PENDAHULUAN
1.1
apa saja karakteristik dari batuan penyusun reservoir. Kegiatan yang bisanya
dilakukan untuk menganalisa reservoir adalah Analisa core, Analisa Cutting dan
Analisa Logging.
Analisa Core biasanya dilakukan dengan mengambil sampel batuan yang
di bor dari dalam formasi dan selanjutnya core diteliti di laboratorium.
Analisa logging dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang
dibor dengan menggunakan peralatan logging (Tool Log). peralatan logging
dimasukkan kedalam sumur, kemudian alat tersebut akan mengeluarkan
gelombang - gelombang khusus seperti listrik, gamma ray, suara dan sebagainya
(tergantung jenis loggingnya), kemudian gelombang tersebut akan terpantul.
kembali dan diterima oleh alat logging, dan datanya kemudian dikirim ke
peralatan dipermukaan untuk dianalisa.
Untuk analisa cutting, dilakukan dengan meneliti cutting yang berasal dari
lumpur pemboran yang disirkulasikan kedalam sumur pemboran. Cutting
dibersihkan dari lumpur pemboran, selanjutnya di teliti di laboratorium untuk
mengetahui sifat dari batuan reservoir tersebut.
Pada praktikum kali ini, kita akan menganalisa sifat batuan reservoir
dengan metode Analisa Core.
1.3.
permukaan (core) diperoleh. Tujuan dari Analisa Inti Batuan adalah untuk
menentukan secara langsung informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang
ditembus selama pemboran. Studi dari data analisa inti batuan dalam pemboran
ekplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksinya
hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir
dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan well completion dan merupakan
suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek secondary dan tertiary
recovery. Selain itu, data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding
dan kalibrasi pada metode logging.
Prosedur Analisa Inti Batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa inti batuan rutin
2. Analisa inti batuan spesial
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan Analisa Inti Batuan
Spesial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis
dan pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi
tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat suara, grain density, wettability,
kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (Net Ove
Burden) dan studi petrography.
BAB II
PENGUKURAN POROSITAS
2.1
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukannya percobaan pengukuran porositas adalah menentukan
harga porositas efektif dari core kering yang kemudian disaturasikan (dijenuhi)
dengan menggunakan 2 metode pengukuran, yaitu Pengukuran Porositas dengan
Cara Menimbang dan Pengukuran Porositas dengan Mercury Injection Pump.
2.2
TEORI DASAR
Porositas didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang pori-
pori terhadap volume batuan total (bulk volume), dengan simbol . Porositas
juga dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam
batuan. Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Sudut kemiringan batuan
2. Bentuk Butiran
3. Cara Susunannya
4. Lingkungan Pengendapan
5. Ukuran butiran batuan
6. Komposisi mineral pembentuk batuan
Berdasarkan struktur pori, porositas dibagi menjadi Porositas antar butiran
(intergranular dan intragranular porosity) dan Porositas rekahan (fracture porosity)
Menurut proses geologinya, porositas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
Porositas Primer dan Porositas Sekunder. Porositas Primer merupakan porositas
yang terjadi bersamaan atau segera setelah proses pengendapan batuan. Jenis
batuan sedimen yang mempunyai porositas primer adalah batuan konglomerat,
batu pasir dan karbonat. Sedangkan Porositas Sekunder adalah porositas yang
terjadi setelah proses pengendapan batuan (batuan sedimen terbentuk), antara lain
akibat aksi pelarutan air tanah atau akibat rekahan.
dalam
proses
ini
batuan
gamping
(CaCO3)
abs
Vp
x 100%
Vb
abs
Vb Vg
x 100%
Vb
atau
abs
Vp
x 100%
Vg Vp
atau
2.2.2
Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang
berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen, jika dirumuskan :
eff
Dimana :
atau eff
eff
= porositas efektif, %
g b
g f
x100%
eff
2. Metode Saturation
eff
4. Menimbang
Volume total batuan (Vb)
W3 W2
B.J kerosin
W1 W2
B.J kerosin
W3 W1
B.J kerosin
Volume pori
W3 W1
=
W3 W2
Dalam usaha mencari batasan atau kisaran harga porositas batuan, Slitcher
& Graton serta Fraser mencoba menghitung porositas batuan pada berbagai
bidang bulatan dengan susunan batuan yang seragam. Unit cell batuan yang
distudi terdiri atas 2 pack dalam bentuk kubus dan jajaran genjang (rombohedron).
Porositas dengan bentuk kubus ternyata mempunyai porositas 47.6%, sedangkan
porositas pada bidang jajaran genjang (rombohedron) yang tidak teratur
mempunyai harga porositas 25.95%.
Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dimana r adalah jarijari lingkaran, sehingga :
Volume total (bulk)
= (2r)3 = 8r3
Volume butiran
4r 3
3
Porositas
Vb Vg
x 100 %
Vb
8r 3 4
8r
= 1
3r 3 x100 %
3
x100 %
2(3)
= 47,6 %
Untuk pegangan secara praktis di lapangan, ukuran porositas dengan harga :
Tabel 2.1
ukuran porositas dengan harga di lapangan
0 5%
5 10%
Dianggap jelek
10 15%
Dianggap sedang
15 20%
Dianggap baik
> 20%
Dangat bagus
Di dalam formasi batuan reservoir minyak dan gas bumi tersusun atas
berbagai macam mineral (material) dengan ukuran butir yang sangat bervariasi,
oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan yang lain akan selalu
bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga porositas bervariasi adalah :
1.
