Anda di halaman 1dari 4

Faktor Resiko

Faktor penentu dominan seseorang mengalami tromboflebitis, yaitu (Mochtar, 2008) :


1. Kurang gizi
2. Anemia
3. Higieni kurang
4. Kelelahan
5. Pertambahan usia, semakin tua maka semakin beresiko terjadi tromboflebitis
6. Episode tromboflebitis sebelumnya
7. Pembedahan obstetric
8. Imobilisasi
9. Trauma vaskular
10. Varises
11. Infeksi nifas

Patofisiologi
Terjadinya thrombus (Saifuddin, 2012):
a.

Abnormalitas dinding pembuluh darah

Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau kerusakan
pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang imobilisasi
maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai untuk
mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama,
duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil.
b.

Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)

Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga mempermudah
terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis
flebitis karena infus intravena, antara lain:
(1)

Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat
suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat
khemoterapi.

b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama
pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan
untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung
tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan
lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida
atau polietilen.
(2)

Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula

yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus
dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
(3) Agen infeksius.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada keadaan tromboflebitis, diantaranya (Taber, 2006) :
a. Komplikasi sistemik meliputi: kelebihan beban cairan, emboli udara, dan septikemia.
b. Komplikasi lokal meliput i: infiltrasi, flebitis, tromboflebitis dan hematoma

Penatalaksanaan
a. Terapi Lama
Penangan pada tromboflebitis (Mochtar, 2008):
1. Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan
mencegah terjadinya emboli pulmonal.
2. Therapi medik, pemberian antibiotika atau pemberian heparin jika terdapat tandatanda atau dugaan adanya emboli pulmonal
3. Therapi operati , peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi
b. Terapi Baru

Terapi baru pada tromboflebitis (Smeltzer, 2010) :


1. Tromboflebitis Pelvik
a. Rawat inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya danmencegahnya
terjadinya emboli pulmonum
b. Terapi medis
Pemberian antibiotika heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaanadanya
emboli pulmonum
c. Terapi operatif
d. Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik
terusberlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan
heparinisasi.2.
2. Tromboflebitis Femoralisa.
a.

Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada kaki. Setelah
mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakaikaos kaki panjang

b.

yang elastik selama mungkin


Terapi medik : pemberian antibitik dan anlgetika

Prognosis
Untuk menentukn prognosis bisa dilihat dari nadi, jika nadi tetap dibawah 100, prognosis baik.
Sebaliknya, jika nadi diatas 130, apalagi jika tidak ikut dengan turunnya suhu, prognosis kurang
baik. Demam yang kontinyu lebih buruk prognosisnya daripada demam yang remittens. Demam
menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan tanda-tanda kurang baik.
Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang rendah atau sangat tinggi memperburuk
prognosis juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosis.
Tromboflebitis dan bentuk-bentuk flebitis biasanya menanggapi meminta perawatan medis (Ben-zion, 2006)

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Taber, Ben-zion. 2006. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2012. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart . Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai