Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Karekteristik Batuan Reservoir


Reservoar adalah bagian kerak bumi yang mengandung minyak dan gas

bumi. Cara terdapatnya minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi


beberapa syarat, yang merupakan unsurunsur suatu reservoar minyak bumi.
Unsurunsur tersebut, yaitu : Batuan reservoar, lapisan penutup (cap rock) dan
perangkap reservoar.
1. Batuan reservoir berupa lapisan batuan yang beronggarongga ataupun
berporipori sehingga dapat digunakan sebagai wadah atau tempat yang
diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gas bumi
2. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan yang impermeabel terdapat
di atas suatu reservoar dan penghalang minyak dan gas bumi yang akan
keluar dari reservoar.
3. Perangkap reservoar (reservoir trap) ini ada tiga jenis antara lain :
perangkap statigrafi, perangkap struktur dan perangkap kombinasi yang
dapat menyebabkan minyak terakumulasi.
1.2.

Analisa Batuan Reserervoir


Dalam operasi perminyakan hal-hal yang perlu dilakukan adalah meneliti

apa saja karakteristik dari batuan penyusun reservoir. Kegiatan yang bisanya
dilakukan untuk menganalisa reservoir adalah Analisa core, Analisa Cutting dan
Analisa Logging.
Analisa Core biasanya dilakukan dengan mengambil sampel batuan yang
di bor dari dalam formasi dan selanjutnya core diteliti di laboratorium.
Analisa logging dilakukan dengan cara menganalisa lapisan batuan yang
dibor dengan menggunakan peralatan logging (Tool Log). peralatan logging
dimasukkan kedalam sumur, kemudian alat tersebut akan mengeluarkan
gelombang - gelombang khusus seperti listrik, gamma ray, suara dan sebagainya
(tergantung jenis loggingnya), kemudian gelombang tersebut akan terpantul.

kembali dan diterima oleh alat logging, dan datanya kemudian dikirim ke
peralatan dipermukaan untuk dianalisa.
Untuk analisa cutting, dilakukan dengan meneliti cutting yang berasal dari
lumpur pemboran yang disirkulasikan kedalam sumur pemboran. Cutting
dibersihkan dari lumpur pemboran, selanjutnya di teliti di laboratorium untuk
mengetahui sifat dari batuan reservoir tersebut.
Pada praktikum kali ini, kita akan menganalisa sifat batuan reservoir
dengan metode Analisa Core.
1.3.

Pengertian Analisa Inti Batuan


Analisa Inti Batuan adalah tahapan anlisa setelah contoh formasi dibawah

permukaan (core) diperoleh. Tujuan dari Analisa Inti Batuan adalah untuk
menentukan secara langsung informasi tentang sifat-sifat fisik batuan yang
ditembus selama pemboran. Studi dari data analisa inti batuan dalam pemboran
ekplorasi dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan dapat diproduksinya
hidrokarbon dari suatu sumur, sedangkan tahap eksploitasi dari suatu reservoir
dapat digunakan untuk pegangan melaksanakan well completion dan merupakan
suatu informasi penting untuk melaksanakan proyek secondary dan tertiary
recovery. Selain itu, data inti batuan ini juga berguna sebagai bahan pembanding
dan kalibrasi pada metode logging.
Prosedur Analisa Inti Batuan pada dasarnya terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Analisa inti batuan rutin
2. Analisa inti batuan spesial
Analisa Inti Batuan Rutin umumnya berkisar tentang pengukuran
porositas, permeabilitas absolut dan saturasi fluida, sedangkan Analisa Inti Batuan
Spesial dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran pada kondisi statis
dan pengukuran pada kondisi dinamis. Pengukuran pada kondisi statis meliputi
tekanan kapiler, sifat-sifat listrik dan cepat rambat suara, grain density, wettability,
kompresibilitas batuan, permeabilitas dan porositas fungsi tekanan (Net Ove
Burden) dan studi petrography.

BAB II
PENGUKURAN POROSITAS

2.1

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukannya percobaan pengukuran porositas adalah menentukan

harga porositas efektif dari core kering yang kemudian disaturasikan (dijenuhi)
dengan menggunakan 2 metode pengukuran, yaitu Pengukuran Porositas dengan
Cara Menimbang dan Pengukuran Porositas dengan Mercury Injection Pump.
2.2

TEORI DASAR
Porositas didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang pori-

pori terhadap volume batuan total (bulk volume), dengan simbol . Porositas
juga dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam
batuan. Porositas batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Sudut kemiringan batuan
2. Bentuk Butiran
3. Cara Susunannya
4. Lingkungan Pengendapan
5. Ukuran butiran batuan
6. Komposisi mineral pembentuk batuan
Berdasarkan struktur pori, porositas dibagi menjadi Porositas antar butiran
(intergranular dan intragranular porosity) dan Porositas rekahan (fracture porosity)
Menurut proses geologinya, porositas diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
Porositas Primer dan Porositas Sekunder. Porositas Primer merupakan porositas
yang terjadi bersamaan atau segera setelah proses pengendapan batuan. Jenis
batuan sedimen yang mempunyai porositas primer adalah batuan konglomerat,
batu pasir dan karbonat. Sedangkan Porositas Sekunder adalah porositas yang
terjadi setelah proses pengendapan batuan (batuan sedimen terbentuk), antara lain
akibat aksi pelarutan air tanah atau akibat rekahan.

Sedangkan porositas sekunder sendiri, dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Porositas larutan, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
proses pelarutan batuan.
2. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena
adanya kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban
seperti lipatan, sesar atau patahan.
Porositas jenis ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan secara
kualitatif karena bentuknya tidak teratur.
3. Dolomitisasi,

dalam

proses

ini

batuan

gamping

(CaCO3)

ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau menurut


reaksi kimia :
2CaCO3 + MgCl2 CaMg(CO3)2 + CaCl2.
Menurut para ahli batuan gamping yang terdolomitisasi mempunyai
porositas yang lebih besar dari batuan gampingnya sendiri.
Berdasarkan komunikasi antar pori, porositas dibagi menjadi 2, yaitu
Porositas Absolut dan Porositas Efektif.
2.2.1 Porositas Absolut
Porositas absolut adalah perbandingan antara volume seluruh pori (poripori total) terhadap volume total batuan (bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen, jika dirumuskan :

abs

Vp
x 100%
Vb

abs

Vb Vg
x 100%
Vb

atau

abs

Vp
x 100%
Vg Vp

Dimana : Vp = volume pori-pori batuan, cm3


Vb = volume bulk (total) batuan, cm3

atau

Vg = volume butiran, cm3


abs = porositas absolute, %

2.2.2

Porositas Efektif
Porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori-pori yang

berhubungan terhadap volume total batuan (bulk volume) yang dinyatakan dalam
persen, jika dirumuskan :

eff

Volume pori yang berhubungan


x100%
Volume total batuan

Dimana :

atau eff

= densitas butiran, gr/cc

= densitas total, gr/cc

= densitas formasi, gr/cc

eff

= porositas efektif, %

g b
g f

x100%

Untuk perhitungan digunakan porositas efektif karena dianggap sebagai


fraksi volume yang produktif.
Selain menggunakan rumus yang telah dituliskan sebelumnya, porositas
efektif juga dapat ditentukan dengan :
1. Ekspansi Gas

eff

Volume total batuan sample Volume butiran efektif sample


x 100%
Volume total batuan sample

2. Metode Saturation

eff

Volume pori yang efektif


x 100%
Volume total batuan

Volume pori yang efektif dapat ditentukan dengan metode resaturation :


Berat air dalam ruang pori-pori = berat sample yang dijenuhi di udara
berat sample kering di udara
Volume air dalam ruang pori-pori =

Berat air dalam ruang pori pori


B.J air

Volume pori yang efektif = Volume air dalam ruang pori-pori

3. Mercury Injection Pump


1. Penentuan volume pycnometer :
Vol. pycnometer kosong = vol awal skala vol akhir skala
Vol. pycnometer + core = vol awal skala vol akhir skala terisi core
2.

Penentuan volume bulk batuan :


Vol. bulk batuan = (vol pycnometer kosong) (vol pycnometer + core)

3. Penentuan volume pori :


Vol pori

= vol awal skala vol akhir skala

4. Menimbang
Volume total batuan (Vb)

W3 W2
B.J kerosin

Volume butiran (Vg)

W1 W2
B.J kerosin

Volume pori (Vp)

W3 W1
B.J kerosin

Porositas efektif ( eff )

Volume pori

= Volume total batuan x 100 %

W3 W1
=

W3 W2

B.J kerosin x 100 %


B.J kerosin

Dalam usaha mencari batasan atau kisaran harga porositas batuan, Slitcher
& Graton serta Fraser mencoba menghitung porositas batuan pada berbagai
bidang bulatan dengan susunan batuan yang seragam. Unit cell batuan yang
distudi terdiri atas 2 pack dalam bentuk kubus dan jajaran genjang (rombohedron).
Porositas dengan bentuk kubus ternyata mempunyai porositas 47.6%, sedangkan
porositas pada bidang jajaran genjang (rombohedron) yang tidak teratur
mempunyai harga porositas 25.95%.
Unit cell kubus mempunyai 2 sisi yang sama yaitu 2r, dimana r adalah jarijari lingkaran, sehingga :
Volume total (bulk)

= (2r)3 = 8r3

Volume butiran

4r 3
3

Porositas

Vb Vg
x 100 %
Vb

8r 3 4
8r

= 1

3r 3 x100 %
3

x100 %
2(3)

= 47,6 %
Untuk pegangan secara praktis di lapangan, ukuran porositas dengan harga :
Tabel 2.1
ukuran porositas dengan harga di lapangan

0 5%

Dianggap jelek sekali

5 10%

Dianggap jelek

10 15%

Dianggap sedang

15 20%

Dianggap baik

> 20%

Dangat bagus

Di dalam formasi batuan reservoir minyak dan gas bumi tersusun atas
berbagai macam mineral (material) dengan ukuran butir yang sangat bervariasi,
oleh karenanya harga porositas dari suatu lapisan ke lapisan yang lain akan selalu
bervariasi. Faktor utama yang menyebabkan harga porositas bervariasi adalah :
1.

Ukuran dan Bentuk Butir


Ukuran butir tidak mempengaruhi porositas total dari seluruh batuan,
tetapi mempengaruhi besar kecilnya pori-pori antar butir. Sedangkan bentuk
butir didasarkan pada bentuk penyudutan (ketajaman) dari pinggir butir.
Sebagai standar dipakai bentuk bola, jika bentuk butiran mendekati bola maka
porositas batuan akan lebih meningkat dibandingkan bentuk yang menyudut.

2.

Distribusi dan Penyusunan Butiran


Distribusi disini adalah penyebaran dari berbagai macam besar butir yang
tergantung pada proses sedimentasi dari batuannya. Umumnya jika batuan
tersebut diendapkan oleh arus kuat maka besar butir akan sama besar.
Sedangkan susunan adalah pengaturan butir saat batuan diendapkan.

3. Derajat Sementasi dan Kompaksi


Kompaksi batuan akan menyebabkan makin mengecilnya pori batuan
akibat adanya penekanan susunan batuan menjadi rapat. Sedangkan sementasi
pada batuan akan menutup pori-pori batuan tersebut.

Adapun gambaran dari berbagai faktor tersebut di atas dapat


dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nanz dengan alat sieve
analysis sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut :

Grafik 2.1
Distribusi Kumulatif Ukuran Butiran dari Graywacke
a). Batu pasir b). Shalysand
Semakin banyak material pengotor, seperti : silt & clay yang terdapat
dalam batuan akan menyebabkan mengecilnya ukuran pori-pori batuan.
2.3

ALAT DAN BAHAN

2.3.1 Alat :
1.
2.
3.
4.
2.3.2

Timbangan &Anak timbangan


Vacum pump & Vacum desikator
Beaker glass ceper
Porometer

Bahan

1. Core (Inti Batuan)


2. Kerosine

Gambar 2.1
Timbangan Digital

Gambar 2.2
Rangkaian Porometer
10

2.4

PROSEDUR KERJA

2.4.1

Pengukuran Porositas Dengan Cara Menimbang

Prosedur kerja :
1. Core (inti batuan) yang telah diekstrasi selama 3 jam dengan soxlet
dan didiamkan selama 24 jam, dikeluarkan dari tabung ekstrasi dan
didinginkan beberapa menit, kemudian dikeringkan dalam oven pada
temperatur 100-115 oC.
2. Timbang core kering dalam mangkuk, misal berat core kering = W1
gram.
3. Masukkan core kering tersebut kedalam vacum desikator untuk
dihampakan udara 1 jam dan saturasikan dengan kerosin.
4. Ambil core yang telah dijenuhi kerosin kemudian timbang dalam
kerosin, misal beratnya = W2 gram.
5. Ambil core tersebut (yang masih jenuh dengan kerosin), kemudian
timbang di udara, misal beratnya = W3 gram.
6. Perhitungan :
Volume total batuan (Vb)

W3 W2
B.J kerosin

Volume butiran (Vg)

W1 W2
B.J kerosin

Volume pori (Vp)

W3 W1
B.J kerosin

Porositas efektif ( eff )

= Volume total batuan x 100%

Volume pori

W3 W1
=

11

W3 W2

B.J kerosin x 100%


B.J kerosin

2.4.2
1.

