HALAMAN FRANCIS
Penulis
: SUKAINI,TARKINA,FANDI
Editor Materi
: DADANG / PUTUT
Editor Bahasa
:
Ilustrasi Sampul
:
Desain & Ilustrasi Buku : PPPPTK BOE MALANG
Hak Cipta 2013, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
II
DISKLAIMER (DISCLAIMER)
Penerbit tidak menjamin kebenaran dan keakuratan isi/informasi yang
tertulis di dalam buku tek ini. Kebenaran dan keakuratan isi/informasi
merupakan tanggung jawab dan wewenang dari penulis.
Penerbit tidak bertanggung jawab dan tidak melayani terhadap semua
komentar apapun yang ada didalam buku teks ini. Setiap komentar yang
tercantum untuk tujuan perbaikan isi adalah tanggung jawab dari masingmasing penulis.
Setiap kutipan yang ada di dalam buku teks akan dicantumkan sumbernya
dan penerbit tidak bertanggung jawab terhadap isi dari kutipan tersebut.
Kebenaran keakuratan isi kutipan tetap menjadi tanggung jawab dan hak
diberikan pada penulis dan pemilik asli. Penulis bertanggung jawab penuh
terhadap setiap perawatan (perbaikan) dalam menyusun informasi dan
bahan dalam buku teks ini.
Penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian, kerusakan atau
ketidaknyamanan yang disebabkan sebagai akibat dari ketidakjelasan,
ketidaktepatan atau kesalahan didalam menyusun makna kalimat didalam
buku teks ini.
Kewenangan Penerbit hanya sebatas memindahkan atau menerbitkan
mempublikasi, mencetak, memegang dan memproses data sesuai dengan
undang-undang yang berkaitan dengan perlindungan data.
III
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
tersusunnya buku teks ini, dengan harapan dapat digunakan sebagai buku
teks untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Studi
Keahlian Teknologi dan Rekayasa, Teknik Las SMAW
Penerapan kurikulum 2013 megacu pada paradigma belajar kurikulum
abad 21 menyebabkan terjadinya perubahan, yakni dari pengajaran
(teaching) menjadi BELAJAR (learning), dari pembelajaran yang berpusat
kepada guru (teachers-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat
kepada peserta didik (student-centered), dari pembelajaran pasif (pasive
learning) ke cara belajar peserta didik aktif (active learning-CBSA) atau
Student Active Learning-SAL.
Buku teks Teknik Las SMAW ini disusun berdasarkan tuntutan
paradigma pengajaran dan pembelajaran kurikulum 2013 diselaraskan
berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar kurikulum abad 21, yaitu pendekatan model
pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains.
Penyajian buku teks untuk Mata Pelajaran Sistem Operasi ini disusun
dengan tujuan agar supaya peserta didik dapat melakukan proses
pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui
berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan
dalam melakukan eksperimen ilmiah (penerapan scientifik), dengan
demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru secara mandiri.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan menyampaikan terima kasih, sekaligus saran
kritik demi kesempurnaan buku teks ini dan penghargaan kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam membantu terselesaikannya buku
teks siswa untuk Mata Pelajaran Teknik Las SMAW kelas X/Semester 2
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN FRANCIS.....................................................................................................................II
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... IV
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. V
PETA KONSEP MATA PELAJARAN TEKNIK LAS SMAW XI SEMESTER 2 .........................................IX
GLOSARIUM ................................................................................................................................X
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DESKRIPSI ........................................................................................................................... 1
PRASYARAT ........................................................................................................................ 1
PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................................... 2
TUJUAN AKHIR .................................................................................................................... 2
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR...................................................................... 3
CEK KEMAMPUAN AWAL ..................................................................................................... 5
TEKNIK PENGELASAN SMAW PADA POSISI DI BAWAH TANGAN (1F & 1G) ..................... 7
A. Deskripsi Pembelajaran.............................................................................................. 7
B. Kegiatan Belajar .......................................................................................................... 8
Kegiatan Belajar 1 : Persiapan Sambungan Dan Kampuh Las .................................... 8
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5.
5.6
5.7
VI
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
Kegiatan Belajar 7 : Teknik Pengelasan Fillet 2F Sanbungan T 2 lapis 3 jalur ... 203
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
VII
C2
SAW
Teknik
GTAW
Teknik Las
FCAW
Teknik Las
Teknik Las
SMAW
Gambar Teknik
Pengelasan
C3
Simulasi Digital
Konsep
Dasar Kapal
Teknik Dasar
Pengerjaan
Non Logam
Teknik Dasar
Pengerjaan
Logam
Teknik dasar
Kelistrikan
C
1
Gambar Teknik
VIII
Kimia
Fisika
Teknik Pengelasan
SMAW pada Posisi
Bawah Tangan 1F & 1G
Teknik Pengelasan
SMAW pada Posisi
Horisontal 2F & 2G
IX
Glosarium
SMAW
KI
Kompetensi Inti
KD
Kompetensi Dasar
BAB I PENDAHULUAN
1. Deskripsi
Shield Metal Arc Welding (SMAW) merupakan suatu teknik pengelasan
dengan menggunakan arus listrik yang Membentuk busur arus dan elektroda
berselaput. Di dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas pelindung ketika elektroda
terselaput
itu
mencair,
sehingga
dalam
proses
ini
tidak
diperlukan
2. Prasyarat
Untuk melaksanakan mata pelajaran Teknik Las SMAW 2 siswa terlebih
dahulu harus sudah menempuh mata pelajaran teknik dasar pengerjaan logam 1
dan 2, mata pelajaranTeknik Las SMAW ,1 dan mata pelajaran prasyarat lainnya.
3. Petunjuk Penggunaan
Buku ini merupakan buku pegangan siswa untuk proses belajar. Yang
harus diperhatikan untuk mempelajari buku ini :
1. Buku ini menganut system ketuntasan dalam belajar. Artinya urutan
kegiatan belajar harus berurutan seperti yang tertuang dalam buku inHal
tersebut dikarenakan Kegiatan Belajar 3 dapat terlaksana dengan baik
jika Kegiatan Belajar 2 telah dikuasai, Demikian halnya Kegiatan Belajar 2
akan dapat dipelajari dengan lancar jika telah menguasai Kegiatan
Belajar 1.
2. Model pembelajaran buku ini menggunakan pendekatan saintifik yang
menuntut siswa selalu aktif dalam kegiatan belajar. Untuk itu metode
belajar diskusi kelompok, dan metode praktek sering dilakukan dalam
kegiatan belajar.
3. Kegiatan belajar dalam buku ini direncanakan tuntas sebanyak 20 kali
pertemuan atau 20 minggu. Setiap pertemuan atau setiap minggu
kegiatan belajar dilaksanakan selama 6 x 45 menit.
4. Setiap kegiatan belajar peserta didik harus mempelajari secara terurut
dari tujuan pembelajaran, uraian materi, rangkuman, tugas, tes formatif,
dan lembar kerja.
4. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari buku teks bahan ajar ini siswa dapat:
Membuat rigi-rigi las dengan las SMAW posisi di bawah tangan dan
horisontal sesuai dengan prosedur yang benar
Membuat las penebalan dengan las SMAW sesuai dengan prosedur yang
benar.
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati
dan 1.1 Bertambah keimanannya dengan
mengamalkan ajaran agama
menyadari hubungan keteraturan
yang di anutnya
dan kompleksitas alam dan jagad
raya terhadap kebesaran Tuhan
yang menciptakannya.
1.2 Menyadari kebesaran Tuhan
yang menganugerahkan ilmu dan
teknologi dibidang pengelasan.
2. Mengembangkan
perilaku 2.1 Menunjukkan sikap cermat dan
( jujur, disiplin, tanggung
teliti dalam mengidentifikasi
jawab, peduli, santun, ramah
logam dasar.
lingkungan, gotong royong 2.2 Menunjukkan sikap cermat dan
kerjasama,
cinta
damai,
teliti dalam pemilihan elektoda
responsif dan proaktif) dan
las SMAW.
menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas 2.3 Menunjukkan sikap disiplin dan
tanggung jawab dalam mengikuti
berbagai
permasalahan
prosedur pengelasan SMAW
bangsa dalam berinteraksi
secara
efektif
dengan 2.4 Menunjukkan sikap peduli
lingkungan sosial dan alam
terhadap lingkungan setiap
serta dalam menempatkan
melaksanakan proses
diri sebagai cerminan bangsa
pengelasan
dalam pergulan dunia
2.5 Memiliki kesadaran
menggunakan APD setiap
melaksanakan proses
pengelasan
2.6 Menunjukkan perilaku kreatif,
percaya diri, disiplin, tanggung
jawab, jujur, kerjasama dan
mandiri dalam melakukan praktik
pengelasan SMAW
4.
Mengolah,
menalar,
menyaji,
dan
mencipta
dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya
di
sekolah
secara
mandiri
serta
bertindak secara efektif dan
kreatif,
dan
mampu
menggunakan
metoda
sesuai kaidah keilmuan
No.
Materi Pembelajaran
K3 Pengelasan SMAW
Menggabar teknik
ya
tidak
& 1G)
A. Deskripsi Pembelajaran
Pengelasan Posisi dibawah tangan (1F/1G) merupakan posisi pengelasan
yang paling dasar yang harus dikuasai oleh seorang siswa. Apabila seorang
siswa akan belajar
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1 : Persiapan Sambungan Dan Kampuh Las
1.1
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan persiapan sambungan
dan kampuh las
1.2
Uraian Materi
Sambungan T ( T-Joint )
Kampuh I
Kampuh U
Kampuh V
Kampuh K
Kampuh X
Kampuh J
10
Gambar
Simbol
Jalur Las
Penebalan
Permukaan
Sambungan
Tumpul
(umum)
Sambungan
Tumpul
( Kampuh I )
Sambungan
Tumpul
( Kampuh V )
Sambungan T
( di bevel )
Sambungan
Tumpul
( Kampuh U )
Sambungan T
( Kampuh J )
Gambar
Simbol
11
Rata
Cembung
Cekung
Gambar
Simbol
Fillet
Bentuk
Sambungan
Gambar
Simbol
1.
Kampuh I tertutup
2.
Kampuh I terbuka
2
2
3.
60
Kampuh V
60
4.
Kampuh X
60
60
8
8
8
2
12
2
60
No.
Bentuk
Sambungan
Gambar
Simbol
1.
Bentuk T dilas
kontinyu pada
satu sisi
2.
Bentuk T dilas
kontinyu pada
dua sisi
8
8
8
8
3.
Bentuk T dilas
tidak kontinyu
pada satu sisi
4.
50
8
100
Sumbat
13
50 - 100
30-35
30-35
Kampuh X
Kampuh V
mesin
gerinda
dan/atau
kikir
rata.
Kesamaan
Kampuh X
14
1 - 3 mm
Kampuh V
1 - 3 mm
b. Kampuh U dan J.
Pembuatan kampuh U dan J dapat dilakukan dengan dua cara :
Melanjutkan pembuatan kampuh V (Single Vee) dengan mesin gerinda
sehingga menjadi kampuh U atau J.
Dibuat dengan menggunakan teknik "gas gouging", kemudian dilanjutkan
dengan gerinda dan /atau kikir.
Setelah dilakukan persiapan kampuh las, baru dirakit (dilas catat) sesuai
dengan bentuk sambungan yang dikerjakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld) adalah
sebagai berikut :
Pada sambungan sudut cukup di las catat pada kedua ujung
sepanjang penampang sambungan atau dengan jarak tiap 150mm.
Bila dilakukan pengelasan sambungan sudut ( T ) pada kedua sisi,
maka konstruksi sambungan harus 90 terhadap bidang datarnya. Bila
hanya satu sisi saja, maka sudut perakitannya adalah 3 - 5 menjauhi
sisi
tegak
sambungan,
yakni
untuk
mengantisipasi
tegangan
Las catat
3 - 5
90
15
3 - 5
16
1.3
Rangkuman
Ada
dua
macam
sambungan
dalam
pengelasan
yaitu
Dengan gerinda
17
1.4
Tugas
Ukuran 70 x 200 x 10 mm
Distorsi maksimum 5
1. Bahan
18
70
1. Persiapan Bahan
10
200
2. Persiapan Sambungan
90
Las catat
E. Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10 mm).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan
atur posisi tip potong tegak lurus terhadap pelat.
19
20
10 mm
Sudul bevel 30 - 35
Distorsi maksimum 5
Panjang las catat 15 - 20mm pada tiga tempat dan jarak simetris
Alat
( Straight Cutting
Machine )
2. Bahan
21
Gambar Kerja
1. Persiapan Bahan
100
10
300
30-35
2. Persiapan Sambungan
Las catat
22
E. Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10 mm ).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan
atur posisi tip potong 55 - 60 terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan tumpul),
sesuai ukuran yang ditentukan pada gambar kerja.
5. Periksa hasil pemotongan, apakah sesuai dengan gambar kerja.
6. Gunakan mal sudut untuk memeriksa sudut potongan.
7. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu) gerinda
dan/atau kikir.
8. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E 6010/11
(Cellulose) dengan konstruksi kemiringan antara 3 - 5 dari permukaan
rata.
3 - 5
23
1.5
Tes Formatif
1. Jelaskan Prosedur yang dilakukan untuk persiapan sambungan
dan kampuh las !.
