Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LATAR BELAKANG

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 15 % penyulit kehamilan dan merupakan


salah satu penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu maupun bayi. Hipertensi dalam
kehamilan dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil sehingga pegetahuan tentang
pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua tenaga
medik baik di pusat mau di daerah.1
Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini cukup sering dijumpai dan masih
merupakan salah satu penyebab kematian ibu. Di Amerika Serikat, misalnya hampir 33%
dari kematian ibu disebabkan oleh penyakit hipertensi dalam kehamilan. Hipertensi dalam
kehamilan juga merupakan penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian perinatal.
Kematian bayi ini terutama disebabkan oleh partus prematurus yang merupakan akibat dari
penyakit hipertensi.1
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Golongan penyakit
ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuria, edema, kejang, koma, atau
gejala-gejala lain. Di Amerika hipertensi kronik sangat berhubungan dengan morbiditas
janin dan ibu akibat daripada peningkatan tekanan darah, namun angka morbiditasnya lebih
tinggi pada kasus hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia. Di Indonesia,
morbiditas dan mortalitas hipertensi dalam kehamilan masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan selain etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani
oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna.1

BAB II
PEMBAHASAN
2.0 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
2.1 Defnisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.1, 2, 3, 4
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National
High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001, ialah:1, 4
1. Hipertensi kronik: Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul pada usia
kehamilan kurang 20 minggu atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah usia
kehamilan 20 minggu atau lebih dan menetap sampai 12 minggu pasca bersalin.
2. Preeklampsia-eklampsia: Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia
kehamilan 20 minggu atau lebih disertai dengan proteinuria. Manakala, eklampsia
adalah

preeklampsia

kesadaran/koma.
3. Hipertensi kronik

yang

dengan

disertai

dengan

superimposed

kejang

preeklampsia:

dan/atau

penurunan

Hipertensi

dengan

superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai dengan tandatanda preeklampsia atau hipertensi kronik yang disertai dengan proteinuria.
4. Hipertensi gestasional: Hipertensi gestasional atau disebut juga transient
hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai dengan
proteinuria dan hilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tandatanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria.

Gejala dan tanda

Gejala dan tanda

Diagnosis

yang selalu ada


Tekanan diastolik 90 mmHg pada

yang kadang-kadang ada

kemungkinan
Hipertensi Kronik

kehamilan < 20 minggu


Tekanan diastolik 90 - 110 mmHg

Hipertensi

pada kehamilan < 20 minggu

dengan

Proteinuria < ++
Tekanan diastolik 90 - 110 mmHg

preeklamsia ringan
Hipertensi Gestasional

Kronik
superimposed

(2 pengukuran berjarak 4 jam) pada


kehamilan > 20 minggu
Proteinuria Tekanan diastolik 90 - <110 mmHg

Preeklampsia ringan

(2 pengukuran berjarak 4 jam) pada


kehamilan > 20 minggu
Proteinuria +
Tekanan diastolik 110 mmHg pada -Hiperrefleksia

Preeklampsia berat

kehamilan > 20 minggu

-Nyeri kepala (tidak hilang

Proteinuria ++

dengan analgetika biasa)


-Penglihatan kabur
-Oliguria (<400 ml/24 jam)
-Nyeri

abdomen

atas

(epigastrium)
-Edema paru
-Koma

Kejang

Tekanan diastolik 90 mmHg pada -Sama seperti preeklamsia


kehamilan >20 minggu

berat

Proteinuria ++

2.2.1

Hipertensi Gestasional

Eklampsia

Definisi timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah
sebelumnya normal dan tidak disertai proteinuria. Gejala ini akan hilang dalam

waktu < 12 minggu pascapersalinan.