Pengukuran Porositas Dengan Mercury Injection Pump


Ketentuan Penggunaan Porometer
1.

Plungger / cylinder dihampa udarakan sebelum memulai pekerjaan.

2.

Putar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam sejauh


mungkin.

3.

Pastikan penutup dan valve picnometer dalam keadaan tertutup,


dan fill valve dalam keadaan terbuka.

4.

Hidupkan pompa vakum dan lakukan sampai ruang cylinder


sampai habis, selanjutnya tutup fill valve dan matikan pompa vakum.

5.

Jika langkah 4 terpenuhi, masukkan Hg dalam flask ke dalam


cylinder sampai habis, selanjutnya tutup fill valve dan terakhir matikan
vakum.

6.

Putar handwheel searah jarum jam sampai pressure gauge


menunjukkan suatu harga tertentu.

7.

Putar lagi handwheel berlawanan dengan arah jarum jam sampai


jarum jam pada pressure gauge menunjukkan angka nol pertama kali.

8.

Buka valve dan penutup picnometer, lihat kedudukan mercury, jika


kedudukan mercury ada pada cylinder maka ulangi lagi langkah 2
sampai 8.

9.

Jika kedudukan mercury ada pada ruang picnometer, turunkan


permukaan mercury sampai pada batas bawah picnometer (jika ada
yang menempel pada dinding harus dibersihkan) dengan memutar
handwheel berlawanan dengan arah jarum jam.

2.

Prosedur Penentuan Porositas


1.

Pastikan permukaan Hg pada posisi bagian bawah dari picnometer.

2.

Tutup penutup picnometer dan buka valve picnometer.

3.

Atur volume scale pada harga tertentu, misalnya 50 cc.

12

4.

Putar handwheel searah jarum jam sampai mercury pertama kali


muncul pada picnometer.

5.

Hentikan pemutaran handwheel dan baca volume scale dan dial


handwheel (miring kanan), misalnya 30,8 cc.

6.

Hitung volume picnometer : (50 30,8) cc = a cc.

7.

Kembalikan kedudukan mercury pada keadaan semula dengan


memutar handwheel berlawanan dengan arah jarum jam (pada volume
scale 50 cc).

8.

Buka penutup picnometer dan masukkan core sample. Kemudian


tutup lagi picnometer (valve picnometer tetap buka).

9.

Putar handwheel sampai mercury untuk pertama kali muncul pada


valve picnometer. Catat volume scale dan dial handwheel (miring
kanan), misalnya 38,2 cc.

10. Hitung volume picnometer yang terisi core sample : (50 38,2) cc = b
cc.
11. Hitung volume bulk dari core sample : ( a b ) cc = d cc.
12. Lanjutkan percobaan untuk menentukan volume pori (Vp), yaitu
dengan menutup valve picnometer. Kemudian atur pore space scale
pada angka nol. Untuk langkah 12 ini, pada saat meletakkan pore
space scale pada angka nol, kedudukan dial handwheel tidak harus
pada angka nol. Akan tetapi perlu dicatat besarnya angka yang
ditunjukkan dial handwheel (miring kiri) setelah pengukuran Vb.
Harga tersebut harus diperhitungkan saat mengukur Vp.
13. Putar handwheel searah jarum jam sampai ke kanan pada pressure
gauge menunjukkan angka 750 psia.
14. Catat perubahan volume pada pore space scale dan dial handwheel
(miring kiri) sebagai volume pori (Vp).
15. Hitung besarnya porositas.
2.5

HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

2.5.1. Analisa dan Perhitungan

13

A. Penentuan porositas dengan cara Menimbang


a. Berat core kering di udara

(W1)

= 44 gr

b. Berat core jenuh di udara

(W3)

= 49 gr

c. Berat core jenuh di kerosin (W2)

= 17 gr

d. Densitas kerosin

= 0,8 gr/cc

e. Volume bulk (Vb)

f. Volume grain (Vg)

g. Volume pori (Vp)

eff

W3 W2
B.J kerosin

49 17
40 cc
0.8

W1 W2
B.J kerosin

44 17
33.17cc
0.8

W3 W1
B.J kerosin

49 44
6.26 cc
0 .8

Vp
x 100%
Vb

6.26
x 100% = 15.625%
40

B. Penentuan Porositas dengan Mercury Injection Pump


a. Penentuan skala pycnometer
- Skala awal

= 50.15 cc

- Skala akhir

= 2.34 cc

- Volume pycnometer kosong

= skala awal skala akhir


= 50.15 2.34 = 47.81 cc

b. Penentuan Volume Bulk


- Skala awal

= 50.17 cc

- Skala akhir

= 34.35 cc

- Volume pycnometer + core

= skala awal - skala akhir

14

= 50.17 34.35 = 15.8 cc

Volume Bulk Batuan = (volume pycnometer kosong)


(volume pycnometer + core)
= 47.81 15.8
= 32.01 cc
c. Penentuan Volume Pori
- Skala awal

= 0,975 cc

- Skala akhir

= 8.85 cc

- Volume pori

= skala awal skala akhir


= 0,975 8.85 = 7.875 cc

eff

Vp
x 100%
Vb

7.875
x 100% 24,6%
32.04

2.6

PEMBAHASAN

2.6.1

Pengukuran Porositas dengan cara Menimbang


Core (Inti) diambil dan diukur beratnya dengan menggunakan timbangan

digital, dimana setelah diukur maka didapat berat Core sebagai berikut:
- Berat core kering diudara (W1)

= 44 gr

- Berat core jenuh di udara (W3)

= 49 gr

- Berat core jenuh di kerosene (W2)