2. Sebutkan macam macam sambungan !
3. Sebutkan
alat
keselamatan
kerja
yang
digunakan
dalam
mempersiapkan sambungan.
4. Berapa sudut bevel yang di sarankan untuk persiapan kampuh las
V untuk tebal pelat 12 mm.
5. Gambarkan persiapan bahan untuk kampuX (double V ) untuk
material pelat dengan ketebalan 12mm!.
1.6
24
1.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
NO
1.
ASPEK
K3
2.
Peralatan kerja
3.
4.
Ukuran Tip
5.
Posisi pemotong
6.
Posisi pelat
7.
URAIAN
potong
8.
9.
Las catat
10.
Akhir pekerjaan
25
2.2
Uraian Materi
Sumber arus las secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
26
busur
las
adalah
dengan
cara
mempunyai
karakteristik
yang
berbeda,
sehingga
dalam
27
kabel
masa
dan
kabel
elektroda
dipertukarkan
tidak
bagian
panas
memanaskan
elektroda
sedangkan
2/3
bagian
28
2/3
1/3
1/3
2/3
DCSP / DCEN
DCRP /
DCEP
Gambar Pengkutuban Mesin Las DC
Duty Cycle
Semua tipe mesin las diklasifikasikan/ diukur berdasarkan besarnya
arus yang dihasilkannya ( current output ) pada suatu besaran tegangan (
voltage ). Ukuran ini ditetapkan oleh fabrik pembuatnya sesuai dengan
standar yang berlaku pada negara pembuat tersebut atau standar
internasional, di mana standar tersebut menetapkan kemampuan maksimum
mesin las untuk beroperasi secara aman dalam batas waktu tertentu.
Salah satu ukuran dari mesin las adalah persentase dari duty cycle.
Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode 10 menit,
di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran arus tertentu secara
efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih ( overload ). Sebagai contoh,
jika suatu mesin las berkemampuan 300 Amper dengan duty cycle 60%, maka
artinya mesin las tersebut dapat dioperasikan secara aman pada arus 300
Amper pengelasan selama 60% per 10 menit penggunaan ( 6/10 ).
Jika penggunaan mesin las tersebut dibawah 60% ( duty cycle diturunkan ),
maka arus maksimum yang diizinkan akan naik. Dengan demikian, jika
misalnya duty cycle nya hanya 35% dan besar arusnya tetap 300 Amper,
maka mesin las akan dapat dioperasikan pada 375 Amper.
Hal tersebut berdasarkan perhitungan :
Selisih : 60% - 35 % = 25 %
29
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
3/16 Inchi
4,8 mm
1/4 Inchi
6,4 mm
kecelakaan
yang
ditimbulkan
oleh
aliran
listrik,
maka
dalam
30
5
9
6
7
Keterangan :
31
pemegang
elektroda
pada
tempatnya
(tidak
5. Mengikatkan klem benda kerja dengan kuat dan diikat dengan daerah
pengelasan.
32
salah
Menghentikan pengelasan
diameter elekroda ( a d)
Untuk mendapatkan sambungan alur las yang baik, sebelum
mengangkat
merapatkan
elektroda
sebaiknya
elektroda baru
panjang
kemudian
busur
elektroda
dikurangi
ditarik
agak
dengan
miring.
Pemadaman busur las sebaiknya tidak dilakukan di tengah - tengah kawah las
tetapi diputar sedikit kembali kemudian ditarik (lihat gambar).
33
Menjalankan Elektroda :
Setelah diperoleh busur las maka kemudian elektroda dijalankan pada
kecepatan tertentu untuk membentuk alur las.
Menjalankan elektroda boleh ditarik lurus maupun diayun dengan selalu
menjaga busur las pada ukuran yang stabil.
Sudut elektroda terhadap benda kerja tergantung posisi pengelasan.
2.3
Rangkuman
Ada tiga macam sumber arus las dan menghasilkan dua macam arus
las:
Transformator Las menghasilkan arus bolak - balik
Penyearah Las menghasilkan arus searah
Generator Las menghasilkan arus searah
34
Persyaratan sumber arus las yang harus dipenuhi oleh mesin las
adalah sebagai berikut:
Tegangan las rendah ( 15 sampai dengan 100 volt)
Arus las tinggi ( 15 sampai dengan 400 ampere)
Arus las dapat distel
Jaminan keamanan terhadap hubungan pendek lingkaran arus
las
Kerugian arus las selama pengelasan, sekecil mungkin
Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode
10 menit, di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran
arus tertentu secara efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih
(overload).
2.4
Tugas
35
2. Bahan :
Pelat baja lunak, ukuran 8 x 100 x 200 mm, 1 buah
Elektroda jenis rutile ( E 6013 ) : 2,6 ; 3,2 dan 4,0 mm
Langkah Kerja
1. Menyiapkan 1 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 100 x 200 x 8 mm .
2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau
grinda.
3. Melukis beberapa garis jalur las dengan jarak 20 mm menggunakan
kapur dan/atau penitik garis.
4. Mengatur amper mengelasan dengan mengacu pada ketentuan yang
disarankan untuk tiap ukuran diameter elektroda. ( lihat tabel )
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
36
2.5
Tes Formatif
A. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus kerja atau Duty Cycle
(DC) !
B. Apa yang dimaksud dengan OCP dan CCP jelaskan!
C. Apa
yang
dimaksud
dengan
pengkutuban
langsung
dan
2.6
............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
.................................................................................................
J. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
....................................................................................................
37
2.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
:
: Mulai tanggal .. pukul
Selesai tanggal .. pukul .
2,6 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
3,2 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
4,0 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
38
3.2
Uraian Materi
Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan
adalah elektroda terbungkus, dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan
salutannya (flux). Kawat elektroda dan salutannya akan mencair di dalam
busur selama proses pengelasan dan membentuk rigi-rigi las (kampuh las).
Dimana salutan (fluks) dari elektroda tersebut berfungsi sebagai gas
pelindung, yang mana dapat melindungi cairan las dari pengaruh udara luar.
Adapun salutan (fluks) ini terdiri dari campuran bahan mineral dan zat kimia
inilah yang menentukan karakter pengoperasian dan komposisi pada akhir
pengelasan. Jenis arus las yang dipakai adalah arus AC, DC + atau DC - ,
dan akan berubah sesuai dengan jenis elektroda yang digunakan serta
diharapkan dapat memilih jenis elektroda secara berhati-hati sebelum
digunakan untuk mengelas. Karena bila arus las yang digunakan sesuai
dengan ukuran dan jenis dari elektrodanya, maka akan dapat menghasilkan
lasan yang baik dan ideal. Bila arus lasnya tidak sesuai, maka akan
menyebabkan hasil lasan menjadi tidak memuaskan atau dapat dikatakan
performasi dari elektroda menjadi jelek.
Elektroda perlu dan harus disimpan di tempat yang kering dengan
temperatur ruangan kira-kira 40 C, agar tidak lembab karena adanya
pengaruh kelembaban udara. Dan secepat mungkin ditutup kembali
(dirapatkan) bila bungkus elektroda tersebut terbuka, serta seharusnya
disimpan kembali di dalam kabinet yang mempunyai sirkulasi udara yang
temperaturnya dapat dikontrol antara 40 C sampai dengan 100 C,
tergantung dari jenis elektrodanya. Contoh, elektroda low hydrogen dengan
temperatur 100C dan elektroda rutile dengan temperatur 40 C. Jadi dapat
dikatakan bahwa penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda
tersebut sangat penting artinya karena dapat menjaga agar salutan dari
elektroda tetap dalam kondisi yang baik. Karena elektroda dapat menyerap
39
Elektroda Rutile
Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik elektroda rutile perlu
sedikit lembab, yang mana sudah direncanakan selama proses
pembuatan, bahwa elektroda ini tidak boleh terlalu kering. Bila
elektroda rutile ini menjadi lembab maka keringkan kembali pada
temperatur 170 C selama 30 menit.
Elektroda Cellulosa
Elektroda
cellulosa
ini
perlu
sedikit
lebih
tinggi
prosentase
kelembabannya untuk
memperoleh performasi yang lebih baik. Bila terlalu kering, tegangan
busur listrik
menjadi
berkurang
pengoperasiannya.
40
dan
akan
berakibat
pada
karakter
Apabila elektroda low hydrogen ini lembab, maka elektroda ini harus
dikeringkan kembali pada temperatur antara 250 C sampai dengan
350 C selama 2 jam. Jangan melewati batas temperatur dan waktu
maksimum yang diijinkan karena dapat menyebabkan perubahan
kimia dalam salutannya yang akan berakibat perubahan secara tetap
pada performasi elektroda tersebut.
Catatan:
1.
Temperatur
di
atas
hanya
merupakan
petunjuk
prosedur
3.
dalam
pemilihan
elektroda
merupakan
suatu
persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap ahli las dan merupakan hal
yang sangat dianjurkan bagi juru las yang baik dan berkualifikasi.
Elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja
paduan, dan elektroda bukan besi (non ferrous). Namun elektroda
berdasarkan fungsinya dalam kaitan dengan hubungan pengelasan, sebagai
elektroda listrik yang habis terpakai (consumable), dikarenakan adanya
loncatan busur nyala listrik yang diakibatkan adanya jarak yang sengaja dan
dijaga ketetapan ukurannya antara elektroda tersebut dengan benda kerja.
Elektroda ini ada yang langsung terpakai dan ada juga yang secara tidak
41
langsung, misalnya pada las TIG atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW).
Elektroda langsung habis terpakai digunakan pada las busur listrik manual
(Shielded Metal Arc Welding SMAW), sedang pelindungnya dapat berupa
gas yang berasal dari terbakarnya lapisan pelindung kimia (coating) elektroda
tersebut atau berupa butir-butir (serbuk) zat pelindung oksidasi seperti yang
digunakan pada las busur rendam (Submerged Arc Welding SAW).
Elektroda yang tidak langsung habis terpakai biasanya terbuat dari
logam tungsten, yang tahan terhadap panas yang sangat tinggi. Elektroda
jenis ini dipakai hanya untuk menghasilkan busur nyala listrik, yang nantinya
dapat meleburkan logam induk dan logam tambah lainnya yang lazim disebut
batang las (welding rod). Dan sebagai alat pelindung oksidasi dipakai
berbagai jenis gas pelindung, seperti: argon, helium, gas plasma, dan lain
lain.
Bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat
dari logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok dan sesuai
dengan logam dasar yang akan disambung. Di atas dicantumkan sketsa
penampang suatu proses pengelasan SMAW. Disini tampak fungsi dari
lapisan dan butir (serbuk) pelindung oksidasi yang berfungsi untuk melindungi
cairan logam las maupun logam yang sedang panas membara dari proses
oksidasi.
Lapisan pelindung oksidasi sewaktu terbakar menjadi cair dan sekaligus
menghasilkan gas yang cukup banyak, sehingga dapat melindungi cairan las
selama proses pengelasan berlangsung. Selanjutnya cairan zat lapisan
pelindung tersebut ikut mencair dan mengalir ke dalam cairan las, yang
dikarenakan adanya perbedaan berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan
logam, maka cairan lapisan pelindung tersebut mengapung di atas permukaan
cairan las dan selanjutnya menutupi atau melindungi alur las (weld head) yang
terjadi setelah cairan logam las membeku. Cairan lapisan pelindung tersebut
ikut membeku dan berubah menjadi lapisan kerak yang keras dan rapuh,
lazim disebut slag atau terak. Slag atau terak tersebut bersifat mudah pecah
apabila mendingin, sehingga mempermudah pembuangannya setelah fungsi
perlindungannya tidak diperlukan lagi.
Butir (serbuk) pelindung oksidasi sebenarnya juga terbuat dari bahan
kimia yang sama dengan lapisan pelindung (coating), sehingga mencair dan
42
Klasifikasi Elektroda
Adapun lapisan pelindung tersebut di atas terdiri dari beberapa jenis yang
disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungannya yang tepat untuk
berbagai jenis pengelasan. Jenis jenis lapisan pelindung yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
43
jenis-jenis
bahan
lapisan
pelindungnya,
kekuatan
mekanisnya, posisi atau cara pengelasannya, dan jenis arus serta polaritas
listrik yang dikehendaki. Masing-masing negara industri maju menyusun
simbol-simbol
standar
mereka
masing-masing,
dalam
hal
ini
untuk
44
beberapa saat setelah dilaskan. Gas hidrogen ini secara perlahan-lahan akan
menghilang sebagian besar setelah 2 hingga 4 minggu pada suhu kamar,
atau setelah 24 hingga 4
kandungan hidrogen ini tidak akan mempengaruhi kuat batas mulur (yield
strenght), kuat tarik (tensile strenght) dan kuat tumbuk (impact strenght),
kecuali duktilitasnya bertambah.
Toleransi Ukuran dari Elektroda
Toleransi garis tengah kawat inti (core
dengan toleransi ukuran kawat inti maks +1 dan ukuran antara kawat inti min
+1 tidak melebihi 7% ukuran rata-rata untuk garis tengah 1/16; 5/64; dan
3/32 (1,6 mm; 2,0 mm; dan 2,4 mm), 5% ukuran rata-rata untuk garis tengah
1/8 dan 5/32 (3,2 mm dan 4 mm), 4% ukuran rata-rata untuk garis tengah
3/16 (4,8 mm) ke atas.
