Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Tiga penyebab utama kematian ibu dalam bidang obstetri adalah:
pendarahan 45%, infeksi 15%, dan preeklampsia 13%. Sisanya terbagi atas partus
macet, abortus yang tidak aman, dan penyebab tidak langsung lainnya. Dalam
perjalanannya, berkat kemajuan dalam bidang anestesia, teknik operasi,
pemberian cairan infus dan transfusi, dan peranan antibiotik yang semakin
meningkat, maka penyebab kematian ibu karena pendarahan dan infeksi dapat
diturunkan secara nyata. Sebaliknya pada penderita preeklampsia, karena
ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan setelah gejala klinis
berkembang menjadi preeklampsia berat dengan segala komplikasinya, angka
kematian ibu bersalin belum dapat diturunkan.1
Pada ibu hamil dikatakan terjadi preeklampsia apabila dijumpai tekanan
darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan proteinuria
300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick 1+. Dalam pengelolaan klinis,
preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan, preeklampsia berat, impending
eklampsia, dan eklampsia. Disebut impending eklampsia apabila pada penderita
ditemukan keluhan seperti nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan visual,
muntah-muntah, nyeri epigastrium dan tekanan darah naik secara progresif.2
Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan
karena komplikasi-komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada
janin. Komplikasi pada ibu antara lain gagal ginjal akibat nekrosis tubuler akut,
nekrosis kortikal akut, gagal jantung, edema paru, trombositopenia, DIC, dan
cerebrovascular accident. Sedangkan komplikasi pada janin antara lain
prematuritas ekstrem, intrauterine growth retardation (IUGR), abruptio plasenta,
dan asfiksia perinatal. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara cepat dan
tepat apabila dijumpai kasus kehamilan dengan impending eklampsia.3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi1,2
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia gravidarum adalah suatu
kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Preeklampsia adalah
kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang
terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.
Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, ada atau tidak ada edema dan
proteinuri tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 20
minggu atau lebih.
2.2

Etiologi 1,2,4,7,9
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak

teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya.


Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban
yang memuaskan.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi, preeklampsia masih
merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi.
Oleh karena itu diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan
angka kematian ibu dan anak.
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
a. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
b. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
d. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan


tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
c. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
d. Disfungsi sel endotel
e. Teori intoleransi imunologis antara ibu dan janin
f. Teori adaptasi kardiovaskular
g. Teori genetic
h. Teori defisiensi gizi
i. Teori stimulus inflamasi.
2.3.

Epidemiologi 1,5,7
Di negara-negara sedang berkembang, angka kematian ibu jauh lebih

tinggi. Di Afrika sub-Sahara, angka kematian ibu rata-rata 600 per 100.000
kelahiran hidup; di Asia selatan, 500 per 100.000 per kelahiran; di Asia Tenggara
dan Amerika Latin 300 per 100.000 kelahiran hidup. Beberapa negara maju telah
menerbitkan hasil penyelidikan konfidensial atas kematian ibu setiap 3 tahun,
dengan menganalisa sebab-sebab kematian ibu dan dibuat saran-saran untuk
mencegah kematian yang terjadi, ini telah diterbitkan di Inggris sejak 1952 dan di
Australia sejak 1965. Pada tahun 1990, diterbitkan sebuah laporan yang
menganalisis semua kematian ibu yang terjadi di Amerika Serikat yang terjadi
antara tahun 1979 dan 1986. Studi dari ketiga laporan tersebut menunjukkan
bahwa penyebab kematian ibu sama pada ketiga negara tersebut.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita
subur usia disebabkan berkaitan dengan hal kehamilan. Kematian saat melahirkan
biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak
produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per
tahunnya meninggal saat hamil atau persalinan.

Dari beberapa kepustakaan lain frekuensi penderita preeclampsia berkisar


3% - 10 %, hasil penelitian Erwati dkk (1994) di Padang didapatkan kejadian
preeklampsia berat 4,32 % dan eklampsia 0,89 % dengan jumlah kematian
perinatal 1,08%.
2.4. Klasifikasi2,4,5
Preeklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Preeklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik
15 mmHg.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan
1 kg per minggu.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau mid stream.
b. Preeklampsia berat
Definisi: preeklamsi dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5
gram/24 jam.
Dibagi menjadi:
-

Preeklamsia berat dengan impending eklampsia


Preeklamsia berat tanpa impending eklampsia

Pre eklampsia digolongkan berat bila terdapat satu atau lebih gejala:
a. Tekanan sistole 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110
mmHg atau lebih dan tidak turun walaupun sudah menjalani
perawatan di RS dan tirah baring
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per jumlah urin selama 24 jam atau +4
dipstik

c. Oliguria, air kencing kurang dari 500 cc dalam 24 jam.


