Demam Tifoid New
Demam Tifoid New
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1829 Pierre Louis (Prancis) mengeluarkan istilah typhoid yang
berarti seperti tifus. Baik kata typhoid maupun tyfus berasal dari kata Yunani
tyfos. Terminology ini dipakai pada penderita yang menderita demam disertai
kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun 1837 William Word Gerhard dari
Philadelpia dapat membedakan typhoid dan tyfus. Pada tahun 1880 Eberth
menemukan Bacillus Typhosus pada sediaan histologi yang berasal dari kelenjer
limfe mesentarial dan limfa. Pada tahun 1884 Gaffky berhasil membiakkan
Salmonella Typhi dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan
udara.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang
sangat
luas.
Data
World
Health
Organization
(WHO)
tahun
2003
penduduk/tahun
dan
di
daerah
perkotaan
760/100.000
penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur
penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91%
kasus.
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini
juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Secara umum, penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
demam tifoid.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
- Menjelaskan pengertian demam tifoid.
- Menjelaskan etiologi demam tifoid.
- Menjelaskan patogenesis demam tifoid.
- Menjelaskan manifestasi klinis demam tifoid.
- Menjelaskan kejadian relaps demam tifoid.
- Menjelaskan komplikasi demam tifoid.
- Menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid.
- Menjelaskan pencegahan demam tifoid.
- Menjelaskan tentang vaksin demam tifoid.
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan
dengan berbagai literatur dan referensi dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
(Soeparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa, Salmonella Type A, B, C.
Penularan terjadi secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang
kesadaran (FKUI,1985).
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai dengan penyakit
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial dan endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam
sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan Peyers
patch (agregasi dari jaringan limfoid yang biasanya ditemukan di bagian
terendah dari usus kecil ileum pada manusia, dengan demikian, mereka
membedakan ileum dari duodenum dan jejunum) (IDAI, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi A, B, dan C yang dapat menular melalui fecal-oral, makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limfoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan
kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella Thypi
dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang meradang.
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti
organisme, yaitu :
1. Penempelan dan invasi sel-sel M Payers patch.
2. Bakteri bertahan hidup, bermultiplikasi di makrofag Peyers patch,
nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra interstinal sistem
retikuloendotelial.
3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah.
4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar Camp didalam kripta
usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen
intestinal.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis demam tifoid
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa
ditemukan, yaitu:
1. Demam
F. KOMPLIKASI
Dapat terjadi pada:
1. Usus Halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:
Perdarahan usus.
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
bensidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila beratdapat disertai
perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
Perforasi usus.
Timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafragma pada rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang (defense musculair) dan nyeri pada tekanan.
2. Komplikasi di luar usus.
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, enselopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan
makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. Komplikasi
extra intestinal antara lain :
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulonephritis, pyelonephritis dan
perinephritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
G. PENATALAKSANAAN
Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus
dianggap dan diperlakukan langsung sebagai penderita tifus abdominalis dan
diberikan pengobatan sebagai berikut:
1. Isolasi penderita dan disinfeksi pakaian dan ekskreta.
2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit
yang lama, lemah dan anoreksia, dll.
3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu
istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh
duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung serat, tidak merangsang
dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 gelas sehari perlu diberikan.
Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun ialah makanan
cair yang diberikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan nfsu makan
baik, maka dapat diberikan makanan lunak.
5. Obat pilihan adalah klorampenikol , kecuali bila penderita tidak cocok
dapat dberikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol, amoxillin,
tiampenikol. Dianjurkan pemberian klorampenikol dengan dosis yang
tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari, diberikan 4 hari sekali peroral atau IM
atau IV bila diperlukan. Pemberian klorampenikol dosis tinggi tersebut
memberikan manfaat yaitu waktu perawatan dipersingkat dan relaps tidak
terjadi. Akan tetapi mungkin pembentukan zat anti kurang, oleh karena
basil terlalu cepat dimusnahkan. penderita yang dipulangkan perlu
diberikan suntikan vaksin Tipa.
6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya
pemberian cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dsn asidosis.
Bila terdapat bronkopneumonia harus ditambahkan penisilin dll.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella Typhi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella Thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita
typhoid.
Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
Faktor yang berhubungan dengan klien :
Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan
antibodi.
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru
dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat
anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut
dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi
sistem retikuloendotelial.
Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi
dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat.
10
makanan, hindari
belum
dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas. Imunisasi aktif dapat menekan angka kejadian demam
Tifoid.
J. VAKSIN DEMAM TIFOID
11
beberapa tahun.
Daya proteksi vaksin inihanya 50-80% maka yang sudah di vaksinasipun
12
suntikan.
Penyimpanan dapat suhu 20-8 derajat celcius jangan dibekukan.
Kadaluarsa dalam 3 tahun.
Pemberian secara suntikan IM atau SC pada daerah deltoid atau paha.
Imunisasi ulangan tiap 3 tahun.
Reaksi samping local berupa demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi,
nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Sangat jarang bisa terjadi
K. PROGNOSIS
Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderita cepat
berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 60 %. Prognosis menjadi
kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.
2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium.
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi, asidosis, peritonitis,
bronkopneumonia, dan lain-lain.
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein).
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi A, B, dan C yang dapat menular melalui fecal-oral, makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Etiologi typhoid adalah Salmonella Typhi.
Salmonella Paratyphi A, B dan C. Penularan Salmonella Typhi dapat ditularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers
(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Gejala
klinis : demam, gangguan pencernaan, penurunan kesadaran (pada keadaan
berat).
Komplikasi demam tifoid dapat terjadi pada usus halus, ataupun diluar
usus halus. Penatalaksanaan demam tifoid adalah : Isolasi penderita dan
disinfeksi pakaian dan ekskreta, perawatan yang baik untuk menghindarkan
komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia, dll, istirahat
selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, diet, obat pilihan
adalah klorampenikol , kecuali bila penderita tidak cocok dapat dberikan obat
14
15