Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak pemberitaan melalui media massa baik media elektronik
maupun media cetak yang diwarnai dengan banyaknya kejahatan

dan

pelanggaran, misalnya pembunuhan, pencurian, penipuan, perkosaan, aborsi dan


lain sebagainya. Kata aborsi tentu terbayang ketakutan yang begitu hebat bagi
umat manusia di mana janin yang tidak berdosa menjadi korban. Oleh karena itu
aborsi diklasifikasikan sebagai kejahatan serius dan bagi pelakunya diancam
sanksi pidana.1
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah
ditulis orang. Kontroversi karena di satu pihak ada di masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk
mereka yang terlambat datang bulan. Di pihak lain abortus tidak dibenarkan dalam
agama.2
Setiap tahun, di seluruh dunia, sekitar 210 juta perempuan mengandung dan
sekitar 130 juta dari mereka melahirkan bayi hidup dan sehat. Sekitar 80 juta ibu
yang mengandung berakhir lahir mati atau spontan atau aborsi. Dalam kasus
terakhir, aborsi sering dilakukan oleh penyedia tidak terampil atau kondisi yang
tidak higienis, atau keduanya. Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja, baik di Negara yang sudah maju maupun di Negara yang sedang berkembang.
Abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula terjadi karena disengaja.3
II. ABORTUS
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus dapat terjadi secara spontan
dan dapat pula terjadi karena dibuat ataupun disengaja. Alasan abortus dibuat
sebagian besar adalah karena kehamilan yang tidak terkehendaki. Di satu pihak
segala sarana untuk mencegah kehamilan dapat diperoleh dengan mudah, di lain
pihak masih ada wanita yang tidak menghendaki adanya kehamilan dan berusaha
dengan segala daya upaya untuk menggugurkan serta tidak jarang menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.4 Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum
tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya

faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan. Abortus provokatus
kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran
kandungan menurut hukum.6
Abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula terjadi karena dibuat atau
sengaja. Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan sengan keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai.4
Secara garis besar abortus dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Abortus dengan penyebab yang wajar (abortus spontanea)
2. Abortus yang sengaja dibuat (abortus provocatus)
- 20% dari semua kehamilan berakhir dengan abortus
- 50-60% dari semua kasus abortus adalah spontanea.
Patut diduga terjadi abortus spontan bila mengenai:
a. Pasangan suami istri yang belum punya anak
b. Ibu yang sudah mempunyai anak tapi masih mendambakan anak.
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada:
a. Wanita hamil diluar pernikahan (belum menikah atau hamil dengan pria
yang bukan suaminya).
b. Kehamilan yang tidak dikehendaki (sudah banyak atau karena faktor
sosial ekonomi).
Penyebab abortus spontan:
a.
b.
c.
d.
e.

Kelainan uterus, kelainan organic (tumor dan infeksi)


Kelainan ovarium (kista)
Penyakit sistemik ibu (Hipertensi kehamilan, Diabetes gestasi)
Hormonal (defisiensi progesterone)
Rhesus factor
Kelainan-kelainan tersebut tidak menjamin tidak terjadinya suatu abortus

provokatus kriminalis. Saat terjadi abortus paling sering terjadi pada kehamilan
kurang lebih 12 minggu pertama.
Abortus provokatus dibagi menjadi dua:
A. Abortus provokatus kriminalis

Kurang lebih 40% dari semua kasus abortus adalah abortus provokatus
kriminalis, pelaku abortus provokatus kriminalis biasanya adalah:4
a. Wanita bersangkutan
b. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa
simpati)
c. Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak
menghendaki seorang wanita hamil.
Bila pelakunya dalah wanita bersangkutan sering timbul akibat yang tidak
diinginkan, sehingga sering harus berurusan dengan polisi. Sebaliknya bila
dilakukan oleh tenaga medis yang ahli biasanya berhasil karena tidak
menimbulkan efek samping sehingga jarang berurusan dengan polisi, namun
hal ini tentulah melanggar kode etik kedokteran.4
Cara cara melakukan melakukan abortus provokatus kriminalis:
1. Kekerasan mekanik :
a) Latihan olahraga berlebih, melakukan aktivitas yang berlebih, tekanan
atau trauma pada abdomen.
b) Lokal : memasukkan alat-alat yang dapat menusuk ke dalam vagina:
pensil, paku, jeruji sepeda, alat merenda, kateter atau alat penyemprot
untuk menusuk atau menyemprotkan cairan ke dalam uterus untuk
melepas kantung amnion dan alat IUD.
2. Kekerasan kimiawi atau obat-obatan atau bahan-bahan yang bekerja pada
uterus.