Kandungan Air
Kandungan air maksimum untuk lapisan pelindung elektroda baja
karbon jenis low hydrogen (E 7016, E 7018, E 7028, dan E 7048) sebagai
aslinya dari pabrik pembuat atau setelah kondisi fisiknya diperbaiki kembali
tidak boleh melebihi 0,6% dari berat semula.
Bagian Elektroda yang Tidak Berlapis Pelindung
Bagian elektroda yang tidak berlapis/bersalut yang dimaksudkan
untuk nantinya dijepit oleh holder atau pemegang elektroda las adalah
sebagai berikut:
Tabel Ukuran bagian-bagian elektroda
Ukuran
Bagian tidak
Jarak holder ke
Elektroda
bersalut
lapisan/salutan
(13 mm)
1 (30 mm)
(19 mm)
1 (40 mm)
45
Untuk elektroda low hydrogen garis tengah kawat atau 1/16 (1,6
mm) pilih yang terkecil
Untuk jenis elektroda lainnya 2/3 garis tengah kawat atau 3/32 (2,4
mm) pilih yang terkecil.
Uji mekanis, dimana uji mekanis tersebut meliputi uji tarik bahan
yang sudah dilas secara tranversal.
46
Uji las fillet, dimana setelah bahan dilas secara fillet hasil lasan diuji
dari sifat ujudnya (visual check) untuk menentukan apakah las fillet
bebas dari retakan, overlap, terak terperangkap (slag inclusion),
porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32 (0,8
mm).
KECEMBUNGAN
BEDA MAKSIMUM
MAKSIMUM
PANJANG
KAKI-KAKI LAS
FILLET
inchi
mm
inchi
mm
inchi
mm
1/8
3.2
3/64
1.2
1/32
0.8
5/32
4.0
3/64
1.2
3/64
1.2
7/16
4.8
1/16
1.6
1/16
1.6
7/32
5.6
1/16
1.6
5/64
2.0
1/4
6.4
1/16
1.6
3/32
2.4
9/32
7.1
1/16
1.6
7/64
2.8
5/16
8.0
5/64
2.0
1/8
3.2
11/32
8.7
5/64
2.0
9/64
3.6
3/8
9.5
5/64
2.0
5/32
4.0
47
Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Ukuran standar dan panjang elektroda
Ukuran standar
kawat inti
E 6010, E 6011, E
E 6020, E 6027, E
6012,
7024,
E 6013, E 6022, E
E 7027, E 7028, E
7014,
7048
E 7015, E 7016, E
7018
inchi
mm
inchi
mm
inchi
mm
1/16
1.6
230
5/64
2.0
9/12
230/300
3/32
2.4
12/14
300/350
12/14
300/350
1/8
3.2
14
350
14
350
5/32
4.0
14
350
14
350
3/16
4.8
14
350
14/18
350/450
7/32
5.6
14/18
350/450
18/28
450/700
1/4
6.4
18
450
18/28
450/700
5/16
8.0
18
450
18/28
450/700
48
las yang sama-sama dilas dengan elektroda low hydrogen dengan klasifikasi
yang sama, maka WPS (Welding Procedure System) sama dan suhu antar
panas juga sama, yaitu 300
25
F (150
14
apabila yang satu diselesaikan tanpa perlakuan panas, sedangkan yang lain
diberi perlakuan panas setelah usai dilas. Kuat tarik sambungan las yang
diberikan perlakuan panas
1.150
25
F (620
14
rendah dari yang tidak mendapat perlakuan panas usai dilas, dan batas mulurnya
menjadi 10.000 Psi lebih rendah dari yang tanpa perlakuan panas. Sebaliknya
jika kedua-duanya mendapat perlakuan panas yang agak berbeda, kedua
sambungan las tersebut akan memiliki batas mulur dan kuat tarik yang hampir
sama, misalnya yang satu diberi perlakuan panas 1.150 25 F dengan suhu antar
F (150
14
25
panas 300
25
49
Udara luar
Klasifikasi
Oven
Penyimpanan
AWS
E 6010, E 6011
E 6012, E6013,
80 20
E 6020, E 6022,
10
E 7027, E 7014,
dengan
E 7024
Pengeringan
Tidak
Tidak
disyaratkan
disyaratkan
C)
selama 1
jam waktu
kelembaban
suhu udara di
relatif
luar
rendam
maks. 50%
E 7015, E 7016
80 20F (30 10
E 7018, E7028,
C)
15C)
dengan
jam waktu
E7048
kelembaban
selama 2
rendam
relatif
maks. 50%
Untuk pengelasan pada daerah-daerah sub tropis maupun daerah dingin,
khususnya pada musim dingin, maka diperlukan pemanasan pendahuluan bagi
setiap pengelasan, demikian juga isolasi untuk memperlambat pendinginan guna
mencegah proses quenching (penyepuhan). Untuk pengelasan di daerah pantai
yang anginnya cukup besar, maka sebelum pengelasan, kampuh harus benarbenar bersih dan kering untuk mencegah proses pengaratan akibat titik-titik air
garam yang terhembus angin dan mengumpul di dalam kampuh-kampuh las.
Tabel Limit komposisi kimiawi bahan elektroda
50
Klasifikasi AWS
Si
Ni
Cr
Mo
1.60
0.75
0.3
0.2
0.3
0.08
1.25
0.9
0.3
0.2
0.3
0.08
E 7028, E 7048
Kodefikasi Elektroda
Tanda/kode untuk elektroda las telah dinormalisasikan menurut standart, hal ini
dimaksudkan untuk meringankan tukang las dalam memilih elektroda dan
mempergunakannya.
51
52
Normalisasi elektroda
las menurut DIN.
Tanda angka untuk
klasifikasi.
Ada dua belas tanda
angka dari 1 12.
Tanda singkatan untuk tipe
selubung / fluks / coating.
Dari empat tipe dasar
(A, R, B, C) tersusun sepuluh
macam tanda singkatan tipe.
Dengan meningkatnya tebal selubung elektroda, maka sifat mekanis dari hasil
pengelasan dan bahan lasnya akan semakin tinggi.
D = sampai 1,2 d
Selubung
tipis
D = 1,2 d 1,55 d
Selubung
sedang
53
D = di atas 1,55
d
Selubung tebal
RR
AR
R (C)
B (C)
RR (B)
Beberapa huruf yang berbeda menunjukkan pada kode suatu jenis campuran,
dimana jenis selubung tersebut dapat mempengaruhi pencairan dari bahan
54
tambahnya. Dan juga mudah atau tidak mudahnya pencairan terak las tersebut
tergantung pada jenis dari selubungnya.
Klasifikasi
AWS
Jenis Arus
Paling Sesuai
Listrik
Elektroda seri E 60
E 6010
Semua posisi
DC +
E 6011
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 6012
potassium
Semua posisi
E 6013
Semua posisi
AC atau DC
E 6020
E 6022
sudut
AC atau DC
E 6027
sudut
AC atau DC
sudut
AC atau DC
AC atau DC
Elektroda seri E 70
E 7014
Semua posisi
AC atau DC
E 7015
Semua posisi
E 7016
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
E 7018
potassium
Semua posisi
AC atau DC
Low hydrogen
E 7024
E 7027
+
Datar, horisontal las
AC atau DC
sudut
55
E 7028
powder
sudut
Low hydrogen
potassium, iron powder
AC atau DC
AC atau DC
sudut
AC atau DC
+
Seri E 70 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 70.000 psi (480 Mpa)
E 7010-X
Semua posisi
DC +
E 7011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 7015-X
potassium
Semua posisi
E 7016-X
Semua posisi
DC +
E 7018-X
Low hydrogen
Semua posisi
AC atau DC
potassium
E 7020-X
E 7027-X
hydrogen
High iron oxide
Iron powder, iron oxide
+
Datar, horisontal las
AC atau DC
sudut
AC atau DC
AC atau DC
Seri E 80 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 80.000 psi (550 Mpa)
E 8018-X
Semua posisi
DC +
E 8011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 8013-X
potassium
Semua posisi
E 8015-X
Semua posisi
AC atau DC
E 8016-X
Semua posisi
E 8018-X
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
potassium
Iron powder, low
56
AC atau DC
+
hydrogen
AC atau DC
+
Seri E 90 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 90.000 psi (620 Mpa)
E 9010-X
Semua posisi
DC +
E 9011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 9013-X
potassium
Semua posisi
E 9015-X
Semua posisi
AC atau DC
E 9016-X
Semua posisi
E 9018-X
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
potassium
AC atau DC
hydrogen
AC atau DC
+
Seri E 100 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 100.000 psi (690 Mpa)
E 10010-X High cellulose sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 10013-X potassium
Semua posisi
Semua posisi
AC atau DC
Semua posisi
Semua posisi
DC +
potassium
AC atau DC
hydrogen
AC atau DC
+
Seri E 110 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 110.000 psi (760 Mpa)
E 11015-X Low hydrogen sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 11018-X potassium
Semua posisi
AC atau DC
57
hydrogen
Seri E 120 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 120.000 psi (830 Mpa)
E 12015-X Low hydrogen sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 12018-X potassium
Semua posisi
AC atau DC
hydrogen
1 Huruf
2 atau 3 Angka
1 Angka
1 Angka
Kekuatan tarik
Posisi
Selubung/fluks
Titik luluh
Regangan
Simbol
Posisi
Semua posisi
sudut
Hanya untuk posisi datar
Jenis Selubung, Arus, dan Polaritas
Simbol
Kekuatan Tarik
Regangan dalam
dalam psi
%/2
(kg/mm2)
58
E 60 XX
60.000 (42)
50.000
22
E 70 XX
70.000 (49)
60.000
22
E 80 XX
80.000 (56)
67.000
19
E 90 XX
90.000 (63)
77.000
17
E 100 XX
100.000 (70)
87.000
16
E 110 XX
110.000 (77)
97.000
E XXX 1
E XXX 2
E XXX 3
E XXX 4
E XXX 5
E XXX 6
E XXX 7
E XXX 8
Contoh:
E 60 XX
untuk mild steel atau carbon steel
E 70 XX
3.3
E 80 XX
E 308 15
Rangkuman
1. Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan adalah
elektroda terbungkus, dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan salutannya
(flux).
2. Salutan (fluks) dari elektroda berfungsi sebagai pelindung, yang mana dapat
melindungi cairan las dari pengaruh udara luar.
3. Penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda sangat penting artinya
karena dapat menjaga agar salutan dari elektroda tetap dalam kondisi yang
baik.
4. Elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja paduan, dan
elektroda bukan besi (non ferrous).
59
5. Bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat dari
logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok dan sesuai dengan
logam dasar yang akan disambung.
6. Kandungan air untuk lapisan pelindung elektroda baja karbon jenis low
hydrogen tidak boleh melebihi 0,6% dari berat semula.
7. Elektroda baja karbon jenis low hydrogen sebelum digunakan, sebaiknya
dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven elektroda pada suhu 260o C hingga
427o C selama kurang lebih 2 jam.
8. Macam-macam pengujian elektroda meliputi uji analisis kimiawi, uji mekanis,
uji pukul takik, uji lengkung, dan uji las fillet.
9. Tanda/kode untuk elektroda las telah dinormalisasikan menurut standart, hal
ini dimaksudkan untuk meringankan tukang las dalam memilih elektroda dan
mempergunakannya.
3.4
Tugas
Pada las busur listrik manual, bahan tambah yang digunakan sering disebut
dengan elektroda. Mari kita cari tahu tentang elektroda SMAW sebanyakbanyaknya! Ambil satu batang elektroda SMAW! Kemudian, perhatikan elektroda
yang berada di tanganmu! Apa yang kamu ketahui tentang elektroda SMAW?
Tuliskan pendapatmu!
Dengan cara yang sama, lakukan pada jenis elektroda yang lain!
3.5
Tes Formatif
60
3.6
1. . ...........................................................................................................................
2. . ...........................................................................................................................
3. . ...........................................................................................................................
4. . ...........................................................................................................................
5. . ...........................................................................................................................
6. . ...........................................................................................................................
7. . ...........................................................................................................................
8. . ...........................................................................................................................
9. . ...........................................................................................................................
10. . ...........................................................................................................................
3.7
No.
Uraian
Elektroda
61
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini peserta didik memahami
prosedur pengelasan posisi bawah tangan dengan benar.
4.2
Uraian Materi
Prosedur pengelasan yang benar dan sesuai merupakan salah satu
Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara
benar.
Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
62
kegiatan belajar 1 sampai mendapat kan bahan yang sudah siap dilakukan
pengelasan. Bahan yang sudah las ikat kemudian ditempatkan untuk
pengelasan posisi bawah tangan.
Penempatan Bahan Las dan Posisi Elektroda
Penempatan bahan pada pengelasan pelat posisi di bawah tangan
adalah posisi di mana bahan atau bidang yang dilas ditempatkan secara rata
(flat) atau dibawah tangan, baik pada sambungan sudut maupun pada
sambungan tumpul.