= 17 gr

Kemudian, dihitung densitas kerosine sehingga mendapatkan hasil senilai


- 0.8 gr/cc.
Setelah semua data telah diperoleh, maka kita dapat menentukan:
- Volumr bulk (Vb)

= 40 cc

- Volume grain (Vg)

= 33.75 cc

- Volume pori

= 6.25

15

Sehingga setelah data-data diatas telah didapat, kita bisa menghitung nilai
porositas effektif. Dari perhitungan tersebut, maka didapat porositas effektif
sebesar 24.6%

2.6.2

Penentuan Porositas Dengan Mercury Injection Pump


Penentuan porositas dengan Mercury Injection Pump diawali dengan

penentuan skala awal dan skala akhir picnometer dengan menggunakan petunjuk.
Skala awal yang dimaksud adalah volume picnometer ketika belum di Injeksi-kan
Mercury dan ketika telah di injeksi-kan Mercury, maka dinamakan skala akhir.
Baca skale volume pada keadaan awal dan akhir pada pycnometer yang kosong.
Harga skala volume pada keadaan awal dan akhir pada pycnometer yang
kosong telah didapatkan yaitu
Skala awal = 50.15 cc
Skala akhir = 2.34 cc
Dari data-data tersebut diatas, maka kita bias menentukan Volume
piknometer dalam keadaan kosong yaitu selisih antara skala awal dan skala akhir
piknometer dengan menggunakan petunjuk / prosedur penentuan porositas yang
telah dijelaskan pada ( poin 2.42) sehingga nilai yang didapatkan sebesar 47.81 cc.
Kemudian setelah kita mengetahui haraga piknometer kosong, maka
dilakukan langkah seperti pada langkah 8, pada petunjuk / prosedur penentuan
porositas (poin 2.4.2) dengan harapan akan diketahui skala awal, skala akhir,
volume piknometer + core, dan volume bulk batuan
Dari hasil penentuan harga skala tersebut, skala pada keadaan awal dan
akhir pada pycnometer yang berisi core sample telah didapatkan yaitu:
Skala awal

= 50,15 cc

Skala akhir

= 34,35 cc

Dari kedua data diatas itu, kita bisa menentukan berapa besar volume
piknometer bersama Core yang berada bersama piknometer tersebut dengan
mengurangkan besarnya harga skala yang didapat pada keadaan awal dengan

16

harga skala yang didapat pada keadaan akhir (skala awal skala akhir), sehingga
didapat nilainya sebesar 15,8 cc.
Setelah didapatkan harga volume pycnometer yang berisi core sample, kita
dapat menentukan berapa besarnya Volume bulk (Vb) batuan dengan
mengurangkan besarnya Volume piknometer dalam keadaan kosong dan volume
piknometer dalam keadaan terdapat Core didalamnya. Dari perhitungan tersebut,
didapat Volume Bulk Batuan sebesar 32.01cc.
Kemudian perhitungan dilanjutkan dengan menentuksn besarnya Volume
pori (Vp) seperti yang terdapat pada langkah 12 petunjuk / prosedur penentuan
porositas (2.4.2).
Penentuan besarnya volume pori (Vp) dapat dengan menggunakan cara
yang sama dengan cara yang digunakan untuk menghitung harga volume
pycnometer yang kosong dan harga volume pycnometer yang berisi core sample
yaitu dengan menghitung selisih antara kondisi awal yaitu 0.98 cc dan kondisi
akhir 8.85 cc. Sehingga Volume Pori didapat bernilai 7.875 cc.
Kemudian dapat kita tentukan besarnya harga porositas efektif dengan
memasukkan harga volume pori (Vp) dan volume bulk (Vb) ke dalam rumus yang
telah diuraikan sebelumnya.
Dari perhitungan didapat nilai porositas effektifnya sebesar 24.6 %

17

2.7

KESIMPULAN
1. Didalam percobaan ini ternyata didapat hasil harga porositas dengan
beberapa cara pengukuran , dan didapat hasil dengan cara
penimbangan eff = 15.625 %, sedangkan dengan cara Mercury
Injection Pump eff = 24.6 %. Besarnya porositas efektif ( eff ) fresh
core yang disaturasi kerosin menggunakan metode Mercury Injection
Pump ternyata lebih besar hasilnya dibandingkan dengan metode
Menimbang. Ini dibuktikan dengan hasil perhitungan porositas
tersebut.
2. Porositas effektif yang diperoleh dari metode Menimbang termasuk
dalam porositas dengan kategori sedang, sedangkan porositas effektif
yang diperoleh dari metode Mercury Injection Pump termasuk dalam
porositas dengan kategori sangat baik. Nilai minus yang diperoleh dari
volume pori diabaikan.
3. Dari perbedaan porositas diatas maka jelaslah bahwa porositas tidak
tergantung pada besar butiran. Sebagai contoh, bila kita substitusikan r
dengan angka berapa saja akan tetap didapat besar prorositas 47,81%
(pada susunan bentuk kubus).
4. Untuk hasil percobaan ini, kiranya telah memenuhi dari perkiraan
harga pengukuran porositas secara teori. Dan dari percobaan in bila
dianggap kurang ketepatannya, kmungkinan pratikan kurang teliti
dalam pembacaan skala pengukuran

18

BAB III
PENGUKURAN SATURASI DENGAN METHODE DESTILASI

3.1

TUJUAN
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah

masing-masing fluida pada suatu reservoir dengan pengukuran saturasi


menggunakan metode destilasi.
3.2

TEORI DASAR
Dalam batuan reservoir minyak umumnya terdapat lebih dari satu macam

fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke seluruh bagian
reservoir. Ruang pori-pori batuan reservoir mengandung fluida yang biasanya
terdiri dari air, minyak dan gas. Untuk mengetahui jumlah masing-masing fluida,
maka perlu diketahui saturasi masing-masing fluida tersebut.
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume poripori total pada suatu batuan berpori.
Saturasi minyak (So) adalah : So

Saturasi air (Sw) adalah

: Sw

Saturasi gas (Sg) adalah

: Sg

volume pori pori yang diisi oleh min yak


volume pori pori total

volume pori pori yang diisi air


volume pori pori total

volume pori pori yang diisi oleh gas


volume pori pori total

Jika pori-pori batuan diisi oleh gas-minyak-air maka berlaku hubungan :

19

Sg + So + Sw = 1
Jika diisi oleh minyak dan air saja maka : So + Sw = 1

Terdapat tiga faktor yang penting mengenai saturasi fluida, yaitu :