2.
Grafik 2.1
Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke
a). Batu pasir b). Shalysand
Semakin banyak material pengotor, seperti : silt & clay yang terdapat
dalam batuan akan menyebabkan mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
2.3
2.3.1 Alat :
1.
2.
3.
4.
2.3.2
Bahan
Gambar 2.1
Timbangan Digital
Gambar 2.2
Rangkaian Porometer
10
2.4
PROSEDUR KERJA
2.4.1
Prosedur kerja :
1. Core (inti batuan) yang telah diekstrasi selama 3 jam dengan soxlet
dan didiamkan selama 24 jam, dikeluarkan dari tabung ekstrasi dan
didinginkan beberapa menit, kemudian dikeringkan dalam oven pada
temperatur 100-115 oC.
2. Timbang core kering dalam mangkuk, misal berat core kering = W1
gram.
3. Masukkan core kering tersebut kedalam vacum desikator untuk
dihampakan udara 1 jam dan saturasikan dengan kerosin.
4. Ambil core yang telah dijenuhi kerosin kemudian timbang dalam
kerosin, misal beratnya = W2 gram.
5. Ambil core tersebut (yang masih jenuh dengan kerosin), kemudian
timbang di udara, misal beratnya = W3 gram.
6. Perhitungan :
Volume total batuan (Vb)
W3 W2
B.J kerosin
W1 W2
B.J kerosin
W3 W1
B.J kerosin
Volume pori
W3 W1
=
11
W3 W2
2.4.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
2.
3.
12
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Hitung volume picnometer yang terisi core sample : (50 38,2) cc = b
cc.
11. Hitung volume bulk dari core sample : ( a b ) cc = d cc.
12. Lanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori (Vp), yaitu
dengan menutup valve picnometer. Kemudian atur pore space scale
pada angka nol. Untuk langkah 12 ini, pada saat meletakkan pore
space scale pada angka nol, kedudukan dial handwheel tidak harus
pada angka nol. Akan tetapi perlu dicatat besarnya angka yang
ditunjukkan dial handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb.
Harga tersebut harus diperhitungkan saat mengukur Vp.
13. Putar handwheel searah jarum jam sampai ke kanan pada pressure
gauge menunjukkan angka 750 psia.
14. Catat perubahan volume pada pore space scale dan dial handwheel
(miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
15. Hitung besarnya porositas.
2.5
13
(W1)
= 44 gr
(W3)
= 49 gr
= 17 gr
d. Densitas kerosin
= 0,8 gr/cc
eff
W3 W2
B.J kerosin
49 17
40 cc
0.8
W1 W2
B.J kerosin
44 17
33.17cc
0.8
W3 W1
B.J kerosin
49 44
6.26 cc
0 .8
Vp
x 100%
Vb
6.26
x 100% = 15.625%
40
= 50.15 cc
- Skala akhir
= 2.34 cc
= 50.17 cc
- Skala akhir
= 34.35 cc
14
= 0,975 cc
- Skala akhir
= 8.85 cc
- Volume pori
eff
Vp
x 100%
Vb
7.875
x 100% 24,6%
32.04
2.6
PEMBAHASAN
2.6.1
digital, dimana setelah diukur maka didapat berat Core sebagai berikut:
- Berat core kering diudara (W1)
= 44 gr
= 49 gr
= 17 gr
= 40 cc
= 33.75 cc
- Volume pori
= 6.25
15
Sehingga setelah data-data diatas telah didapat, kita bisa menghitung nilai
porositas effektif. Dari perhitungan tersebut, maka didapat porositas effektif
sebesar 24.6%
2.6.2
penentuan skala awal dan skala akhir picnometer dengan menggunakan petunjuk.
Skala awal yang dimaksud adalah volume picnometer ketika belum di Injeksi-kan
Mercury dan ketika telah di injeksi-kan Mercury, maka dinamakan skala akhir.
Baca skale volume pada keadaan awal dan akhir pada pycnometer yang kosong.
Harga skala volume pada keadaan awal dan akhir pada pycnometer yang
kosong telah didapatkan yaitu
Skala awal = 50.15 cc
Skala akhir = 2.34 cc
Dari data-data tersebut diatas, maka kita bias menentukan Volume
piknometer dalam keadaan kosong yaitu selisih antara skala awal dan skala akhir
piknometer dengan menggunakan petunjuk / prosedur penentuan porositas yang
telah dijelaskan pada ( poin 2.42) sehingga nilai yang didapatkan sebesar 47.81 cc.