Posisi pas
Terlalu tegak
Arah gerakan
90 o
Terlalu miring
90 o
63
Posisi pas
percikan
Terlalu dekat
Terlalu jauh
Gambar jarak elektroda terhadap benda kerja
Gambar Penempatan bahan dan elektroda pada sambungan tumpul posisi flat
64
Tanpa diayun
Diayun zigzag
Diayun C
65
Untuk
pengelasan
pada
menggunakan
elektroda
gerakan
dengan
ayunan.
ayunan
2-1/2
maksimum
kali
diameter
elektroda.
4.3
Rangkuman
Prosedur umum yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan
setelah pengelasan adalah meliputi hal-hal berikut ini :
66
4.4
Tugas
Jarak elektroda
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta
diharapkan mampu :
67
4. Bahan :
Pelat baja lunak, ukuran 8 x 100 x 200 mm, 1 buah
Elektroda jenis rutile ( E 6013 ) : 2,6 ; 3,2 dan 4,0 mm
Langkah Kerja
9. Menyiapkan 1 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 100 x 200 x 8 mm .
10. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau
grinda.
11. Melukis beberapa garis jalur las dengan jarak 20 mm menggunakan
kapur dan/atau penitik garis.
12. Mengatur amper mengelasan dengan mengacu pada ketentuan yang
disarankan untuk tiap ukuran diameter elektroda. ( lihat tabel )
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
68
4.5
Tes Formatif
K. Jelaskan bagaimana prosedur umum melakukan pengelasan (akan,
sedang dan setelah pengelasan)!
L. Bagaimana sudut-sudut posisi elektroda untuk pengelasan plat
dibawah tangan, gambarkan!
M. Apakah pengaruh gerakan elektroda pada saat pengelasan
terhadap hasil rigi-rigi las!
N. Jelaska peralatan K3 yang harus digunakan pada pengeasan!.
O. Jelaskan pengaruh jarak elektroda dengan benda kerja terhadap
proses dan hasil pengelasan!
4.6
69
4.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
VARIASI JARAK
ELEKTRODA
Jauh
diantara
dekat
Ket.
2,6 mm
3,2 mm
4,0 mm
A
nalisis masing - masing hasil pengelasan pada diameter elektroda dan
ampere yang sama.
Pada jarak tertentu apakah pengaruh terhadap hasil pengelasan, percikan
las, kesetabilan busur las.
Diskusikan secara berkelompok kemudian hasilnya dipresentasikan di depan
kelas.
70
5.2
Uraian Materi
Pengelasan rigi-rigi merupakan dasar dari pengelasan. Pada proses ini
siswa dilatih untuk melakukan pembuatan jalur las, melatih kesetabilan tangan
dalam menghidupkan, menjalankan, serta menghentikan pengelasan. Pasda
proses pengelasan SMAW untuk mengelas jalur yang panjang dibutuh kan
beberapa batang elektroda sehingga menyambung jalur las mutlak dibutuhkan
oleh karena itu sangant penting peserta didik
pengelasan.
Untuk latihan teknik pengelasan rigi rigi dibutuhkan :
Bahan :
Pelat St. 37
3,2 mm.
Waktu :
6 ( enam ) JP.
Alat Alat :
Perlengkapan las busur listrik manual.
Sikat baja.
Topeng pelindung.
Pahat datar.
Palu terak.
Alat menggaris.
Sarung tangan.
Tang panas.
Apron.
Keselamatan Kerja :
71
latihan
mengelas
(membuat
rigi-rigi
las)
sampai
pengelasan
(pinggir
elektroda
dijalankan
72
Tempat menyalakan
dijalankan
perlahan
diperhatikan
adanya
pelat.
tetapi
harus
dengan
gerakan
yang
berlawanan
dengan
arah
diangkatnya
arahnya
mengelasnya,
Akan
dan
juga
dengan
Sebelum
terak
melanjutkan
pada
ujung
pengelasan,
alur
las
harus
15
73
elektroda
alur
ujungnya
las,
yang
pengelasannya
Untuk
digerakkan
dan
mencairkan
selanjutnya
dapat
mengakhiri
alur
ke
proses
Tempat
menyalakan
dilanjutkan.
yang
telah
arah
pengelasan
dan
terak
Petunjuk :
Pembuatan rigi-rigi las di atas permukaan benda kerja disebut las
penebalan. Hasil las menebalan merupakan kampuh dari campuran
material benda kerja dan bahan tambah dari cairan elektroda.
Las penebalan.
Pada proses las penebalan,
dimana sewaktu benda kerja
dicairkan setempat dan pada
saat itu juga bahan tambah
(elektroda)
kemudian
mencair,
menyatu
yang
menjadi
Simbol las penebalan
satu.
Pada
gambar
ditunjukan
penebalan .
74
disamping,
symbol
las
Simbol
dan
ketentuan-
pada
garis
tambahan
petunjuk lain
(lihat gambar).
Garis
panah
Garis petunjuk
Cabang
Hasil pengelasan
goresan
garis-garis
diamati
pelaksanaan
mudah
dalam
Hasil pengelasan
proses
pengelasannya.
Elektroda.
Elektroda terdiri dari batang inti
dan selubung. Pada waktu
proses pengelasan batang inti
akan mencair dan bersamaan
waktu
juga
selubungnya
75
Batang
yang dijepit
yang
melindungi
dalam
pengaruh
cairan
las
oksidasi
dari
Batang inti
udara,
selubung
Tetesan
bahan
tambah
Gas
pelindung
perpindahan
bahan
Benda
kerja
halus.
Terak
yang
melindungi
terjadi
alur
pendinginan
las
yang
dapat
dari
terlalu
naik
ke
atas
(ke
elektroda
terak
benar-benar
dapat
76
cairan las
benda kerja
1
.
Jumlah
III
II
PELAT
St. 37
Nama Bagian
I
No
bag
8 x 100 x 200
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
Skala
Digambar
1:2
Diperiksa
Dilihat
5.3
Rangkuman
Posisi elektroda pada pembuatan rigi rigi las adalah arak pengelasan
miring 70 - 80 sedangkan arah melintang 90.
Jarak pengelasan antara elektroda dengan bahan yanga dilas sebesar
diameter elektroda yang digunakan
77
5.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan rigi rigi berulang ulang sampai bisa. Kemudian
buat laporan potopolio dari proses tersebut
5.5.
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal yang sama membuat rigi-rigi las untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
78
5.6
Penilaian Pekerjaan
79
5.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I.
Bahan
-
II.
....
dst
Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III.
Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan( ..
2. ..
3. ..
4.
5. .
6. dst
80
81
6.2
Uraian Materi
Pengelasan penebalan adalah proses penambahan material pada
permukaan material yang lain, biasanya digunakan untuk komponen
komponen yang aus. Proses ini biasanya banyak digunakan pada peralata
peralatan tambang (mining). seperti Ripper Teeth, Dozer Blades, Grader
Blades, scoops lift buckets dan lain lain.
82
Alat Alat :
Tempat kerja lengkap / kelengkapan peralatan las
Pakaian pelindung
Topeng pelindung
Kaca mata bening
Langkah Kerja :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Cara Kerja :
Meletakkan bidang-bidang las.
Pengelasan alur las yang pertama
disesuaikan
dengan
latihan
Sudut
arah
sebelumnya.
kemudian
pengelasan
alur
lanjutkan
yang
kedua
ada,
agar
penambahan
dihasilkan
hasil
tersebut
dengan
las
dapat
baik
dan
merata.
Perlu
juga
diperhatikan
bahwa
separuh
dari
alur
las
sebelumnya.
elektroda
melintangnya 75 0.
84
arah
Petunjuk :
petunjuk
yang
diameter
yang
digunakan,
anda
dapat
membaca
maka
apabila
petunjuk
tersebut
arus
lasnya
dapat
patokan
sumber
arus
untuk
lasnya
(Ampere).
Apabila arus lasnya
dihasilkan alur las yang baik dan merata, dimana kedalaman cairan /
penetrasi pada benda kerja lebih kecil dari pada separoh tinggi alur las.
Apabila arus lasnya yang terlalu tinggi / besar dapat
menghasilkan
kedalaman cairan / penetrasi yang terlalu dalam, banyak percikan dan juga
batang elektrodanya akan lebih cepat memijar.
dapat
menghasilkan
85
kecil / dangkal,
86
1
Jumlah
III II
Pelat
St. 37
8 x 100 x 200
Nama bagian
No.bag
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
LAS PENEBALAN
Skala
Digambar
Diperiksa
1:2
Dilihat
Persiapan :
Bahan
Pelat St. 37
; 8 x 100 x 200 mm
;E 51 22 RR6
DIN 1913
Petunjuk :
Memperlihatkan
dengan
peristiwa
pada
pengelasan,
supaya
baik
proses
peserta
elektroda
dengan
87
Instruksi :
1. Peserta dapat memahami tujuan pelajaran.
2. Menerangkan alat-alat.
3. Mendemontrasikan cara kerja.
88
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Paraf Petatar/Peserta
Nilai Akhir
H
N
H
N
H
H
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
N
N
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
B=
3 Sikap kerja
B=
B=
Nilai
Jumlah Hasil
89
6.3
Rangkuman
Posisi elektroda untuk las penebalan jalur pertama adalah sama
dengan proses pembuatan rigi - rigi las.
Sudut elektroda jalur kedua dan seterusnya saling overlap dengan
sudut 75 0 arah melintang.
6.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan las penebalan berulang ulang sampai bisa.
Kemudian buat laporan potopolio dari proses tersebut
6.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal yang sama membuat las penebalan
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran kemudian hasilnya
diserahkan pembimbingnya untuk dilakukan penilaian
90
6.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Nilai
H
N
H
N
H
N
N
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
B=
3 Sikap kerja
B=
B=
Jumlah Hasil
Nilai Akhir
SH SH
SB
Paraf Petatar/Peserta
91
6.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I.
Bahan
a. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
b. ....
c.
d. dst
II.
Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5. dst
V.
Gambar Kerja
93
7.2
Uraian Materi
Sambungan
Fillet
merupakan
jenis
sambungan
yang
banyak
Bahan :
Pelat St. 37
200 X 50 X 8 mm
2 buah.
3,2 mm.
Waktu :
6 ( enam ) jam pelajaran
Alat Alat :
Sikat kawat.
Topeng pelindung.
Pahat datar.
Palu terak.
Alat menggaris.
Tang panas.
Sarung tangan.
Keselamatan Kerja :
94
Langkah Kerja :
1. Mengatur arus las (Ampere) sesuai dengan diameter elektroda.
2. Mengelas
ikat
pada
kedua
ujung
kampuh T.
3. Meletakkan kampuh T pada alat bantu dalam posisi datar dibawah
tangan.
4. Mengelas kampuh T.
5. Bersihkan terak las hasil pengelasan.
6. Lanjutkan latihan mengelas (kampuh T) sampai menghasilkan alur
las yang baik, rata dan simetris.
Petunjuk :
Untuk menjaga supaya kedua pelat jangan
sampai bergeser dari posisi yang telah
ditetapkan, maka kedua pelat di ikat
dengan
las
ikat
pada
kedua
ujung
sambungan / kampuh.
Kedua
pelat
sedemikian
harus
rupa,
saling
supaya
bersentuhan
setelah
diikat
baik,
apabila
penampang
dalam
posisi
tegak
lurus,
atau
ditunjukkan
disebut
kampuh
dengan
symbol
dapat
seperti
gambar.
Dengan memakai simbol-simbol, maka
bentuk kampuh yang diminta, lebih jelas
ditunjukkan. Seperti yang telah kita kenal
beberapa kampuh sambungan T yaitu
antara lain: Datar;
Cembung ; dan
96
97
PELAT
Jumlah
III
II
St. 37
Nama Bagian
I
No bag
Bahan
8 x 50 x 200
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
Skala
SAMBUNGAN
1:2
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Persiapan :
Bahan
Pelat St. 37
200 X 50 X 8 mm.
Petunjuk :
Dalam proses pengelasan kampuh T ini
perlu diperhatikan sudut arah melintang
dari
elektroda,
menghasilkan
penampang
98
supaya
dapat
kampuh
Jenis sambungan :
Sambungan I.
Sambungan pararel.
Sambungan tumpang.
Sambungan T.
Sambungan double T.
Sambungan miring.
Sambungan sudut luar.
Sambungan multi.
Sambungan silang.
Instruksi :
1.
2.
Menerangkan alat-alat.
3.
7.3
Rangkuman
7.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan fillet T berulang ulang sampai
bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari proses tersebut
7.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat las
sambungan Fillet T untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
kemudian hasilnya diserahkan pembimbingnya untuk dilakukan penilaian
99
7.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Paraf Petatar/Peserta
Nilai Akhir
H
N
H
N
H
H
N
N
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
100
B=
3 Sikap kerja
B=
B=
Nilai
Jumlah Hasil
7.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I. Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II. Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III. Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan)..
2. ..
3. ..
4.
5. .
5. dst
101
102
8.2
Uraian Materi
Sambungan Fillet merupakan jenis sambungan yang banyak
digunakan dalam dunia konstruksi maupun bidang manufaktur. Sambungan
ini banyak macamnya diantaranya yang umum adalah sambungan sudut
luar, dalam kegiatan belajar ini akan dibahas secara lebih mendalam. Untuk
melaksanakan kegiatan belajar ini dibutuhkan:
Bahan :
3,25 mm.
; 4 mm.