1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatip
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatip rendah. Demikian juga
untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatip produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh
air dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang memproduksikan
minyak, saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori
yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume contoh batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh hidrokarbon
adalah : So..V + Sg..V = (1-Sw)..V

Grafik 3.2
20

Variasi Pc terhadap Sw
a) Untuk Sistem batuan yang Sama dengan
Fluida yang berbeda.
b) Untuk Sistem Fluida yang Sama dengan
Batuan yang Berbeda

3.3

ALAT DAN BAHAN

3.3.1

Alat
1. Retort
2. Solvent extractor termasuk reflux condensor (pendingin) water trap
dan pemanas listrik
3. Timbangan analisis dengan batu timbangan
4. Gelas ukur
5. Exicator
6. Oven

3.3.2

Bahan
1. Fresh core
2. Air
3. Minyak

21

Gambar 3.2
Skema Stark Dean Distilation Apparatu

3.4

PROSEDUR KERJA

3.4.1

Metode Destilasi
1. Ambil fersh core yang telah dijenuhi dengan air dan minyak.
2. Timbang core tersebut, missal beratnya = a gram.
3. Masukkan core tersebut ke dalam labu Dean & Stark yang telah diisi
dengan toluena.
4. Lengkapi dengan water trap dan reflux condenser.
5. Panaskan selama 2 jam hingga air tidak nampak lagi.
6. Dinginkan dan baca air yang tertampung di water trap, misalnya = b cc
= b gram.
7. Sampel dikeringkan dalam oven 15 menit (pada suhu 110oC).
Dinginkan dalam exicator 15 menit, kemudian timbang core kering
tersebut, misalnya = c gram.
8. Hitung berat minyak

: a (b + c) gram = d gram.
d

9. Hitung volume minyak : Vo B.J min yak e cc


10. Hitung saturasi minyak dan air :

22

So

e
Vp

Sw

b
Vp

3.5

HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

3.5.1. Analisa :
Timbangan Core Kering

= 33 gr

Timbangan Core Jenuh

= 35.25 gr

Volume pori

= 10.65gr

(didapat dari metode penimbangan)

3.5.2.

Volume air yang didapat

0,34 gr

Berat air yang didapat

0,34 gr

Perhitungan
Berat minyak

= Berat core jenuh Berat core kering Berat air


= 35.25 33 0,34 = 1,91 gr

B.J minyak

= 0,793 gr/cc

Volume minyak =

vol. oil

Volume oil
B.J oil

2.4
10.65

0.34
10.65

1.91
0.793

2 .4

cc

0.225

So

= vol. pori

Sw

= vol. pori

Sg

= 1 (Sw + So) = 1 (0.03192 + 0.255) = 0.743

vol. air

23

0.03192

3.6

PEMBAHASAN

3.6.1

Pengukuran Saturasi dengan Metode Destilasi


Yang pertama kali dilakukan adalah mentukan berat core kering yang telah

dijenuhi air dan minyak dengan menggunakan timbangan. Berdasarkan data


didapatkan berat core sebesar 33 gr dan berat core yang telah dijenuhi air sebesar
35.25 gr.
Kemudian didapatkan pula harga volume pori yang didapatkan dari
metode penimbangan, yaitu sebesar 10.65 gr.
Sedangkan volume air yang didapat sesuai dengan petunjuk pada prosedur
kerja adalah 0.34 cc, yang besarnya sama dengan berat air tersebut, berat air
sebesar 0.34 gr yang didapat dari hasil kali antara Massa jenis air () dan Volume
air (V).
Berat air

= air . V air
= 1 gr/cc . 0.34 cc = 0.34 gr

Penentuan volume minyak dapat dilakukan dengan memasukkan nilai berat


berat minyak

minyak dan harga B.J minyak ke dalam perbandingan B.J minyak = 2.4 cc
Untuk Saturasi Oil (So) didapatkan dengan memasukkan nilai volume oil
vol. oil

dan volume pori ke dalam perbandingan vol. pori . = 0.255


Sedangkan Saturasi Water (Sw) dengan memasukkan nilai volume water
vol. water

dan volume pori ke dalam perbandingan vol. pori . = 0.03192


Pada Saturasi Gas (Sg) dapat dihasilkan dengan memasukkan harga
saturasi oil dan harga saturasi water ke dalam persamaan So + Sw + Sg = 1.
didapat nilai Sg-nya sebesar 0.743
Harga saturasi masing-masing fluida telah kita dapatkan, selanjutnya kita
dapat mengetahui jumlah masing-masing fluida pada reservoir tersebut.
24

3.7

KESIMPULAN
1. Metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran Saturasi
adalah metode Destilasi.
2. Untuk mengetahui jumlah masing masing fluida dalam reservoir,
maka perlu diketahui terlebih dahulu nilai saturasi yang terkandung
didalam pori pori batuan.
3. Dari hasil perhitungan diperoleh:
Sg = 0.743
So = 0.225
Sw = 0.03192
4 Sehingga pada reservoir tersebut dapat disimpulkan bahwa harga
Sg > So > Sw. Artinya reservoir yang diteliti lebih banyak
mengandung gas.

25

BAB IV
PENGUKURAN PERMEABILITAS ABSOLUT
4.1

TUJUAN
Menentukan harga permeabilitas absolut menggunakan Gas Permeameter

dengan range pada flowmeter menunjukkan angka antara 20 140 division, pada
tekanan 0,25 atm, 0,5 atm dan 1 atm.
4.2

TEORI DASAR
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan

kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas batuan


merupakan fungsi dari tingkat hubungan ruang antar pori-pori dalam batuan
Definisi kwantitatif permeabilitas pertama-tama dikembangkan oleh Henry
Darcy (1856) dalam hubungan empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut
V

k dP

dL

Dimana :
V

= kecepatan aliran, cm/sec

= viskositas fluida yang mengalir, cp

dP/dL

= gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm

= permeabilitas media berpori, mD

Tanda negatip dalam Persamaan diatas menunjukkan bahwa bila tekanan


bertambah dalam satu arah, maka arah alirannya berlawanan dengan arah
pertambahan tekanan tersebut.
Beberapa anggapan yang digunakan oleh Darcy dalam Persamaan
tersebut adalah:
1.

Alirannya mantap (steady state)

2.

Fluida yang mengalir satu fasa

3.