Pemeriksaan janin
- Berdasarkan panjang badan
Umur (Bulan)

Panjang badan (Cm)


Kepala-tumit

1
2
3
4
5
6
7

1x1 = 1
2x2 = 4
3x3 = 9
4x4 =16
5x5 = 25
6x6 = 36
7x7 = 49

8
9
10
-

8x8 = 64
9x9 = 81
10x10= 100

Berdasarkan pertumbuhan organ janin


Umur (bulan)
2

Ciri-Ciri
Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum

sempurna), kepala menonjol ke dada.


Daun telinga jelas, kelopak mata masih melekat,

leher mulai terbentuk, genitalia belum jelas.


Genitalia eksterna terbentuk dan dapat dikenali, kulit

5
6

merah dan tipis sekali.


Kulit lebih tebal dan tumbuh bulu lengan.
Kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata,

kulit keriput.
Pertumbuhan lengkap dan sempurna.

Penilaian terhadap placenta


Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik
dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran
merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan
mengering menjadi seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan akan terjadi
penyembuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi dalam waktu 15
hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan
tampak reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa sebukan
sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan terlihat sel-sel limfosit dan
jaringan granulasi. Pada bayi yang telah dirawat, tali pusat telah terikat ,
diputuskan dengan gunting atau pisau kurang lebih 5 centimeter dari pusat
bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air,
akan terlihat ujungya terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal
melakukan pembunuhan

dengan mengatakan telah terjadi partus

presipitatus (keberojolan). Pada keadaaan ini tali pusat akan terputus dekat

perlekatannya pada pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang
tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya kaput
suksedenum, molase hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang
primipara.4 Adapun istilah solusio placenta yaitu terlepasnya sebagian atau
seluruh placenta, pada lokalisasi yang normal, sebelum janin lahir pada
umur kehamilan20 minggu atau terlepsnya plasenta pada fundus/korpus

uteri sebelum janin lahir.5


Pemeriksaan pada ibu:
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pelaku baik yang melakukan tindakan abortus
tersebut atau pada wanita yang telah digugurkan kandungannya. Hasil
Tanya jawab dengan pihak-pihak tersebut tidaklah bersifat objektif dan
tidak dapat dipercaya sepenuhnya, oleh karena itu hasil anamnesis ini tidak
dapat dimasukkan sebagai bukti namun dapat ditambahkan dalam
pembuatan visum sebagai kesaksian dari terdakwa.
Kepada wanita yang digugurkan kandungannya, dapat dintanyakan kapan
kejadian tersebut terjadi dan dimana dilakukan. Apakah alasan sebenanrnya
yang mendorong wanita tersebut untuk melakukan tindakan tersebut, serta
apakah tindakan tersebut dilakukan sendiri atau dibantu oleh orang lain,
perlu pula untuk diketahui apakah keinginan untuk menggugurkan
kandungannya memang berasal dari dirinya sendiri atau karena bujukan
orang lain.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum dan Tanda-tanda Vital
Keadaan umum wanita pasca abortus biasanya tampak sakit ringan
hingga berat tergantung dari ada atau tidaknya komplikasi dari tindakan
yang dilakukan pada wanita tersebut. Tekanan darah dapat normal atau
menurun.

