abstraK
Yogyakarta dapat dikategorisasikan sebagai salah satu daerah yang rentan terhadap
gempa sejak gempa sedang terjadi di Yogyakarta tahun 2006 lalu. Gempa Yogyakarta tahun 2006
telah melanda Kabupaten Bantul dan sekitarnya termasuk Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah menyebabkan ratusan ribu rumah rusak dan ribuan
orang korban jiwa terjadi. Selain permasalahan gempa, Yogyakarta memiliki potensi bencana
angin puting beliung yang terhembus dari arah selatan atau dari laut khususnya pada akhir
puncak musim kemarau. Kedua macam beban lateral ini: beban gempa dan angin, mesti
dipertimbangkan secara tepat di dalam desain bangungan tingkat tinggi. Sejak peraturan desain
ketahanan gempa SNI 03-1726-2002 diterbitkan telah terjadi beberapa kejadian gempa sedang ke
besar di Indonesia seperti Gempa dan Tsunami Aceh tahun 2004, Gempa Nias tahun 2005, dan
Gempa Yogyakarta tahun 2006, yang menunjukkan magnitude dan intensitasnya meningkat
signifikan. Untuk merespon kondisi ini, peraturan desan ketahanan gempa yang lama telah
diperbarui pada tahun 2012 (SNI 03-1726-2012). Sebagai tambahan pada desain ketahanan
angin, SNI 03-1727-2013 telah dipublikasi akhir-akhir ini dan secara luas diadopsi di dalam
desain struktur bangunan tingkat tinggi. Analisis struktur komparasi pada bangungan gedung
tingkat tinggi akibat beban gempa dan angin telah dilakukan di dalam studi ini dengan
mempertimbangkan kedua peraturan SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-1726-2012.Pemodelan 3-D
pada gedung 19 lantai dilakukan dengan memakai software SAP 2000 versi 15.Metode yang
dipakai di dalam analisis dinamik respon spektrum akibat beban gempa didasarkan atas kedua
peraturan tersebut, sedangkan metode statik digunakan untuk menganalisis struktur bangunan
akibat beban angin menurut SNI 03-1727-2013. Respon struktur tang dihasilkan berdasarkan
analisis-analisis yang telah ditentukan tersebut di atas selanjutnya dapat dibandingkan satu sama
lainnya.
Kata kunci: beban gempa, beban angin, pemodelan, respons struktur.
ABSTRACT
Yogyakarta can be categorized as a prone area to earthquake since a moderate earthquake
occurred in 2006. The 2006 Yogyakarta Earthquake has struck Bantul Regency and surroundings
including Yogyakarta City, Sleman Regency, and other parts of Central Java Province resulting
hundred-thousand of buildings damaged and thousand loss of live occurred. Instead of the
earthquake problem, Yogyakarta has a potential strong wind (known as putting beliung) blown
up from the south direction or from the sea especially at the end of peak drought season. These
two kinds of lateral loads; i.e. earthquake and wind should be precisely considered in the design of
high-rise buildings. Since the earthquake resistant building code of SNI 03-1726-2002 was
published, there have been several moderate to severe earthquakes occurring in Indonesia such as
the 2004 Aceh Earthquake and Tsunami, the 2005 Nias Earthquake, and the 2006 Yogyakarta
Earthquake, where their magnitudes and intensity have shown increases significantly. To respond
this situation, the previous code of earthquake resistant design has been updated in 2012 (SNI 031726-2012). In addition to wind resistant design, the Indonesian code of SNI 03-1727-2013 has
been recently published and widely adopted in the high-rise building design. A comparative
922
structural analysis of high-rise building subjected to earthquake and wind loads, was carried out
in this study considering both SNI 03-1726-2002 and SNI 03-1726-2012 codes. The 3-D modeling
of 19-story building was carried out using SAP 2000 v15. A method used in the dynamic
analysiswas the response spectrum subjected to earthquake loads based on both earthquake
resistant-design codes, whilst the static method was carried out to analyze the building subjected
to wind loads in accordance with SNI 03-1727-2013 code. The resulted structural responses based
on the specified analyses were compared each other.
Keywords: earthquake load, wind load, modeling, structural response.