Penanganan
Tangani secara rawat jalan:
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk prteinuria), dan kondisis janin setiap minggu.
b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan.
c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
d. Beritahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia atau
eklamsia.
e. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
2.2.2 Hipertensi Kronis
Diagnosis hipertensi kronis dalam kehamilan ditegakkan apabila hipertensi
(140/90 mmHg atau lebih) sudah terjadi sebelum kehamilan, atau telah muncul
sebelum 20 minggu kehamilan, dan hipertensi menetap sampai lama setelah
persalinan. Pada umumnya terjadi pada multipara dan mempunyai riwayat hipertensi
dalam keluarga. Faktor penyebab lain, diantaranya:1, 5, 6, 7, 8
1. Hipertensi esensisal familial merupakan penyebab terbanyak.
2. Kelainan arteri hipertensi renovaskular dan koarktasio aorta.
3. Kelainan endokrin diabetes mellitus, sindrom cushing, aldosteronisme
primer, feokromositoma, dan tirotoksitosis.
4. Glomerulonefritis akut dan kronis.
5. Penyakit jaringan ikat lupus eritematous, scleroderma, dan periarteritis
nodosa.
6. Penyakit gagal ginjal akut.
7. Kegemukan.
Hipertensi kronis dapat menyebabkan kematian pada ibu baik hamil atau tidak.
Kematian dapat terjadi akibat timbulnya payah jantung atau komplikasi
cerebrovaskular (CVA). Pada hamil muda dapat terjadi akibat adanya penyakit ginjal
yang primer. Dalam kehamilan sering kali disertai dengan komplikasi solusio
plasenta, pertumbuhan janin terhambat, dan kematian janin.
2.2.3

Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi kronis yang disebabkan oleh


kelainan vaskular (arteriosklerosis). Wanita hamil dengan hipertensi essensial
biasanya hanya menunjukkan gejala hipertensi tanpa gejala-gejala lain. Gejala-gejala
sekunder seperti kelainan jantung, arteriosklerosis umum dalam otak, penyakit
ginjal, perdarahan atau eksudat retina baru timbul apabila penyakitnya sudah lanjut.
Meningkatnya tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya hambatan dalam
pembuluh-pembuluh darah perifer, terutama akibat dari vasokonstriksi umum.
Sebagian besar ibu yang hamil dengan menderita hipertensi esensial yang ringan,
yaitu yang berlangsung lama dengan pemburukan secara lambat. Tensi berkisar
antara 140/90 dan 160/100. Jarang sekali penyakit ini berubah menjadi hipertensi
yang berat; dalam waktu singkat tekanan darah sistolik mencapai 200 mmHg atau
lebih, dan penyakit memburuk dengan sangat cepat.
Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai
cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga di antara para wanita penderita tekanan
darahnya meningkat setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala-gejala lain.
Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu
gejala pre-eklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri
epigastrum, muntah, gangguan visus (superimposed pre-eclampsia), bahkan dapat
timbul serangan eklampsia dan perdarahan otak. Hipertensi esensial lebih sering
dijumpai pada multipara dalam usia lanjut. Selain itu faktor keturunan dan obesitas
merupakan faktor predisposisi. Biasanya disertai dengan gejala diabetes. Hipertensi
esensial dalam kehamilan, dapat berlanjut menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Preeklampsia dan/ atau eklampsia


Hipertensi ensefalopati
Gagal jantung
Gagal ginjal
Solusio plasenta
Gangguan pertumbuhan janin maupun kematian janin

Semakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat penyakitnya


dan semakin buruk prognosisnya.
Diagnosis

Diagnosis hipertensi esensial dalam kehamilan dibuat apabila tekanan darah


140/90 atau lebih sebelum wanita menjadi hamil, atau menunjukkan kenaikan
tekanan darah sebelum kehamilan mencapai 20 minggu, tanpa disertai gejala-gejala
pre eklampsia, glomerulonefritis, atau pielonefritis. Untuk menilai keadaan penderita
dan prognosis, perlu pula dilakukan pemeriksaan jantung, urin, faal ginjal, dan
funduskopi.
Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tanpa penyulit, maka
kehamilan dapat diteruskan. Pengawasan antenatal dengan perhatian khusus pada
istirahat dan pertumbuhan janin.
1. Istirahat
Wanita harus cukup tidur malam, sekurang-kurangnya 8-10 jam, dan waktu siang
harus tidur atau istirahat minimal 2 jam. Pekerjaan rumah tangga dikurangi.
2. Pengawasan pertumbuhan janin
Pertumbuhan dan kesehatan janin selama berlangsungnya kehamilan dan persalinan
perlu mendapat pengawasan secara klinis dilakukan pula pemer
iksaan-pemeiksaan dan pengawasan secara khusus jika diperlukan, seperti
sefalometrik ultrasonik, elektrokardiografi fetal, penentuan kadar estrol dalam urin,
amnioskopi, penentuan pH darah janin dan pencatatan kontinu detik jantung janin
3. Obat penenang
Ketenangan jiwa penderita sangat diperlukan , yang dapat dicapai dengan
pendekatan secara psikologis dan kalau perlu, ditambah dengan obat-obat penenang,
seperti solusio Charchot, diazepam (valium), prometazin (Phenergan) atau obat tidur
dalam dosis rendah (Phenobarbital 3 kali 30 mg sehari).
4. Obat antihipertensi
Obat-obat untuk menurunkan tekanan darah perlu diberikan apabila tensi mencapai
160/100 atau lebih.
5. Kenaikan berat badan yang berlebihan sedapat-dapatnya harus dicegah.
Wanita diberi diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah
garam. Bahkan wanita yang terlampau gemuk perlu diturunkan berat badannya.
6. Pengakhiran kehamilan
Baik yang masih muda maupun yang sudah lanjut, perlu dilakukan apabila terjadi
superimposed pre eclampsia, hipertensi ganas atau apabila tekanan darah sudah
mencapai 200/120 atau lebih dalam kehamilan muda. Dalam hal demikian tidak ada
gunanya untuk menunggu lebih lama karena janin akan mati, sedang prognosis ibu

makin lama makin menjadi buruk. Lebih bijaksana untuk melakukan abortus buatan
atau induksi persalinan yang disusul dengan sterilisasi. Pada primi tua dengan janin
yang masih hidup dilakukan seksio sesarea primer. Indikasi-indikasi lain bagi
pengakhiran kehamilan ialah pembesaran jantung dengan perubahan-perubahan
EKG, kerusakan ginjal, eksudat lama dan perdarahan baru dalam retina.
Prognosis
Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat dan kehamilan kurang baik.
Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan 2%, dan kematian
biasanya disebabkan perdarahan otak, dekompensasio kordis, atau uremia. Kurang
baiknya prognosis bagi janin disebabkan oleh sirkulasi utero-plasenta yang kurang
baik pada hipertensi berat. Janin tumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan
prematur, atau mati dalam kandungan, sering pula terjadi solusio plasenta yang
mempunyai akibat buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Angka kematian anak
kira-kira 20%. Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tidak ditambah
dengan pre eklampsia, maka prognosis bagi ibu dan anak cukup baik.
Pasien dengan hipertensi esensial dapat melewati kehamilannya dalam keadaan
yang cukup baik tanpa diberati dengan preeklampsia atau eklampsia. Akan tetapi,
apabila diperberat dengan preeklampsia, prognosis untuk ibu dan anak menjadi
kurang baik. Semakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat
penyakitnya dan semakin buruk prognosisnya. Keadaan lain yang memperburuk
prognosisnya yaitu :
1.
2.
3.
4.

Adanya pembesaran jantung


Faal ginjal yang kurang
Kelainan pada retina (hemoragi atau eksudat)
Tensi permulaan 200/120 mmHg

2.2.4 PREEKLAMPSIA
Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria pada umur kehamilan > 20
minggu. 1, 4, 5, 9
Klasifikasi

Preeklampsia ringan (PER): Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg

dengan proteinuria 300mg/24 jam / +1 dipstik.


Preeklampsia berat (PEB): Sistolik > 160 mmHg / diastolik >110mmHg dengan
proteinuria 2 gr/24 jam / 2 dipstik.

Faktor Risiko
Primigravida
Hiperplasentosis: mola, gemeli, diabetes, hidrops fetalis, dan bayi besar.
Riwayat preeklampsia-eklampsia
Penyakit ginjal dan hipertensi sebelum hamil
Obesitas

Etiopatogenesis
Beberapa karakteristik wanita yang dapat berkembang menjadi hipertensi dalam
kehamilan:1, 3, 6

Pertama kali terekspos vili korion


Terekspos banyak vili korion seperti pada mola, gemeli.
Memiliki penyakit yang menyebabkan aktivasi sel endotel seperti diabetes, penyakit

ginjal dan kardiovaskular.