Kemudian setelah kita mengetahui haraga piknometer kosong, maka
dilakukan langkah seperti pada langkah 8, pada petunjuk / prosedur penentuan
porositas (poin 2.4.2) dengan harapan akan diketahui skala awal, skala akhir,
volume piknometer + core, dan volume bulk batuan
Dari hasil penentuan harga skala tersebut, skala pada keadaan awal dan
akhir pada pycnometer yang berisi core sample telah didapatkan yaitu:
Skala awal
= 50,15 cc
Skala akhir
= 34,35 cc
Dari kedua data diatas itu, kita bisa menentukan berapa besar volume
piknometer bersama Core yang berada bersama piknometer tersebut dengan
mengurangkan besarnya harga skala yang didapat pada keadaan awal dengan
16
harga skala yang didapat pada keadaan akhir (skala awal skala akhir), sehingga
didapat nilainya sebesar 15,8 cc.
Setelah didapatkan harga volume pycnometer yang berisi core sample, kita
dapat menentukan berapa besarnya Volume bulk (Vb) batuan dengan
mengurangkan besarnya Volume piknometer dalam keadaan kosong dan volume
piknometer dalam keadaan terdapat Core didalamnya. Dari perhitungan tersebut,
didapat Volume Bulk Batuan sebesar 32.01cc.
Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan menentuksn besarnya Volume
pori (Vp) seperti yang terdapat pada langkah 12 petunjuk / prosedur penentuan
porositas (2.4.2).
Penentuan besarnya volume pori (Vp) dapat dengan menggunakan cara
yang sama dengan cara yang digunakan untuk menghitung harga volume
pycnometer yang kosong dan harga volume pycnometer yang berisi core sample
yaitu dengan menghitung selisih antara kondisi awal yaitu 0.98 cc dan kondisi
akhir 8.85 cc. Sehingga Volume Pori didapat bernilai 7.875 cc.
Kemudian dapat kita tentukan besarnya harga porositas efektif dengan
memasukkan harga volume pori (Vp) dan volume bulk (Vb) ke dalam rumus yang
telah diuraikan sebelumnya.
Dari perhitungan didapat nilai porositas effektifnya sebesar 24.6 %
17
2.7
KESIMPULAN
1. Didalam percobaan ini ternyata didapat hasil harga porositas dengan
beberapa cara pengukuran , dan didapat hasil dengan cara
penimbangan eff = 15.625 %, sedangkan dengan cara Mercury
Injection Pump eff = 24.6 %. Besarnya porositas efektif ( eff ) fresh
core yang disaturasi kerosin menggunakan metode Mercury Injection
Pump ternyata lebih besar hasilnya dibandingkan dengan metode
Menimbang. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan porositas
tersebut.
2. Porositas effektif yang diperoleh dari metode Menimbang termasuk
dalam porositas dengan kategori sedang, sedangkan porositas effektif
yang diperoleh dari metode Mercury Injection Pump termasuk dalam
porositas dengan kategori sangat baik. Nilai minus yang diperoleh dari
volume pori diabaikan.
3. Dari perbedaan porositas diatas maka jelaslah bahwa porositas tidak
tergantung pada besar butiran. Sebagai contoh, bila kita substitusikan r
dengan angka berapa saja akan tetap didapat besar prorositas 47,81%
(pada susunan bentuk kubus).
4. Untuk hasil percobaan ini, kiranya telah memenuhi dari perkiraan
harga pengukuran porositas secara teori. Dan dari percobaan in bila
dianggap kurang ketepatannya, kmungkinan pratikan kurang teliti
dalam pembacaan skala pengukuran
18
BAB III
PENGUKURAN SATURASI DENGAN METHODE DESTILASI
3.1
TUJUAN
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah
TEORI DASAR
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam
fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian
reservoir. Ruang pori-pori batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya
terdiri dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida,
maka perlu diketahui saturasi masing-masing fluida tersebut.
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori total pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak (So) adalah : So
: Sw
: Sg
19
Sg + So + Sw = 1
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka : So + Sw = 1
Grafik 3.2
20
Variasi Pc terhadap Sw
a) Untuk Sistem batuan yang Sama dengan
Fluida yang berbeda.
b) Untuk Sistem Fluida yang Sama dengan
Batuan yang Berbeda
3.3
3.3.1
Alat
1. Retort
2. Solvent extractor termasuk reflux condensor (pendingin) water trap
dan pemanas listrik
3. Timbangan analisis dengan batu timbangan
4. Gelas ukur
5. Exicator
6. Oven
3.3.2
Bahan
1. Fresh core
2. Air
3. Minyak
21
Gambar 3.2
Skema Stark Dean Distilation Apparatu
3.4
PROSEDUR KERJA
3.4.1
Metode Destilasi
1. Ambil fersh core yang telah dijenuhi dengan air dan minyak.
2. Timbang core tersebut, missal beratnya = a gram.
3. Masukkan core tersebut ke dalam labu Dean & Stark yang telah diisi
dengan toluena.
4. Lengkapi dengan water trap dan reflux condenser.
5. Panaskan selama 2 jam hingga air tidak nampak lagi.
6. Dinginkan dan baca air yang tertampung di water trap, misalnya = b cc
= b gram.
7. Sampel dikeringkan dalam oven 15 menit (pada suhu 110oC).
Dinginkan dalam exicator 15 menit, kemudian timbang core kering
tersebut, misalnya = c gram.