d. Kenaikan kreatinin serum
e. Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan
pandangan kabur
f. Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen
karena teregangnya kapsula Glisson
g. Terjadi oedema paru-paru dan sianosis
h. Hemolisis mikroangiopatik
i. Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT
j. Pertumbuhan janin terhambat
k. Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan trombosit
dengan cepat
l. Sindroma HELLP.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-gejala
oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala
subyektif antara lain, nyeri kepala, gangguan visual, muntah-muntah dan nyeri
epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain tekanan darah naik secara
progresif.
2.5

Diagnosis3,10,6
Diagnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan.
Hipertensi gestasional
o TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan
o Tidak ada proteinuria
o TD kembali normal setelah <12 minggu postpartum.
o Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum
o Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeklamsi, misalnya
nyeri epigastrium atau trombositopenia
Preeklamsia
Kriteria minimum

TD > 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu

Proteinuria > 300mg/24 jam atau > +1 pada dipstik

Peningkatan kepastian preeklamsi

TD > 160/100 mmHg

Proteinuria > 0,2g/24 jam atau > +2 pada dipstik

Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila telah diketahui


meningkat sebelumnya

Trombosit <100.000/mm3

Hemolisis mikroangiopati (LDH meningkat)

SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat

Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau penglihatan


lainnya

Nyeri epigastrium menetap

Eklampsia

Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita
dengan preklamsia.

Preeklamsia pada hipertensi kronik.

Proteinuria awitan baru > 300 mg/24 jam pada wanita pengidap
hipertensi tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.

Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung


trombosit < 100.000 /mm3 secara mendadak pada wanita dengan
hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.

Hipertensi kronik

TD 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum


gestasi 20 minggu

Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20


minggu dan menetap setelah 12 minggu postpartum.

Diagnosis dari preeklamsia berat dapat ditentukan secara klinis maupun


laboratorium.
Klinis :
-

Nyeri epigastrik

Gangguan penglihatan

Sakit kepala yang tidak respon terhadap terapi konvensional

Terdapat IUGR

Sianosis, edema pulmo

Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau 110 mmHg untuk tekanan
darah diastolik (minimal diperiksa dua kali dengan selang waktu 6 jam)

Oliguria (< 400 ml selama 24 jam)

Laboratorium :
-

Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)

Trombositopenia (<100.000/mm3)

Creatinin serum >1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat


sebelumnya

2.6

Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)

Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)

Penatalaksanaan4,7,8
Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah timbulnya kejang,

mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta kerusakan


dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat. Pada preeklamsia berat,
penundaan merupakan tindakan yang salah. Karena preeklamsia sendiri bisa
membunuh janin.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah perawatan aktif dan perawatan
konservatif.

a.

Perawatan
kehamilan segera diakhiri.

aktif,

yang

berarti

Indikasi :
Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini
1). Ibu :
a). Kehamilan lebih dari 37 minggu
b). Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia
c). Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.
2). Janin :
a). Adanya tanda-tanda gawat janin
b). Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.
3). Laboratorium :
Adanya sindroma HELLP .
Pengobatan Medikamentosa
1). Infus D5% yang tiap liternya diselingi dengan larutan RL 500 cc
(60-125 cc/jam)
2). Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3). Pemberian obat : MgSO4.
Dosis awal 8g (20 ml 40%) Intramuskular: 4g bokong kanan dan
4g bokong

kiri.

Dosis ulangan tiap 6 jam 10 ml MgSO4 40% Intramuskular.


4) Antihipertensi: nifedipin 10 mg
5). Penggunaan kortikosteroid direkomendasikan pada semua wanita
usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan prematur,
termasuk pasien dengan PEB. Preeklampsia sendiri merupakan
penyebab 15% dari seluruh kelahiran prematur. Banias dkk dan
Bowen dkk melaporkan terjadi peningkatan insidens respiratory
distress syndrome (RDS) pada bayi yang lahir dari ibu yang
menderita hipertensi dalam kehamilan.
Dalam lebih dari dua dekade, kortikosteroid telah diberikan pada
masa antenatal dengan maksud mengurangi komplikasi, terutama
RDS, pada bayi prematur. Apabila dilihat dari lamanya interval
waktu mulai saat pemberian steroid sampai kelahiran, tampak

bahwa pemberian steroid antenatal pada kehamilan 30-34 minggu


dengan interval antara 24 jam sampai dengan tujuh hari
menurunkan insiden RDS. Jadi steroid harus diberikan paling
tidak 24 jam sebelum terjadi kelahiran agar terlihat manfaatnya
terhadap pematangan paru janin. Pemberian steroid setelah lahir
tidak bermanfaat karena kerusakan telah terjadi sebelum steroid
bekerja. National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan:
-

Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 2434 minggu


yang dalam persalinan prematur mengancam merupakan
kandidat untuk pemberian kortikosteroid antenatal dosis
tunggal.

Kortikosteroid yang dianjurkan adalah betametason 12 mg


sebanyak dua dosis dengan selang waktu 24 jam atau
deksametason 6 mg sebanyak 4 dosis intramuskular dengan
interval 12 jam.

Keuntungan optimal dicapai 24 jam setelah dosis inisial dan


berlangsung selama tujuh hari.

Pengobatan obstetrik
Cara pengakhiran kehamilan/persalinan:
1. Belum inpartu:
a.