Memiliki faktor predisposisi genetik
Etiologi dari preeklampsia masih belum jelas, beberapa teori dikemukaan untuk

menjelaskan etiologi dari penyakit ini:


1. Abnormalitas invasi trofoblas pada pembuluh darah uterus.
2. Maladaptif imunologis antara ibu, plasenta dan bayi.
3. Maladaptasi kardiovaskular atau inflamasi maternal terhadap perubahan pada
kehamilan.
4. Faktor genetik

Patogenesis dan Patofisiologis


Pada hipertensi kehamilan terjadi vasospasme dari pembuluh darah. Beberapa
teori yang menyebutkan mekanisme preeklampsia:1
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
a) Normal :
Remodeling Arteri Spiralis1
Arteri Uterina
Arteri Aortika
Arteri Arkuata -----------> miometrium
Arteri Radialis
Arteri Basalis -------------> Endometrium
Arteri Spiralis
Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spriralis
Degenerasi lapisan otot
Jaringan matriks menjadi rusak dan memudahkan lumen
mengalami distensi dan dilatasi

TD, resistensi vaskular, aliran darah uteroplasenta


Perfusi meningkat dan aliran darah ke janin baik
Janin tumbuh dengan baik

b) Dalam keadaan hipertensi:1


Tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis
dan jaringan matriks sekitarnya
Lapisan otot arteri spiralis jadi kaku dan keras
Lumen tidak berdilatasi dan distensi
Arteri spiralis vasokonstriksi
Aliran darah uteroplasenta
Hipoksia dan iskemia plasenta

10

2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas dan Disfungsi Endotel1


3. Teori Intoleransi Imunologik Ibu dan Janin

hipoksia dan
iskemia
menghasilkan radikal
bebas (radikal
hidroksida)
radikal hidroksil merusak sel yang
mengandung banyak as. lemak
tidak jenuh
terbentuk peroksida
lemak
merusak membran sel,
nukleus, protein sel
endotel

ada di aliran
darah
merusak
membran sel
endotel
kerusakan
endotel

disfungsi endotel
gangguan
metabolisme
prostaglandin
prostasiklin

vasokonstriktor
kuat

vasokontriksi

agregas
i sel sel
trombo
sit
produks
i
trombo
ksan
(TXA2)
vasoko
ntriktor
kuat
vasokonstriksi
11

perubahan
sel endotel
kapiler
glomerulus
glomerulus
endoteliosis

proteinuria

produksi
vasopresso
r
meningkat
endotel
in
mening
kat
vasokonstrik
si

permea
bilitas
kapiler

perpindah
an cairan

edema

Pada keadaan normal ini tidak akan menolak hasil konsepsi yang dianggap benda
asing oleh tubuh karena ada pelindung yaitu HLA-G. HLA-G ini memberikan
kemudahan trofoblas dalam proses invasi dan melindungi trofoblas dari lisis oleh
natural killer cell. Namun, pada keadaan hipertensi kadar HLA-G menurun
sehingga menyebabkan kegagalan trofoblas dalam remodelling dan melindungi
lisis dari NK cell.1
4. Teori Stimulus Inflamasi
Saat keadaan hipertensi terjadi suatu reaksi inflamasi yang menyebabkan
disfungsi endotel yang akan mengakibatkan penurunan NO, penurunan
prostaglandin, peningkatan endothelin-1 dan peningkatan sensitivitas terhadap
vasopressoryang dapat menyebabakan vasokonstriksi.1
5. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada kedaan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor
sehingga untuk vasokonstriksi membutuhkan bahan vasopresor yang tinggi. Pada
hipertensi dalam kehamilan pembuluh darah tidak refrakter sehingga mudah
melakukan vasokontriksi.1
6. Teori Defisiensi Gizi/Diet
Diketahui asam lemak jenuh sangat yang penting bagi tubuh, jika tubuh
kekurangan zat tersebut dapat menimbulkan hipertensi dalam kehamilan. Asupan
antioksidan yang dari makanan kurang terpenuhi menyebabkan radikal bebas
dalam tubuh dalam kadar yang tinggi sehingga akan menyebabkan disfungsi
endotel.1

Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia1


Volume plasma: Penurunan volume 30-40% dibandingkan hamil normal diimbangi

dengan vaso kontriksi.