Viskositas fluida yang mengalir konstan


26

4.

Kondisi aliran isothermal

5.

Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal

6.

Fluidanya incompressible.

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :


1. Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang
mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misal
hanya minyak atau gas saja.
2. Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida
yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan
gas, gas dan minyak atau ketiga-tiganya.
3. Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.
Dasar penentuan permeabilitas batuan adalah hasil percobaan yang
dilakukan oleh Henry Darcy. Dalam percobaan ini, Henry Darcy menggunakan
batupasir tidak kompak yang dialiri air. Batupasir silindris yang porous ini 100%
dijenuhi cairan dengan viskositas , dengan luas penampang A, dan panjanggnya
L. Kemudian dengan memberikan tekanan masuk P1 pada salah satu ujungnya
maka terjadi aliran dengan laju sebesar Q, sedangkan P 2 adalah tekanan keluar.
Dari percobaan dapat ditunjukkan bahwa Q..L/A.(P1-P2) adalah konstan dan
akan sama dengan harga permeabilitas batuan yang tidak tergantung dari cairan,
perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. Dengan mengatur laju Q
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi aliran turbulen, maka diperoleh harga
permeabilitas absolut batuan. Ditunjukkan pada (Gambar 4.1)

27

Gambar 4.1
Diagram Percobaan Pengukuran Permeabilitas

Q. . L
A.( P1 P2 )

Satuan permeabilitas dalam percobaan ini adalah :


Q (cm 3 / sec). (centipoise) L (cm)
K (darcy)
A (sqcm). ( P1 P2 ) (atm)

Dari Persamaan diatas dapat dikembangkan untuk berbagai kondisi aliran


yaitu aliran linier dan radial, masing-masing untuk fluida yang compressible dan
incompressible.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai Ko, Kg, Kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif dinyatakan sebagai berikut :
K ro

Ko
,
K

K rg

Kg
K

Krw

Kw
K

Dimana masing-masing untuk permeabilitas relatif minyak, gas, dan air.


Percobaan yang dilakukan pada dasarnya untuk sistem satu fasa, hanya disini
digunakan dua macam fluida (minyak-air) yang dialirkan bersama-sama dan
dalam keadaan kesetimbangan. Laju aliran minyak adalah Q o dan air adalah Qw.
Jadi volume total (Qo + Qw) akan mengalir melalui pori-pori batuan per satuan
waktu, dengan perbandingan minyak-air permulaan, pada aliran ini tidak akan
sama dengan Qo / Qw. Dari percobaan ini dapat ditentukan harga saturasi minyak
(So) dan saturasi air (Sw) pada kondisi stabil. Harga permeabilitas efektip untuk
minyak dan air adalah :
Ko

Q o . o . L
A.( P1 P2 )

Kw

Dimana :
28

Q w . w . L
A.( P1 P2 )

o = viskositas minyak
w = viskositas air.
Percobaan ini diulangi untuk laju permukaan (input rate) yang berbeda
untuk minyak dan air, dengan (Qo + Qw) tetap kontan. Harga-harga Ko dan Kw
pada Persamaan Ko

Q o . o . L
Q w . w . L
dan Kw
jika diplot terhadap
A.( P1 P2 )
A.( P1 P2 )

So dan Sw akan diperoleh hubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2
Dari Gambar 4.2 dapat ditunjukkan bahwa Ko pada Sw = 0 dan So = 1 akan sama
dengan harga K absolut, demikian juga untuk harga K absolutnya (titik A dan B
pada Gambar 4.2)

Grafik 3.3
Kurva Permeabilitas Efektif untuk Sistem Minyak dan Air
4.3

ALAT DAN BAHAN

4.3.1

Alat
1.

Core Holder untuk Liquid Permeameter

2.

Thermometer R, Fill Connection

3.

Cut off valve

4.

Special Lid an Over Flow Tube

5.

Burette

6.

Discharge-fill valve assemble

29

7.

Gas pressure line and pressure regulator

8.

Gas inlet

9.

Stopwatch

4.3.2 Bahan
1.

Fresh Core

2.

Gas

Gambar 4.3
Rangkaian Liquid Permeater

30

Gambar 4.3
Rangkaian Gas Parameter

4.4

PROSEDUR KERJA

4.4.1. Gas Permeameter


1.

Pastikan regulating valve tertutup, hubungkan saluran gas inlet.

2.

Masukkan core pada core holder.

3.

Putar flowmeter selector valve pada tanda Large.

4.

Buka regulating valve, putar sampai pressure gauge menunjukkan


angka 0,25 atm.

5.

Pilih range pembaca pada flowmeter antara 20 140 division.

6.

Jika pembacaan pada flowmeter di bawah 20, putar selector valve ke


Medium dan naikkan tekanan sampai 0,5 atm.

7.

Jika pembacaan pada flowmeter di bawah 20, putar selector valve ke


Small dan naikkan tekanan sampai 1,0 atm.

8.

Jika flowmeter tetap tidak naik dari angka 20, hentikan percobaan dan
periksa core pada core holder (tentukan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi).

9.

Jika flowmeter menunjukkan angka di atas 140 pada lange tebu,


maka permeabilitas core terlalu besar.

10. Percobaan kita hentikan atau coba naikkan panjang core atau kuramgi
cross sectional area dari core.
11. Catat temperature, tekanan dan pembacaan flowmeter.
12. Ubah tekanan ke 0,25 atm dengan regulator.
13. Ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
14. Perhitungan :

31

Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

Dimana

: k

g Qg L
A P

= Permeabilitas, darcy

g = Viskositas gas yang digunakan (lihat grafik), cp


Qg

= Flow rate rata-rata (cc/dt) pada tekanan rata-rata,


ditentukan dari grafik kalibrasi.

= Panjang sample, cm

= Luas penampang dari sample, cm2

P = Pressure gradient, atm (0,25 atm, 0,5 atm, 1 atm)


Catatan

: Jika digunakan gas N2 maka Q = 1,0168 udara.