8. Hitung berat minyak
: a (b + c) gram = d gram.
d
22
So
e
Vp
Sw
b
Vp
3.5
3.5.1. Analisa :
Timbangan Core Kering
= 33 gr
= 35.25 gr
Volume pori
= 10.65gr
3.5.2.
0,34 gr
0,34 gr
Perhitungan
Berat minyak
B.J minyak
= 0,793 gr/cc
Volume minyak =
vol. oil
Volume oil
B.J oil
2.4
10.65
0.34
10.65
1.91
0.793
2 .4
cc
0.225
So
= vol. pori
Sw
= vol. pori
Sg
vol. air
23
0.03192
3.6
PEMBAHASAN
3.6.1
= air . V air
= 1 gr/cc . 0.34 cc = 0.34 gr
minyak dan harga B.J minyak ke dalam perbandingan B.J minyak = 2.4 cc
Untuk Saturasi Oil (So) didapatkan dengan memasukkan nilai volume oil
vol. oil
3.7
KESIMPULAN
1. Metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran Saturasi
adalah metode Destilasi.
2. Untuk mengetahui jumlah masing masing fluida dalam reservoir,
maka perlu diketahui terlebih dahulu nilai saturasi yang terkandung
didalam pori pori batuan.
3. Dari hasil perhitungan diperoleh:
Sg = 0.743
So = 0.225
Sw = 0.03192
4 Sehingga pada reservoir tersebut dapat disimpulkan bahwa harga
Sg > So > Sw. Artinya reservoir yang diteliti lebih banyak
mengandung gas.
25
BAB IV
PENGUKURAN PERMEABILITAS ABSOLUT
4.1
TUJUAN
Menentukan harga permeabilitas absolut menggunakan Gas Permeameter
dengan range pada flowmeter menunjukkan angka antara 20 140 division, pada
tekanan 0,25 atm, 0,5 atm dan 1 atm.
4.2
TEORI DASAR
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
k dP
dL
Dimana :
V
dP/dL
2.
3.
4.
5.
6.
Fluidanya incompressible.
27
Gambar 4.1
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas
Q. . L
A.( P1 P2 )
Ko
,
K
K rg
Kg
K
Krw
Kw
K
Q o . o . L
A.( P1 P2 )
Kw
Dimana :
28
Q w . w . L
A.( P1 P2 )
o = viskositas minyak
w = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda
untuk minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap kontan. Harga-harga Ko dan Kw
pada Persamaan Ko
Q o . o . L
Q w . w . L
dan Kw
jika diplot terhadap
A.( P1 P2 )
A.( P1 P2 )
So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
Dari Gambar 4.2 dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1 akan sama
dengan harga K absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik A dan B
pada Gambar 4.2)
Grafik 3.3
Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air
4.3
4.3.1
Alat
1.
2.
3.
4.
5.
Burette
6.
29
7.
8.
Gas inlet
9.
Stopwatch
4.3.2 Bahan
1.
Fresh Core
2.
Gas
Gambar 4.3
Rangkaian Liquid Permeater
30
Gambar 4.3
Rangkaian Gas Parameter
4.4
PROSEDUR KERJA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jika flowmeter tetap tidak naik dari angka 20, hentikan percobaan dan
periksa core pada core holder (tentukan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi).
9.
10. Percobaan kita hentikan atau coba naikkan panjang core atau kuramgi
cross sectional area dari core.
11. Catat temperature, tekanan dan pembacaan flowmeter.
12. Ubah tekanan ke 0,25 atm dengan regulator.
13. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
14. Perhitungan :
31
Dimana
: k
g Qg L
A P
= Permeabilitas, darcy
= Panjang sample, cm
4.5
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
4.5.1 Analisa
1. Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter
Persamaan yang digunakan :
k
g Qg L
A P
= 2,05
cm
Beda Tekanan (P )
= 0,25
Flow Reading
= 4,8 cm
= 18
Viscositas Gas ( g )
= 0,01825 cp
10.11 cm2
32
atm
cc/dt
Permeabilitas (k)
= 0,266 darcy
= 2,05
= 10.11 cm2
Beda Tekanan (P )
= 0,5
atm
Flow Reading
= 8.4
cm
= 35
cc/dtk
Viscositas Gas ( g )
= 0,01825 cp
Permeabilitas (k)
= 0,258 darcy
= 2,05
= 10.11 cm2
Beda Tekanan (P )
= 1
atm
Flow Reading
= 12
cm
= 50
cc/dt
Viscositas Gas ( g )
= 0,01825 cp
Permeabilitas (k)
= 0,185 darcy
cm
cm
4.5.2. Perhitungan
g Qg L
A P
g Qg L
A P
g Qg L
A P
0.01825 . 18 . 2.05
10.11 . 0.25
0.673
= 0.266 Darcy
2.5275
0.01825 . 35 . 2.05
10.11 . 0.5
1.309
= 0.258 Darcy
5.055
0.01825 . 50 . 2.05
110 .11 . 1
1.870
10.11
= 0.185 Darcy
33
Mengeplot antara
1
p
tan
y
x
, b
tan
ka
, k * ka 1
P
4.6
PEMBAHASAN
4.6.1
menentukan harga besarnya tekanan yang digunakan (pada 0.25 atm, 0.5 atm dan
1 atm).