Induksi persalinan
-

Amniotomi

Drip oksitosin dengan syarat skor Bishop 5

b. Sectio Cesaria bila:

2.

Syarat drip oksitosin tidak terpenuhi

12 jam sejak drip oksitosin belum masuk fase aktif

Pada primipara cenderung Sectio Sesaria

Inpartu

10

a. Kala I :
Fase laten tunggu 6 jam apabila tetap fase laten maka
lakukan Sectio Sesaria

Fase aktif: - amniotomi


-Tetes pitosin 6 jam apabila pembukaan tidak
lengkap lakukan Sectio Sesaria

b. Kala II : Tindakan dipercepat sesuai dengan syarat yang


dipenuhi.
b. Pengelolaan

Konservatif,

yang

berarti

kehamilan

tetap

dipertahankan
Indikasi
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklamsi dengan keadaan janin baik.
Medikamentosa
-

Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara aktif.


Hanya dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v. cukup i.m. saja
(MgSO4 40% 8 gr i.m.).

Penggunaan
diperlukan

obat
karena

antihipertensi
dengan

pada

preeklamsia

menurunkan

tekanan

berat
darah

kemungkinan kejang dan apopleksia serebri menjadi lebih kecil.


Namun, dari penggunaan obat-obat antihipertensi jangan sampai
mengganggu perfusi uteropalcental. OAH yang dapat digunakan
adalah nifedipin 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan darah masih
tinggi dapat diberikan nifedipin ulangan 10 mg dengan interval
satu jam, dua jam, atau tiga jam sesuai kebutuhan.
-

Apabila terdapat oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20


% secara intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.

2.7

Prognosis3

11

Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian ibu antara
9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu 42,2 48,9%.
Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan antenatal,
disamping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat mendapat
pertolongan. Kematian ibu biasanya karena perdarahan otak, decompensatio
cordis, oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan lambung. Sebab kematian
bayi karena prematuritas dan hipoksia intra uterin.

BAB III

12

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik

Tanggal Masuk

: 7 Juni 2014 Pukul 11.00 WIB

Nama Pasien : Ny. K

Nama Suami : Tn. M

Umur

: 39 tahun

Umur

: 47 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: S1

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Lorong Amal Setia II Ulu Palembang

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada 07 Juni 2014 pukul 14.00 WIB.
ANAMNESIS
1.

Keluhan Utama
Os datang untuk kontrol kehamilan dengan darah tinggi.

2.

Riwayat Perjalanan Penyakit


G3P2A0, usia 39 tahun hamil 33-34 minggu datang untuk kontrol kehamilan
dengan darah tinggi didapatkan tekanan darah 180/120 mmHg. 2 minggu yang
lalu Os dirawat di RSUD Palembang BARI karena tekanan darah 160/90
mmHg, tekanan darah Os tinggi sejak usia kehamilan 24 minggu. Saat ini Os
belum merasakan perut mules, keluar air-air (-), gerak janin (+) masih
dirasakan, keluar lendir darah (-), nyeri depan kepala (-), pandangan kabur (-),
mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), kejang (-), bengkak pada kaki (+). BAB
dan BAK tidak ada kelainan. Riwayat Sectio sesaria 2x dan Os mengaku pada
saat hamil anak kedua mengalami hipertensi dan terjadi kejang pada usia
kehamilan 8 bulan.

13

3.

Riwayat Penyakit Dahulu


Os mengaku menderita hipertensi sejak melahirkan anak kedua dengan tekanan
darah 140/100 mmHg.

4.

Riwayat Penyakit Keluarga


Os mengakut ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung,
hipertensi dan diabetes mellitus.

5.

Riwayat Haid
Usia menarche : 11 tahun

6.

Siklus haid

: tidak teratur

Lama haid

: 3 hari

Nyeri haid

: (-)

HPHT

: 17-10-2013

TP

: 24-07-2014
Riwayat Pernikahan

Lama pernikahan

: 13 tahun

Usia waktu nikah I : 27 tahun


7. Riwayat Kontrasepsi
Suntik KB 3 bulan
8.

Riwayat ANC
Dilakukan 4 kali di RS Charitas Palembang dan 2 kali di RSUD Palembang
BARI

9.

Riwayat Persalinan

No. Tempat

Penolong Tahun

Aterm Cara

Jenis

Keadaan

14

1.

Bersalin
RS

Sp. OG

2002

Ya

Persalinan Kelamin
SC
Pr
Hidup

2.

Charitas
RS

Sp.OG

2008

32

SC

3.

