PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
lmu pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika mengalami perkembangan yang
luar biasa. Perkembangannya diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai
permasalahan baik dari segi sandang, pangan, dan papan yang secara konvensional tidak
mampu memberikan konstribusi yang maksimal. Adanya produk hasil rekayasa tanaman
memiliki tujuan untuk mengatasi kelaparan, defisiensi nutrisi, peningkatan produktivitas
tanaman, ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang ekstrem, dan lain-lain (Amin et al.,
2011a). Perkembangan dari rekayasa genetika tersebut diikuti dengan berbagai macam isu
permasalahan seperti sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan, politik, agama, etika dan
legalitas suatu produk rekayasa genetika.
Permasalahan-permasalahan tersebut terangkum dalam sebuah kajian yang dinamakan
bioetika (Pottage, 2007; Evans&Michael, 2008). Perma-salahan bioetika rekayasa genetika
selalu dikaitkan oleh berbagai macam kekhawatiran tentang produk hasil rekayasa genetika.
Kekhawatiran tersebut mendorong munculnya berbagai macam kontroversial di kalangan
masyarakat. Dari hal inilah muncul berbagai macam pro dan kontra mengenai produk
rekayasa genetika. Adanya berbagai polemik tersebut mendasari terbentuknya berbagai
macam peraturan atau protokol yang mengatur berbagai macam aktivitas di bidang rekayasa
genetika (Dano, 2007).
Rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan genetika
makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Rekayasa Genetika (transgenik)
atau juga yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organism (GMO) dapat diartikan
sebagai manipulasi gen untuk mendapatkan galur baru dengan cara menyisipkan bagian gen
ke tubuh organisme tertentu. Rekayasa genetika juga merupakan Pencangkokan Gen atau
ADN Rekombinan. Rekayasa Genetik, dinyatakan sebagai kemajuan yang paling
mengagumkan semenjak manusia berhasil memisahkan atom (Imawan, dkk: 2012).
Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk
hidup yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan dari rekayasa genetika ini
diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman atau hewan aslinya.
Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah
satu sektor paling menjanjikan dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru
lainnya, keberadaan tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat
dunia. Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering
disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas
penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik bagi
masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang sudah
tersebar luas di berbagai pasar. Selain tumbuhan, rekayasa genetika terhadap hewan dan
manusia juga menimbulkan pro dan kontra. Sebagian pihak menganggap kehidupan suatu
makhluk tidak dapat dicampur tangangi oleh manusia karena hanya Tuhan yang berhak
mengutak atik gen. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai rekayasa genetika serta
hubungannya dengan etika.Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai
jurnal dan artikel terkait rekayasa genetika dan hubungannya terhadap bioetika.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diidentifikasi
dalam makalah ini adalah hubungan rekayasa genetika dengan bioetika baik dari segi
Undang-undang, agama dan etika.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu penjelasan mengenai rekayasa genetika,
kaitan rekayasa genetika dengan bioetika berdasarkan undang-undang dan pandangan agama.
1.4
Batasan Masalah
Masalah dalam makalah ini dibatasi oleh:
1.
2.
1.5
Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang rekayasa genetika dan dampakdampaknya bagi manusia dan lingkungan serta kaitannya dengan bioetika.
1.6
Manfaat
Manfaat makalah ini yaitu agar kita mengetahui pengawasan terhadap penerapan
keilmuan manusia, agar tidak menyimpang dari norma-norma atau etika yang ada dan moral
lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu
menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai usaha manusia dalam ilmu
biologi dengan cara memanipulasi (rekayasa) sel, atau gen yang terdapat pada suatu
organisme tertentu dengan tujuan menghasilkan organisme jenis baru yang identik secara
genetika (Zamroni, 2012)
Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai
teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam
sel atau organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi yang dapat menembus rintangan
reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan
seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan
perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam
struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat
berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian
diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.
2.2
Sejarah Genetika
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir
abad ke-19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil
melakukan analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya, Mendel bukanlah
orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan (Anonim. 2008). Akan
tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan
sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi
lebih mudah untuk diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi
landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan
Mendel pun diakui sebagai Bapak Genetika.