DIN 1913
200 x 50 x 10 mm.
Waktu :
6 ( enam ) jam pelajaran.
Alat Bantu / Persiapan :
Tempat pengelasan.
Topeng pelindung.
Langkah Kerja :
1.
Bagian-bagian
pengelasan.
2.
3.
4.
5.
6.
103
Cara Kerja :
Menyusun dan mengikat.
Untuk menyusun dan mengikat
kedua pelat, dipakai alat bantu
berupa potongan pelat dengan
tebal 2,5 mm yang ditempatkan
di antara kedua pelat yang akan
dilas.
Pengikatan
dengan
mengelas
dikerjakan
kampuh
dimana
elektroda tersebut
E 51 32 B
cairan dari
mempunyai
penutupan
104
supaya dapat
(berhenti
sebentar)
dari
lapisan
akar
harus
lapisan
penutup,
dipakai
E6013.
Tiap lapisan
juga
harus
selalu
diperhatikan,
bahwa
dalam
pengelasan
lapisan
tengah
harus
dicairkan
kembali.
Untuk
mengelas
lapisan
lapisan
elektroda
penutup
digerakkan
cepat,
untuk
menjaga
las
dan
dapat
sampai
menunjukkan
106
2
Jumlah
II
II
Pelat
St. 37
200 x 50 x 10
Nama bagian
No.bag
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
SAMBUNGAN SUDUT
LUAR
Skala
Digambar
Diperiksa
1:2
Dilihat
Persiapan :
Bahan :
2 (dua) buah Pelat St. 37
DIN 1913 ;
200 x 50 x 10 mm.
3,25 mm.
4 mm.
107
Petunjuk :
Dalam lebar jalur 2,5 mm; lapisan akar dilaskan dengan gerak ayunan
melintang, supaya dapat menghasilkan akar las yang bagus dan dapat
mencegah menetesnya cairan las ke bawah. Dalam gerak ayunan ini
harus selalu dijaga, dan juga agar supaya terjadi adanya panjangnya
busur yang tetap. Ayunan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
terjepitnya terak las.
Instruksi :
1. Siswa dapat memahami tujuan pelajaran
2. Menerangkan alat-alat
3. Mendemontrasikan cara kerja
8.3
Rangkuman
8.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan fillet / sambungan sudut luar
berulang ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari proses
tersebut
8.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu
membuat
108
8.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Nilai
H
N
H
N
H
N
H
N
N
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
4 Sikap kerja
B=
B=
2 Hasil penembusan
B=
Jumlah Hasil
Nilai Akhir
SH S H
SB
Paraf Petatar/Peserta
109
8.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I. Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II. Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III. Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan)..
2. ..
3. ..
4.
5. .
6. dst
110
111
9.2
Uraian Materi
Kampuh V banyak digunakan pada sistem sambungan pada pelatpelat tebal. Untuk pengelasan ini dilakukan pengelasan pada satu sisi (single
side) dengan urutan pengelasan mulai dari akar (root), pengisian (Filler), dan
penutup (caping). Untuk melaksanakan kegiatan belajar ini dibutuhkan:
Bahan :
2 (dua) buah Pelat St. 37
300 x 200 x 10
3,25 mm.
4 mm.
mm.
Waktu :
12 (duabelas)
jam pelajaran.
Langkah Kerja :
1. Memeriksa
kesiapan
peralatan
kerja,
termasuk
perlengkapan
112
300 - 350
Root face
9.
113
Kedua pelat yang telah dipersiapkan, diletakkan terbalik diatas meja las.
Harap diperhatikan jangan sampai ada kotoran yang mudah menyala
misalnya; cat, karat dan terak yang tertinggal melekat pada sisi pertemuan
sambungan.
Dengan meletakkan potongan-potongan pelat panjang di bawah masingmasing bagian yang akan dilas, maka pasangan kedua pelat ini membentuk
sudut 30. Jarak antaranya sebesar 3 mm.
Dengan memberi kedudukan dalam sudut 30, dimaksudkan untuk
mengatasi mengkerutnya sudut setelah benda kerja di las dan menjadi
dingin. Untuk mengikat dipakai dua lasan pengikat yang kuat dan setelah itu
benda kerja dibalik untuk dilas.
Sudut pinggulan
lapisan
Lapisan
penutup
las
tersusun
dari
Lapisan
tengah
Lapisan akar
pinggulan
kemiringannya 600.
Dalam
mengelas
akarnya,
dipakai
lapisan
penopang
(landasan),
supaya
pengelasan
114
bagian
punggungnya
terak
las
harus
Bidang pertemuan
akar
dan
peletakkannya,
Jarak antara
Sambungan tumpul
sebab
mempermudah
terjepitnya
terak
di
dalam
kampuh las.
Lapisan
penutup
diletakkan
Petunjuk :
Persiapan kampuh
Apabila
bidang
calon
sejajar
satu
115
ini
dan
adanya
pengelasan,
maka
Sambungan tumpul
Persiapan kampuh I
berdampingan
tanpa
Sisi
terputus
Jarak antara
saja
dan
tidak
menyeluruh.
Untuk
menghasilkan
sambungan
tumpul
Jarak antara
yang
teliti.
Bekas
potongan
116
2
Jumlah
Pelat
St. 37
300 x 200 x 8
Nama bagian
No.bag
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari :
Diganti dengan :
Skala
SAMBUNGAN TUMPUL
(KAMPUH V)
Digambar
Diperiksa
1:5
Dilihat
Persiapan :
Bahan :
2 (dua) buah Pelat St. 37
300 x 200 x 10
mm.
Elektroda E7018 / E 51 32 B (C) (DIN 1913)
; 3,25 mm.
; 4 mm.
117
Petunjuk :
Persiapan Kampuh :
Untuk pelat sampai tebal 3 mm sambungan dengan kampuh I.
Sebagai jarak-antara cukup diambil jarak yang sama dengan tebal
pelatnya.
Untuk tebal pelat 4 mm keatas perlu adanya pemingulan bidang
pertemuan.
Sudut pemingulannya sebesar 600 , pengelasannya disebut dengan
kampuh V.
Tebal pelat 10 mm keatas, dilas dengan kampuh V ganda. Untuk ini sisi
pertemuannya dipingul pada sebelah atas dan bawahnya.
Untuk latihan ini adalah pengelasan kampuh V.
Tanda simbol dapat dilihat pada gambar kerja.
Untuk pengelasan lapisan akarnya, benda kerja harus diletakkan di atas
landasan / ganjal dengan maksud supaya akarnya / penembusannya
dapat bebas.
Instruksi :
118
1.
2.
Menerangkan alat-alat.
3.
9.3
Rangkuman
9.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan groove / sambungan kampuh V
berulang ulang sampai bisa selama duakegiatan belajar. Kemudian buat
laporan potopolio dari proses tersebut
9.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat
sambungan
ketercapaian
groove
tujuan
sambungan
pembelajaran
kampuh
kemudian
untuk
hasilnya
mengukur
diserahkan
119
9.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Nilai
H
N
H
N
H
N
14
13
12
11
10
10
Kriteria Penilaian
H
N
N
B=
B=
120
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
4 Sikap kerja
B=
B=
2 Hasil penembusan
B=
Jumlah Hasil
Nilai Akhir
SH S H
SB
Paraf Petatar/Peserta
9.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I. Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II. Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III. Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang
digunakan)..
2. ..
3. ..
4.
5. .
6. dst
121
122
B. Kegiatan Belajar
Kegiatan Belajar 1 : Persiapan Sambungan dan Kampuh las (review)
1.1
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan persiapan sambungan
dan kampuh las
1.2
Uraian Materi
123
Sambungan T ( T-Joint )
124
Kampuh I
Kampuh U
Kampuh V
Kampuh K
Kampuh X
Kampuh J
125
potong). Mesin pemotong gas lurus (Straight Cutting Machine) dipakai untuk
pemotongan pelat, terutama untuk kampuh-kampuh las yang di bevel, seperti
kampuh V atau X, sedang untuk membuat persiapan pada pipa dapat dipakai
Mesin pemotong gas lingkaran (Circular Cutting Machine) atau dengan
brander potong.
Namun untuk keperluan sambungan sudut yang tidak memerlukan
kampuh las dapat digunakan mesin potong pelat (guletin) berkemampuan
besar, seperti Hidrolic Shearing Machine.
Adapun pada sambungan tumpul perlu persiapan yang lebih teliti,
karena tiap kampuh las mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri, kecuali
kampuh I yang tidak memerlukan persiapan kampuh las, sehingga cukup
dipotong lurus saja.
30-35
30-35
Kampuh X
Kampuh V
126
Kampuh X
1 - 3 mm
Kampuh V
1 - 3 mm
Kampuh U dan J.
Pembuatan kampuh U dan J dapat dilakukan dengan dua cara :
Melanjutkan pembuatan kampuh V (Single Vee) dengan mesin gerinda
sehingga menjadi kampuh U atau J.
Dibuat dengan menggunakan teknik "gas gouging", kemudian dilanjutkan
dengan gerinda dan /atau kikir.
Setelah dilakukan persiapan kampuh las, baru dirakit (dilas catat) sesuai
dengan bentuk sambungan yang dikerjakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld) adalah
sebagai berikut :
tegak
sambungan,
yakni
untuk
mengantisipasi
tegangan
127
Las catat
3 - 5
90
3 - 5
Posisi Pengelasan
128
Posisi mendatar/horizontal
Posisi tegak/vertikal
Namun karena karakteristik pekerjaan dan jenis bahan yang berbeda, maka
posisi pengelasan diurai menjadi :
Posisi Pengelasan pada Pelat
/sambungan
Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan tumpul
(5G)
Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan sudut
/fillet (5F)
129
1.3
Rangkuman
Ada
dua
macam
sambungan
dalam
pengelasan
130
yaitu
Dengan gerinda
1.4
Tugas
Persiapan Las untuk Sambungan T
Tujuan Ipembelajaran
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu
membuat persiapan sambungan sudut (T) pada pelat 10 mm menggunakan
peralatan potong gas dengan memenuhi kriteria:
Ukuran 70 x 200 x 10 mm
Distorsi maksimum 5
131
2.
132
Gambar Kerja
70
1. Persiapan Bahan
10
200
2. Persiapan Sambungan
90
Las catat
E. Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10
mm).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
133
10 mm
Sudul bevel 30 - 35
Distorsi maksimum 5
Panjang las catat 15 - 20mm pada tiga tempat dan jarak simetris
( Straight Cutting
Machine )
134
Bahan
Gambar Kerja
1. Persiapan Bahan
100
10
200
300
30-35
2. Persiapan Sambungan
135
Las catat
Langkah kerja.
1. Siapkan peralatan potong gas dan bahan (pelat baja lunak 10 mm ).
2. Lukis garis potong sesuai gambar kerja.
3. Tempatkan mesin potong gas di atas pelat yang akan dipotong, dan
atur posisi tip potong 55 - 60 terhadap pelat.
4. Lakukan pemotongan sejumlah 2 buah (satu set sambungan
tumpul), sesuai ukuran yang ditentukan pada gambar kerja.
5. Periksa hasil pemotongan, apakah sesuai dengan gambar kerja.
6. Gunakan mal sudut untuk memeriksa sudut potongan.
7. Rapikan sisi potongan dengan menggunakan pahat (jika perlu)
gerinda dan/atau kikir.
8. Rakit dan las catat sambungan menggunakan elektroda E 6010/11
(Cellulose) dengan konstruksi kemiringan antara 3 - 5 dari
permukaan rata.
3 - 5
1.5
Tes Formatif
1. Jelaskan Prosedur yang dilakukan untuk pemasangan material
pengelasan posisi horisontal !.
2. Sebutkan macam macam symbol posisi pengelasan !
3. Sebutkan
alat
keselamatan
kerja
yang
digunakan
dalam
mempersiapkan sambungan.
4. Berapa sudut bevel yang di sarankan untuk persiapan kampuh las V
untuk tebal pelat 12 mm.
5. Gambarkan persiapan bahan untuk kampuX (double V ) untuk material
pelat dengan ketebalan 12mm!.
1.6
137
1.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
NO
1.
K3
ASPEK
2.
Peralatan kerja
3.
4.
Ukuran Tip
5.
Posisi pemotong
6.
Posisi pelat
7.
8.
9.
Las catat
10.
Akhir pekerjaan
138
URAIAN
2.2
Uraian Materi
Sumber arus las secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
139
busur
las
adalah
dengan
cara
mempunyai
karakteristik
yang
berbeda,
sehingga
dalam
140
kabel
masa
dan
kabel
elektroda
dipertukarkan
tidak
bagian
panas
memanaskan
elektroda
sedangkan
2/3
bagian
141
2/3
1/3
1/3
2/3
DCSP / DCEN
DCRP / DCEP
142
Selisih : 60% - 35 % = 25 %
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
3/16 Inchi
4,8 mm
1/4 Inchi
6,4 mm
kecelakaan
yang
ditimbulkan
oleh
aliran
listrik,
maka
dalam
143
9
8
5
3
6
7
Keterangan :
1. Stop kontak ke jaringan listrik umum
2. Sumber arus las ( mesin las )
3. Kabel penghantar arus las (untuk elektroda)
4. Kabel penghantar arus las (untuk benda kerja)
5. Penegang elektroda
6. Meja kerja
7. Klem benda kerja
8. Benda kerja
9. Elektroda
Catatan :
144
salah
145
Menghentikan pengelasan
Untuk mendapatkan sambungan alur las yang baik, sebelum
mengangkat
merapatkan
elektroda
sebaiknya
elektroda baru
panjang
kemudian
busur
elektroda
dikurangi
ditarik
agak
dengan
miring.