Perubahan-perubahan

tanda-tanda

vital

tersebut

dapat

menggambarkan terjadinya syok atau sepsis pada wanita pasca abortus.7


2. Pemeriksaan Tanda-tanda Kehamilan
Perubahan Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi


kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan
striae sebelumnya. Selain itu, pada areola dan daerah genitalia juga
akan terlihat pigmentasi yang berlebihan, pigmentasi yang berlebihan
itu biasanya akan hilang atau sangat berkurang setelah melahirkan.7
Perubahan Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya
dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Putting payudara akan
lebih besar, kehitaman dan tegak.7
Perubahan Pada Uterus
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran uterus
terutama pada diameter anteroposterior, tetapi pada masa gestasi
selanjutnya, korpus uterus hampir membulat garis tengah rata-rata 8 cm
dicapai pada minggu ke-12. Usia kehamilan dapat diperkirakan dapat
diperkirakan melalui tinggi fundus uteri, usia kehamilan 12 minggu
diperkirakan jika ketinggian fundus uteri setinggi simfisis pubis, usia
kehamilan 24 minggu setinggi umbilicus dan dua jari dibawah prosesus
xhypoideus menandakankehamilan sudah mencapai 36 minggu.7
3. Pemeriksaan tanda-tanda Kekerasan
Kekerasan mekanik local dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam.
kekerasan dari luar dapat sendiri oleh si ibu atau orang lain, seperti
melakukan gerakan fisik berlebihan, jatuh, pemijatan/pengurutan perut
bagian bawah. Kekerasan langsung pada perut atau uterus, pengaliran
listrik pada serviks
4. Pemeriksaan Ginekologi
Inspeksi vulva

Adakah perdarahan pervaginam atau tidak, ada jaringan hasil

konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.


Inspekulo
Perhatika perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau

sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium.


Pemeriksaan dalam
Melalui pemeriksaan ginekologi, kita dapat mendeteksi

jika

perempuan itu telah melakukan aborsi atau tidak dengan melihat


komplikasi setelah dilakukan aborsi, yaitu: perforasi, luka pada serviks
uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan dan infeksi.
B. Abortus provokatus medicinalis
Abortus provokatus medicinalis atau therapeuticus adalah suatu jenis
pengguguran kandungan (abortus) yang sengaja dibuat oleh seseorang dengan
maksud kesehatan demi menyelamatkan nyawa perempuan yang mengandung
tersebut, dan sudah tentu pengguguran kandungan (abortus) ini mendapat
pertimbangan medic menurut ilmu kedokteran.7
Indikasi dilakukannya sebuah abortus medicinalis adalah:
a) Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed
b)
c)
d)
e)

abortion).
Mola hidatidosa atau hidramnion akut.
Penyakit keganasan pada jalan lahir
Telah berulang kali mengalami operasi Caesar.
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya
penyakit jantung organic dengan kegagalan jantung, hipertensi,

nephritis, tuberculosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.


f) Penyakit-penyakit metabolic, misalnya diabetes yang tidak terkontrol
yang disertai komplikasi vasksuler, hipertiroid dan lain-lain.
g) Epilepsy, sklerosis yang berat.
h) Hiperemesis gravidarum yang berat, chorea gravidarum
i) Gangguan jiwa disertai dengan kecendrungan untuk bunuh diri. Pada
kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.

Jadi tidak dibenarkan melakukan tindakan abortus atas indikasi: ekonomi,


ethis (akibat perkosaan, akibat hubungan diluar nikah) dan social (khawatir adanya
penyakit turunan, janin cacat). Dalam melakukan tindakan abortus atas indikasi
medik, seorang dokter perlu mengambil tindakan-tindakan pengamanan dengan
mengadakan konsultasi pada seorang ahli kandungan yang berpengalaman dengan
syarat:
a) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
b) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hokum dan
psikolog)
c) Harus ada persetujuan tertulis oleh penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
d) Dilakukan disarana kesehatan yang memiliki tenaga atau peralatan yang
memadai yang ditunjuk oleh pemerintah.
e) Prosedur tidak dirahasiakan.
f) Dokumen medik harus lengkap.
Pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara
yang dibenarkan oleh undang-undang. Popular juga disebut dengan abortus
provokatus therapeuticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi
medic ini diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan.8,9,10
Pasal 15:
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat
dilakukan
a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan dilakukan tindakan
tersebut.