Hipertensi: Peningkatan reaktivitas vaskular dimulai umur kehamilan 20 mingggu
dan normal kembali beberapa hari setelah persalinan.

12

Fungsi ginjal: Oliguria, kerusakan sel glomerulus>proteinuria, Glomerular capillary


endotheliosis, nekrosis tubulus> gagal ginjal akut, kerusakan intrinsik karena

vasospasme, asam urat meningkat, kreatinin meningkat.


Tekanan onkotik: Menurun karena protein darah menurun dan

permeabilitas vaskular.
Viskositas darah: viskositas darah meningkat dan menimbulkan resistensi vaskular

meningkat dan menurunnya blood flow organ.


Hematokrit: meningkat karena hipovolemi.
Edema: edema dijumpai pada 80% pada preeklampsia. Bisa edema ditangan, muka

dan anasarka.
Hematologi: Trombositopenia dan hemolisis angiopatik.
Hepar:terjadi vasospasme, iskemik,dan perdarahan > nekrosis> enzim hepar

meningkat. Dapat terjadi subscapular hematom > ruptur hepar.


Neuroogik: Nyeri kepala, gangguan visus, hiperrefleks, kejang.
Kardiovaskular: Peningkatan afterload dan penurunan preload.
Paru: berisiko edema paru.
Janin: Penurunan perfusi utero plasenta>IUGR, Prematur, solusio plasenta,

peningkatan

oligohidramnion.
Pencegahan
Beberapa strategi digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan dari

preeklampsia. Beberapa diantaranya:


Diet: diet rendah garam, kalsium atau suplemen minyak ikan.
Aktivitas: aktivitas fisik, peregangan.
Obat kardiovaskular: diuretik, obat antihipertensi.
Antioksidan: vit. C, vit. E, vit. D.
Obat antitrombotik: aspirin dosis rendah, aspirin + heparin, heparin + ketanserin.

A. PREEKLAMPSIA RINGAN
Definisi
Suatu sindroma spesifik pada kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel ditandai
dengan Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg dengan proteinuria
300mg/24 jam / +1 dipstik.1, 3, 4
Penatalaksanaan

13

Rawat inap. Jika pasien menolak > rawat jalan dengan pemantauan tekanan darah

2x/hari dan proteinuria setiap hari.


Dapat diberikan suplemen antioksidan atau antiagregasi trombosit.
Roboransia
Berikan obat antihipertensi (metil dopa 3x250 mg / nifedipin 3x10mg)
Berikan kortikosteroid jika usia kehamila 24-34 minggu
Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG.
Dapat diberikan kortikosteroid untuk pematangan paru.
Pada kehamilan 37 minggu > terminasi.
Bila tensi normal pasien dapat dipulangkan dengan nasihat istirahat dan penjelasan
mengenai tanda-tanda preeklampsia berat, serta kontrol 2x seminggu.

PER

37 minggu

< 37 minggu

PJT, Gawat janin


Rawat inap

rawat jalan
Menetap

14

membaik

PEB
Terminasi

membaik

kelola PEB

kehamilan aterm

B. PREEKLAMPSIA BERAT
Definisi
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteniuria +2
dipstick.1, 5, 6, 9
Gejala Impending eklampsia:
- Nyeri kepala hebat
- Gangguan visus
- Muntah-muntah
- Nyeri epigastrium
- Kenaikan progresif tekanan darah
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklampsia berat untuk mencegah terjadinya eklampsia. Dasar
pengobatan istirahat, diet, sedatif, obat-obatan antihipertensi, dan induksi persalinan.
Penanganan PEB dilakukan secara aktif dan konservatif. Penanganan aktif
(aggressive management) berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Penanganan konservatif (espektatif)
berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
medikamentosa.
Perawatan aktif :
Indikasi : jika terdapat gejala 1/lebih gejala berikut:
-

Ibu : Kehamilan 37 minggu, gejala impending eklampsi, kegagalan


terapi konservatif, diduga solusio plasenta dan timbul onset persalinan

(ketuban pecah atau perdarahan).