Charitas
Saat ini

Lk

mgg

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran

: compos mentis

c. Tanda Vital

- Tekanan darah : 190/110 mmHg


- Nadi

: 88 x/menit

- Pernapasan

: 24 x/menit

- Suhu

: 36,6 0C

d. Tinggi Badan

: 159 cm

e. Berat Badan

: 69 kg

f. Kepala

- Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

g. Leher

: pembesaran tiroid (-)

h. Thoraks

: jantung dan paru dalam batas normal

i. Abdomen

: status obstetrik

j. Genitalia

: status obstetrik

k. Ekstremitas

: edema tungkai (+/+), refleks patella (+/+)

2. Status Obstetri
a. Pemeriksaan Luar
- L1: TFU 23 cm, teraba bokong

Hidup 3 hari

15

- L2: Letak memanjang yaitu punggung disebelah kiri


- L3: Bagian terbawah yaitu kepala
- L4: Konvergen, belum masuk PAP
- His belum ada
- DJJ: 150x/menit
- TBJ : TFU-11x155
: 23-11x155
:1860
b. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan impending eklampsia Janin
Tunggal Hidup Presentasi kepala
RENCANA TERAPI
1. Pro MRS
2. Observasi Keadaan Umum dan Tanda Vital
3. Observasi DJJ
4. IVFD D5% + MgSO4 40% gtt XX/menit
5. Injeksi Cefotaxime IV 3 x 1 gr, skin test terlebih dahulu.
6. Dexametasone 3x2 gr IV
7. Kateter menetap
8. Periksa Laboratorium : Darah rutin, Urin rutin dan Kimia darah
9. Rencana SSTP tanggal 09 Juni 2014

HASIL LABORATORIUM PRE-OPERATIF


Darah Rutin
1. Hb

: 14, 4 g/dl

Nilai Normal : P : 12-14 g/dl

16

2. Leukosit

: 7.200 / ul

Nilai Normal : 5.000-10.000 / ul

3. Trombosit

: 187.000

Nilai Normal : 150.000-400.000 / ul

4. Hematokrit

: 41%

Nilai Normal : P : 37-43%

5. Diffcount

: 0/2/1/58/35/4

Nilai normal : 0-1% / 1-3% / 2-6% / 5070% / 20-40% / 2-8%

6. Golongan darah: B
7. Rhesus

: (+)

8. Waktu perdarahan : 2 menit

Nilai Normal : 1-6 menit

9. Waktu pembekuan : 12 menit

Nilai Normal : 10-15 menit

Urine Rutin
1.

Warna

: kuning

2.

Kejernihan

: agak keruh

3.

pH

: 6,5

Nilai Normal : 4,5-8

4.

Berat jenis

: 1, 030

Nilai Normal : 1,003-1,030

5.

Glukosa

: negative

Nilai Normal : Negative

6.

Protein

: +2

Nilai Normal : Negative

7.

Bilirubin

: negative

Nilai Normal : Negative

8.

Urobilinogen

: positif

Nilai Normal : Positive

9.

Darah

: +2

Nilai Normal : Negative

10. Nitrit

: negative

Nilai Normal : Negative

11. Keton

: negative

Nilai Normal : Negative

12. Sedimen

: -eritrosit

: 2-3

Nilai Normal : < 3 / lpb

-Leukosit

: 2-3

Nilai Normal : < 5 / lpb

-epitel

: positif

-silinder

: negatif

-kristal

: negative

Kimia Darah
Glukosa sewaktu

: 100 mg/dl

Nilai normal: <180 mg/dl

SGOT

: 35 U/l

Nilai normal: <31 mg/dl

17

SGPT

: 35 U/l

Nilai normal: <31 mg/dl

Ureum

: 31 mg/dl

Nilai normal: 20-40 mg/dl

Kreatinin

: 0,72 mg/dl

Nilai normal: 0,6-1,1 mg/dl

Uric Acid

: 7,18 mg/dl

Nilai normal: 2,4-5,7 mg/dl

Na

: 146 mmol/dl

Nilai normal: 135-155 mmol/dl

: 3,22 mmol/dl

Nilai normal: 3,6-6,5 mmol/dl

Laporan Pembedahan
Nama

: Ny. K.

Jenis Kelamin : Perempuan


Umur

: 39 tahun

Pav.

: Kebidanan

Dokter

: dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG

Diagnosis Pra-bedah : G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan


impending eklampsia Janin Tunggal Hidup presentasi
kepala.
Diagnosis Pasca-bedah:

P3A0 Post SSTP a.i. impending eklampsia dan


tubektomi

Lama Pembedahan

: 1 jam

Anestesi

: Spinal Anestesi L3-L4

Tanggal

: 09 Juni 2012 Dimulai pukul 08.00

Pukul 08.00 WIB : Operasi dimulai.


- Penderita dalam posisi terlentang dalam keadaan spinal anestesi.
- Dilakukan tindakan septik antiseptik.
- Dilakukan insisi pfannenstiel pada 2 jari di atas simfisis pubis ( 10 cm).
- Dilakukan pembukaan dinding abdomen lapis demi lapis dengan tindakan
tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum.
- Didapatkan ukuran uterus hamil preterm dengan bentuk uterus normal.
- Dipisahkan vesika urinaria dari uterus dengan memisahkan plika vesikouterina.