b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian da kewenangan


untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarga terdekat
d)Pada sarana kesehatan tertentu.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat(1) dan ayat(2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 15 dinyatakan
sebagai beriku:
Ayat(1)
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun,
dilarang karena bertentangan dengan norma hokum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat
diambil tindakan medis tertentu.
Ayat(2)
Butir a: indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu
hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir b: tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu
adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya
yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan.
Butir c: hak utama untuk memberikan persetujuan pada ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d: sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki
tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh
pemerintah.
Ayat(3):

Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan sarana kesehatan yang ditunjuk.
III. DASAR HUKUM ABORTUS DI INDONESIA
Pada umumnya, negara-negara di dunia memiliki undang-undang yang
melarang abortus buatan meskipun pelanggaran tersebut tidak bersifat mutlak. Di
Indonesia, perihal mengenai abortus diatur dalam regulasi tentang pengguguran
kandungan yang disengaja (abortus provocatus) dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam BAB XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal
349, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Berikut adalah isi dari
tiap pasal di atas.8,9,10
a. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
b. Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita denga persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.9,10
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidan penjara paling lima belas tahun.
c. Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.9,10
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidan penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346,ataupun melakukan atau membantu salah satu

kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
e. Pasal 283
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak Sembilan ribu rupiah, barang seiapa menwarkan,
memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau
memperlihatkan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaam, maupun
alat untuk menecagah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang
belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa
umumnya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat
ini telah diketahuinya.
2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan
yang melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyakn Sembilan
ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun
untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat(1), jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah
alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.8,9,10
f. Pasal 299
1) Barang siapa mengobati seorang wanita atau dengan sengaja menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
empat puluh lima ribu rupiah.

2)

Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau


menj adikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah

sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencariannya, dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
g. Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu saran untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan sarana atau pertolongan untuk menggugurkan kandungan,
ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta,
menyatakan bahwa sarana atau pertolongan yang demikian itu bisa didapat,
diancam dengan pidana kurunganpaling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatanyang
menggantikan undang-undang kesehatan sebelumnya yaitu Undang-Undang
23 tahun 1992, melalui Pasal 75, 76, dan pasal 77 memberikan penegasan
mengenai pengaturan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Berikut
ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang terdapat dalam
pasal-pasal tersebut:
a. Pasal 75
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dikecualikan
berdasarakan:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin. Yang
menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.

3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan


setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
4)

kompeten dan berwenang.


Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

Pemerintah.8,9,10
b. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan

dan

kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh


menteri;
3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
4) Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
5) Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh menteri.
c. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azhari, dr, Sp.OG. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
Palembang: 2002.
2. Nainggolan, Lukman Hakim. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus
Dalam Perundang-Undangan di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Volume 11: 2006. Halaman 94-102.
3. World Health Organization. Unsafe Abortion. Global and regional estimates
of the incidence of unsafe abortion and associated mortality in 2003. Fifth
edition. Pages 5.
4. Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas kedokteran
Universitas Airlangga: Surabaya, Edisi ketujuh. Hal. 292-301.
5. Tarigian, Djakobus. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. P 1-5
6. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FK UI. 1997. 159-164
7. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Edisi ke 4: 2008. 420-473.
8. Soeridibroto, R Soenarto. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia. Kejahatan. Edisi Lima.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 208-221.
9. Waluyadi. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Dalam Perspektif Peradilan dan
Aspek Hukum Praktik Kedokteran. Hal 77-91.
10. Syafruddin. Abortus Provocatus dan Hukum. Fakultas Hukum. Universitas
Sumatera Utara. P 1-7.

11. W.N.S Perera and P Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal
Abortion. A Case Report, Sri Lanka Jornal of Forensic Medicine, Science and
Law.2011(2): 4-6. Department of Forensic medicine, Faculty of medicine.
Ragama University.
12. Shepherd R. Simpsons Forensic medicine.2 ed. Arnold a member of the
Hodder Headline Group. 2003. Hal 135-140

Anda mungkin juga menyukai