Kemudian langkah selanjutnya ialah dengan menentukan besarnya
temperatur, tekanan dan pembacaan flowmeter sesuai dengan petunjuk pada
prosedur kerja yang diulangi sebanyak 3 kali pada tekanan yang berbeda-beda.
Viskositas dapat ditentukan dari grafik sehingga didapatkan nilai viscositas
yaitu sebesar : 0.01825 cp.
Setelah mendapatkan nilai seluruh data yang diperlukan, masukkan ke
dalam persamaan k
g Qg L
.
A P
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Permeabilitas Masing Masing Tekanan
34
1/p
0.274
0.266
0.19
4.7
tan
0.09
0.09
0.09
3
3
3
0.03
0.03
0.03
b
0.109489051
0.112781955
0.157894737
k*
0.394
0.326
0.22
Grafik 3.4
Kurva Permeabilitas Absolut Vs 1/Pressure
KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang dilakukan sebanyak 3 kali, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya percobaan permeability (k) dengan gas parameter
dengan diberi tekanan yang berbeda-beda pula. Semakin besar P, maka
nilai k semakin kecil.
35
kecil.
Sebaliknya,
semakin
kecil
tekanan
maka
harga
BAB V
SIEVE ANALISYS
5.1
TUJUAN
Mengetahui besarnya koefisien keseragaman butir pasir (C) untuk dapat
menentukan pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat dengan tujuan
menanggulangi masalah kepasiran dalam suatu sumur formasi agar dapat
36
TEORI DASAR
Tahap penyelesaian suatu umur yang menembus formasi lepas
5.3.1
Alat
1. Torison blance dan anak timbangan
2. Mortal dan pastle
3. Tyler sieve ASTM (2, 1, 1, 5,
4. Sieve Shacker
5.3.2
Bahan
1. Batuan Reservoir
37
Gambar 5.1
Elektrik Sieve Shacker
Gambar 5.2
Sieve Shacker
5.4
PROSEDUR KERJA
1.
Ambil contoh bantuan resrvoir yang sudah kering dan bebas minyak.
2.
3.
Periksa dengan binocular, apakah butiran-butiran pasir tersebut benarbenar saling terpisah.
4.
5.
6.
7.
Tuangkan hati-hati pasir batuan reservoir (200 gr) kedalam sieve yang
paling atas, kemudian dipasang tutup dan dikeraskan penguatnya.
8.
9.
10. Tuangkan isi sieve yang paling halus (berikutnya) kedalam mangkok
tadi juga, kemudian timbang berat kumulatif.
11. Teruskan cara penimbangan di atas sampai isi seluruh sieve ditimbang
secara kumulatif.
12. Dari berat timbangan secara kumulatif dapat dihitung juga berat pasir
dalam tiap-tiap sieve.
13. Ulangi langkah 1 sampai dengan 11 untuk contoh bantuan reservoir
yang kedua.
14. Buat tabel dengan kolom, no sieve, opening diameter, % retained
cumulative, percent retained, seperti berikut ini seperti tabel 5. 1:
15. Buat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative
percent retained
5.5
39
5.5.1
Analisa :
Berat Sampel : 100 gr
Tabel 5.1
Hasil percobaan dan perhitungan
US Sieve Series
Opening Diameter
Berat
Berat
% Berat
No
mm / inch
gr
Kumulatif
Kumulatif
16
30
40
50
1.19 / 0.0468
0.59 / 0.0232
0.42 / 0.0165
0.297 / 0.0117
46.5
12
18
23.5
46.5
58.5
76.5
100
46.5 %
58.5 %
76.5 %
100 %
Grafik 3.5
Grafik hubungan opening diameter Vs %berat kumulatif
Membuat grafik semilog, hubungan antara opening diameter vs % berat kumulatif
Dari hasil plot didapatkan
d 40
d 90
1.23
5.34
0.23
40
PEMBAHASAN
Dari grafik semilog hubungan antara opening diameter Vs
% berat
1.03
mm
d40 =
1.23
mm
d90 =
0.23
mm
Kemudian, setelah didapat nilai opening diameter yang dimaksud, masukkan nilai
d 40
tersebut ke persamaan C
untuk mencari besarnya koefisien
d 90
keseragaman butir pasir.
Dari perhitungan menggunakan persamaan di atas diperoleh nilai
koefisien keseragaman butir pasir berharga = 3.4 dan menurut schwartz pemilahan
tersebut termasuk dalam kategori sedang.
5.7
KESIMPULAN
1.
2.
41
3.
4.
BAB VI
PENENTUAN KADAR LARUTAN SAMPEL FORMASI DALAM
LARUTAN ASAM
6.1
TUJUAN
Menentukan berat % dari material / sempel formasi yang larut dalam Hcl
larutan asam.
42
6.2
TEORI DASAR
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi minyak pada batuan resevoir
carbonat adalah dengan cara pengasaman atau memompakan adam (HCl) kedalam
reservoir. Batuan reservoir yang bisa diasamkan dengan HCl adalah : Limestone,
Dolomit dan Dolomit Limestone.
