Anda di halaman 1dari 6

CEKUNGAN BUSUR BELAKANG

Cekungan Sumatera Utara


Cekungan sumaterautara terletak diantara paparan sunda yang berada di daerah
lep[as pantai sebelah timur laut, dan pegunungan barisan yang terletak di
sebelah barat daya. Cekungan sumatera utara terbentuk pada waktu tersier
awal. Lapisan lapisan tersier bawah terutama terdiri dari pasir kwarsa mika
berikut beberapa lapisan lapisan karbonat asal genang lautyang terletak pada
lapisan atasbatuan Pra-Tersier. Selama kala miosentengah sebagian besar dari
daerah ini digenangi lautan yang mengakibatkanbadanya pengendapanserpih
Baong marin setebal 1500 m.
Pada akhir kala Miosen tengah pegunungan barisan terangkat dan menyalurkan
bahan bahan klastik ke cekungan busur belakang Sumatra utara dan
mengakibatkan terbentuknya formasi ketapang dan formasi seurula yang
sebagian besar litologinya terdiri dari batupasir dan serpih hasil susut laut.
Pengisian berakhir pada kala Pliosen atas dengan diendapkannya Formasi Julu
Rayeu yang terdiri dari lapisan lapisan terrestrial dan asal danau. Seluruh daerah
tersebutdipengaruhi oleh perlipatan Plio-Plistosen yang mengakibatkan adanya
konfigurasi struktur dewasa sesar yang memotong daerah ini memperlihatkan
bagian cekungan yang menurun terhadap pantai sebelah timur. Batas barat dari
cekungan ini dibentuk oleh kaki Pegunungan Barisan.
Batuan-batuan yang terdapat dalam Cekungan Sumatra Utara dapat
dikelompokkan menjadi 7 satuan lithostratigrafi, yaitu: Formasi Prapat, Formasi
Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi
Seurula, dan Formasi Julurajeu.
Formasi Prapat
Berumur Eosen Atas sampai Oligosen Bawah. Diendapkan secara tidak
selaras di atas batuan dasar (Pra Tersier), yang terdiri dari konglomerat,
batupasir kasar, dan batupasir mikaan. Secara umum formasi ini
diendapkan pada lingkungan fluviatil sampai laut dangkal.
Formasi Bampo
Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Diendapkan secara
selaras di atas Formasi Prapat, terdiri dari batulanau dan serpih hitam.
Pada batuan-batuan tersebut mengandung sedikit fosil. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan kondisi tertutup (euxinic
condition).
Formasi Belumai
Berumur Miosen Bawah. Terletak selaras di atas Formasi Bampo, batuan
penyusun formasi ini terdiri dari: batupasir dan batugamping di bagian
atasnya. Batuan-batuan tersebut diendapkan pada lingkungan laut

dangkal sampai pantai. Batugamping Arun merupakan reservoir dan


penghasil gas yang besar di daerah Aceh.
Formasi Baong
Berumur Eosen Atas. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas
Formasi Belumai yang batuannya terdiri dari: serpih, serpih gampingan,
dan batulanau. Pada bagian tengah dari formasi ini dijumpai selinganselingan batupasir berbutir halus yang disebut sebagai Middle Baong
Sand, saat ini merupakan obyek pemboran karena sebagai reservoir
yang baik.
Batuan-batuan penyusun formasi ini diendapkan pada
lingkungan laut dalam dengan interupsi-interupsi endapan laut dangkal
yang dicirikan oleh hadirnya lapisan-lapisan batupasir.
Formasi Keutapang
Berumur Miosen Atas. Batuan penyusunnya tersiri dari: selang-seling
antara batupasir, serpih, dan kadang-kadang dijumpai lapisan batubara
muda. Terletak secara selaras di atas Formasi Baong. Pada bagian atas
dari formasi ini batupasirnya lebih dominan. Lingkungan pengendapan
dari formasi ini adalah laut dangkal yang bersifat regresif.
Formasi Seurula
Berumur Pliosen Bawah. Formasi ini menutupi secara selaras Formasi
Keutapang, sedangkan batuan penyusun dari Formasi Seurula terdiri dari
selang-seling antara batubara dan serpih. Apabila dibandingkan dengan
Formasi Keutapang, formasi ini lebih bersifat lempungan dan kurang
karbonan.
Formasi Julurajeu
Berumur Pliosen Atas. Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi
Seurula, yang batuannya terdiri dari: batupasir tufan, lempung, lapisanlapisan batubara muda, dan konglomerat.
Batuan-batuan tersebut
diendapkan pada lingkungan pantai hingga darat.

Cekungan Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah


Cekungan sumatera selatan terletak pada bagian selatan pulau sumatera,
cekungan ini menunjukan sejarah pembentukan yang sama dengan cekungan
sumatera tengah, cekungan ini terjadiakibat adanya graben sehingga
menghasilkan cekungan yang cukup besar batas antara kedua cekungan itu
adalah kawasan yang mengarah timur laut- barat daya melalui bagian utara
pegunungan tigapuluh.cekungan sumatera selatan ini mulai diisi pada kala
eocen akhir yang berupa hasil dari piroklastik yaitu tuff. Sampai kala oligocen
akhir pengisian cekungan berubah menjadi serpih dengan sisipan batupasir dan
batugamping. Terjadi loncatan umur pada litologi yang ditemukan sehingga
ketidakselarasan pada miocen awal ditandai oleh batupasir dengan sisipan
lempung pada formasi talang akar.