Pemadaman busur las sebaiknya tidak dilakukan di tengah - tengah kawah las
tetapi diputar sedikit kembali kemudian ditarik (lihat gambar).
146
Menjalankan Elektroda :
Setelah diperoleh busur las maka kemudian elektroda dijalankan pada
kecepatan tertentu untuk membentuk alur las.
Menjalankan elektroda boleh ditarik lurus maupun diayun dengan selalu
menjaga busur las pada ukuran yang stabil.
Sudut elektroda terhadap benda kerja tergantung posisi pengelasan.
147
2.3
Rangkuman
Ada tiga macam sumber arus las dan menghasilkan dua macam arus
las:
Transformator Las menghasilkan arus bolak - balik
Penyearah Las menghasilkan arus searah
Generator Las menghasilkan arus searah
Persyaratan sumber arus las yang harus dipenuhi oleh mesin las
adalah sebagai berikut:
Tegangan las rendah ( 15 sampai dengan 100 volt)
Arus las tinggi ( 15 sampai dengan 400 ampere)
Arus las dapat distel
Jaminan keamanan terhadap hubungan pendek lingkaran arus
las
Kerugian arus las selama pengelasan, sekecil mungkin
Duty cycle adalah persentase penggunaan mesin las dalam periode
10 menit, di mana suatu mesin las dapat beroperasi dalam besaran
arus tertentu secara efisien dan aman tanpa mengalami beban lebih
(overload).
2.4
Tugas
148
Langkah Kerja
1. Menyiapkan 1 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 100 x 200 x 8 mm .
2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau
grinda.
3. Melukis beberapa garis jalur las dengan jarak 20 mm menggunakan
kapur dan/atau penitik garis.
4. Mengatur amper mengelasan dengan mengacu pada ketentuan yang
disarankan untuk tiap ukuran diameter elektroda. ( lihat tabel )
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
149
2.5
Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus kerja atau Duty Cycle
(DC) !
2. Apa yang dimaksud dengan OCP dan CCP jelaskan!
3. Apa
yang
dimaksud
dengan
pengkutuban
langsung
dan
2.6
150
............................................................................................................
.................................................................................................
10. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
....................................................................................................
2.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
:
: Mulai tanggal .. pukul
Selesai tanggal .. pukul .
2,6 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
3,2 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
4,0 mm
Amp.
Amp.
Amp.
Amp.
151
3.2
Uraian Materi
Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan
adalah elektroda terbungkus, dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan
salutannya (flux). Kawat elektroda dan salutannya akan mencair di dalam
busur selama proses pengelasan dan membentuk rigi-rigi las (kampuh las).
Dimana salutan (fluks) dari elektroda tersebut berfungsi sebagai gas
pelindung, yang mana dapat melindungi cairan las dari pengaruh udara luar.
Adapun salutan (fluks) ini terdiri dari campuran bahan mineral dan zat kimia
inilah yang menentukan karakter pengoperasian dan komposisi pada akhir
pengelasan. Jenis arus las yang dipakai adalah arus AC, DC + atau DC - ,
dan akan berubah sesuai dengan jenis elektroda yang digunakan serta
diharapkan dapat memilih jenis elektroda secara berhati-hati sebelum
digunakan untuk mengelas. Karena bila arus las yang digunakan sesuai
dengan ukuran dan jenis dari elektrodanya, maka akan dapat menghasilkan
lasan yang baik dan ideal. Bila arus lasnya tidak sesuai, maka akan
menyebabkan hasil lasan menjadi tidak memuaskan atau dapat dikatakan
performasi dari elektroda menjadi jelek.
Elektroda perlu dan harus disimpan di tempat yang kering dengan
temperatur ruangan kira-kira 40 C, agar tidak lembab karena adanya
pengaruh kelembaban udara. Dan secepat mungkin ditutup kembali
(dirapatkan) bila bungkus elektroda tersebut terbuka, serta seharusnya
disimpan kembali di dalam kabinet yang mempunyai sirkulasi udara yang
temperaturnya dapat dikontrol antara 40 C sampai dengan 100 C,
tergantung dari jenis elektrodanya. Contoh, elektroda low hydrogen dengan
temperatur 100C dan elektroda rutile dengan temperatur 40 C. Jadi dapat
dikatakan bahwa penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda
tersebut sangat penting artinya karena dapat menjaga agar salutan dari
elektroda tetap dalam kondisi yang baik. Karena elektroda dapat menyerap
152
Elektroda Rutile
Untuk memperoleh hasil pengelasan yang baik elektroda rutile perlu
sedikit lembab, yang mana sudah direncanakan selama proses
pembuatan, bahwa elektroda ini tidak boleh terlalu kering. Bila
elektroda rutile ini menjadi lembab maka keringkan kembali pada
temperatur 170 C selama 30 menit.
Elektroda Cellulosa
Elektroda
cellulosa
ini
perlu
sedikit
lebih
tinggi
prosentase
kelembabannya untuk
memperoleh performasi yang lebih baik. Bila terlalu kering, tegangan
busur listrik
menjadi
berkurang
dan
akan
berakibat
pada
karakter
pengoperasiannya.
153
Catatan:
4.
Temperatur
di
atas
hanya
merupakan
petunjuk
prosedur
6.
dalam
pemilihan
elektroda
merupakan
suatu
persyaratan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap ahli las dan merupakan hal
yang sangat dianjurkan bagi juru las yang baik dan berkualifikasi.
Elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja
paduan, dan elektroda bukan besi (non ferrous). Namun elektroda
berdasarkan fungsinya dalam kaitan dengan hubungan pengelasan, sebagai
elektroda listrik yang habis terpakai (consumable), dikarenakan adanya
loncatan busur nyala listrik yang diakibatkan adanya jarak yang sengaja dan
dijaga ketetapan ukurannya antara elektroda tersebut dengan benda kerja.
Elektroda ini ada yang langsung terpakai dan ada juga yang secara tidak
langsung, misalnya pada las TIG atau Gas Tungsten Arc Welding (GTAW).
154
Elektroda langsung habis terpakai digunakan pada las busur listrik manual
(Shielded Metal Arc Welding SMAW), sedang pelindungnya dapat berupa
gas yang berasal dari terbakarnya lapisan pelindung kimia (coating) elektroda
tersebut atau berupa butir-butir (serbuk) zat pelindung oksidasi seperti yang
digunakan pada las busur rendam (Submerged Arc Welding SAW).
Elektroda yang tidak langsung habis terpakai biasanya terbuat dari
logam tungsten, yang tahan terhadap panas yang sangat tinggi. Elektroda
jenis ini dipakai hanya untuk menghasilkan busur nyala listrik, yang nantinya
dapat meleburkan logam induk dan logam tambah lainnya yang lazim disebut
batang las (welding rod). Dan sebagai alat pelindung oksidasi dipakai
berbagai jenis gas pelindung, seperti: argon, helium, gas plasma, dan lain
lain.
Bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat
dari logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok dan sesuai
dengan logam dasar yang akan disambung. Di atas dicantumkan sketsa
penampang suatu proses pengelasan SMAW. Disini tampak fungsi dari
lapisan dan butir (serbuk) pelindung oksidasi yang berfungsi untuk melindungi
cairan logam las maupun logam yang sedang panas membara dari proses
oksidasi.
Lapisan pelindung oksidasi sewaktu terbakar menjadi cair dan sekaligus
menghasilkan gas yang cukup banyak, sehingga dapat melindungi cairan las
selama proses pengelasan berlangsung. Selanjutnya cairan zat lapisan
pelindung tersebut ikut mencair dan mengalir ke dalam cairan las, yang
dikarenakan adanya perbedaan berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan
logam, maka cairan lapisan pelindung tersebut mengapung di atas permukaan
cairan las dan selanjutnya menutupi atau melindungi alur las (weld head) yang
terjadi setelah cairan logam las membeku. Cairan lapisan pelindung tersebut
ikut membeku dan berubah menjadi lapisan kerak yang keras dan rapuh,
lazim disebut slag atau terak. Slag atau terak tersebut bersifat mudah pecah
apabila mendingin, sehingga mempermudah pembuangannya setelah fungsi
perlindungannya tidak diperlukan lagi.
Butir (serbuk) pelindung oksidasi sebenarnya juga terbuat dari bahan
kimia yang sama dengan lapisan pelindung (coating), sehingga mencair dan
155
156
jenis-jenis
bahan
lapisan
pelindungnya,
kekuatan
mekanisnya, posisi atau cara pengelasannya, dan jenis arus serta polaritas
listrik yang dikehendaki. Masing-masing negara industri maju menyusun
simbol-simbol
standar
mereka
masing-masing,
dalam
hal
ini
untuk
157
dengan toleransi ukuran kawat inti maks +1 dan ukuran antara kawat inti min
+1 tidak melebihi 7% ukuran rata-rata untuk garis tengah 1/16; 5/64; dan
3/32 (1,6 mm; 2,0 mm; dan 2,4 mm), 5% ukuran rata-rata untuk garis tengah
1/8 dan 5/32 (3,2 mm dan 4 mm), 4% ukuran rata-rata untuk garis tengah
3/16 (4,8 mm) ke atas.
Kandungan Air
Kandungan air maksimum untuk lapisan pelindung elektroda baja
karbon jenis low hydrogen (E 7016, E 7018, E 7028, dan E 7048) sebagai
aslinya dari pabrik pembuat atau setelah kondisi fisiknya diperbaiki kembali
tidak boleh melebihi 0,6% dari berat semula.
Bagian Elektroda yang Tidak Berlapis Pelindung
Bagian elektroda yang tidak berlapis/bersalut yang dimaksudkan
untuk nantinya dijepit oleh holder atau pemegang elektroda las adalah
sebagai berikut:
Tabel Ukuran bagian-bagian elektroda
Ukuran
Bagian tidak
Jarak holder ke
Elektroda
bersalut
lapisan/salutan
(13 mm)
1 (30 mm)
(19 mm)
1 (40 mm)
158
Untuk elektroda low hydrogen garis tengah kawat atau 1/16 (1,6
mm) pilih yang terkecil
Untuk jenis elektroda lainnya 2/3 garis tengah kawat atau 3/32 (2,4
mm) pilih yang terkecil.
Uji mekanis, dimana uji mekanis tersebut meliputi uji tarik bahan
yang sudah dilas secara tranversal.
Uji las fillet, dimana setelah bahan dilas secara fillet hasil lasan diuji
dari sifat ujudnya (visual check) untuk menentukan apakah las fillet
bebas dari retakan, overlap, terak terperangkap (slag inclusion),
159
porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32 (0,8
mm).
Kecembungan (convex) dan panjang kakinya harus sesuai dengan yang
tertera pada tabel berikut ini:
Tabel Syarat ukuran las fillet untuk pengujian elektroda
KECEMBUNGAN
BEDA MAKSIMUM
MAKSIMUM
PANJANG
KAKI-KAKI LAS
FILLET
inchi
mm
inchi
mm
inchi
mm
1/8
3.2
3/64
1.2
1/32
0.8
5/32
4.0
3/64
1.2
3/64
1.2
7/16
4.8
1/16
1.6
1/16
1.6
7/32
5.6
1/16
1.6
5/64
2.0
1/4
6.4
1/16
1.6
3/32
2.4
9/32
7.1
1/16
1.6
7/64
2.8
5/16
8.0
5/64
2.0
1/8
3.2
11/32
8.7
5/64
2.0
9/64
3.6
3/8
9.5
5/64
2.0
5/32
4.0
160
Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Ukuran standar dan panjang elektroda
Ukuran standar
kawat inti
E 6010, E 6011, E
E 6020, E 6027, E
6012,
7024,
E 6013, E 6022, E
E 7027, E 7028, E
7014,
7048
E 7015, E 7016, E
7018
inchi
mm
inchi
mm
inchi
mm
1/16
1.6
230
5/64
2.0
9/12
230/300
3/32
2.4
12/14
300/350
12/14
300/350
1/8
3.2
14
350
14
350
5/32
4.0
14
350
14
350
3/16
4.8
14
350
14/18
350/450
7/32
5.6
14/18
350/450
18/28
450/700
1/4
6.4
18
450
18/28
450/700
5/16
8.0
18
450
18/28
450/700
yang sama, maka WPS (Welding Procedure System) sama dan suhu antar
panas juga sama, yaitu 300
25
F (150
14
apabila yang satu diselesaikan tanpa perlakuan panas, sedangkan yang lain
diberi perlakuan panas setelah usai dilas. Kuat tarik sambungan las yang
diberikan perlakuan panas
1.150
25
F (620
14
rendah dari yang tidak mendapat perlakuan panas usai dilas, dan batas mulurnya
menjadi 10.000 Psi lebih rendah dari yang tanpa perlakuan panas. Sebaliknya
jika kedua-duanya mendapat perlakuan panas yang agak berbeda, kedua
sambungan las tersebut akan memiliki batas mulur dan kuat tarik yang hampir
sama, misalnya yang satu diberi perlakuan panas 1.150 25 F dengan suhu antar
F (150
14
25
panas 300
25
162
Udara luar
Klasifikasi
Oven
Penyimpanan
AWS
E 6010, E 6011
E 6012, E6013,
80 20
E 6020, E 6022,
10
E 7027, E 7014,
dengan
E 7024
Pengeringan
Tidak
Tidak
disyaratkan
disyaratkan
C)
selama 1
jam waktu
kelembaban
suhu udara di
relatif
luar
rendam
maks. 50%
E 7015, E 7016
80 20F (30 10
E 7018, E7028,
C)
E7048
dengan
kelembaban
15C)
selama 2
jam waktu
suhu udara luar
rendam
relatif
maks. 50%
Untuk pengelasan pada daerah-daerah sub tropis maupun daerah dingin,
khususnya pada musim dingin, maka diperlukan pemanasan pendahuluan bagi
setiap pengelasan, demikian juga isolasi untuk memperlambat pendinginan guna
mencegah proses quenching (penyepuhan). Untuk pengelasan di daerah pantai
yang anginnya cukup besar, maka sebelum pengelasan, kampuh harus benarbenar bersih dan kering untuk mencegah proses pengaratan akibat titik-titik air
garam yang terhembus angin dan mengumpul di dalam kampuh-kampuh las.