Semua asam memiliki satu persamaan. Asam akan terpecah menjadi ion
positif dan anion hidrogen ketika acid larut dalam air. Ion hidrogen akan bereaksi
dengan batuan calcerous menjadi air dan CO2. Asam yang dipakai di industri
minyak dapat dapat inorganik (mineral) yaitu chlorida dan asam flourida, atau
organik asam acetic (asetat) dan asam formic (format). Pada abad yang lalu
pernah digunakan asam sulfat sesaat setelah orang sukses dengan injeksi asam
chlorida pertama dan tentu saja mengalami kegagalan malah formasi jadi rusak.
Dalam industri mineral adalah yang paling banyak digunakan. Bermacammacam asam puder (sulfamic dan chloroacetic) atau hibrida (campuran) asam
acetic-HCL dan formie-HCL juga telah dipakai dalam industri terutama untuk
meredam keaktifan asam HCL. Semua asam diatas kecuali kombinasi HCL-HF
yang dipakai untuk batuan pasir (sandstone) hanya dipakai pada batuan karbonat
(limestone/dolomite). Jenis asam yang sering digunakan dalam acidizing antara
lain:
1. Organic acid, HCH3Cos dan HCO2H
2. Hydrochloric acid, HF
3. Hydrofluoric acid, HCL
Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam opeasi
acidizing (pengasaman) ini adalah:
1. Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikas
atau jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
3. Harus dapat bereaksi/melarutkan karbonat atau mineral endapan
lainnya sehingga membentuk soluble product atau hsil-hasil yang
dapat larut.
43
flowline.
lapisan.
Stimulasi merupakan suatu metoda workover yang berhubungan dengan
adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu
atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk memperbaikinya. Prinsip
penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar harga ko atau dengan
menurunkan harga o, sehingga harga PI-nya meningkat dibanding sebelum
metoda ini diterapkan.
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan
dengan tepat data-data laboratorium yang diperoleh dari sampel formasi, fluida
reservoir dan fluida stimulasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari
labiratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk merencanakan operasi
stimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat diperoleh penambahan produktivitas
informasi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan
adalah daya larut asam terhadap sampel batuan (acidsolubility).
Metode ini menggunakan teknik gravimetric untuk menentukan reaktivitas
formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limetone) biasanya larut dalam
HCI, sedangkan silikat (mineral clay) larut dalam mud acid.
6.3
6.3.1
Alat
1. Mortal dan pastle
2. Elecrik Oven
3. Erlenmeyer
4. Kertas Saring
5. Soxhelet Aparatus
44
Bahan
1. Core (Batu Gamping dan Batu pasir)
2. HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)
3. Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl orange) dilarutkan
dalam 1 liter aquades atau air suling
Gambar 5.3
Electrik 0ven
6.4
PROSEDUR KERJA
1
Hancurkan sampel kering pada mortal hingga dapat lolos pada ASTM
100 Mesh.
45
Hitung kelarutan sebagai % berat dari material yang larut dalam HCI
15%.
6.5
6.5.1. Analisa :
1. Berat sampel (pasir) sebelum pengasaman
= 12 gr
= 12 gr
= 30 gr
6.5.2. Perhitungan
% Berat Solubility karbonat
W w
x 100%
W
12 12
x 100% = 0 %
12
W w
x 100%
=
W
19 12
x 100% = 6.25 %
=
19
6.6
PEMBAHASAN
1.
46
2.
3.
% Berat Solubility =
4.
5.
6.
6.7
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Dari keterangan diatas besar daya larut asam terhadap batu pasir lebih
besar daripada batu gamping, artinya batu pasir lebih reaktif daripada
batu ganping terhadap larutan asam HCl. Artinya dalam pelaksanaan
proses acidizing terhadap batu pasir (sandstone), larutan asam yang
tepat digunakan adalah larutan HCl.
BAB VII
PENENTUAN TEKANAN KAPILER PADA SAMPEL
BATUAN RESERVOIR
7.1
TUJUAN
Menentukan tekanan kapiler pada batuan reservoir.
47
7.2
TEORI DASAR
Dari ilmu fisika diketahui bahwa di dalam lubang-lubang kecil terdapat
2 . cos
r
Dimana :
Pc = Tekanan kapiler.
= Tegangan permukaan.
= Sudut kontak permukaan air-minyak.
r = Radius efektif pipa kapiler.
Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler, maka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu tambahan
tekanan yang dinamakan tekanan masuk (enty pressure) atau tekanan penggeseran
(displacement pressure). Tekanan tersebut adalah tekanan kapiler minimum yang
dapat memaksakan masuknya fluida yang tidak membasahi ke dalam rongga48
rongga pori yang diisi oleh fluida yang menjenuhinya (pirrson,1958). Tekanan
pergeseran ini berbanding
terbalik
dengan diameter
pori sebagaimana
dikemukakan oleh Levorsen dan Berry (1967), yang berarti bahwa fluida
mempunyai tegangan antar-muka yang sama. Maka bagi batuan berbutir lebih
halus serta porositas dan permeabilitas yang rendah diperlukan tekanan kapiler
yang lebih besar. Tekanan kapiler dalam resevoir sangat menguntungkan hal ini
disebabkan karena tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam
reservoir minyak maupun gas, pengaruh tersebut adalah:
Mengontrol distribusi saturasi didalam reservoir.
Mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau
mengalir melalui pori-pori reservoir dalam arah vertikal.
Mengetahui batas antara air dan minyak.
Mengetahui halus-kasarnya suatu batuanreservoir.
Mempengaruhi tinggi-rendahnya berbagai macam batas air
minyak.
Distribusi fluida vertical dalam reservoir memegang peranan penting
didalam
perencanaan
well
completion.
Distribusi
secara
vertical
ini
mencerminkan distribusi saturasi fluida yang menempati setiap porsi rongga pori.
Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi minyak dengan gas
didalam rongga pori tidak terdapat batas yang tajam atau berbentuk zona transisi.
Oleh tekanan kapiler dapat dikonversi menjadi ketinggian diatas kontak minyak
air (H), maka saturasi minyak, air dan gas yang menpati level tertentu dalam
reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian distribusi saturasi fluida ini
merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara effisien letak kedalam
sumur yang akan dikomplesi
7.3
7.3.1 Alat
1. Pump Cylinder
2. Measuring Screw
49
7.4
Gambar 5.4
Mercury Injection Capillary Pressure Apparatus
PROSEDUR PERCOBAAN
50
2.
3.
4.
5.
6.
Karena dalam penggunaan alat ini memakai tekanan yang besar tentu akan
terjadi perubahan volume picnometer dan mercury. Untuk itu perlu dilakukan
pressure-volume corection yaitu :
1. Letakkan picnometer lid pada tempatnya, pump metering plunger diputar
penuh dengan memanipulasi handwheel
2. Ubah panel valve ke vacuum juga small pressure gauge dibuka, system
dikosongkan sampai absolute pressure kurang dari 20 micro
3. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference mark, adjust
moveable scale dan handwheel scale dial pada pembacaan 0,00 cc
kemudian tutup vacuum valve
4. Putar bleed valve mercury turun 3 mm dibawah upper reference mark
5. Putar pompa hingga mercury mencapai upper reference mark lagi dan
biarkan stabil selama 30 detik
6. Baca dan catat tekanan pada small pressure gauge serta hubungan volume
scale dan dial handwheel (gunakan dial) yang miring kekiri sebagai
pengganti 0-5 cc. Graduated interval pad scale.
51
C-D
: Inflection point
Siapkan core (memp. Pore vol) yang telah diekstraksi dengan vol 1-2
cc, kemudian tempatkan pada core holder
2.
3.
4.
5.
Pump scale diikat dengan yoke stop dan handwheel dial diset pada
pembacaan 15 (miring kanan). Dan diberikan pembacaan pertama 28,
150 cc
6.
7.
52
8.
Putar bleed valve, maka gas / udara mengalir ke sistem sampai level
mercury turun 3 sampai 5 mm dibawah upper refernce mark
9.
10. Baca dan catat tekanan (low pressure gauge) dan volume scala beserta
handwheel dial (miring ke kiri) untuk mengganti 0-5 cc graduated
interval pada scale
11. Step 8, 9, 10 diulang untuk beberapa kenaikkan tekanan. Jika tekanan
telah mencapai 1 atm buka nitrogen valve. Jika system telah mencapai
limit pada 0-2 atm gauge, gauge diisolasi dari system dan gunakan 0150 atm gauge
12. Step 11 diulang sampai tekanan akhir didapat
Catatan : fluktuasi thermometer 1-2 C
13. Jika test telah selesai, nitrogen valve ditutup. Tekanan system
dikurangi sampai mencapai tekanan atm dengan mengeluarkan gas
lewat bleed valve.
PERHITUNGAN
1. Tabelkan data yang didapat, yaitu :
-
53
2. Contoh perhitungan
(Vb = 12,325 cc, Vp =3,690 cc dari porometer atau yang lain)
Kolom 2
Kolom 3
Indicator
Volume
of
Mercury
Kolom 4
0,13
0,188
0,036
0,153
4,13
0,25
0,382
0,049
0,333
9,02
0,42
0,648
0,058
0,590
16,0
0,53
1,041
0,063
0,978
25,5
0,60
1,522
0,064
0,458
39,5
Correction
Pressure
Kolom 5
Actual
Volume of
Mercury
injection
Pressure
Volume
Correct
Kolom 6
Mercury saturation
% of pore Volume
Keterangan :
Kolom 1 dan kolom 3 didapat dari percobaan
Kolom 2
Kolom 4
Kolom 5
: Kolom 3 kolom 4
Kolom 6
7.5.
7.5.1.
Analisa
54
Hasil Percobaan :
Vb = 60 cc
Vp = 30 cc
Tabel
Pressure Volume Correction
Kolom 1
Kolom 2
Kolom 3
Kolom 4
Kolom 5
Kolom 6
No
Indicator
Pressure
(atm)
Correct
Pressure
(atm)
Indicator
Volume of
mercury
injection (cc)
Pressure
Volume
Correction
Actual
Volume of
Mercury
injection
Mercury
Saturation (%)
0.05
0.1
29
0.011
28.989
96.63
2.05
25
0.192
24.808
82.69
3.05
20
0.225
19.775
65.92
4.05
15
0.25
14.75
49.17
6.05
14
0.295
13.705
45.68
7.05
12
0.317
11.683
38.94
10
10.05
10
0.362
9.638
32.13
15
15.05
0.4
8.6
28.67
20
20.05
8.9
0.428
8.472
28.24
10
35
35.05
8.6
0.48
8.12
27.07
11
55
55.05
8.1
0.504
7.596
25.32
12
65
65.05
7.8
0.513
7.287
24.29
13
70
70.05
7.6
0.518
7.082
23.61
14
75
75.05
7.4
0.52
6.88
22.93
15
80
80.05
0.523
6.477
21.59
16
90
90.05
6.9
0.531
6.369
21.23
17
95
95.05
6.7
0.536
6.164
20.55
18
105
105.05
6.5
0.547
5.953
19.84
19
115
115.05
6.4
0.574
5.826
19.42
20
120
120.05
6.3
0.59
5.71
19.03
Tabel
Vressure Volume Correction
55
Pressure ( atm )
Volume ( cc )
0
1
4
9
15
25
35
40
50
60
100
110
120
125
128
130
131
132
133
134
135
136
137
139
140
0.0
0.15
0.25
0.35
0.40
0.45
0.48
0.49
0.50
0.51
0.54
0.56
0.59
0.62
0.64
0.67
0.69
0.71
0.74
0.77
0.80
0.83
0.97
0.99
1.0
56
Grafik 7.5
Grafik hubungan Correct Pressure vs %Mercury Saturation
Gambar 7.6
Grafik Hubungan Tekanan vs Volume
Tabel
Pressure Volume Correction
Tekanan (Atm)
Volume (cc)
57
7.6
0.001
0.007674
0.005
0.041944
0.01
0.108094
0.015
0.203671
0.02
0.337105
0.025
0.502027
0.03
0.646885
0.035
0.783304
0.04
0.884514
0.045
0.98333
0.055
0.06
PEMBAHASAN
Setelah dlakukan percobaan dan didapatkan hasil yang ditunjukkan oleh
58
yang didapatkan adalah nilai merury saturation berbanding terbalik dengan nilai
correct pressure, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
Nilai mercury saturation akan mengalami peningkatan seiring dengan
menurunnya correct pressure.
Untuk mencari hubungan nilai tekanan dan volume, plot nilai tekanan dan
volume dari table hasil perhitungan, hasilnya didapatkan seperti pada gambar
berikut. nilai tekanan akan berbanding lurus dengan nilai volume.
Semakin besar jumlah volume maka nilai tekanan kapiler akan semakin
meningkat.
7.7
KESIMPULAN
1. Indicator pressure berbanding terbalik dengan mercury saturation yaitu
dengan berkurangnya indicator pressure akan meningkatkan mercury
saturationnya.
2. Penentuan tekanan kapiler dari suatu sampel formasi dapat dikatakan
lebih cepat dan efisien pada distribusi saturasi fluidanya, dari sumur.
3. Dari percobaan diperoleh dari adanya distribusi tersebut, maka akan
terdapatnya zona transisi karena tidak terdapat batas fluida yang jelas.
4. Pressure vs Volume
Nilai dari pressure berbanding lurus dengan volume. Semakin besar
volume, maka nilai tekanan akan semakin meningkat.
5. Correct pressure vs volume Saturation
Nilai dari correct pressure akan berbanding terbalik dengan nilai
mercury saturation. Tetapi penurunannya terjadi secara bertahap. Dari
gravik terlihat ada dua tahap penurunan, yaitu pada 120 atm sampai 10
atm, an 10 atm sampai 0 atm.
BAB VIII
KESIMPULAN UMUM
1. Analisa inti batuan adalah merupakan tahapan analisa batuan dari suatu
sample
formasi,
yang
merupakan
59
rangkaian
kegiatan
pemboran.
fluida yang ada dalam reservoir, maka akan didapat harga permeabilitas
relatif atau efektif. Harga permeabilitas efektif maupun relatif, sangat
dipengaruhi oleh besarnya saturasi pada reservoir tersebut.
5. Percobaan pada screen liner dan penentuan kadar kelarutan sample formasi
disini, guna mengetahui atau memantau besarnya produksi fluida yang
sudah menurun karena telah memasuki formasi lepas (unconsolidated).
Dari sieve analysis kita dapat mengetahui distribusi pasir dari sample
formasi untuk operasi gravel packing dan pemasangan screen agar pasir
tidak ikut terproduksi seminimal mungkin. Dan pada formasi batuan
karbonat dapat distimulasikan asam guna mengoptimalkan kembali laju
produksi tersebut.
6. Dan dari penentuan besar tekanan kapiler pada suatu sample formasi dapat
diperkirakan adanya distribusi saturasi dari beberapa fluida dari suatu
formasi itu (secara vertikal). Maka hal ini pun dapat secara langsung
60
DAFTAR PUSTAKA
Kristanto Dedy, M.Sc dan Haryadi, Ir.Diktat penilaian formasi, Ir. 1999
61
62