Anda di halaman 1dari 12

Kasus

Topik: IKA (MENINGOENCEPHALITIS TB)


Tanggal (kasus): 27 Oktober 2015

Persenter: dr. Faza Khilwan Amna

Tanggal Presentasi: 3 Februari 2016


Pembimbing: dr. Diah Erma Sp. A, M.Biomed
Pendamping: dr. Juliana
Tempat Presentasi: Ruang Komite Medik RSUD Sultan Immanudin Pangkalanbun
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Pasien anak perempuan usia 7 tahun dibawa oleh orangtuanya ke poli saraf dengan keluhan utama anggota gerak tubuh
bagian kanan mengalami kelemahan sejak 1 bulan yang lalu. Dalam 2 minggu ini, keluhan disertai kejang yang hilang timbul.
keluhan juga disertai batuk kurang lebih 2 bulan, demam selama 1 bulan naik turun.
Tujuan: Mendiagnosis dan mengatasi menigoencephalitis TB
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Riset
Cara Membahas:
Diskusi
Presentasi dan diskusi

Kasus
Email

Audit
Pos

Data Pasien:
Nama: An NN
Nomor Registrasi:175632
Nama Klinik:
RSUD Sultan Imanuddin, P.Bun
Terdaftar Sejak: 27 Oktober 2015
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Pasien anak perempuan usia 7 tahun dibawa oleh orangtuanya ke poli saraf dengan keluhan utama anggota gerak
tubuh bagian kanan mengalami kelemahan sejak 1 bulan yang lalu. Dalam 2 minggu ini, keluhan disertai kejang yang
hilang timbul. keluhan juga disertai batuk kurang lebih 2 bulan, demam selama 1 bulan naik turun.
1

2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah dibawa berobat
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
Keluhan serupa (-), TB (-), Kejang (-), Alergi (-)
4. Riwayat Keluarga:
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-)
5. Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar tidak terpenuhi
6. Lain-lain:
Diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Daftar Pustaka:
a. Hardiono D. Pusponegoro et al. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. IDAI. 2004
b. Nofareni. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Terjadinya Meningitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. 2003; 1-13.
c. Ginsberg L. Difficult and recurrent meningitis. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry. 2004; 75: 16-21.

d. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia;2010. h. 189-96.
e. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2. Jakarta: Bagian Kesehatan Anak FKUI; 1985.

h.558-65, 628-9
Hasil Pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis meningoencephalitis TB
2. Penatalaksanaan awal yang tepat dan akurat sesuai dengan diagnosis

3. Mewaspadai risiko komplikasi


4. Edukasi dan konseling untuk keluarga
5. Menulusuri penyebab kematian
1. Subyektif:
2

Pasien anak perempuan usia 7 tahun dibawa oleh orangtuanya ke poli saraf dengan keluhan utama anggota gerak
tubuh bagian kanan mengalami kelemahan sejak 1 bulan yang lalu. Dalam 2 minggu ini, keluhan disertai kejang
yang hilang timbul. keluhan juga disertai batuk kurang lebih 2 bulan, demam selama 1 bulan naik turun.
2. Objektif:
Pemeriksaan Fisik :
o Nadi: 90 x/menit, Suhu: 36,8C, RR: 28 x/menit, BB: 15 Kg, TB:, IMT:
o Kulit : ikterik
o Kepala:
Mata : Conjuctiva anemis -/-, Sklera ikterik : -/ Leher : KGB tidak membesar
o Thorax : Bentuk dan pergerakan simetris
Pulmo : Suara dasar paru vesikuler kanan = kiri, ronchi (-), whezing (-)

Cor : S1 dan S2 reguler, bising jantung (-), batas jantung normal.

o Abdomen : Inspeksi : datar


Auskultasi :Bising usus (+) normal
Palpasi : supel (+), hepar dan lien tidak teraba membesar.
3