Karya Mendel tentang pola pewarisan sifat tersebut dipublikasikan pada tahun 1866
di Proceedings of the Brunn Society for Natural History. Namun, selama lebih dari 30 tahun
tidak pernah ada peneliti lain yang memperhatikannya. Baru pada tahun 1900 tiga orang ahli
botani secara terpisah, yakni Hugo de Vries di Belanda, Carl Correns di Jerman, dan Eric von
Tschermak-Seysenegg di Austria, melihat bukti kebenaran prinsip-prinsip Mendel pada
penelitian mereka masing-masing. Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad
ke-20 berbagai percobaan persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi
penelitian di bidang genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan
genetika klasik.
Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai
cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam
tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an,
dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam
deoksiribonukleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun
1953 oleh J.D. Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika
molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu
pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa,
maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada genetika molekuler hanyalah
dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun
1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA
rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Salah satu penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa genetika
adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel ke sel yang lain
melalui lingkaran DNA kecil yang disebut plasmid. Bakteri eukariota uniseluler ternyata
sering melakukan pertukaran materi genetik ini untuk memelihara memelihara ciri-cirinya.
Dalam rekayasa genetika inilah, plasmid berfungsi sebagai kendaraan pemindah atau vektor.
Agar materi genetik yang dipindahkan sesuai dengan keinginan kita, maka kita harus
memotong materi genetik tersebut. Secara alami, sel memiliki enzim-enzim pemotong yang
sering disebut dengan enzim restriksi. Enzim ini dapat mengenali dan memotong tempattempat tertentu di sepanjang molekul DNA. Untuk menyambung kembali potongan-potongan
DNA ini digunakan enzim ligase. Sampai sekarang ini telah ditemukan lebih dari 200 enzim
restriksi. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan para ahli rekayasa genetika untuk
memotong dan menyambung kembali DNA.
Genetika pada saat ini telah berkembang pesat. Sejak sruktur DNA diketahui dan
kode genetika dipecahkan, serta proses transkripsi dan tranlasi dapat dijabarkan dalam kurun
waktu antara tahun 1952-1953, telah terbuka pintu untuk perkembangan penting di bidang
genetika. Penemuan di atas diikuti periode antiklimaks ketika beberapa ahli biologi molekuler
antara tahun 1971-1973 berhasil melakukan rekayasa genetika, separti pemotongan gen
(DNA) yang terkontrol dan rekombinasi DNA yang inti prosesnya adalah kloning atau
pengklonaan DNA. Dengan rekayasa genetika dapat disatukan bahan genetik dari satu
organisme dengan organisme lain dan dapat dihasilkan makhluk hidup baru.
2.3
2.3.1
Di bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran, misalnya, produksi horman insulin tidak lagi disintesis dari
hewan mamalia, tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara kloning. ADN
mamalia yang mengkode sintesis hormon insulin. Klon ADN kemudian dimasukkan ke
dalam sel bakteri sehingga sel-sel bakteri tersebut akan menghasilkan hormon insulin.
a.
b.
ditemukan.
Terapi Gen
Para peneliti juga menggunakan rekayasa genetika untuk mengobati kelainan genetik.
Proses ini, yang disebut terapi gen, meliputi penyisipan duplikat beberapa gen secara
langsung ke dalam sel seseorang yang mengalami kelainan genetis. Sebagai contoh, orangorang yang mengalami sistik fibrosis tidak memproduksi protein yang dibutuhkan untuk
fungsi paru-paru yang tepat. Kedua gen yang mengkode protein untuk cacat bagi orang-orang
ini mengalami kerusakan. Para ilmuwan dapat menyisipkan duplikat gen ke dalam virus yang
tidak membahayakan. Virus yang direkayasa ini dapat disemprotkan ke paru-paru pasien
yang menderita sistik fibrosis. Para peneliti berharap bahwa duplikat gen dalam virus tersebut
akan berfungsi bagi pasien untuk memproduksi protein. Terapi gen masih merupakan metode
eksperimen untuk mengobati kelainan genetik. Para peneliti bekerja keras untuk
mengembangkan teknik yang menjanjikan ini.
2.3.2
1.
Pencangkokan gen biasanya hanya menyangkut sebuah gen tunggal. Secara teknik, ini
Mungkin kloning gen ini relatif lebih murah, aman, dan dapat dipercaya dalam
memperoleh sumber protein yang mempunyai arti penting dalam bidang farmasi.
3.