PenDaHuluan
saat ini telah disahkan tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung atau sni 03-1726-2012 sebagai pengganti tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung atau sni 03-1726-2002. pedoman
perumusan gempa rencana pada sni 03-1726-2012 mengacu pada asCe 7-05 yang
ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam
50 tahun), sedangkan sni 03-1726-2002 memakai konsep wilayah gempa (seismic zone) yang
ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam
50 tahun). Beban geser dasar V akibat gempa rencana sesuai asCe 7-05 menunjukkan
kecenderungan lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut sni 03-17262002 (purwono dan takim a, 2010).
selain beban gempa, permasalahan beban angin juga menjadi hal utama dalam
perencanaan bangunan tingkat tinggi karena berpengaruh pada kekuatan bangunan dan juga
menyangkut masalah kenyamanan dari pengguna bangunan tersebut. Dalam perjalanannya
angin akan menerpa semua benda yang berada dilintasannya, termasuk bangunan. terpaan
angin ini merupakan beban horisontal pada bangunan, yang akan menimbulkan defleksi dan
getaran bangunan, namun karena frekuensi dan periodenya lebih dan sering lama, maka akan
dirasakan tidak nyaman oleh penghuni, sehingga menjadi hal yang sangat diperhitungkan
untuk bangunan yang bertingkat tinggi. ketika sebuah struktur bangunan tinggi terkena beban
lateral, gerakan yang berosilasi dapat memicu berbagai tanggapan pada penghuni gedung,
mulai dari ketidaknyamanan ringan hingga mulai takut.Jika hal ini terjadi, artinya strukturnya
tidak diinginkan atau tidak bisa disewakan.
Mengingat pentingnya suatu penelitian tersebut di atas, maka fokus penelitian ini
adalah untuk menganalisis perbandingan respons struktur gedung bertingkat tinggi akibat
beban gempa dan beban angin menurut sni 03-1726-2002 dengan sni 03-17262012.struktur bangunan yang digunakan untuk model dalam penelitian ini adalah Gedung
Condotel Mataram City Yogyakarta.
2
923
1. Ketentuan umum bangunan gedung terhadap pengaruh gempa menurut snI 031726-2002 dan snI 03-1726-2012.
a. Wilayah gempa
Dalam sni 03-1726-2002 menyebutkan pembagian wilayah Gempa ini, didasarkan
atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa rencana dengan perioda ulang
500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap wilayah Gempa ditetapkan dalam tabel 1 dan
Gambar 1.
tabel 1. percepatan puncak Batuan Dasar dan percepatan puncak Muka tanah Untuk
Masing-masing wilayah Gempa indonesia
wilaya
h
Gempa
percepatan
pucak
batuan dasar
(g)
tanah
keras
tanah
sedang
tanah
lunak
1
2
3
4
5
6
0,03
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,04
0,12
0,18
0,24
0,28
0,33
0,05
0,15
0,23
0,28
0,32
0,36
0,08
0,20
0,30
0,34
0,36
0,38
924
Gambar 2 dan Gambar 3 adalah peta respons spektrum yang akan dipakai untuk membuat
respons spektra desain.
Rm
8,5
8,5
925
2) snI 03-1726-2012
sistem struktur yang digunakan harus sesuai dengan batasan sistem struktur dan
batasan ketinggian struktur. Faktor modifikasi respons yang sesuai, R, dan faktor
pembesaran defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 3harus digunakan
dalam penentuan geser dasar, gaya disain elemen, dan simpangan antar lantai tingkat
disain.
tabel 3.Faktor R, dan Cd, untuk sistem penahan Gaya seismik Menurut sni 1726-2012
koefisien
Faktor
sistem penahan-Gaya
Modifikasi
pembesaran
seismik
respons,
Defleksi,
Ra
Cd
sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25%
gaya gempa yang ditetapkan
Dinding
geser
beton
bertulang khusus
tB
tB
tB
tB
tB
tB
tB
tB
ti
ti
926
tanah sedang
tanah lunak
Tc = 0,5 detik
Tc = 0,6 detik
Tc = 1,0 detik
Am
Ar
Am
Ar
Am
Ar
0,10
0,05
0,13
0,08
0,20
0,20
0,3
0,15
0,38
0,23
0,50
0,50
0,45
0,23
0,55
0,33
0,75
0,75
0,6
0,30
0,70
0,42
0,85
0,85
0,7
0,35
0,83
0,50
0,95
0,90
0,83
0,42
0,90
0,54
0,95
0,95
wilayah
Gempa
2) snI 03-1726-2012
spektrum respons desain (Sa) dalam sni Gempa 2012 diambil seperti ditunjukkan
pada Gambar 5. parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek, SDSdan
pada perioda 1 detik, SD1, harus ditentukan melalui perumusan berikut ini:
SDS = 2/3 .SMS
(1)
(2)
b.
c.
927
(3)
dengan:
=c
(4)
Q=
(5)
e.
(6)
f.
g.
(7)
metoDe PenelItIan
1. model struktur
Dalam penelitian ini, bangunan yang digunakan sebagai model yaitu Gedung
Mataram City yang berlokasi di Jalan palagan, Yogyakarta.analisis dilakukan dengan
memodelkan struktur 3D dengan bantuan software sap 2000 v15.