18

- Dilakukan insisi SBR 1 cm dibawah plika vesikouterina sepanjang 3 cm,


dilebarkan dengan jari ke lateral, dan dipecahkan selaput ketuban dengan jari.
Pukul 08.20 WIB :
- Bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan BB 1500 gram dan panjang
badan 44 cm. Tali pusat dijepit dan dipotong.
- Setelah bayi lahir, plasenta juga dilahirkan dan kemudian dilakukan eksplorasi
dalam cavum uteri dengan kasa, induxine 10 IU disuntikan secara drip IV.
- Luka insisi dijepit pada SBR dengan fenster klem, dilakukan penjahitan secara
jelujur feston dengan benang vicryl.
- Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya.
- Dilakukan tubektomi dengan cara Pomeroy
Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari tuba sehingga
membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang
dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap,
maka ujung-ujung tuba terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar 0
0,4%.
- Dilakukan pencucian cavum abdomen dengan NaCl 0,9%.
- Dilakukan penjahitan peritoneum dengan benang vicryl secara jelujur,
disuntikkan Dexamethasone 10 mg dalam peritoneum.
- Dilanjutkan penjahitan m. Recti Abdominis secara jelujur dengan benang
vicryl.
- Ujung fascia diklem, lalu dijahit secara jelujur dengan benang vicryl.
- Lapisan lemak dijahit secara jelujur dengan benang catgut plain.
- Lapisan kulit dijahit secara subkutikuler dengan benang vicryl.
Pukul 09.00 WIB : Operasi Selesai
HASIL LABORATORIUM POST OPERATIF
Hb : 8,7 g/dl
FOLLOW UP

Nilai Normal : P : 12-14 g/dl

19

Sabtu, 07 Juni 2014


Pk. 14.00 WIB

S:
O:

Tidak ada keluhan


KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 190/110 mmHg
- Nadi 88 x/menit
- RR 24 x/menit
- Suhu 36,6 0C
PL :
- L1: TFU 23 cm, teraba bokong
- L2: Letak memanjang yaitu punggung disebelah
kiri
- L3: Bagian terbawah yaitu kepala
- L4: Konvergen, belum masuk PAP
- His belum ada
- DJJ: 150x/menit

A:

- TBJ: TFU-11x155 = 23-11x155 = 1860


G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan
impending eklampsia Janin Tunggal Hidup Presentasi

P:

kepala
1. Pro MRS
2.

Observasi Keadaan Umum dan Tanda Vital

3.

Observasi DJJ

4.

IVFD D5% + MgSO4 40% gtt XX/menit

5.

Injeksi Cefotaxime IV 3 x 1 gr, skin test terlebih


dahulu.

6.

Dexametasone 3x2 gr IV

7.

Kateter menetap

8.

Periksa Laboratorium : Darah rutin, Urin rutin


dan Kimia darah

9.

Rencana SSTP tanggal 09 Juni 2014

1. Nifedipine 3x10 mg

20

2. Phenobarbital 3x1
Pk. 20.00
Minggu, 08 Juni 2012
Pk. 05.00 WIB

S:
O:

Kepala terasa berat saat bangun tidur


KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 180/110 mmHg
- Nadi 98 x/menit
- RR 24 x/menit
- Suhu 36,6 0C
PL :
- L1: TFU 23 cm, teraba bokong
- L2: Letak memanjang yaitu punggung disebelah
kiri
- L3: Bagian terbawah yaitu kepala
- L4: Konvergen, belum masuk PAP
- His belum ada
- DJJ: 140x/menit

A:

- TBJ: TFU-11x155 = 23-11x155 = 1860


G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan
impending eklampsia Janin Tunggal Hidup Presentasi

P:

kepala
1. Observasi Keadaan Umum dan Tanda Vital
2.

Observasi DJJ

3.

IVFD D5% + MgSO4 40% 1 fls gtt XX/menit

4.

Kateter menetap

5.

Injeksi Cefotaxime IV 3 x 1 gr, skin test dulu.

6.

Dexametasone 3x2 gr IV

7.

Phenobarbital 3x1

8.

Nifedipine 3x10 mg

9.

Rencana SSTP tanggal 09 Juni 2014 setelah 2


hari pematangan paru.

10. Hasil proteinuri +2, Hb: 14,4

21

Senin, 09 Juni 2014


Pk. 05.00 WIB

S:
O:

Batuk
KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 200/110 mmHg
- Nadi 96 x/menit
- RR 28 x/menit
- Suhu 36,5 0C
PL :
- L1: TFU 23 cm, teraba bokong
- L2: Letak memanjang yaitu punggung disebelah
kiri
- L3: Bagian terbawah yaitu kepala
- L4: Konvergen, belum masuk PAP
- His belum ada
- DJJ: 131x/menit

A:

- TBJ: TFU-11x155 = 23-11x155 = 1860


G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan
impending eklampsia Janin Tunggal Hidup Presentasi

P:

kepala
1. Observasi Keadaan Umum dan Tanda Vital
2.

Observasi DJJ

3.

IVFD D5% + MgSO4 40% 1 fls gtt XX/menit

4.

Kateter menetap

5.

Injeksi Cefotaxime IV 3 x 1 gr, skin test dulu.

6.

