UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan I No. 37 Telp./fax (0331) 487145 Jember
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik/materi
: Reptur Uretra
Sasaran
: Pasien dan Keluarga Pasien
Waktu
: 09.00-09.30 WIB
Hari/Tanggal
: Rabu, 06 April 2016
Tempat
: Ruang Inap Mawar RSD. dr. Soebandi Jember
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah melakukan pendidikan kesehatan tentang Reptur Uretra peserta
diharapkan dapat memahami pentingnya peneingkatan kesehatan.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan, diharapkan peserta mampu:
a. Memahami pengertian Reptur Uretra;
b. Memahami tanda dan gejala Reptur Uretra;
c. Memahami penanganan Reptur Uretra di Rumah Sakit;
d. Memahami penanganan Mandiri Reptur Uretra di Rumah;
C. Pokok Bahasan:
Reptur Uretra
D. Subpokok Bahasan
A. Pengertian Reptur Uretra;
B. Tanda dan gejala Reptur Uretra;
C. Penanganan Reptur Uretra di Rumah Sakit;
D. Penanganan Mandiri Reptur Uretra di Rumah);
E. Waktu
1 x 60 Menit
F. Bahan/Alat yang digunakan
1. Leaflet
2. Presentasi PPT
G. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran
b. Landasan Teori
c. Landasan Pokok
: Pertemuan kelompok
: Konstruktivisme
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
H. Setting Tempat
A
Keterangan Gambar :
I.
J.
: Pemateri
: Peserta
Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi terkait Benigna Prostat Hiperplasia (BPH).
Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
Pendahuluan
a. Memberikan salam,
Memperhatikan dan
5 menit
memperkenalkan diri,
menjawab salam
dan membuka
penyuluhan
b. Menjelaskan materi
Memperhatikan
secara umum dan
manfaat bagi peserta
c. Menjelaskan TIU dan
Memperhatikan
TIK
Penyajian
a. Menjelaskan pengertian
Memperhatikan
20
Reptur Uretra
menit
1. Menanyakan kepada
Memberikan
peserta mengenai
pertanyaan
materi yang baru
Penutup
disampaikan
2. Mendiskusikan
bersama jawaban yang
diberikan
b. Menjelaskan tanda dan
gejala penyakit Reptur
Uretra
1. Menanyakan kepada
peserta mengenai
materi yang baru
disampaikan
2. Mendiskusikan
bersama jawaban yang
diberikan
c. Menjelaskan penanganan
penyakit Reptur Uretra di
RS
1. Menanyakan kepada
peserta mengenai
materi yang baru
disampaikan
2. Mendiskusikan
bersama jawaban yang
diberikan
d. Menjelaskan penanganan
mandiri di rumah
penyakit Reptur Uretra
1. Menanyakan kepada
peserta mengenai
materi yang baru
disampaikan
2. Mendiskusikan
bersama jawaban yang
diberikan
a. Menutup pertemuan
dengan memberi
kesimpulan dari materi
yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan
kepada peserta
c. Mendiskusikan bersama
jawaban dari
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan
Memberi pertanyaan
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan
Memberikan
pertanyaan
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan
Memberikan
pertanyaan
Memperhatikan dan
memberi tanggapan
Memperhatikan
Memberi saran
Memberi komentar
dan menjawab
pertanyaan bersama
5 menit
Memperhatikan dan
membalas salam
K. Evaluasi
a. Struktur
1. Pemateri menyiapkan materi seminar terkait Reptur Uretra
2. Pemateri melakukan kontrak waktu yang jelas
3. Tersedia lingkungan yang nyaman
b. Proses
1. Pemateri dapat menfasilitasi dan meningkatkan pengetahuan tentang
Reptur Uretra Pemateri mampu meningkatkan kemampuan peserta untuk
mengidentifikasi masalah Reptur Uretra
2. Peserta datang sesuai kontrak yang disepakati
3. Peserta terlihat antusias selama kegiatan pendidikan kesehatan
berlangsung
4. Peserta terlibat secara aktif dalam proses pendidikan kesehatan
5. Peserta mengikuti kegiatan seminar dari awal sampai selesai.
6. Proses berjalan secara sistematis.
c. Hasil
a. Peserta seminar mampu memahami pengertian Reptur Uretra
b. Peserta seminar mampu memahami tanda dan gejala Reptur Uretra
c. Peserta seminar mampu memahami penanganan Reptur Uretra di Rumah
Sakit
d. Peserta seminar mampu memahami penanganan mandiri di rumah
penyakit Reptur Uretra
Pada fraktur tipe I dan II mengenai pelvis bagian anterior dan biasanya
lebih stabil bila dibandingkan dengan fraktur tipe III dengan tipe tarikan
vertical. Pada fraktur tipe III ini seringkali akibat jatuh dari ketinggian, paling
berbahaya dan bersifat tidak stabil. Fraktur pelvis tidak stabil (unstable)
meliputi cedera pelvis anterior disertai kerusakan pada tulang posterior dan
ligament disekitar articulation sacroiliaca sehingga salah satu sisi lebih ke
depan dibanding sisi lainnya (Fraktur Malgaigne). Cedera urethra posterior
terjadi akibat terkena segmen fraktur atau paling sering karena tarikan ke
lateral pada uretra pars membranaceus dan ligamentum puboprostatika.