928
2. Pengolahan data
pengolahan data dalam penelitian ini meliputi:
a. Menghitung pembebanan, antara lain beban gravitasidan beban angin statik.
b. Membuat respons spektra desain dengan ketentuan sni 03-1726-2002 dan sni 1726-2012.
c. Memodelkan struktur dan input beban (angin, gempa, dan gravitasi) dengan bantuan
software sap 2000 v15.
d. input data dari analisis analisis struktur dengan sap 2000 v15
e. kontrol Base shear menurut sni 2002 (V
f. Membandingkan respons struktur akibat beban gempa gempa dan angin statik menurut
sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012. respons struktur berupa simpangan antar
tingkat.
HasIl Dan PembaHasan
1. respons spektra desain
Berikut ini ditunjukkan perbandingan respons spektra dengan klasifikasi situs tanah
sedang yang didesain berdasarkan sni 03-1726-2002 dan sni 03-1726-2012 di lokasi Jalan
palagan tentara pelajar, sleman, yaitu pada Gambar 8.
929
dihitung V menggunakan prosedur gaya lateral ekuivalen, maka gaya harus dikalikan dengan
0,85V1/Vt. Berbeda halnya dalam sni 03-1726-2002 (pasal 7.2.3) memberikan faktor skala
sebesar 0,8V1/Vt. Untuk hasil peningkatan gaya geser dasar dapat ditunjukkan dalam Gambar
9 sebagai berikut.
Gambar 10. selisih % peningkatan Base shear dari sni 2002 ke sni 2012
Dari Gambar 10 dapat diambil kesimpulan bahwa gaya geser dasar (V) pada sni 1726-2012
mengalami peningkatan sebesar lebih dari 20%. peningkatan nilai gaya geser dasar pada
tahun 2012 ini diakibatkan oleh adanya peningkatan koefisien kegempaan C dari tahun ke
2002 ke 2012. selain itu, nilai faktor reduksi didefinisikan oleh sni 2002 terjadi
930
pengurangan, sehingga akan mengakibatkan peningkatan gaya geser dasar tersebut dan
berpengaruh terhadap respons struktur.
3. respons struktur
Berikut ini akan disajikan nilai simpangan antar tingkat sesuai Gambar 11yang
diakibatkan masing-masing jenis pembebanan, antara lain beban gempa dinamik respons
spektrum, dan beban angin statik sebagai berikut.
931
dari sni 2002 ke 2012 untuk portal arah X-z dan Y-z yang hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 12 sebagai berikut ini.
11
932
selain itu, pada tingkat tersebut merupakan perbatasan/perbedaan ukuran kolom pada
tingkat di atasnya dan di bawahnya.
KesImPulan
Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan berikut ini.
1. peningkatan respons struktur dipengaruhi adanya peningkatan koefisien gempa dasar
dari sni 2002 ke sni 2012. selain itu, faktor reduksi gempa yang didefinisikan sni
2002 mengalami pengurangan.
2. peningkatan respons struktur akibat sni gempa juga dipengaruhi oleh sistem struktur
yang digunakan.
3. peningkatan simpangan antar tingkat maksimum terjadi pada lantai 2/lobby (kolom
yang paling tinggi daripada tingkat-tingkat lainnya).
4. nilai respons struktur yang berupa simpangan antar tingkat akibat pembebanan gempa
lebih dominan dibandingkan beban angin. hal ini dikarenakan, kecepatan angin yang
terjadi di Yogyakarta tidak terlalu signifikan, walaupun pada gedung ini merupakan
high rise bulding dan memiliki luas bidang yang lebar.
Daftar PustaKa
arfiadi. Y, sataryno. i, (2013). Perbandingan Spektra Desain Beberapa Kota Besar Di
Indonesia Dalam SNI Gempa 2012 dan SNI Gempa 2002. konferensi nasional teknik
sipil, surakarta.
asCe 7-05, (2005). Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, american
society of Civil engineers, reston, Virginia.
asCe 7-10. american society of Civil engineers. (2010). Minimum Design Loads for
Buildings and other Structures, asCe standard, Usa.
Desain
spektra
indonesia,
diakses
18
2014.http://puskim.pu.go.id//Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/.
september
Dewobroto, w. (2013). Komputer Rekayasa Struktur Dengan SAP 2000. lUMina press,
Jakarta.
Faizah, r. (2011). Analisis Distribusi Vertikal Gaya Gempa Dan Impilikasinya Pada Respons
Bangunan Bertingkat. thesis Magister teknik sipil Fakultas teknik sipil dan
perencanaan, Uii. Yogyakarta.
Faizah, r., widodo. p, (2013). Analisis Gaya Gempa Rencana Pada Struktur Bertingkat
Banyak Dengan Metode Dinamik Respon Spektra. konferensi nasional teknik sipil,
surakarta.
irsyam, M, dkk (2010).Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, edisi
2, kementrian pekerjaan Umum, Bandung, Juli 2010.
12
933
13
934