Dexametasone 3x2 gr IV

7.

Phenobarbital 3x1

8.

Nifedipine 3x10 mg

9.

Ambroksol Syr 3x1

10. Puasa sejak pukul 02.00


11. Rencana SSTP tanggal hari ini pukul 08.00 wib
Senin, 09 Juni 2014

S:

setelah 2 hari pematangan paru.


Perdarahan aktif

22

Pk. 12.00 WIB

O:

KU : lemah, Sens : CM
VS :
- TD 110/80 mmHg
- Nadi 89 x/menit
- RR 23 x/menit
- Suhu 36,4 0C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Nyeri tekan (+)
- Kontraksi uterus (+) tidak baik
- Lochia rubra

A:

- Perdarahan aktif
P3A0 Post SSTP a.i. impending eklampsia dan

P:

tubektomi
- Observasi KU dan VS
- Masase uterus
- Observasi perdarahan
- Imobilisasi 24 jam
- Kateter menetap
- Diet rendah garam
- IVFD RL + 2 amp Induxine 10 IU gtt XX/menit
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr
- Injeksi Metronidazole 3 x 500 mg
- Injeksi Ketorolac 3 x 1
- Injeksi Tranexamic Acid 3 x 500 mg
- Pnenobarbital 3 x 1

Selasa, 10 Juni 2012


Pk. 06.00 WIB

S:
O:

- Captopril 2 x 1
Nyeri jahitan operasi
KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 160/80 mmHg

23

- Nadi 82 x/menit
- RR 20 x/menit
- Suhu 36,5 0C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Nyeri tekan (+)
- Kontraksi uterus (+) baik
- Lochia rubra
A:

- Perdarahan normal
P3A0 Post SSTP a.i. impending eklampsia dan

P:

tubektomi , H+1
- Observasi KU dan VS
- Observasi perdarahan
- Mobilisasi bertahap
- Kateter menetap
- Diet rendah garam
- IVFD RL + 2 amp Induxine 10 IU gtt XX/menit
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr
- Injeksi Metronidazole 3 x 500 mg
- Injeksi Ketorolac 3 x 1
- Injeksi Tranexamic Acid 3 x 500 mg
- Pnenobarbital 3 x 1
- Captopril 2 x 1
- Injeksi lasix 1 x 1
- Aff Cateter

Rabu, 11 Juni 2014


Pk. 06.00 WIB

S
O

- Hb: 8,7 g/dl


Tidak ada keluhan
KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 140/100 mmHg
- Nadi 82 x/menit
- RR 22 x/menit

24

- Suhu 36,5 0C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Nyeri tekan (+)
- Kontraksi uterus (+) baik
- Lochia rubra
A

- Perdarahan normal
P3A0 Post SSTP a.i. impending eklampsia dan

tubektomi , H+2
- Observasi KU dan VS
- Observasi perdarahan
- Kateter menetap
- Diet rendah garam
- IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Cefotaxime 3 x 1 gr
- Injeksi Metronidazole 3 x 500 mg
- Injeksi Tranexamic Acid 3 x 500 mg
- Captopril 2x1
- Pnenobarbital 3 x 1

Kamis, 12 Juni 2014


Pk. 06.00

S
O

- Lasix 1x1
Tidak ada keluhan
KU : Baik, Sens : CM
VS :
- TD 180/100 mmHg
- Nadi 94 x/menit
- RR 24 x/menit
- Suhu 36,7 0C
PL :
- TFU 2 jari bawah pusat
- Nyeri tekan (+)
- Kontraksi uterus (+) baik
- Perdarahan normal

25

P3A0 Post SSTP a.i. impending eklampsia dan

tubektomi , H+3
- Observasi KU dan VS
- Aff Infus
- Aff Cateter
- Diet rendah garam
- Ciprofloxacim 3x1
- Metronidazole 3 x 1
- Asam mefenamat 3x1
- Phenobarbital 3x1
- Nifedipin 3x1
- Captopril 2x1
- B comp C 2x1
Pasien Pulang

Pk. 14.00

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada lapsus ini sebuah kasus dari seorang pasien dengan G3P2A0 usia 39
tahun yang masuk ke kebidanan RSUD. Palembang Bari pada tanggal 07 Juni
2014 pukul 11.00 WIB kiriman dari Poliklinik KIA RSUD. Palembang Bari.
Pasien datang ke poliklinik KIA untuk kontrol kehamilan dengan darah tinggi.
Dari anamnesis dapat diketahui bahwa pasien hamil 33-34 minggu datang
untuk kontrol kehamilan dengan darah tinggi didapatkan tekanan darah 180/120
mmHg. 2 minggu yang lalu pasien dirawat di RSUD Palembang BARI karena
tekanan darah 160/90 mmHg, tekanan darah tinggi tinggi sejak usia kehamilan 24
minggu. Saat ini gerak janin masih dirasakan dan terdapat bengkak pada kaki (+).
Pasien belum menunjukkan tanda-tanda inpartu seperti adanya kontraksi atau
perut mules, belum ada darah lender atau bloody show dan belum ada pembukaan.

