LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
2.0 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
2.1 Defnisi
Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal.1, 2, 3, 4
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan Report of the National
High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in
Pregnancy tahun 2001, ialah:1, 4
1. Hipertensi kronik: Hipertensi Kronik adalah hipertensi yang timbul pada usia
kehamilan kurang 20 minggu atau hipertensi pertama kali didiagnosis setelah usia
kehamilan 20 minggu atau lebih dan menetap sampai 12 minggu pasca bersalin.
2. Preeklampsia-eklampsia: Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia
kehamilan 20 minggu atau lebih disertai dengan proteinuria. Manakala, eklampsia
adalah
preeklampsia
kesadaran/koma.
3. Hipertensi kronik
yang
dengan
disertai
dengan
superimposed
kejang
preeklampsia:
dan/atau
penurunan
Hipertensi
dengan
superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik yang disertai dengan tandatanda preeklampsia atau hipertensi kronik yang disertai dengan proteinuria.
4. Hipertensi gestasional: Hipertensi gestasional atau disebut juga transient
hypertension adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai dengan
proteinuria dan hilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan tandatanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria.
Diagnosis
kemungkinan
Hipertensi Kronik
Hipertensi
dengan
Proteinuria < ++
Tekanan diastolik 90 - 110 mmHg
preeklamsia ringan
Hipertensi Gestasional
Kronik
superimposed
Preeklampsia ringan
Preeklampsia berat
Proteinuria ++
abdomen
atas
(epigastrium)
-Edema paru
-Koma
Kejang
berat
Proteinuria ++
2.2.1
Hipertensi Gestasional
Eklampsia
Definisi timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah
sebelumnya normal dan tidak disertai proteinuria. Gejala ini akan hilang dalam
Hipertensi Esensial
makin lama makin menjadi buruk. Lebih bijaksana untuk melakukan abortus buatan
atau induksi persalinan yang disusul dengan sterilisasi. Pada primi tua dengan janin
yang masih hidup dilakukan seksio sesarea primer. Indikasi-indikasi lain bagi
pengakhiran kehamilan ialah pembesaran jantung dengan perubahan-perubahan
EKG, kerusakan ginjal, eksudat lama dan perdarahan baru dalam retina.
Prognosis
Prognosis ibu dengan hipertensi esensial berat dan kehamilan kurang baik.
Angka kematian pada hipertensi esensial berkisar antara 1% dan 2%, dan kematian
biasanya disebabkan perdarahan otak, dekompensasio kordis, atau uremia. Kurang
baiknya prognosis bagi janin disebabkan oleh sirkulasi utero-plasenta yang kurang
baik pada hipertensi berat. Janin tumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan
prematur, atau mati dalam kandungan, sering pula terjadi solusio plasenta yang
mempunyai akibat buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Angka kematian anak
kira-kira 20%. Apabila penyakit hipertensi esensial tidak berat dan tidak ditambah
dengan pre eklampsia, maka prognosis bagi ibu dan anak cukup baik.
Pasien dengan hipertensi esensial dapat melewati kehamilannya dalam keadaan
yang cukup baik tanpa diberati dengan preeklampsia atau eklampsia. Akan tetapi,
apabila diperberat dengan preeklampsia, prognosis untuk ibu dan anak menjadi
kurang baik. Semakin dini munculnya hipertensi dalam kehamilan, semakin berat
penyakitnya dan semakin buruk prognosisnya. Keadaan lain yang memperburuk
prognosisnya yaitu :
1.
2.
3.
4.
2.2.4 PREEKLAMPSIA
Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria pada umur kehamilan > 20
minggu. 1, 4, 5, 9
Klasifikasi
Faktor Risiko
Primigravida
Hiperplasentosis: mola, gemeli, diabetes, hidrops fetalis, dan bayi besar.