163
Klasifikasi AWS
Si
Ni
Cr
Mo
1.60
0.75
0.3
0.2
0.3
0.08
1.25
0.9
0.3
0.2
0.3
0.08
E 7028, E 7048
Kodefikasi Elektroda
Tanda/kode untuk elektroda las telah dinormalisasikan menurut standart, hal ini
dimaksudkan untuk meringankan tukang las dalam memilih elektroda dan
mempergunakannya.
164
165
Dengan meningkatnya tebal selubung elektroda, maka sifat mekanis dari hasil
pengelasan dan bahanDlasnya
akan1,2
semakin
tinggi.
= sampai
d
Selubung
tipis
D = 1,2 d 1,55 d
Selubung
sedang
D = di atas 1,55
d
Selubung tebal
166
Disamping dari ketebalan selubung, jenis dan tipe dari selubung juga dapat
mempengaruhi kualitas kampuh atau hasil lasan. Tanda singkatan untuk tipe
selubung tersebut terdiri dari empat huruf.
Dalam garis besarnya huruf tersebut berarti:
A = Kadar besi (Fe) tinggi.
B = Kadar mangan (Mn) sifat basanya tinggi.
C = Kadar selulose tinggi.
R = Kadar mineral rutil tinggi.
Sedangkan jenis-jenis selubung antara lain:
A
RR
AR
R (C)
B (C)
RR (B)
Beberapa huruf yang berbeda menunjukkan pada kode suatu jenis campuran,
dimana jenis selubung tersebut dapat mempengaruhi pencairan dari bahan
tambahnya. Dan juga mudah atau tidak mudahnya pencairan terak las tersebut
tergantung pada jenis dari selubungnya.
Tabel Klasifikasi elektroda menurut standarisasi AWS
Klasifikasi
AWS
Jenis Arus
Paling Sesuai
Listrik
Elektroda seri E 60
E 6010
Semua posisi
DC +
E 6011
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 6012
potassium
Semua posisi
E 6013
Semua posisi
AC atau DC
167
E 6020
E 6022
E 6027
sudut
AC atau DC
sudut
AC atau DC
sudut
AC atau DC
AC atau DC
Elektroda seri E 70
E 7014
Semua posisi
AC atau DC
E 7015
Semua posisi
E 7016
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
E 7018
potassium
Semua posisi
AC atau DC
Low hydrogen
E 7024
E 7027
E 7028
+
Datar, horisontal las
AC atau DC
sudut
powder
sudut
Low hydrogen
potassium, iron powder
AC atau DC
AC atau DC
sudut
AC atau DC
+
Seri E 70 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 70.000 psi (480 Mpa)
E 7010-X
Semua posisi
DC +
E 7011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 7015-X
potassium
Semua posisi
E 7016-X
Semua posisi
DC +
168
E 7018-X
Low hydrogen
Semua posisi
potassium
E 7020-X
E 7027-X
hydrogen
High iron oxide
Iron powder, iron oxide
AC atau DC
+
AC atau DC
sudut
AC atau DC
AC atau DC
Seri E 80 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 80.000 psi (550 Mpa)
E 8018-X
Semua posisi
DC +
E 8011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 8013-X
potassium
Semua posisi
E 8015-X
Semua posisi
AC atau DC
E 8016-X
Semua posisi
E 8018-X
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
potassium
AC atau DC
hydrogen
AC atau DC
+
Seri E 90 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 90.000 psi (620 Mpa)
E 9010-X
Semua posisi
DC +
E 9011-X
High cellulose
Semua posisi
AC atau DC
E 9013-X
potassium
Semua posisi
E 9015-X
Semua posisi
AC atau DC
E 9016-X
Semua posisi
E 9018-X
Low hydrogen
Semua posisi
DC +
potassium
Iron powder, low
hydrogen
AC atau DC
+
AC atau DC
169
+
Seri E 100 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 100.000 psi (690 Mpa)
E 10010-X High cellulose sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 10013-X potassium
Semua posisi
Semua posisi
AC atau DC
Semua posisi
Semua posisi
DC +
potassium
AC atau DC
hydrogen
AC atau DC
+
Seri E 110 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 110.000 psi (760 Mpa)
E 11015-X Low hydrogen sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 11018-X potassium
Semua posisi
AC atau DC
hydrogen
Seri E 120 dengan kuat tarik min. bahan dilaskan 120.000 psi (830 Mpa)
E 12015-X Low hydrogen sodium
Semua posisi
DC +
Semua posisi
AC atau DC
E 12018-X potassium
Semua posisi
170
AC atau DC
+
1 Huruf
2 atau 3 Angka
1 Angka
1 Angka
Kekuatan tarik
Posisi
Selubung/fluks
Titik luluh
Regangan
Simbol
Posisi
Semua posisi
sudut
Hanya untuk posisi datar
Jenis Selubung, Arus, dan Polaritas
Simbol
Kekuatan Tarik
Regangan dalam
dalam psi
%/2
(kg/mm2)
E 60 XX
60.000 (42)
50.000
22
E 70 XX
70.000 (49)
60.000
22
E 80 XX
80.000 (56)
67.000
19
E 90 XX
90.000 (63)
77.000
17
E 100 XX
100.000 (70)
87.000
16
E 110 XX
110.000 (77)
97.000
E XXX 1
E XXX 2
E XXX 3
E XXX 4
171
E XXX 5
E XXX 6
E XXX 7
E XXX 8
Contoh:
E 60 XX
untuk mild steel atau carbon steel
E 70 XX
3.3
E 80 XX
E 308 15
Rangkuman
Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan adalah
elektroda terbungkus, dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan
salutannya (flux).
Salutan (fluks) dari elektroda berfungsi sebagai pelindung, yang mana
dapat melindungi cairan las dari pengaruh udara luar.
Penyimpanan, penanganan, dan perawatan elektroda sangat penting
artinya karena dapat menjaga agar salutan dari elektroda tetap dalam
kondisi yang baik.
Elektroda dibagi menjadi elektroda baja karbon, elektroda baja paduan,
dan elektroda bukan besi (non ferrous).
Bahan tambah yang berupa elektroda atau batang las haruslah terbuat
dari logam yang sama dengan bahan induk atau yang cocok dan sesuai
dengan logam dasar yang akan disambung.
Kandungan air untuk lapisan pelindung elektroda baja karbon jenis low
hydrogen tidak boleh melebihi 0,6% dari berat semula.
Elektroda baja karbon jenis low hydrogen sebelum digunakan, sebaiknya
dipanaskan terlebih dahulu di dalam oven elektroda pada suhu 260o C
hingga 427o C selama kurang lebih 2 jam.
Macam-macam pengujian elektroda meliputi uji analisis kimiawi, uji
mekanis, uji pukul takik, uji lengkung, dan uji las fillet.
172
3.4
Tugas
Pada las busur listrik manual, bahan tambah yang digunakan sering disebut
dengan elektroda. Mari kita cari tahu tentang elektroda SMAW sebanyakbanyaknya! Ambil satu batang elektroda SMAW! Kemudian, perhatikan elektroda
yang berada di tanganmu! Apa yang kamu ketahui tentang elektroda SMAW?
Tuliskan pendapatmu!
Dengan cara yang sama, lakukan pada jenis elektroda yang lain!
3.5
Tes Formatif
2. Sebutkan fungsi dari salutan/fluks yang terdapat pada elektroda las SMAW!
3. Apa pengaruhnya bila saat proses pengelasan menggunakan elektroda yang
sangat lembab?
4. E 7016 dan E 7018 merupakan simbol atau kode elektroda yang dikeluarkan
oleh
5. Sedangkan E 51 22 RR 6 DIN 1913 merupakan simbol atau kode elektroda
yang dikeluarkan oleh .
6. Berapakah kandungan air maksimum yang diperbolehkan pada elektroda
baja karbon jenis low hydrogen?
7. Jelaskan macam-macam pengujian pada elektroda!
8. Jelaskan macam-macam elektroda berdasarkan ketebalan selubungnya!
9. Jelaskan empat huruf sebagai tanda singkatan untuk tipe selubung!
10. Jelaskan penunjukkan masing-masing angka pada klasifikasi elektroda E
7016!
173
3.6
1.
2. . ...........................................................................................................................
3. . ...........................................................................................................................
4. . ...........................................................................................................................
5. . ...........................................................................................................................
6. . ...........................................................................................................................
7. . ...........................................................................................................................
8. . ...........................................................................................................................
9. . ...........................................................................................................................
10. . ...........................................................................................................................
174
3.7
No.
Uraian
Elektroda
175
4.2
Uraian Materi
Prosedur pengelasan yang benar dan sesuai merupakan salah satu
Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara
benar.
176
Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
Terlalu dekat
Terlalu jauh
elektroda
90
45
177
3
2
1
45
70
30
Gambar Penempatan bahan dan elektroda pada sambungan fillet T dua lapis
tiga jalur
178
4.3
Rangkuman
Prosedur umum yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan
setelah pengelasan adalah meliputi hal-hal berikut ini :
179
4.4
Tugas
Jarak elektroda
Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta
diharapkan mampu :
180
Langkah Kerja
1. Menyiapkan 1 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 100 x 200 x 8 mm .
2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau
grinda.
3. Melukis beberapa garis jalur las dengan jarak 20 mm menggunakan
kapur dan/atau penitik garis.
4. Mengatur amper mengelasan dengan mengacu pada ketentuan yang
disarankan untuk tiap ukuran diameter elektroda. ( lihat tabel )
BESAR ARUS
1/16 Inchi
1,5 mm
20 40 Amper
5/64 Inchi
2,0 mm
30 60 Amper
3/32 Inchi
2,5 mm
40 80 Amper
1/8 Inchi
3,2 mm
70 120 Amper
5/32 Inchi
4,0 mm
181
4.5
Tes Formatif
11. Jelaskan bagaimana prosedur umum melakukan pengelasan (akan,
sedang dan setelah pengelasan)!
12. Bagaimana sudut-sudut posisi elektroda untuk pengelasan plat
dibawah tangan, gambarkan!
13. Apakah pengaruh gerakan elektroda pada saat pengelasan
terhadap hasil rigi-rigi las!
14. Jelaska peralatan K3 yang harus digunakan pada pengeasan!.
15. Jelaskan pengaruh jarak elektroda dengan benda kerja terhadap
proses dan hasil pengelasan!
4.6
182
............................................................................................................
.................................................................................................
9. ............................................................................................................
............................................................................................................
............................................................................................................
....................................................................................................
4.7
Nama Peserta
Lama Pengerjaan
VARIASI JARAK
ELEKTRODA
Jauh
diantara
dekat
Ket.
2,6 mm
3,2 mm
4,0 mm
183
184
5.2
Distorsi maksimum 5
Uraian Materi
Alat dan Bahan
1. Alat
Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja las busur manual
1. Bahan
185
100
Gambar Kerja
10
200
186
20
5 - 10
posisi elektroda
Langkah kerja.
1.
Siapkan peralatan las busur manual dan bahan las ukuran 100 x 200
x 10 mm
2.
3.
Tempatkan
benda
kerja
pada
posisi
horizontal
dengan
5.
6.
7.
8.
9.
187
5.3
Rangkuman
5.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan rigi - rigi posisi horizontal berulang ulang sampai
bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari tiap tahapan proses tersebut
5.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat rigi
rigi las posisi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran kemudian
hasilnya diserahkan pembimbingnya untuk dilakukan penilaian
188
5.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Paraf Petatar/Peserta
Nilai Akhir
H
N
H
N
H
H
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
N
N
189
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
B=
3 Sikap kerja
B=
B=
Nilai
Jumlah Hasil
5.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I.
Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II.
Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III.
Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan)..
2. ...
3. ..
4.
5. .
a. dst
IV.
190
2. ...
3. ...
4. ...
5. dst
V.