4.5
HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
4.5.1 Analisa
1. Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter
Persamaan yang digunakan :
k

g Qg L
A P

Harga A = r 2 3.14 (1.795) 2 10.11 cm 2


Panjang Core (L)

= 2,05

cm

Luas Penampang Core (A)

Beda Tekanan (P )

= 0,25

Flow Reading

= 4,8 cm

Laju Aliran Gas

= 18

Viscositas Gas ( g )

= 0,01825 cp

10.11 cm2

32

atm
cc/dt

Permeabilitas (k)

= 0,266 darcy

Panjang Core (L)

= 2,05

Luas Penampang Core (A)

= 10.11 cm2

Beda Tekanan (P )

= 0,5

atm

Flow Reading

= 8.4

cm

Laju Aliran Gas

= 35

cc/dtk

Viscositas Gas ( g )

= 0,01825 cp

Permeabilitas (k)

= 0,258 darcy

Panjang Core (L)

= 2,05

Luas Penampang Core (A)

= 10.11 cm2

Beda Tekanan (P )

= 1

atm

Flow Reading

= 12

cm

Laju Aliran Gas

= 50

cc/dt

Viscositas Gas ( g )

= 0,01825 cp

Permeabilitas (k)

= 0,185 darcy

cm

cm

4.5.2. Perhitungan

g Qg L

A P

g Qg L
A P

g Qg L
A P

0.01825 . 18 . 2.05
10.11 . 0.25

0.673
= 0.266 Darcy
2.5275

0.01825 . 35 . 2.05
10.11 . 0.5

1.309
= 0.258 Darcy
5.055

0.01825 . 50 . 2.05
110 .11 . 1

1.870
10.11

= 0.185 Darcy

Harga A = r 2 3.14 (1.795) 2 10.11 cm 2

33

Mengeplot antara

1
p

Vs k untuk mengetahui permeabilitas absolute

sebenarnya akibat pengaruh gas slippage


Rumus yang digunakan :

tan

y
x

, b

tan
ka

, k * ka 1
P

4.6

PEMBAHASAN

4.6.1

Pengukuran Permeabilitas Absolut dengan Gas Permeameter


Langkah awal yang harus kita lakukan dalam percobaan ini ialah

menentukan harga besarnya tekanan yang digunakan (pada 0.25 atm, 0.5 atm dan
1 atm).
Kemudian langkah selanjutnya ialah dengan menentukan besarnya
temperatur, tekanan dan pembacaan flowmeter sesuai dengan petunjuk pada
prosedur kerja yang diulangi sebanyak 3 kali pada tekanan yang berbeda-beda.
Viskositas dapat ditentukan dari grafik sehingga didapatkan nilai viscositas
yaitu sebesar : 0.01825 cp.
Setelah mendapatkan nilai seluruh data yang diperlukan, masukkan ke
dalam persamaan k

g Qg L
.
A P

Besarnya harga permeabilitas untuk masing-masing tekanan yang telah


ditentukan sebelumnya sudah didapatkan, seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Permeabilitas Masing Masing Tekanan

34

1/p

0.274

0.266

0.19

Setelah semua data telah tersedia, kita dapat menentukan besarnya


permeabilitas
absolut sebenarnya akibat pengaruh gas slippage dengan membuat grafik plot
1

antara p Vs k. Dan nilai permeabilitas absolute sebenarnya akibat pengaruh gas


slippage yang didapatkan dari plot antara 1/p vs k adalah :
Tabel 4.2
Hasil Perhitungan Permeabilitas Abasolute Sebenarnya

4.7

tan

0.09
0.09
0.09

3
3
3

0.03
0.03
0.03

b
0.109489051
0.112781955
0.157894737

k*
0.394
0.326
0.22

Grafik 3.4
Kurva Permeabilitas Absolut Vs 1/Pressure
KESIMPULAN
1. Dari percobaan yang dilakukan sebanyak 3 kali, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasanya percobaan permeability (k) dengan gas parameter
dengan diberi tekanan yang berbeda-beda pula. Semakin besar P, maka
nilai k semakin kecil.

35

2. Dari harga k Vs Yp dapat ditentukan slope dengan persamaan garis lurus y


= 0.024x + 0.186 dan nilai = 0.023 sehingga dari persamaan atau rumus
k*, didapat permeabilitas absolute sebesar 0.098 darcy.
3. Besarnya harga permeabilitas absolut berbanding terbalik dengan tekanan,
dimana semakin besar tekanan maka harga permeabilitas absolut akan
semakin

kecil.

Sebaliknya,

semakin

kecil

tekanan

maka

harga

permeabilitas absolut akan semakin besar.


4. Besar nilai permeabilitas untuk masing masing core adalah :

Core 1 (P 0.25 ) = 0.266 Darcy

Core 2 ( P 0.5 ) = 0.258 Darcy

Core 3 ( P 1) = 0.185 Darcy

BAB V
SIEVE ANALISYS
5.1

TUJUAN
Mengetahui besarnya koefisien keseragaman butir pasir (C) untuk dapat

menentukan pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat dengan tujuan
menanggulangi masalah kepasiran dalam suatu sumur formasi agar dapat

36

dikontrol menggunakan metode yang umum digunakan, antara lain meliputi


penggunaan slotted atau screen liner dan gravel packing.
5.2

TEORI DASAR
Tahap penyelesaian suatu umur yang menembus formasi lepas

(unconsolidated) tidak sederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi


kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut
terproduksi bersama fluida produksi. Seandainya pasir tersebut tidak dikontrol
dapat menyebabkan pengikisan dan penyumbatan pada peralatan produksi.
Disamping itu, juga menimbulkan penyumbatan pada dasar sumur. Produksi pasir
lepas ini, pada umumnya sensitive terhadap laju produksi, apabila laju alirannya
rendah pasir yang ikut terproduksi sedikit dan sebaliknya.
Metode yang umum untuk menanggulangi masalah kepasiran meliputi
penggunaan slotted atau screen liner, dan gravel packing. Metode penanggulangan
ini memerlukan pengetahuaan tentang dstribusi ukuran pasir agar dapat ditentukan
pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat.
5.3

ALAT DAN BAHAN

5.3.1

Alat
1. Torison blance dan anak timbangan
2. Mortal dan pastle
3. Tyler sieve ASTM (2, 1, 1, 5,

4. Sieve Shacker
5.3.2

Bahan
1. Batuan Reservoir

37

, 4, 10, 20, 60, 140, 200)

Gambar 5.1
Elektrik Sieve Shacker

Gambar 5.2
Sieve Shacker

5.4

PROSEDUR KERJA
1.

Ambil contoh bantuan resrvoir yang sudah kering dan bebas minyak.

2.

Batuan dipecah-pecah menjadi fragmen kecil-kecil dan dimasukkan


kedalam mortal digerus menjadi butiran-butiran pasir.

3.

