PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak pemberitaan melalui media massa baik media elektronik
maupun media cetak yang diwarnai dengan banyaknya kejahatan
dan
faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan. Abortus provokatus
kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran
kandungan menurut hukum.6
Abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula terjadi karena dibuat atau
sengaja. Dari aspek kedokteran forensik yang diartikan sengan keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai.4
Secara garis besar abortus dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Abortus dengan penyebab yang wajar (abortus spontanea)
2. Abortus yang sengaja dibuat (abortus provocatus)
- 20% dari semua kehamilan berakhir dengan abortus
- 50-60% dari semua kasus abortus adalah spontanea.
Patut diduga terjadi abortus spontan bila mengenai:
a. Pasangan suami istri yang belum punya anak
b. Ibu yang sudah mempunyai anak tapi masih mendambakan anak.
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada:
a. Wanita hamil diluar pernikahan (belum menikah atau hamil dengan pria
yang bukan suaminya).
b. Kehamilan yang tidak dikehendaki (sudah banyak atau karena faktor
sosial ekonomi).
Penyebab abortus spontan:
a.
b.
c.
d.
e.
provokatus kriminalis. Saat terjadi abortus paling sering terjadi pada kehamilan
kurang lebih 12 minggu pertama.
Abortus provokatus dibagi menjadi dua:
A. Abortus provokatus kriminalis
Kurang lebih 40% dari semua kasus abortus adalah abortus provokatus
kriminalis, pelaku abortus provokatus kriminalis biasanya adalah:4
a. Wanita bersangkutan
b. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa
simpati)
c. Orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak
menghendaki seorang wanita hamil.
Bila pelakunya dalah wanita bersangkutan sering timbul akibat yang tidak
diinginkan, sehingga sering harus berurusan dengan polisi. Sebaliknya bila
dilakukan oleh tenaga medis yang ahli biasanya berhasil karena tidak
menimbulkan efek samping sehingga jarang berurusan dengan polisi, namun
hal ini tentulah melanggar kode etik kedokteran.4
Cara cara melakukan melakukan abortus provokatus kriminalis:
1. Kekerasan mekanik :
a) Latihan olahraga berlebih, melakukan aktivitas yang berlebih, tekanan
atau trauma pada abdomen.
b) Lokal : memasukkan alat-alat yang dapat menusuk ke dalam vagina:
pensil, paku, jeruji sepeda, alat merenda, kateter atau alat penyemprot
untuk menusuk atau menyemprotkan cairan ke dalam uterus untuk
melepas kantung amnion dan alat IUD.
2. Kekerasan kimiawi atau obat-obatan atau bahan-bahan yang bekerja pada
uterus.
Pemeriksaan janin
- Berdasarkan panjang badan
Umur (Bulan)
1
2
3
4
5
6
7
1x1 = 1
2x2 = 4
3x3 = 9
4x4 =16
5x5 = 25
6x6 = 36
7x7 = 49
8
9
10
-
8x8 = 64
9x9 = 81
10x10= 100
Ciri-Ciri
Hidung, telinga, jari mulai terbentuk (belum
5
6
kulit keriput.
Pertumbuhan lengkap dan sempurna.
presipitatus (keberojolan). Pada keadaaan ini tali pusat akan terputus dekat
perlekatannya pada pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang
tidak sesuai dengan partus presipitatus adalah terdapatnya kaput
suksedenum, molase hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang
primipara.4 Adapun istilah solusio placenta yaitu terlepasnya sebagian atau
seluruh placenta, pada lokalisasi yang normal, sebelum janin lahir pada
umur kehamilan20 minggu atau terlepsnya plasenta pada fundus/korpus
Perubahan-perubahan
tanda-tanda
vital
tersebut
dapat
jika
abortion).
Mola hidatidosa atau hidramnion akut.
Penyakit keganasan pada jalan lahir
Telah berulang kali mengalami operasi Caesar.
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya
penyakit jantung organic dengan kegagalan jantung, hipertensi,
Dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan sarana kesehatan yang ditunjuk.
III. DASAR HUKUM ABORTUS DI INDONESIA
Pada umumnya, negara-negara di dunia memiliki undang-undang yang
melarang abortus buatan meskipun pelanggaran tersebut tidak bersifat mutlak. Di
Indonesia, perihal mengenai abortus diatur dalam regulasi tentang pengguguran
kandungan yang disengaja (abortus provocatus) dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam BAB XIX Pasal 346 sampai dengan Pasal
349, dan digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa. Berikut adalah isi dari
tiap pasal di atas.8,9,10
a. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
b. Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita denga persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.9,10
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidan penjara paling lima belas tahun.
c. Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.9,10
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidan penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346,ataupun melakukan atau membantu salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut
hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
e. Pasal 283
1) Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak Sembilan ribu rupiah, barang seiapa menwarkan,
memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau
memperlihatkan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaam, maupun
alat untuk menecagah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang
belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa
umumnya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat
ini telah diketahuinya.
2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan
yang melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyakn Sembilan
ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun
untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran
atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau
menggugurkan kehamilan kepada seseorang yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat(1), jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa
tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah
alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.8,9,10
f. Pasal 299
1) Barang siapa mengobati seorang wanita atau dengan sengaja menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak
empat puluh lima ribu rupiah.
2)
sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencariannya, dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
g. Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu saran untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan sarana atau pertolongan untuk menggugurkan kandungan,
ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta,
menyatakan bahwa sarana atau pertolongan yang demikian itu bisa didapat,
diancam dengan pidana kurunganpaling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatanyang
menggantikan undang-undang kesehatan sebelumnya yaitu Undang-Undang
23 tahun 1992, melalui Pasal 75, 76, dan pasal 77 memberikan penegasan
mengenai pengaturan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Berikut
ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang terdapat dalam
pasal-pasal tersebut:
a. Pasal 75
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dapat dikecualikan
berdasarakan:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin. Yang
menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan; atau
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
Pemerintah.8,9,10
b. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
1) Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
2) Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan
dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Azhari, dr, Sp.OG. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan.
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
Palembang: 2002.
2. Nainggolan, Lukman Hakim. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus
Dalam Perundang-Undangan di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Volume 11: 2006. Halaman 94-102.
3. World Health Organization. Unsafe Abortion. Global and regional estimates
of the incidence of unsafe abortion and associated mortality in 2003. Fifth
edition. Pages 5.
4. Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas kedokteran
Universitas Airlangga: Surabaya, Edisi ketujuh. Hal. 292-301.
5. Tarigian, Djakobus. Perdarahan Selama Kehamilan. Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. P 1-5
6. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FK UI. 1997. 159-164
7. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. Edisi ke 4: 2008. 420-473.
8. Soeridibroto, R Soenarto. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia. Kejahatan. Edisi Lima.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 208-221.
9. Waluyadi. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Dalam Perspektif Peradilan dan
Aspek Hukum Praktik Kedokteran. Hal 77-91.
10. Syafruddin. Abortus Provocatus dan Hukum. Fakultas Hukum. Universitas
Sumatera Utara. P 1-7.
11. W.N.S Perera and P Paranitharan. 2011. A Maternal Death due to An Illegal
Abortion. A Case Report, Sri Lanka Jornal of Forensic Medicine, Science and
Law.2011(2): 4-6. Department of Forensic medicine, Faculty of medicine.
Ragama University.
12. Shepherd R. Simpsons Forensic medicine.2 ed. Arnold a member of the
Hodder Headline Group. 2003. Hal 135-140