26

Pasien mempunyai riwayat darah tinggi setelah melahirkan anak kedua


dengan tekanan darah tinggi berkisar 140/100 mmHg. Di keluarga pasien terdapat
anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, hipertensi dan diabetes
mellitus.
Riwayat kontrasepsi yang pasien pasien gunakan yaitu suntik 3 bulan, efek
samping yang dirasakan pasien adalah menstruasi tidak teratur.
Pada kehamilan ini, pasien rutin memeriksakan kehamilannya, pada saat
ANC bulan ke 6, tekanan darah pasien meningkat menjadi 170/90 mmHg.
2 minggu yang lalu pasien memeriksakan kehamilannya di RSUD
Palembang BARI dan didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg. Pasien dirawat
dan diterapi dengan obat-obat antihipertensi seperti dopamet dan nefidipin serta
obat antikonvulsan yaitu Phenobarbital.
Pasien dengan riwayat sectio sesaria 2 kali, anak pertama dilakukan sectio
sesaria karena sudah keluar darah lendir tetapi belum ada bukaan selama 2 hari
sedangkan pada saat hamil anak kedua mengalami hipertensi dan terjadi kejang
pada usia kehamilan 8 bulan, keadaan ini disebut dengan kejadian eklampsia.
Anak pertama hidup sedangkan anak kedua meninggal di usia 3 hari. Saat ini
pasien sedang hamil anak ketiga. Hamil anak ketiga, HPHT pada kehamilan ini
tanggal 17-10-2013 dengan taksiran persalinannya adalah 24-7-2014. Perhitungan
usia kehamilan sekarang tanggal 7-6-2014 yaitu 33 minggu 2 hari yang artinya
kehamilan pasien masih preterm.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien baik dengan tingkat
kesadaran compos mentis, tekanan darah 190/110 mmHg, Nadi 88x/menit, suhu
badan 36,60c, dan frekuensi nafas 24x/menit. Pada pemeriksaan head to toe tidak
didapatkan kelainan kecuali pada bagian abdomen dan ekstremitas bawah. Karena
terdapat kenanikan tekanan darah secara progresif disertai proteinuria +2 dan
edema maka pasien ini mengalami Preeklampsia berat dengan impending
eklampsia.
Definisi preeklamsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria
lebih dari 5 gram/24 jam atau +4. impending eklampsia adalah gejala-gejala
oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala

27

subyektif antara lain, nyeri kepala, gangguan visual, muntah-muntah dan nyeri
epigastrium. Sedangkan gejala obyektif antara lain tekanan darah naik secara
progresif.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut membuncit dengan palpasi
dirasakan tinggi fundus uteri yaitu 23 cm. Letak janin normal yaitu kepala berada
dibagian bawah dan punggun berada disebelah kiri. Bagian terbawah dari janin
yaitu kepala belum memasuki pintu atas panggul dan nilai hodge 5/5 karena
berdasarkan teori kepala janin masuk pintu atas panggul mulai minggu ke 36.
Pada ekstremitas bawah didapatkan edema.
Dilakukan pemeriksaan laboratorim darah berupa pemeriksaan Hb dengan
nilai 14,4, golongan darah, waktu perdarahan, dan waktu pembekuan sebagai
bahan rujukan pre-operatif. Pemeriksaan urin juga dilakukan didapatkan urin
mengandung protein +2. Dari pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil tes fungsi
hati yaitu SGOT dan SGPT meningkat, hal ini sudah mengarah akan terjadinya
parsial sindroma HELLP.
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwasanya diagnosis
pada kasus ini adalah G3P2A0 hamil 33-34 minggu belum inpartu dengan
impending eklampsia janin tunggal hidup presentasi kepala.
Untuk penatalaksanaan pada kasus ini, pasien harus dirawat di rumah sakit
dengan prinsip penatalaksanaannya adalah untuk mencegah timbulnya kejang,
mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta kerusakan
dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat. Pada preeklamsia berat,
penundaan merupakan tindakan yang salah, karena preeklamsia bisa membunuh
janin.
Penatalaksanaan preoperative pada pasien yaitu Observasi Keadaan Umum
dan Tanda Vital, Observasi DJJ, IVFD D5% + MgSO4 40% 1 fls gtt XX/menit,
Kateter menetap, Injeksi Cefotaxime IV 3 x 1 gr dilakukan skin test terlebih
dahulu, antibiotic diberikan sebangai profilaksis, Dexametasone 3x2 gr IV
diberikan untuk pematangan paru, Nifedipine 3x10 mg sebagai obat
antihipertensi, Phenobarbital 3x1 sebagai obat antikonvulsan dan direncanakan
SSTP tanggal 09 Juni 2014 setelah 2 hari pematangan paru.