Periksa dengan binocular, apakah butiran-butiran pasir tersebut benarbenar saling terpisah.

4.

Sediakan timbangan yang teliti 200 gram pasir tersebut.


38

5.

Sediakan sieve analysis yang telah dibersihkan dengan sikat bagian


bawahnya (hati-hati waktu membersihkanya).

6.

Susunlah sieve diatas alat penggoncang dengan mangkok pada


dasarnya sedangkan sieve diatur dari yang paling halus diatas
mangkok dan yang paling kasar ada dipuncak.

7.

Tuangkan hati-hati pasir batuan reservoir (200 gr) kedalam sieve yang
paling atas, kemudian dipasang tutup dan dikeraskan penguatnya.

8.

Goncangkan selama 30menit.

9.

Tuangkan isi sieve yang paling kasar (atas) kedalam mangkok


kemudian ditimbang.

10. Tuangkan isi sieve yang paling halus (berikutnya) kedalam mangkok
tadi juga, kemudian timbang berat kumulatif.
11. Teruskan cara penimbangan di atas sampai isi seluruh sieve ditimbang
secara kumulatif.
12. Dari berat timbangan secara kumulatif dapat dihitung juga berat pasir
dalam tiap-tiap sieve.
13. Ulangi langkah 1 sampai dengan 11 untuk contoh bantuan reservoir
yang kedua.
14. Buat tabel dengan kolom, no sieve, opening diameter, % retained
cumulative, percent retained, seperti berikut ini seperti tabel 5. 1:
15. Buat grafik semilog antara opening diameter dengan cumulative
percent retained

16. Dari grafik yang didapat (seperti huruf S), hitung :


1. Sorting coefficient

dia pada 25%


dia pada 75%

2. Medium diameter pada 50% = ........................mm

5.5

HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

39

5.5.1

Analisa :
Berat Sampel : 100 gr
Tabel 5.1
Hasil percobaan dan perhitungan

US Sieve Series

Opening Diameter

Berat

Berat

% Berat

No

mm / inch

gr

Kumulatif

Kumulatif

16
30
40
50

1.19 / 0.0468
0.59 / 0.0232
0.42 / 0.0165
0.297 / 0.0117

46.5
12
18
23.5

46.5
58.5
76.5
100

46.5 %
58.5 %
76.5 %
100 %

Grafik 3.5
Grafik hubungan opening diameter Vs %berat kumulatif
Membuat grafik semilog, hubungan antara opening diameter vs % berat kumulatif
Dari hasil plot didapatkan

1. Opening diameter pada berat kumulatif 50%, d50 = 1.03 mm


2. Opening diameter pada berat kumulatif 40%, d40 = 1.23 mm
3. Opening diameter pada berat kumulatif 90%, d90 = 0.23 mm
Koefisien keseragaman butir pasir (C) adalah :
C

d 40
d 90

1.23
5.34
0.23

40

Menurut Schwartz adalah :


C < 3, merupakan pemilahan yang seragam
C > 5, merupakan pemilahan yang jelek
3 < C < 5, merupakan pemilahan yang sedang
5.6

PEMBAHASAN
Dari grafik semilog hubungan antara opening diameter Vs

% berat

kumulatif berdasarkan dari tabel percobaan, diperoleh gambar grafik hubungan


antara opening diameter Vs % berat kumulatif tersebut. Kemudian plotkan pada
berat kumulatif

50%, 40% dan 90% masing-masing terhadap garis grafik,

kemudian tarik garis ke bawah untuk mendapatkan besarnya opening diameter


dari persen berat kumulatif masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.
Besar nilai opening diamternya adalah sebagai berikut :
d50 =

1.03

mm

d40 =

1.23

mm

d90 =

0.23

mm

Kemudian, setelah didapat nilai opening diameter yang dimaksud, masukkan nilai
d 40
tersebut ke persamaan C
untuk mencari besarnya koefisien
d 90
keseragaman butir pasir.
Dari perhitungan menggunakan persamaan di atas diperoleh nilai
koefisien keseragaman butir pasir berharga = 3.4 dan menurut schwartz pemilahan
tersebut termasuk dalam kategori sedang.
5.7

KESIMPULAN
1.

Ternyata saringan yang disusun sedemikian rupa adalah berbanding


terbalik dengan ukuran opening sizenya, dimana opening sizenya
makin ke bawah (makin besar ukuran meshnya) makin kecil.

2.

Sehingga opening size inilah yang menentukan rencana pemasangan


sand pack atau gravel pack, atau dapat di ambil dari data sorting
coefficient. Karena dari distribusi pasir dapat ditentukan pemilihan
ukuran screen dan gravel yang tepat.

41

3.

Dari percobaan ini kita dapat memperkirakan atau mensimulasikan


rencana pemasangan sand pack, screen di lapangan sesuai analisa
batuan pada formasi tadi, perencanaan yang baik akan mencegah atau
setidaknya dapat mengurangi pasir yang ikut terproduksi.

4.

Dari percobaan dan perhitungan diperoleh nilai koefisien keseragaman


butir pasir = 5,34 yang menurut pengklasifikasian berdasarkan
Schwartz bahwa pemilahan yang dilakukan termasuk ke dalam
kategori sedang.

BAB VI
PENENTUAN KADAR LARUTAN SAMPEL FORMASI DALAM
LARUTAN ASAM

6.1

TUJUAN
Menentukan berat % dari material / sempel formasi yang larut dalam Hcl

larutan asam.

42

6.2

TEORI DASAR
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi minyak pada batuan resevoir

carbonat adalah dengan cara pengasaman atau memompakan adam (HCl) kedalam
reservoir. Batuan reservoir yang bisa diasamkan dengan HCl adalah : Limestone,
Dolomit dan Dolomit Limestone.
Semua asam memiliki satu persamaan. Asam akan terpecah menjadi ion
positif dan anion hidrogen ketika acid larut dalam air. Ion hidrogen akan bereaksi
dengan batuan calcerous menjadi air dan CO2. Asam yang dipakai di industri
minyak dapat dapat inorganik (mineral) yaitu chlorida dan asam flourida, atau
organik asam acetic (asetat) dan asam formic (format). Pada abad yang lalu
pernah digunakan asam sulfat sesaat setelah orang sukses dengan injeksi asam
chlorida pertama dan tentu saja mengalami kegagalan malah formasi jadi rusak.
Dalam industri mineral adalah yang paling banyak digunakan. