harga diri

Asuhan kep lansia dengan gangg keb aktualissi diri

Asuhan kep lansia dengan masalah kes akut

Asuhan kep lansia dengan pendekatan home care

Melakukan long term care

KOMPETENSI KOGNITIF

Kemampuan menjelaskan penyakit lanjut usia berbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan interprestasi berbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan telaah dan analisa databerbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan diagnose keperawatan

Kemampuan edukasi kpd klien berbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan tawarberbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan berargumentasi ilmiah berbasis psikoneuroimunologi

Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan scientific problem solving method

KOMPETENSI AFEKTIF

= PEMBERI ASUHAN

Nurturen

Generative

Protective

= EMPATHI & BUKAN

SIMPATI

= RESPONSIBLE -

REAKTIF / ROLE

= AKONTABEL

(Tanggung gugat)

W = WASPADA / HATI-

= ALTRUISTIK

= TRAMPIL

MODEL

HATI

TAHU DIRI

: Nurture (Pemberi asuhan)

: Understand (Mengerti tentang perannya)

: Review (dasar tindakan nilai etik; standar; dan hukum)

: Serve (membantu kebutuhan klien)

: Educate

WONG TUA IKU MALATI

= Communication

C = Complete

A = Accurate

R = Rapid

E = Enjoy

C = Cooperative

A = Applicable

R = Responsive

E = Empathy

C = Considered

A = Appropriate

R = Reasoned

E = Evaluated

E = Education

C = Committed

A = Academic

R = Research

E = Extended

= Activity

= Review

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEPERAWATAN

Etis

Sikap kepada lanjut usia harus mempunyai aturan / tatakrama

Menunjukkan tingkah laku yang menghargai martabat lansia

Dedikatif

Inovatif dalam pelayanan lansia

Banyak ide untuk kreasi yang dapat diterima lanjut usia

Santun

Ramah dan berpikiran positif

Senyum yang berarti

Sapa & Sentuhan penuh belas kasih pada lanjut usia

MANAGERIAL ERROR

Lakukan pengaturan jadwal secara tepat

Koordinasikan semua yang terlibat.

Lansia sering lamban dalam bertindak, perbuatlah sesuai dengan aturan dengan penuh
kesabaran

Berikan waktu untuk lansia memutuskan pendapat.

Jangan memberikan perintah pada lansia secara bersamaan denga tindakan yang
berbeda.

Ingat emosional lansia labil

Berikan penjelasan secara asertif

KOMPETENSI SKILL/TEKNIS

Berikan layanan secara altruistik

Jaga privasi klien walaupun lanjut usia

Ingat lansia juga punya martabat

Jangan lupa dengan protap

Berikan kebebasan untuk memilih

Jangan ceroboh

Suasana dalam keadaan tenang

Pergunakan scientific problem solving methode

Pikirkan tingkat energi lanjut usia

Perlu dipertimbangkan kemampuan indera klien

Kerjakan dengan penuh ketenangan

TEKNIK DALAM KOMUNIKASI

Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh klien lansia

Gunakan verbal yang jelas dan tepat.

Gunakan dengan body lenguage

Mimik wajah harus memancarkan penuh kesabaran

Menghadap secara tepat agar gerakan bibir membantu penerimaan.

LANJUT USIA ADALAH MANUSIA BERMARTABAT

Klien lanjut usia bukanlah robot, walaupun kemampuan untuk mengungkapkan ide
tidak layak

Gunakan komunikasi secara langsung

Minimalkan menggunakan peralatan atau mesin, bila memang tidak sangat diperlukan

Lakukan kegiatan dengan penuh kesabaran

Selalu memberikan pujian dan penghargaan walaupun hanya sedikit prestasi

ADVOKASI KLIEN LANJUT USIA

Menghargai privasi klien

Memperlihatkan otonomi

Membantu program kesembuhan

Memperlihatkan profesionalisme

Mencegah terjadi konflik

Gunakan bahasa yang mudah dan bisa diterima

Riwayat / histori akan membawa perawat dalam menentukan tindakan.

Umumnya mempunyai kepribadian spesifik

Masalah kesehatan umumnya tidak tunggal

Perlu penyadaran diri

Diperlukan pendeketan yang lebih

keilmuan Ners

KESABARAN ADALAH KUNCI KEBERHASILAN DALAM PERAWATAN


LANJUT USIA

Kompleksitas permasalahan lanjut usia

Perlu dukungan moril yang kuat

Pendekatan secara religi umumnya lebih baik

Berikan penghargaan sepantasnya.

Penjelasan dengan penuh kesabaran

PENDIDIKAN LANJUT USIA

Perlu ada keseriusan

Kaitkan unsur keyakinan dan keagamaan.

Humor

Topik yang sesuai dengan permasalahan

Pendidik harus lebih dinamis dan tidak seperti menggurui

Umumnya tidak suka di evaluasi

PELATIHAN PADA LANJUT USIA

Kaji kemampuan klien

Berikan ketrampilan yang lebih sederhana dan mudah dulu.

Ulangi beberapa kali

Lakukan justifikasi

Berikan penghargaan

Pesankan untuk bisa melakukan sendiri masing-masing dirumah

PERAWATAN LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI

Di Indonesia, sampai saat ini belum ada penelitian yang bersifat nasional yang

dapat menggambarkan prevalensi (angka kejadian) penderita hipertensi secara tepat. Pada
umumnya prevalensi hipertensi berkisar antara 1,8 28,6% penduduk yang berusia di
atas 20 tahun. Sebagai perbandingan di Amerika 15 % golongan kulit putih dewasa dan
25-30% golongan kulit hitam adalah penderita hipertensi.

Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal/normotensi

adalah 140/90 mmHg, dan dikatakan darah tinggi/hipertensi jika tekanan darah sama atau
di atas 160/95 mmHg. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi di sebut
borderline hypertension.
hypertension. Batasan tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu

hipetensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau

idiopatik yang merupakan golongan terbanyak (90%)

hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal sebanyak 10%.

Walaupun berbagai faktor telah dihubungkan dengan hipertensi essensial namun

sampai saat ini belum ada keterangan pasti yang dapat menjelaskan penyebabnya . Faktor
yang mempengaruhi timbulnya adalah genetik,
genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin (RAA), defek (kelainan) dalam ekskresi natrium, peningkatan
ion natrium dan kalsium di dalam sel, serta faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia (tingginya kadar sel darah merah dalam
darah).

STRESOR

BIOLOGIK

LINGKUNGAN

PSIKO-SOSIAL

Pemendekan telomer

We are interested in the cellular regulation of the damage-specific enzymes that

initiate the repair of oxidative DNA adducts via the base excision repair pathway.

If the activity of these essential enzymes is not sufficient to protect the genome

upon exposure to oxygen free radicals, then DNA alterations will accumulate.

This can result in loss of coding fidelity, faulty gene regulation, and the

production of nonfunctional proteins, thereby disrupting normal cellular metabolism.

Tidak adaknya hilangnya kode genetik untuk regulation of angiotensin peptide

receptor and angiotensin-forming enzyme mRNAs

PERAN PERAWAT USIA LANJUT

The Nurses Hypertension Association (NHA) was founded in March 1991 by a


group of nurses working in the field of hypertension.
hypertension. The NHA aims to provide an
international forum for education, communication and research development amongst
nurses taking an active interest in hypertension.The
hypertension.The role of the association is to
promote the advancement and dissemination of information concerning hypertension
findings and related vascular disease

Care giver, educator, advocat, manager, consult, colaborator, reasearcher.

Treatment in nursing is absolut for individual sick or well

AKTIVITAS

KEPERAWATAN

TERHADAP

LANJUT

USIA

DENGAN

HIPERTENSI

A nurse participating in hypertension care promoted blood pressure reductions as the


patients decreased their weight and sodium intake, stopped smoking, increased their
physical activity, took their medication more correctly, and returned for follow-up
visits more frequently, and the cost of drugs and visits to the physician decreased.
Local programs for hypertension care should be developed with nurses' holistic and

psychosocial approach and skills taken into account. More well-designed studies are
needed to develop nursing care for hypertensive patients.

Promosi, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif

PROSES RESEPTOR ANGIOTENSIN DIPRODUKSI

Reseptor angiotensi adalah suatu protein

Asam amino dasar pembentukan protein

Asam amino di bentuk oleh triped

Tirosin

Guanin

Adenin

Urasil

Hsp hasil dr stres sel yg mengalami unfolded

PROSES HIPERTENSI

Angiotensinogen

Angiotensin I

Renin Inhibisi
Angiotensin Converting Enzyme

Angiotensin II

Aktivitas NF
NFB

Aldosteron

Re-uptake natrium + H2O

Katekolamin

MCP-1, ICAM, VICAM, IL-6


Volume
nor-epinefrin kontraksi

TREATMENT NON-FARMAKOLOGI

Blood pressure measurements at nurse-run clinics reveal more healthy people[7,8]

and the patients at these clinics reduce their blood pressure more than patients at
physicians' clinics.[7,9-13]

A nurse can give sufficient care,


care, and the results of reducing the patient's weight

and changes in lifestyle (smoking cessation, reduction in alcohol intake, salt restriction,
increase in physical activity) are good.[11,14-19]

Especially for older patients with isolated systolic hypertension,


hypertension, it is wise to use

nonpharmacological treatment.[20] One study found that 33% of the nurses used this
treatment when they ought to have consulted a physician according to the program, but
there were no adverse events.[21] Some nurses make physical examinations, order
laboratory tests, and order medicine independently and consult a physician only when
necessary.[9,10, 12, 14, 17, 22-24]

Two meta-analyses studied different relaxation techniques such as Benson's

relaxation technique, Jacobson's progressive muscle relaxation, rhythmic breathing,


imagery, Lamaze, meditation, autogenic training, hypnosis, transcendental meditation,
yoga, and Zen[25] and psychoeducational care.[26]
care.[26]

The relaxation techniques had an effect especially on headaches and

hypertension,
hypertension, and the psychoeducational care lowered the blood pressure significantly.
By using a person-centered holistic approach in conversations with patients about
different stress factors to help them mobilize their inner resources to overcome losses or
grief, the patients' blood pressure decreased by 24/23 mmHg after 1 year.[27] With
feedback and relaxation treatment, the blood pressure decreased by 13/5 mmHg when
measured by elderly patients with isolated systolic hypertension at home.[28]
Gaya Hidup Lansia

Tidak merokok

Diet rendah garam, lemak dan pedas

Tidak minum alkohol

Kontrol tekanan darah

Aktivitas Istirahat Tidur

Latihan fisik

Mekanisme koping yang kondosif

Herbal treatment

Bawang putih

Mahkota dewa

Kumis kucing

Daun salam

Blimbing buah

Madu asli

Pengkondisian Diri

Meditasi

Teknik Relaksasi Benson's

Jacobson's progressive muscle relaxation,

Rhythmic breathing,

Imagery,

Lamaze,

Autogenic training,

Hypnosis,

Transcendental meditation,

Yoga,

Psychoeducational care

Kolaborasi

Obat antihipertensi

Kontrol efek obat dan hipertensi

Cek Laboratorium (BUN, Kreatinin, SGOT)

Fisioterapi gejala sisa

Spiritual support

Dukungan social worker

PRO AKTIV KLIEN LANSIA HIPERTENSI UNTUK SELF CARE

Psychoeducational care in which patients were made to play an active part in their

own self-care
self-care had a significant effecton blood pressure.[26]

The patients also had greater knowledge of their condition, increased their

medication compliance, and were more likely to return for follow-up visits. When
hypertensive patients were given responsibility for their treatment, they took their
medication more correctly and their blood pressure decreased.[38]

Education about the disease also increased compliance with medication.[39,40]

Compliance with follow-up visits increased when a nurse joined a physician in

hypertension care.[30,41,
care.[30,41, 42]
Well-treated, satisfied patients took their medication and became well-controlled.

[40]

According to one study, the patients preferred to visit a nurse than a physician[14]

and only 6% were displeased about not being treated by a physician.[10]

Patients who visited a nurse for check-ups were as satisfied as those who visited a

physician. Some of the patients even thought that they received better information, had
more time, and had the chance to ask questions with a nurse, and patients had a positive
attitude toward their disease and health care.[12,17,
care.[12,17, 24, 34, 43]
MASALAH KEPERAWATAN

Penurunan curah jantung

Penurunan perfusi jaringan

Kelebihan volume cairan

Gangguan pertukaran gas

Resiko intoleransi aktivitas

Resiko tinggi kurang pengetahuan

Resiko tinggi cidera

Resiko tinggi infeksi

Ansietas

INTERVENSI KEPERAWATAN

Perubahan gaya hidup menuju sehat

Pola makan yang sehat

Pendidikan kesehatan

Bantu relaksasi

Psikoedukasional

Kaji tingkat kepuasan klien/pasien

Lakukan kolaborasi, Obat antihipertensi, Berikan antioksidan kuat

Anda mungkin juga menyukai