Gambar Kerja
191
6.2
Uraian Materi
Seperti halnya sambungan fillet 1F sambungan fillet 2F juga
merupakan jenis sambungan yang banyak digunakan dalam dunia
konstruksi maupun bidang manufaktur. Sambungan ini banyak macamnya
diantaranya yang umum adalah sambungan T, dalam kegiatan belajar ini
akan dibahas secara lebih mendalam. Untuk melaksanakan kegiatan belajar
ini dibutuhkan:
Waktu :
6 (enam) jam pelajaran.
Peralatan :
Peralatan las SMAW.
Perlengkapan alat keselamatan kerja.
Pelengkapan alat bantu pengelasan.
Bahan :
192
Elektroda E 6013
; 2,6 mm.
Elektroda E 6013
; 3,2 mm.
Langkah Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keselamatan kerja
Hati-hati
terhadap
benda
kerja
yang
panas,
sebab
dapat
Gambar kerja
193
2
Jumlah
II II I
Pelat
Nama bagian
Perubahan
No.bag
St. 37
Bahan
200 x 100 x
10
Ukuran
Pengganti dari
Ket.
Diganti dengan
Skala
SAMBUNGAN - T
1:2
Digambar
Diperiksa
Dilihat
Instruksi kerja
Pengelasan benda kerja.
Pertemuan sambungan kampuh T nya terlebih dahulu di ikat
dengan 3 kampuh pengikat yang
panjangnya 20 mm dan terletak
antara 25 mm dari ujung
sambungan
dan
ditengah-tengah
letaknya
sambungan
horizontal
dalam
ini,
posisi
kedudukan
ke
arah
pengelasannya.
Sudut
arah
melintangnya 45.
194
dapat dipengaruhi.
Menggerakkan
batang
elektroda.
Menyalakan elektroda tidak
pada permulaan kampuh /
pinggir benda kerja, akan
tetapi 15 mm dari tepi.
Apabila
busur
menyala,
digerakkan
telah
elektroda
ke
awal/tepi kampuh.
dimulailah
pengelasan
arah
Dan
proses
tepat
pada
195
untuk
menyalakan,
dicairkan kembali.
Untuk
menghentikan
proses
pengelasan
menggerakkan
arah
yang
ke
berlawanan
dengan
kecepatan
yang tinggi.
Menghentikan pengelasan
Menyalakan
kembali
dahulu.
Hanya
harus
lebih
dahulu
yang
akan
disambung.
Untuk
mengakhiri
pengelasan,
maka
proses
batang
196
Mengakhiri pengelasan
Suatu kampuh las yang baik sudah tampak dari luar dengan adanya
semacam gelombang berbentuk setengah lingkaran yang rata. Hasil ini dapat
dicapai apabila arus-las tepat pengaturannya dan nyalanya busur listrik
tenang tanpa berkedip-kedip serta penarikan / jalannya elektroda konstan.
Kesalahan kampuh lasan.
Kesalahan pada kampuh
sambungan
dapat
disebabkan
oleh
cara
mengarahkan
batang
dasar
pertama
Kampuh sambungan T
tak setimbang
dari
seimbangnya
tidak
pelekatan
elektroda
waktu
tegak
pelat
bagian
lurus,
karena
atas
terlalu
dengan
memakai
Setelah
press.
kesalahan
Pelekatan / ikatan antara bahan las dan benda kerja yang tidak sempurna,
merupakan kesalahan sambungan.
Tidak terisinya akar kampuh atau akarnya terisi terak.
Apabila arus las terlalu rendah atau salah arah dari elektroda, maka terak las
akan terjepit masuk ke cairan las dan juga dapat dikarenakan gerakan cairan
las mendahului dan tertutup oleh cairan las.
6.3
Rangkuman
6.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan fillet T posisi horizontal berulang
ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari tiap tahapan
proses tersebut
198
6.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat las
sambungan Fillet T posisi 2 F untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
kemudian
hasilnya
diserahkan
pembimbingnya
untuk
dilakukan penilaian
199
6.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
Paraf Petatar/Peserta
Nilai Akhir
H
N
H
N
H
H
N
N
14
13
12
11
10
10
B=
B=
Kriteria Penilaian
N
H
B=
B=
B=
B=
B=
200
B=
3 Sikap kerja
B=
B=
Nilai
Jumlah Hasil
6.7
Kelas
Lama Pengerjaan
VI.
Bahan
Peralatan
Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan)..
2. ...
3. ..
4.
5. dst
IX.
201
4. ...
5. dst
X.
202
Gambar Kerja
7.2
Uraian Materi
Bahan :
Waktu :
Langkah Kerja :
1. Mempersiapkan benda kerja.
2. Mengikat benda kerja dengan las ikat.
3. Mengelas lapisan akar tanpa gerak ayunan.
4. Mengelas lapisan penutup dengan dua garis alur las.
5. Membersihkan sambungan / kampuh T.
203
Cara Kerja :
Kampuh / sambungan - T dilas
dengan
dua
lapisan,
dimana
Kampuh
pengikat
tersusun
dari
dua
Pengelasan
benda kerja.
Lapisan akar di las dengan satu tarikan
jalur las.
Harap diperhatikan tebal kampuh yang
merata dengan ukuran 4 mm. Lapisan
penutupnya di las dengan dua tarikan
jalur las. Sudut arah melintang harus
benar-benar dapat mencairkan lasan.
Untuk
sudut
arah
memanjang
dari
Untuk
dapat
menghasilkan
susunan
204
pengelasan
penarikan
menghasilkan
yang
tetap
las
akan
alur
kampuh
dengan
Mengkerutnya suatu kampuh
Petunjuk :
Setiap benda kerja yang dipanaskan
akan
mengembang
dan
setelah
las
dalam
penampang
arah
karena
itu.
benda
kerja
dengan
makin
besarnya
kampuh.
Pada sambungan/kampuh - T, atau
kampuh
V,
pengkerutan
Keterlambatan kembalinya
pertemuan tumpul / kampuh - V
ini
pencegahan
dan
mempertahankan
Mengikat sambungan tumpul
205
dengan memberi kelonggaran
untuk keterlambatan pulih kembali
suatu
urutan
pengelasan
tertentu.
sambungan
contoh
sedemikian
tumpul
sebagai
Pelat-pelatnya
rupa
satu
sama
diikat
lain
Keselamatan Kerja :
Rahang dari pemegang elektroda harus dapat menjepit elektroda dengan
sempurna.
206
2
Jumlah
III II
Pelat
St. 37
200 x 100 x 10
Nama bagian
No.bag
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
Skala
Digambar
Diperiksa
SAMBUNGAN - T
1:2
Dilihat
Persiapan :
Bahan :
; 4 mm.
Petunjuk :
Pada waktu mengelas lapisan akarnya harus selalu diperhatikan tercapainya
tebal kampuh yang sama dan merata.
Lapisan penutupnya harus dilas dengan dua garis alur las.
Waktu mulai menyalakan elektroda supaya selalu 15 mm dari awal
kampuh
dan
gerakkan
elektroda
mundur
untuk
memulai
dengan
5.
Menerangkan alat-alat.
6.
207
7.3
Rangkuman
7.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan fillet T dua lapis tiga jalur posisi
horizontal berulang ulang sampai bisa. Kemudian buat laporan potopolio dari
tiap tahapan proses tersebut
7.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat las
sambungan Fillet T dua lapis tiga jalur posisi 2 F untuk mengukur
ketercapaian
tujuan
pembelajaran
kemudian
208
hasilnya
diserahkan
7.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
B=
B=
B=
B=
B=
Kriteria Penilaian
B=
10
Nilai
B
N H N H N H N H N H N H N H N H N H N H
B=
4 Sikap kerja
B=
3 Bebas undercut
B=
B=
Nama Petatar/Peserta
Jumlah Hasil
Nilai Akhir
Paraf Petatar/Peserta
209
7.7
Kelas
Lama Pengerjaan
I.
Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II.
Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
III.
Keselamatan kerja
1. (sebutkan peralatan keselamatan yang digunakan)..
2. ...
3. ..
4.
5. .
6. dst
210
XI.
XII.
Gambar Kerja
211
/ kampuh
V dalam posisi
horizontal (h).
Memeriksa hasil pengelasan.
Membersihkan hasil lasan
8.2
Uraian Materi
Bahan :
2 (dua) buah Pelat St. 37
212
terpenting
pengelasan
dengan
dalam
ini
adalah
mengikuti
pengelasan
dari
urutan
masing-
a.
Lapisan
akar
elektroda
harus
dipilih
sedemikian
rupa
supaya
dapat
mengalirnya
mencegah
aliran
terak
b. Lapisan tengah
c. Lapisan penutup
Urutan pengelasan
Untuk itu kemiringan batang elektroda bagi masing-masing alur las akan
berbeda-beda.
213
Petunjuk :
Kampuh V ini disusun
dalam
tiga
yang
lapisan
seluruhnya
merupakan
pengelasan 7 tarikan
alur las.
Susunan kampuh V
Susunannya terdiri dari :
Keselamatan Kerja :
Pakailah selalu kacamata bening pada waktu membersihkan terak,
karena percikan terak sangat berbahaya bagi keselamatan mata.
214
2
Jumlah
II
II
Pelat
St. 37
200x100 x10
Nama bagian
No.bag
Bahan
Ukuran
Perubahan
Ket.
Pengganti dari
Diganti dengan
SAMBUNGAN TUMPUL /
KAMPUH V
Skala
Digambar
1:2
Diperiksa
(1:1)
Dilihat
Persiapan :
Bahan :
2 (dua) buah Pelat St. 37
; 3,25 mm.
215
; 3,25 mm.
Petunjuk :
Posisi mengelas horizontal (h) ini menunjukkan bahwa kampuh las
dikerjakan secara mendatar pada dinding yang tegak lurus.
Yang penting dalam pengelasan ini adalah urutan dari masing-masing
tarikan alur lasnya.
Kampuh las dalam posisi horizontal ini tersusun dari tarikan-tarikan
alur las yang tipis berimpitan satu sama lainnya.
Untuk itu dalam pengelasannya tidak dengan gerak ayunan, melainkan
dengan gerak tarikan saja.
Instruksi :
1. Peserta dapat memahami tujuan pelajaran.
2. Menerangkan alat-alat.
3. Mendemontrasikan cara kerja.
8.3
Rangkuman
8.4
Tugas
Lakukan latihan pengelasan sambungan groove kampuh V posisi
horizontal berulang ulang selama dua kali kegiatan belajar. Kemudian buat
laporan potopolio dari tiap tahapan proses tersebut
8.5
Tes Formatif
Tes formatif dilakukan dengan soal praktek yang sama, yaitu membuat las
sambungan groove V posisi 2G untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
kemudian
dilakukan penilaian
216
hasilnya
diserahkan
pembimbingnya
untuk
8.6
(B x N)
H = Hasil
B = Bobot
N = Nilai
Keterangan:
Penilaian Pekerjaan
B=
B=
B=
B=
B=
Kriteria Penilaian
B=
10
Nilai
B
N H N H N H N H N H N H N H N H N H N H
B=
4 Sikap kerja
B=
3 Bebas undercut
B=
B=
Nama Petatar/Peserta
Jumlah Hasil
Nilai Akhir
Paraf Petatar/Peserta
217
8.7
V posisi
horisontal
Nama peserta
Kelas
Lama Pengerjaan
I. Bahan
1. (Sebutkan bahan yang digunakan termasuk elektrodaberapa
banyaknya.
2. ....
3.
4. dst
II.
Peralatan
1. (Sebutksn peralatan kerja yang digunakan)
2.
3.
4.
5.
6. dst
218
219
220
Daftar Pustaka
Hercus PF, 1980, Text book of turning, F.W. Hercus PTY. Limited, Thebarton
South Australia.
Lascoe N P, 1973, Machine shop operation and setup. American Technical
Publisher, Inc. Ilionis.
PMS, 1978, Teknik Bengkel 2. PMS Bandung Taufiq Rochim, Proses
Pemesinan. HEDSP, Bandung
Anni Faridah, dkk. Teknik Pembentukan Pelat-jilid 2. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,-Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah-Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Cristian Guilino, Fachkunde Bauschlosser-Stahlbauer-Schmelzschweisser.
Verlag Handwerk und Technik GmbH, Hamburg, 1986.
.............., Prakticher Lehrgang Spengler fuer Einfuehrungskurse und Betriebe,
SSIV (Schweizerischer Spengler und Installateur Veband, Zuerich,
1984.
.............., Werkststtlehrgang fuer Spengler, SSIV (Schweizerischer Spengler
und Installateur Veband, Zuerich, 1973.
DIPI. Ing. Eddy D. Harjapamekas, Pengetahuan bahan dalam pengerjaan
logam,. Angkasa Bandung.
Europa Lehrmittel, Fachkunde Metall, Nourmy, Vollmer GmbH & Co.
Hajime Shudo, Material Testing (Zairyou Shiken).. Uchidarokakuho, 1983.
Rizal Sani, Las Busur Manual 1, PPPG Teknologi Bandung, 1997
Ramli Soehatman, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, Dian
Rakyat, Jakarta, 2010.
Strength of Materials. William Nash. Schaums Outlines, 1998.
The Lincoln Electric Company, The Procedure Handbook of Arc Welding, The
Lincoln Electric Company, 1973
William D. Callister Jr., Material Science and Engineering: An Introduction.
John Wiley&Sons, 2004.
221
222