Janin : Adanya tanda-tanda gawat janin (fetal distress), tanda-tanda
pertumbuhan janin terhambat (PJT), nonreaktif dengan profil biofisik
abnormal, dan terjadinya oligohidroamnion.

15

Laboratorium : Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khususnya

menurunnya trombosit dengan cepat.


Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan) dilakukan
berdasar keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah
inpartu atau belum.
Pemberian medisinal :
- Infus RL 500 cc
- MgSO4, cara pemberian :
o Melalui IV
Dosis awal : 4 gr (10 cc MgSO 4 40%) dilarutkan ke dalam

100 cc NaCl diberikan dalam 15-20 menit


Dosis pemeliharaan : 6 gr (15 cc MgSO4 40%) dalam 500
cc RL 20-30 tpm

o Syarat pemberian MgSO4 :


Terdapat antidotum yaitu kalsium glukonas 10% 1 gr
dalam 10 cc beri secara IV dalam 3-5 menit
Refleks patela +
RR 16x/ menit
Urin 30 cc dalam 1 jam
o Dihentikan jika :
Ada tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pasca persalinan
Dalam 6 jam sudah terjadi perbaikan tekanan darah
o Pemberian antihipertensi
Nifedipin 10-20 mg diulang 30 menit, maksimum 120
mg/hari diberikan secara oral (tidak boleh diberikan

sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat)


Dopamet 3x250 mg

Perawatan Konservatif :
- Indikasi : usia kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
-

impending eklampsi dengan kondisi janin baik


Pengobatan medisinal : Diberikan pengobatan medisinal yang sama
dengan perawatan aktif. 8 gr MgSO4 40% secara IM

16

Pemberian MgSO4 dihentikan apabila sudah terlihat tanda-tanda


-

preeklamsi ringan.
Pengelolaan obstetrik :
o Tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk melihat
kesejahteraan janin, kehamilan tidak diakhiri.
o Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi.

Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan terbaik preeklampsi yaitu dengan cara terminasi kehamilan
karena kehamilan itu sendiri, preeklampsi akan membaik setelah persalinan,
dan mencegah timbulnya kematian janin dan ibu. Cara terminasi kehamilan:1

Terminasi kehamilan
Belum inpartu

Inpartu

1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin
dengan syarat skor Bishop 6
2. Seksio Sesaria
Syarat : ada kontraindikasi
pemberian oksitosi 8 jam
belum masuk fase aktif

17

1. Kala I Fase laten :


Amniotomi + tetes oksitosin
dengan syarat skor Bishop 6
2. Kala I Fase aktif :
Amniotomi, bila his tidak
adekuat berikan drips
Oksitosin. bila setelah 6
jam belum ada pembukaan
lengkap dilakukan SC

PEB
37 minggu, gawat janin (+),

< 37 minggu, gawat

janin (-),
HELLP Syndrome, PJT

HELLP Syndrome (-),

PJT (-)
Aktif

Konservatif
MgSO4, Antihipertensi,
Suportif

Terminasi

48 jam tidak membaik

membaik
menjadi

PER
Pervaginam

Seksio sesaria

Kelola seperti

PER

KOMPLIKASI
Eklampsia
Sindrom HELLP
Acute kidney injury
Edema serebral
Perdarahan otak

2.2.5 EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia adalah kejang yang terjad pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, edema dan/atau
proteinuria).1, 3, 4, 5, 7

18

Epidemiologi
Insidensi bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Insidensi rendah
umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik,
penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang
sempurna. Di negara-negara berkembang insidensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %,
sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 0,1 %.

Etiologi
Penyebab eklampsia belum diketahui benar. Oleh karena, eklampsia merupkan
kelanjutan atau stadium akhir dari preeklampsia.

Klasifikasi
Menurut kejadian saat terjadinya, eklampsi dibedakan sebagai berikut :
1. Eklampsi antepartum (graviditatum), eklampsi yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsi intrapartum (perpitatum) eklampsi yang terjadi sewaktu persalinan
3. Eklampsi pascapersalinan (perforiantum) eklampsi yang terjadi setelah
persalinan

Tanda & Gejala


Umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, nyeri
di epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas dan hiperefleksia.
Kejang pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :

19

1. Tingkat invasi/ Tingkat Permulaan


Mata terpaku, kepala dipalingkan pada salah satu sisi, dan kejang-kejang halus
terlihat pada wajah. Berlangsung beberapa detik.
2. Tingkat kontraksi/Tingkat kejangan tonik
Seluruh badan menjadi kaku, kadang-kadang terjadi epistotonus. Berlangsung
selama 15-20 detik.
3. Tingkat konvulsi/ Tingkat kejang klonik
Terjadi kejang yang hilang timbul, rahang dan mata membuka dan menutup, otot
wajah dan badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang terjadi sangat kuat
hingga pasien dapat terlempar dari tempat tidurnya dan lidahnya tergigit. Terdapat air
liur yang berbuih bercampur darah keluar dari mulut, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Berlangsung selama 1 menit.
4. Tingkat koma
Setelah kejang klonik pasien jatuh dalam koma, lamanya bervariasi bisa menit
hingga berjam-jam. Setelah pasien sadar biasanya tidak akan ingat kejadian
sebelumnya.

Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya harus menyingkirkan keadaan-keadaan lain
dengan kejang dan koma. Diagnosis eklampsi dapat terlihat dengan adanya tanda dan
gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda utama (hipertensi, edema, proteinuria)
yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka diagnosis
eklampsia sudah tidak diragukan.
Diagnosis untuk eklampsi :

20

Tekanan darah tinggi, 180/110 mmHg

Denyut nadi kuat dan berisi

Nadi kecil dan cepat

Demam tinggi

Pernafasan cepat dan berbunyi

Sianosis

Proteinuri hampir selalu ada

Edema

Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah:

Cegah timbulnya kejang

Turunkan / kontrol tekanan darah dengan syarat penurunan tekanan darah


tidak boleh > 20% dalam 1 jam

Atasi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis pemberian cairan,


misalnya cairan Ringer Laktat. Produksi urin tidak boleh < 30 cc/jam dan
tekanan vena sentral tidak > 6-8 cm air.

Atasi hipoksia dan asidosis oksigen

Akhiri kehamilan tanpa memandang umur kehamilan setelah kejang dapat


diatasi dan hemodinamik ibu stabil.

Pasien dengan eklampsia perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan di
lakukan kerjasama dengan bagian lain yang terkait.

1. Profilaksis
Upaya pencegahan eklampsi dilakukan dengan cara menemukan kasus preeklampsi
sedini mungkin dan mengobatinya dengan adekuat. Tindakan dapat berupa :

21

a. Identifikasi faktor predisposisi


b. Menetukan gejala awal hipertensi, edema, dan proteinuria
c. Rujukan yang tepat
d. Perawatan jalan atau inap
e. Pengobatan medisinal
f. Pengelolaan obstetrik untuk mengakhiri kehamilan

2. Pengobatan
a. Obat antikejang
Pemberian MgSO4 sesuai dengan pengelolaan PEB
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO 4 IV selama
2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja.

b. Obat-obat suportif
Pemberian obat-obatan antihipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotik, dan
antinyeri disesuaikan dengan indikasi

c. Perawatan pasien dengan serangan kejang


Bersamaan dengan bagian saraf, perawatan penderita dilakukan :
-

Di kamar isolasi yang cukup terang dan tenang

22

Masukkan sulip lidah ke dalam mulut penderita

Kepala direndahkan, daerah orofaring dihisap

Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur untuk menghindari
fraktur

d. Perawatan pasien dengan koma

Infus manitol 20% : 200 cc (diguyur) 6 jam lanjut 150 cc (diguyur), 6 jam
lanjut 150 cc lagi (diguyur). Total pemberian 500 cc sehari. Pemberian
dilakukan selama 5 hari