Banyak hasil-hasil farmasi yang didapatkan melalui pencangkokan gen itu berupa
senyawa-senyawa yang dengan dosis kecil saja sudah dapat memperlihatkan pengaruh yang
banyak, seperti misalnya didapatkannya berbagai macam hormone, faktor tumbuh dan protein
pengatur, yang mempengaruhi proses fisiologis, sepeerti tekanan darah, penyembuhan luka
dan ketenangan hati.
2.3.3
arti ekonomi) yang tidak begitu peka terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
dan cacing.
3.
4.
5.
Tanam-tanaman yang lebih tahan terhadap pengaruh kadar garam, hawa kering, dan
embun beku.
7.
pencangkokan gen. Tanaman kentang, tomat, dan tembakau tergolong dalam keluarga yang
sama, yaitu Solanaceae. Akan tetapi serbuk sari dari satu spesies dalam keluarga ini tidak
dapat membuahi sel telur dari spesies lain dalam keluarga itu juga.
Kedelai Transgenik
Kedelai merupakan produk Genetikally Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3
juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetik,
dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan
memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah dikomersialkan dua jenis
kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak
tinggi
b.
Jagung Transgenik
Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetik melalui
teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt)
untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga
dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu
memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut.
Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa pengembangan usaha
tani jagung transgenik secara nasional memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8
triliyun. Keuntungan itu berasal dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha
tani hingga penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor
jagung.
Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan produksi jagung
nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara
dalam jangka panjang, penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan
jagung baik oleh industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan
meningkatkan produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya
masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara
tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c.
Kapas Transgenik
Kapas hasil rekayasa genetik diperkenalkan tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas
yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida.
Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus
thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang
menunda pemasakan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas
transgenik adalah menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan
herbisida secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama
pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga
hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas
di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah
merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga dengan Cina dan India yang merupakan
produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah
mengembangkan kapas transgenik.
d.
Tomat Transgenik
Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi belum
matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang. Dengan demikian,
tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat
pada umumnya mengalami hal tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat
mudah lembek. Hal ini disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi
mempercepat
degradasi
pektin.
Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang memperlambat
proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase
sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase
akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di
bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan
dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika,
tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak
selama pemrosesan lebih sedikit.
e.
Kentang Transgenik
Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika menyetujui untuk
mengomersialkan kentang hasil rekayasa genetika yang disebut Monsanto sebagai
perusahaan penunjang dengan sebutan kentang New Leaf. Jenis kentang hybrid tersebut
mengandung materi genetik yang memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya
terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan demikian tanaman tersebut dapat
menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut.
Selain resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat
gizi
yang
lebih
baik
bila
dibandingkan
dengan
kentang
pada
umumnya.
Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi
kentang di Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila
tidak ditanggulangi dengan baik.
Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus
thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga
diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang
berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.
2.3.4
Telah diperoleh vaksin-vaksin untuk melawan penyakit mencret ganas yang dapat
Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut, yaitu
penyakit ganas dan sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa dan babi. Sebelumnya,
para peternak sering membantai seluruh ternaknya, walaupun sebenarnya hanya seekor saja
yang terkena penyakit tersebut, dengan maksud untuk mencegah penularannya yang lebih
luas.
3.
Sekarang sedang diuji hormone pertumbuhan tertentu untuk sapi yang mungkin dapat
2.3.5
Menciptakan bakteri yang dapat melarutkan logam-logam langsung dari dalam bumi.
2.
Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan kimia, yang sebelumnya berasal
dari minyak atau dibuat secara sintetis, misalnya saja dapat menghasilkan bahan pemanis
yang digunakan pada pembuatan berbagai macam minuman.
3.
Menciptakan bakteri yang dapat menghasilkan bahan mentah kimia seperti etilen yang
mencoba untuk menciptakan suatu mikroorganisme yang mampu menggunakan minyak tanah
sebagi sumber makanan dengan maksud agar supaya mikroorganisme demikian itu akan
sangat berharga dalam dunia perdagangan, karena dapat membersihkan tumpahan minyak
tanah.