Stratigrafi umum dari Cekungan Sumatera Tengah adalah sebagai berikut :


Formasi Pematang
Berumur Oligosen sampai Miosen Awal. Formasi ini menutupi batuan
dasar secara tidak selaras, yang batuannya terdiri dari: konglomerat,
batupasir, dan lempung.
Formasi Sihapas
Berumur Miosen Awal. Diendapkan secara selaras di atas Formasi
Pematang, batuan penyusunnya didominasi oleh batupasir.
Formasi Telisa
Berumur Miosen Awal sampai Miosen Tengah. Batuan penyusunnya
adalah batulempung dengan sisipan batugamping, yang diendapkan
selaras di atas Formasi Sihapas dan di beberapa tempat menunjukkan
hubungan berubah fasies (menjari).
Formasi Wingfoot
Berumur Miosen Tengah. Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi
Telisa, yang batuannya terdiri dari selang-seling batupasir dan
batulempung.
Formasi Petani
Berumur Miosen Atas sampai Plistosen, Batuan penyusun dari Formasi ini
terdiri batupasir, tufaan, batulempung, konglomeratan, dan lapisan
batuanbaru, Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi
Wingfoot.
Stratigrafi Sumatera Selatan dibagi dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Formasi Lahat
Berumur Eosen sampai Miosen Bawah. Formasi ini diendapkan secara
tidak selaras di atas batuan dasar yang berumur Pra Tersier, batuan
penyusun terdiri dari: tuf breksi berwarna ungu, hijau, dan coklat,
batulempung tufan, breksi, dan konglomerat. Ke arah bagian dalam
cekungan, fasiesnya secara berangsur menjadi serpih, serpih tufan,
batulanau, batupasir, dan sisipan batubara.
Pengendapan formasi ini diawali oleh pengendapan non marine, paludal
yang berangsur menjadi kondisi euxinic. Ditemukannya lapisan-lapisan
tipis, batugamping, dan lapisan batuan sedimen yang mengandung
glaukonit menunjukkan lingkungan danau yang kadang-kadang
berhubungan dengan laut terbuka. Di antara batuan-batuan sedimen
yang dijumpai, ada yang menunjukkan ciri endapan kipas alluvial,
endapan fliviatil, dan endapan delta. Tebal formasi ini mencapai 300
meter.
Formasi Talangakar
Berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Formasi Talangakar
diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat, yang batuannya terdiri
dari: batupasir, batupasir gampingan, batulempung, batulempung pasiran
dan sedikit batubara, pada bagian bawah dijumpai batupasir. Formasi ini

diendapkan pada lingkungan fluviatil sampai delta dan marine dangkal


yang menunjukkan adanya transgresi marine. Pada beberapa tempat
dijumpai batupasir di daerah tinggian (Pendopo High: atau dekat Paparan
Sunda). Secara lateral formasi ini berubah fasies dengan Formasi Gumai.
Formasi ini merupakan penghasil hidrokarbon di Cekungan Sumatra
Selatan.
Formasi Batu Raja
Berumur Miosen Bawah. Formasi ini diendapkan secara selaras si atas
Formasi Talangakar, yang batuannya tersusun dari: napal, batugamping
lempungan, dan batugamping terumbu. Terumbu-terumbu tersebut pada
umumnya berkembang di tempat yang berasosiasi dengan daerah
tinggian (Musi, Betung Kuang Cross Trend). Ke arah dalam cekungan,
formasi ini didominasi oleh napal, sedangkan ketebalan seluruhnya
mencapai 160 meter. Di subcekungan Palembang, batugamping terumbu
dari Formasi Batu Raja merupakan penghasil hidrokarbon.
Formasi Gumai
Berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah.
Formasi Gumai
diendapkan secara selaras di atas Formasi Batu Raja yang batuanbatuannya menunjukkan ciri hasil pengendapan genang laut. Formasi ini
tersusun oleh serpih marin dengan beberapa lapisan tipis napal atau
batugamping di bagian bawahnya. Ketebalannya mencapai 2.200 meter.
Formasi ini dianggap sebagai batuan induk hidrokarbon yang cukup
potensial.
Formasi Air Benakat
Berumur Miosen Tengah, diendapkan secara selaras di atas Formasi
Gumai. Batuan penyusun formasi ini adalah: batulempung pasiran,
batupasir glaukonitan, dan kadang-kadang batupasir gampingan. Dari
ciri-ciri batuannya menunjukan hasil pengendapan awal regresi. Bagian
bawah dari formasi ini diendapakan pada lingkungan neritik, sedangkan
bagian atasnya diendapakan pada lingkungan laut dangkal. Penyebaran
batuan dari Air Benakat lebih luas bila dibandingkan dengan penyebaran
Formasi Gumai. Formasi ini On Lapoing kearah timur paparan sunda
sehingga menuitupi diatas batuan yang berumur Pratersier, yang
memungkinkan terbentuknya rangkap stratigarafi. Formasi Air Benakat
merupakan Reservoir yang penting di Cekungan Sumatra Selatan
terutama di daerah Jambi. Ketebalannya berkisar antara 100 1300 m.
Fornasi Muara Enim
Berumur Miosen Atas, diendapkan secara selaras diatas Formasi Air
Benakat. Batuan penyusun terdiri dari : batupasir Tuffan, batulempung
pasiran,dan batubara. Ciri ciri batuan penyusun dari formasi ini
menunjukan hasil endapan fase Regresi, yang diendapkan pada laut
dangkal, payau sampai paludal. Ketebalannya berkisar antara1501000m.

TUGAS KULIAH SRATIGRAFI INDONESIA


CEKUNGAN BELAKANG BUSUR
PULAU SUMATERA

DISUSUN OLEH :
RINGGIT DIBYO PJ111.030.036
IQBAL BULDANI

111.030.045

HERGA FERDIAN I

111.030.059

LEON TAUFANI

111.030.163

SARIKA OKTAVIANI

111.030.170

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

YOGYAKARTA
2006

Anda mungkin juga menyukai