b. Cedera tarikan ( shearing injury)
Cedera akibat tarikan yang menimbulkan rupture urethra di sepanjang
pars membranaceus (5-10%). Cedera ini terjadi ketika tarikan yang mendadak
akibat migrasi ke superior dari buli-buli dan prostat yang menimbulkan
tarikan di sepanjang urethra posterior. Cedera ini juga terjadi pada fraktur
pubis bilateral (straddle fraktur) akibat tarikan terhadap prostat dari segmen
fraktur berbentuk kupu-kupu sehingga menimbulkan tarikan pada urethra pars
membranaceus.
c. Cedera uretra karena pemasangan kateter
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstruksi karena
edema atau bekuan darah. Abses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan
demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat lebih meluas. Pada
ekstravasasi ini, mudah timbul infiltrate urin yang mengakibatkan sellulitis
dan septisemia bila terjadi infeksi.
3. Klasifikasi
Berdasarkan anatomi, rupture uretra dibagi menjadi :
a. Rupture uretra posterior
Terletak di proksimal diafragma urogenital, hampir selalu disertai
fraktur tulang pelvis. Akibat fraktur tulang pelvis, terjadi robekan pars
membranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke
cranial bersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea
terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior dapat terjadi
total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah seluruhnya dan
ligamentum puboprostatikum robek sehingga buli-bulidan prostat
terlepas ke kranial.
b. Rupture uretra anterior
Terletak di distal dari diafragma urogenital. Terbagi atas 3 segmen,
yaitu:
Bulbous urethra
Pendulous urethra
Fossa navicularis
Namun, yang paling sering terjadi adalah rupture uretra pada
pars bulbosa yang disebabkan oleh Saddle Injury, dimana robekan
uretra terjadi antara ramus inferior os pubis dan benda yang
menyebabkannya.
Gambar. Uretra pada laki-laki.
Menurut Collpinto dan Mc Callum tahun 1977 cedera uretra posterior dapat
diklasifikasikan berdasarkan luas dari cederanya, menjadi:
Tipe I
: Cedera tarikan uretra
Tipe II
: Cedera pada proksimal diafragma genitourinaria
Tipe III
: Cedera uretra pada proksimal dan distal diafragma
genitourinaria
4. Patofisiologi
Ruptur uretra sering terjadi bila seorang penderita patah tulang
panggul karena jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Ruptur uretra dibagi
menjadi 2 yaitu rupture uretra posterior dan anterior.
Ruptur uretran posterior hampir selalu disertai fraktur pelvis. Akibat
fraktur tulang pelvis terjadi robekan pars membranaseae karena prostat dan
uretra prostatika tertarik ke cranial bersama fragmen fraktur. Sedangkan
uretra membranaseae terikat di diafragma urogenital. Ruptur uretra posterior
dapat terjadi total atau inkomplit. Pada rupture total, uretra terpisah
seluruhnya dan ligamentum puboprostatikum robek, sehingga buli-buli dan
prostat terlepas ke cranial.
Rupture uretra anterior atau cedera uretra bulbosa terjadi akibat jatuh
terduduk atau terkangkang sehingga uretra terjepit antara objek yang keras
seperti batu, kayu atau palang sepeda dengan tulang simpisis. Cedera uretra
anterior selain oleh cedera kangkang juga dapat di sebabkan oleh
instrumentasi urologic seperti pemasangan kateter, businasi dan bedah
endoskopi. Akibatnya dapat terjadi kontusio dan laserasi uretra karena
straddle injury yang berat dan menyebabkan robeknya uretra dan terjadi
ekstravasasi urine yang biasa meluas ke skrotum, sepanjang penis dan ke
dinding abdomen yang bila tidak ditangani dengan baik terjadi infeksi atau
sepsis.
Gambar mekanisme trauma tumpul pada uretra anterior. (A) Ilustrasi straddle
injury menekan uretra bulbaris yang akan melawan simfisis pubis (B)
pada
37%-93%
penderita
dengan
cedera
urethra
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
curiga trauma uretra adalah: USG, akan tetapi tidak sesuai karena kondisi
lainnya yaitu urethra yang avulse dan prostat yang awalnya berjauhan
kembali
didekatkan
sehingga
akan
memudahkan
saat
dilakukan
pencitraan
9. Prognosis
Prognosis pada pasien dengan ruptur uretra ketika penanganan awal
baik dan tepat akan lebih baik. Ruptur uretra anterior mempunyai prognosis
yang lebih baik ketika diketahui tidak menimbulkan striktur uretra karena
apabila terjadi infeksi dapat membaik dengan terapi yang tepat. Sedangkan
pada ruptur uretra posterior ketika disertai dengan komplikasi yang berat
maka prognosis akan lebih buruk (Palinrungi. 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Depkes RI, ASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , Jakarta