2.3.6
kromosom 22 menunjukkan kalau tampaknya kromosom tersebut mengandung lebih dari 800
gen. gen yang paling besar melampaui 500.000 pasangan basa panjangnya. Dari gen-gen
yang sudah diidentifikasi, hanya separuhnya ( 400) memiliki fungsi yang dihipotesiskan, hal
ini ditemukan melalui pembandingan database sekuens. Sejumlah gen yang telah
diidentifikasi bertanggung jawab atas setidaknya 27 kelainan manusia, termasuk kanker otak
dan skizofrenia. Telah diidentifikasi keluarga gen, kelompok gen-gen yang mirip, yang
tampaknya berasal dari duplikasi tandem gen-gen dan divergensi yang terjadi sesudahnya
akibat mutasi. Dan itu baru satu dari 23 kromosom manusia yang dianalisis.
Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetikally Modified Organism) WHO
telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun 2020 sehingga
diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena kondisi tersebut, produksi
pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga kesinambungan manusia dengan bahan pangan
yang tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang
belum termanfaatkan karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi
masalah tersebut, teknologi rDNA atau Genetikally Modified Organism (GMO) akan
memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam
peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh virus.
Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik rekayasa genetika
Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang
keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar garam tinggi dan suhu lingkungan yang
ekstrim. Bila berhasil dilakukan modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam
lemak linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada suhu dingin
dan beku.
2.
Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat mengganggu gulma,
tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri. Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat
mempertahankan kondisi bebas gulmanya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang
digunakan secara normal
3.
daya alergi (toksisitas), menghambat pematangan buah, kadar pati yang lebih tinggi serta
daya simpan yang lebih panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA,
kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit minyak bila goreng (deep
fried). Dengan demikian akan menghasilkan kentang goreng dengan kadar lemak yang lebih
rendah.
4.
Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak dan
meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan gizi saat ini telah melanda
banyak negara di dunia terutama negara miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi
yang nyata adalah kekurangan vitamin A, yodium, besi dan zink. Untuk menanggulanginya,
dapat dilakukan dengan menyisipkan den khusus yang mampu meningkatkan senyatasenyawa tersebut dalam tanaman. Contohnya telah dikembangkan beras yang memiliki
kandungan betakaroten dan besi sehingga mampu menolong orang yang mengalami
defisiensi senyawa tersebut dan mencegah kekurangan gizi pada masyarakat.
Penggunaan rekayasa genetika khususnya pada tanaman tidak terlepas dari pro-kontra
mengenai penggunaan teknologi tersebut.
1.
Tanaman transgenik memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding degan tanaman
konvensional, memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca
sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara capat dan
menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia serta memiliki
produktivitas yang lebih tinggi.
2.
Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat
tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cengkeraman hama maupun
lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas
lebih baik dari tanaman konvensional serta bukan hal yang baru karena sudah lama dilakukan
tetapi tidak disadari oleh masyarakat.
3.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, alasan pengharaman kloning reproduksi manusia
bukan terletak pada proses atau teknologinya, bukan pada teknis pelaksanaannya di luar
proses alamiah dan tradisional, tetapi pada mudarat yang ditimbulkannya, akan merancukan
dan menafikan berbagai pranata sosial, etika, dan moral, juga akan merendahkan nilai dan
martabat insani. Hal ini sejalan dengan pendangan dari agam Islam dan Kristen. Teknologi
rekayasa genetika yang dapat ditolerir dan bahkan didukung hanya pada tujuan produktivitas
tanaman, tumbuhan dan hewan. Demikian juga untuk menemukan obat-obatan tertentu yang
sangat diperlukan dalam dunia pengobatan.
Perangkat peraturan untuk pelepasan produk bioteknologi tanaman, ikan hewan dan pakan
saat ini telah dimiliki Indonesia yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun
2005. Peraturan ini merupakan peningkatan atau penyempurnaan dari peraturan yang
sebelumnya dari Keputusan Bersama Empat Menteri Tahun 1999 serta khusus dibuat untuk
mengatur produk bioteknologi hasil rekayasa genetika di Indonesia. PP ini dibuat atas dasar
pendekatan kehati-hatian yang sesuai dengan Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati.
Protokol ini sebelumnya telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang No 21 Tahun
2004.Keputusan ini dibuat untuk menjamin keamanan hayati dan keamanan pangan bagi
kesehatan manusia, keanekaragaman hayati dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Dinata, Deden. 2009. Bioteknologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.