Infus cairan gliserol 10% 30 tetes/menit selama 5 hari

Dexametason i.v 4 x 8 mg sehari, ditapering off

Glasgow-Pittsburg- Coma Scale

Pencegahan dekubitus

Pemberian nutrisi melalui NGT

e. Pengelolaan obstetrik

Terminasi kehamilan seksio sesarea

Persalinan pervaginam dipertimbangkan pada keadaan-keadaan sebagai


berikut:
o Pasien inpartu, kala II

23

o Pasien yang sangat gawat (terminal stage) yaitu dengan criteria


Eden yang berat
o Syndrom HELLP
o Komplikasi serebral (CVA, stroke, dan lain-lain).
o Kontraindikasi operasi (ASA IV)
Prognosis
Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara kurang maju disebabkan oleh
kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal, penderita sering terlambat
mendapatkan pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh
perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal dan
masuknya isi lambung ke dalam jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab
kematian bayi terutama karena hipoksia intrauterine dan prematuritas. Secara umum
prognosis kurang baik untuk ibu maupun anak.Paritas dan umur ibu mempengaruhi
prognosis. Diuresis ~ produksi urine > 800 cc, 24 jam atau 200 cc/jam, prognosisnya
akan lebih baik. Sebaliknya, oliguri atau anuri merupakan gejala yang buruk.

24

BAB III
KESIMPULAN

Prognosis ibu dengan hipertensi dalam kehamilan kurang baik. Angka


kematian pada hipertensi berkisar antara 1% dan 2%. Tingginya kematian ibu dan
anak di negara-negara kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan natal, penderita sering terlambat mendapatkan pengobatan
yang tepat. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio
kordis dengan edema paru-paru, payah ginjal dan masuknya isi lambung ke dalam
jalan pernapasan saat kejang. Sedangkan sebab kematian bayi terutama karena
hipoksia intrauterine dan prematuritas. Kurang baiknya prognosis bagi janin
disebabkan oleh sirkulasi utero-plasenta yang kurang baik pada hipertensi berat.

25

Janin tumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan prematur, atau mati dalam
kandungan, sering pula terjadi solusio plasenta yang mempunyai akibat buruk, baik
bagi ibu maupun bagi anak. Angka kematian anak kira-kira 20%. Apabila penyakit
hipertensi esensial tidak berat dan tidak ditambah dengan pre eklampsia, maka
prognosis bagi ibu dan anak cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Angsar DM, Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadhi T. Hipertensi Dalam


Kehamilan. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta:YBP-SP, 2014: 530-59

2.

Hanretty KP. Hypertension in Pregnancy. Ostetrics Illustrated. 6 th ed. Churchill


Livingstone, Elsevier Science, 2003: 114-20

3.

Castro LC. Hacker NF. Hypertensive Disorders of Pregnancy. Essentials of


Obtetrics and Gynecology. 4th ed. Elsevier Saunders, 2004: 197-206

4.

Collins S, Arulkumaran S, Hayes K et al. Pregnancy Compications: Blood Pressure


in Pregnancy. Oxford Handbook of Obstetrics and Gynaecology. 2 nd ed. Oxford
University Press, 2010: 60-9

26

5.

Magee AL, Pels A, Helewa M, et al. Diagnosis, evaluation and management of the
hypertensive disorders of pregnancy, J Preghy, Elsevier BV, 2014: 105-45

6.

Magee AL, Helewa M, Moutquin JM, et al. Diagnosis, evaluation and management
of the hypertensive disorders of pregnancy, JOGC, 2008: 9-29

7.

Clinical Guidelines Obstetrics and Midwifery, Complications of Pregnancy,


Hypertension in Pregnancy, Dept. of Health, Western Australia gov., 2015: 1-23

8.

Seely EW, Ecker J, Chronic Hypertension in Pregnancy, N Engl J Med, 2011:


365:5: 439-45

9.

Roberts JM, August PA, Bakris G, et al. Hypertension in Pregnancy, ObstetricsGynecology, 2013; 122: 1122-31

27

Anda mungkin juga menyukai