Riwayat preeklampsia-eklampsia
Penyakit ginjal dan hipertensi sebelum hamil
Obesitas
Etiopatogenesis
Beberapa karakteristik wanita yang dapat berkembang menjadi hipertensi dalam
kehamilan:1, 3, 6
10
hipoksia dan
iskemia
menghasilkan radikal
bebas (radikal
hidroksida)
radikal hidroksil merusak sel yang
mengandung banyak as. lemak
tidak jenuh
terbentuk peroksida
lemak
merusak membran sel,
nukleus, protein sel
endotel
ada di aliran
darah
merusak
membran sel
endotel
kerusakan
endotel
disfungsi endotel
gangguan
metabolisme
prostaglandin
prostasiklin
vasokonstriktor
kuat
vasokontriksi
agregas
i sel sel
trombo
sit
produks
i
trombo
ksan
(TXA2)
vasoko
ntriktor
kuat
vasokonstriksi
11
perubahan
sel endotel
kapiler
glomerulus
glomerulus
endoteliosis
proteinuria
produksi
vasopresso
r
meningkat
endotel
in
mening
kat
vasokonstrik
si
permea
bilitas
kapiler
perpindah
an cairan
edema
Pada keadaan normal ini tidak akan menolak hasil konsepsi yang dianggap benda
asing oleh tubuh karena ada pelindung yaitu HLA-G. HLA-G ini memberikan
kemudahan trofoblas dalam proses invasi dan melindungi trofoblas dari lisis oleh
natural killer cell. Namun, pada keadaan hipertensi kadar HLA-G menurun
sehingga menyebabkan kegagalan trofoblas dalam remodelling dan melindungi
lisis dari NK cell.1
4. Teori Stimulus Inflamasi
Saat keadaan hipertensi terjadi suatu reaksi inflamasi yang menyebabkan
disfungsi endotel yang akan mengakibatkan penurunan NO, penurunan
prostaglandin, peningkatan endothelin-1 dan peningkatan sensitivitas terhadap
vasopressoryang dapat menyebabakan vasokonstriksi.1
5. Teori Adaptasi Kardiovaskular
Pada kedaan normal, pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor
sehingga untuk vasokonstriksi membutuhkan bahan vasopresor yang tinggi. Pada
hipertensi dalam kehamilan pembuluh darah tidak refrakter sehingga mudah
melakukan vasokontriksi.1
6. Teori Defisiensi Gizi/Diet
Diketahui asam lemak jenuh sangat yang penting bagi tubuh, jika tubuh
kekurangan zat tersebut dapat menimbulkan hipertensi dalam kehamilan. Asupan
antioksidan yang dari makanan kurang terpenuhi menyebabkan radikal bebas
dalam tubuh dalam kadar yang tinggi sehingga akan menyebabkan disfungsi
endotel.1
12
permeabilitas vaskular.
Viskositas darah: viskositas darah meningkat dan menimbulkan resistensi vaskular
dan anasarka.
Hematologi: Trombositopenia dan hemolisis angiopatik.
Hepar:terjadi vasospasme, iskemik,dan perdarahan > nekrosis> enzim hepar
peningkatan
oligohidramnion.
Pencegahan
Beberapa strategi digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan dari
A. PREEKLAMPSIA RINGAN
Definisi
Suatu sindroma spesifik pada kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang
berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas endotel ditandai
dengan Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg dengan proteinuria
300mg/24 jam / +1 dipstik.1, 3, 4
Penatalaksanaan
13
Rawat inap. Jika pasien menolak > rawat jalan dengan pemantauan tekanan darah
PER
37 minggu
< 37 minggu
rawat jalan
Menetap
14
membaik
PEB
Terminasi
membaik
kelola PEB
kehamilan aterm
B. PREEKLAMPSIA BERAT
Definisi
Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteniuria +2
dipstick.1, 5, 6, 9
Gejala Impending eklampsia:
- Nyeri kepala hebat
- Gangguan visus
- Muntah-muntah
- Nyeri epigastrium
- Kenaikan progresif tekanan darah
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklampsia berat untuk mencegah terjadinya eklampsia. Dasar
pengobatan istirahat, diet, sedatif, obat-obatan antihipertensi, dan induksi persalinan.
Penanganan PEB dilakukan secara aktif dan konservatif. Penanganan aktif
(aggressive management) berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan
dengan pemberian pengobatan medikamentosa. Penanganan konservatif (espektatif)
berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan
medikamentosa.
Perawatan aktif :
Indikasi : jika terdapat gejala 1/lebih gejala berikut:
-
15
Perawatan Konservatif :
- Indikasi : usia kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
-
16
preeklamsi ringan.
Pengelolaan obstetrik :
o Tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif,
termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk melihat
kesejahteraan janin, kehamilan tidak diakhiri.
o Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medikamentosa dan harus diterminasi.
Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan terbaik preeklampsi yaitu dengan cara terminasi kehamilan
karena kehamilan itu sendiri, preeklampsi akan membaik setelah persalinan,
dan mencegah timbulnya kematian janin dan ibu. Cara terminasi kehamilan:1
Terminasi kehamilan
Belum inpartu
Inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin
dengan syarat skor Bishop 6
2. Seksio Sesaria
Syarat : ada kontraindikasi
pemberian oksitosi 8 jam
belum masuk fase aktif
17
PEB
37 minggu, gawat janin (+),
janin (-),
HELLP Syndrome, PJT
PJT (-)
Aktif
Konservatif
MgSO4, Antihipertensi,
Suportif
Terminasi
membaik
menjadi
PER
Pervaginam
Seksio sesaria
Kelola seperti
PER
KOMPLIKASI
Eklampsia
Sindrom HELLP
Acute kidney injury
Edema serebral
Perdarahan otak
2.2.5 EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia adalah kejang yang terjad pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklampsia (hipertensi, edema dan/atau
proteinuria).1, 3, 4, 5, 7
18
Epidemiologi
Insidensi bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain. Insidensi rendah
umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal yang baik,
penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan penanganan preeklampsia yang
sempurna. Di negara-negara berkembang insidensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %,
sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 0,1 %.
Etiologi
Penyebab eklampsia belum diketahui benar. Oleh karena, eklampsia merupkan
kelanjutan atau stadium akhir dari preeklampsia.
Klasifikasi
Menurut kejadian saat terjadinya, eklampsi dibedakan sebagai berikut :
1. Eklampsi antepartum (graviditatum), eklampsi yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsi intrapartum (perpitatum) eklampsi yang terjadi sewaktu persalinan
3. Eklampsi pascapersalinan (perforiantum) eklampsi yang terjadi setelah
persalinan
19
Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya harus menyingkirkan keadaan-keadaan lain
dengan kejang dan koma. Diagnosis eklampsi dapat terlihat dengan adanya tanda dan
gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda utama (hipertensi, edema, proteinuria)
yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka diagnosis
eklampsia sudah tidak diragukan.
Diagnosis untuk eklampsi :
20
Demam tinggi
Sianosis
Edema
Penanganan
Tujuan pengobatan eklamsi adalah:
Pasien dengan eklampsia perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) dan di
lakukan kerjasama dengan bagian lain yang terkait.
1. Profilaksis
Upaya pencegahan eklampsi dilakukan dengan cara menemukan kasus preeklampsi
sedini mungkin dan mengobatinya dengan adekuat. Tindakan dapat berupa :
21
2. Pengobatan
a. Obat antikejang
Pemberian MgSO4 sesuai dengan pengelolaan PEB
Bila timbul kejang-kejang ulangan maka dapat diberikan 2 gr MgSO 4 IV selama
2 menit, sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gr hanya diberikan sekali saja.
b. Obat-obat suportif
Pemberian obat-obatan antihipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotik, dan
antinyeri disesuaikan dengan indikasi
22
Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendur untuk menghindari
fraktur
Infus manitol 20% : 200 cc (diguyur) 6 jam lanjut 150 cc (diguyur), 6 jam
lanjut 150 cc lagi (diguyur). Total pemberian 500 cc sehari. Pemberian
dilakukan selama 5 hari
Pencegahan dekubitus
e. Pengelolaan obstetrik
23
24
BAB III
KESIMPULAN
25
Janin tumbuh kurang wajar (dismaturitas), dilahirkan prematur, atau mati dalam
kandungan, sering pula terjadi solusio plasenta yang mempunyai akibat buruk, baik
bagi ibu maupun bagi anak. Angka kematian anak kira-kira 20%. Apabila penyakit
hipertensi esensial tidak berat dan tidak ditambah dengan pre eklampsia, maka
prognosis bagi ibu dan anak cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
26
5.
Magee AL, Pels A, Helewa M, et al. Diagnosis, evaluation and management of the
hypertensive disorders of pregnancy, J Preghy, Elsevier BV, 2014: 105-45
6.
Magee AL, Helewa M, Moutquin JM, et al. Diagnosis, evaluation and management
of the hypertensive disorders of pregnancy, JOGC, 2008: 9-29
7.
8.
9.
Roberts JM, August PA, Bakris G, et al. Hypertension in Pregnancy, ObstetricsGynecology, 2013; 122: 1122-31
27