Perkusi : Timpani
o Ekstremitas : akral hangat, sianosis (), edem -/-

Hasil Laboratorium:
o Darah
Hb: 14,8 g/dl
Leukosit: 13.800 /ul
Hmt: 43,7 %
Trombosit: 616.000 /ul
HJL:
-

asofil : 0

Eosinofil

:0

Stab

:0

Segmen

: 68

Limfosit

: 28

Monosit

:4
4

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang mendukung diagnosis Menigoencephalitis TB.
Terapi
-

O2 nasal canule 2 lpm

Head up position 30

IVFD D5% NS 7 pm (makro)

Inj. Ceftriaxon 1 gr/24 jam

Inj. Kalmethason 3 mg/ 8 jam

Inj. Bisolvon 4 mg/8 jam

Inj. Diazepam 5 mg (bila kejang)

Nebulisasi bisolvon 2 cc + NS 4 cc, selang seling Ventolin respul + NS 4 cc tiap 4 jam

PO: Kombipak 1x3 tab (Rifampisin, INH,Pirazinamid), Etambutol 1x tab

Chest fisioterapi berkala

Assessment (Penalaran Klinis):


Pendahuluan
5

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan
arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa
dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis
purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta
bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang
paling sering terjadi.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan droplet infection yaitu terkena percikan
ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentree utama pada
penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan
sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan
memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.

Patofisiologi

Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus /
bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak, misalnya Abses otak, Otitis
Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan Sinusitis.
Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.Invasi
kuman-kuman ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
Serebrospinal) dan sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat
terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subarakhnoid, kemudian terbentuk eksudat.
Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-sel plasma. Eksudat yang
terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung leukosit polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisaan
dalam terdapat makrofag.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark
otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino-purulen
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal tampak jernih
dibandingkan Meningitis yang disebabkan oleh bakteri.
7

Gejala Klinis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal. Meningitis karena virus ditandai
dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang
disebabkan oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh pembesaran
kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus
ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah
dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung. Meningitis
bakteri biasanya didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus
terjadi secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang,
dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang
44 % anak dengan penyebab Haemophilus influenzae, 25 % oleh Streptococcus pneumoniae, 21 % oleh
Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa biasanya dimulai dengan

gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat,
malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan serebrospinal tampak kabur, keruh atau purulen.
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium prodormal selama 2-3 minggu dengan
gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering
tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng,
opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang
hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi berlangsung selama 1 3 minggu dengan gejala penyakit lebih berat dimana
penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tandatanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu
tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya

Penatalaksanaan meningitis TB
9

Penatalaksanaan meningitis TB berdasarkan tiga komponen berbeda: administrasi obat anti TB, modulasi respon imun
dan manajemen atau penatalaksanaan tekanan intrakranial yang meningkat. Berikut adalah guideline dan dosis
pemberian obat anti TB untuk infant dan anak-anak baik lini pertama dan lini kedua.
Guideline Pemberian obat TB lini pertama

Guideline Pemberian obat TB line kedua

10

Prognosis
Prognosis meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang menimbulkan penyakit, banyaknya
organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia
neonatus, anak-anak dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan cacat
berat dan kematian.
Pengobatan antibiotika yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis purulenta, tetapi 50% dari penderita
yang selamat akan mengalami sequelle (akibat sisa). Lima puluh persen meningitis purulenta mengakibatkan
kecacatan seperti ketulian, keterlambatan berbicara dan gangguan perkembangan mental, dan 5 10% penderita
mengalami kematian.
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan
orang tua. Angka kematian meningitis TBC dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari
pengobatan. Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu. Penderita meningitis karena virus biasanya
menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan,penurunan kesadaran jarang ditemukan. Meningitis viral memiliki
prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu dan dengan pengobatan yang
tepat penyembuhan total bisa terjadi.

11

Pangkalan Bun, 3 Februari 2016


Presenter

Pendamping

(dr. Faza Khilwan Amna)

(dr. Juliana)

Pembimbing

(dr. Diah Erma PS., M.Biomed, Sp.A)

12

Anda mungkin juga menyukai