28

Saat dilakukan tindakan pembedahan seksio sesarea, diketahui bahwa pasien


hamil preterm, jadi bayi yang dikelurkan dengan berat badan lahir 1500 gr dan
panjang badan 44 cm, dan langsung dilakukan tubektomi atau steril karena pasien
mempertimbangkan akan beresiko tinggi apabila hamil lagi.
Setelah operasi pasien mengalami perdarahan aktif dan dilalukan masase
uterus untuk merangsang kontraksi uterus agar baik, karena hal tersebut Hb pasien
menurun menjadi 8,7 dan akan direncanakan dilakukan transfuse sebanyak 2 kolf
whole blood untuk mengganti darah yang hilang.
Setelah operasi, pasien ini diwajibkan imobilisasi selama 24 jam dengan
tidur menggunakan bantal karena efek spinal anastesi masih akan bekerja selama
24 jam. Apabila dalam 24 jam pasien ini duduk atau berdiri, anastesi spinal ini
akan naik melalui cairan spinal ke otak yang dapat menyebabkan pasien
merasakan pusing hingga kehilangan kesadaran karena efek anastesi tersebut.
Maka dari itu, pasien ini dipasang kateter menetap. Karena setelah operasi tekanan
darah pasien masih tinggi, pasien dianjurkan untuk diet rendah garam. Setelah
hari I post operatif, pasien ini dapat melakukan mobilisasi bertahap mulai dari
miring ke kanan dan kiri, duduk perlahan, berdiri serta berjalan perlahan.
Penatalaksanaan medikamentosa diberikan IVFD RL + 2 amp Induxine 10
IU gtt XX/menit,

injeksi Cefotaxime 3 x 1gr IV sebagai antibiotik,

dikombinasikan dengan injeksi Metronidazole 3 x 500mg IV yang merupakan


antibiotik anaerob. Untuk menghilangkan rasa nyeri post operatif, pasien ini
diberikan Injeksi ketorolac 3 x 1 IV. Untuk mengurangi perdarahan yang ada,
injeksi Tranexamic Acid 3 x 500 mg IV dapat membantu menghentikan
perdarahan, Phenobarbital sebagai antikonvulsan dan obat captopril sebagai
antihipertensi karena setelah disectio sesaria tekanan darah pasien tetap tinggi.
H+1 setelah operasi pasien diberikan injeksi lasix yang mengandung furosemid
untuk membantu mengobati retensi cairan (edema) dan pembengkakan. Obat ini
bekerja pada ginjal untuk meningkatkan produksi urin.
H+3 post operasi dilakukan aff kateter dan aff infuse dan pengobatan pasien
diganti obat oral yaitu Ciprofloxacim 3x1, Metronidazole 3 x 1, Asam mefenamat
3x1, Phenobarbital 3x1, Nifedipin 3x1, Captopril 2x1 dan B comp C 2x1.

29

Pada pukul 14.00 pasien boleh pulang.

BAB V
KESIMPULAN
1. Diagnosis pada kasus ini sudah benar yaitu G3P2A0 hamil 33-34 minggu
belum inpartu dengan impending eklampsia janin tunggal hidup
presentasi kepala, karena sudah sesuai dengan teori.
2. Penatalaksaan

pada

penatalaksanaannya

kasus
adalah

ini
untuk

sudah

tepat

mencegah

karena

prinsip

timbulnya

kejang,

mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta


kerusakan dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat. Pada
preeklamsia berat, penundaan merupakan tindakan yang salah, karena
preeklamsia bisa membunuh janin. Untuk mencegah terjadinya komplikasi
tersebut maka dilakukan terminasi persalinan setelah 2 hari pematangan paru
janin.

30

DAFTAR PUSTAKA
1. Roeshadi, R. Haryono. 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan
Angka Kematian Ibu Pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia.
Universitas Sumatera Utara: Medan
2. Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2002. Ilmu kandungan. FK UI,
Jakarta
3. Kelompok Kerja Penyusunan. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi
dalam Kehamilan di Indonesia. Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia Edisi Kedua
4. Angsar MD. 2003. Hipertensi Dalam Kehamilan. Bagian Obstetri
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Pp: 3-8
5. Lana K. Wagener, M.D. 2004. Diagnosis and Management of
Preeklampsia. American Family Physician. Volume 70, Number 12 Pp :
2317-24.http://www. Aafp.org

31

6. Marjono AB. 1999. Hipertensi pada Kehamilan Pre-Eklampsia/Eklampsia.


Kuliah

Obstetri/Ginekologi

FKUI.

http://www.geocities.com/yosemite/rapids/1744/cklobpt 2. html
7. Rambulangi J. 2003. Penanganan Pendahuluan Prarujukan Penderita
Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Cermin Dunia Kedokteran No. 139.
Jakarta. Pp : 16-19.
8. Rustam Mochtar. 1998. Seksio Sesarea. Sinopsis Obstetri Jilid II Editor:
Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 117-21
9. Sudinaya, I Putu. 2003. Insiden Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan
Kalimantan Timur 2002. Cermin Dunia Kedokteran No. 139. Jakarta. Pp :
13-15.
10. Wibowo B, Rachimhadhi T. 2005. Preeklampsia-Eklampsia. Dalam
Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan Ketujuh. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp : 281-94

Anda mungkin juga menyukai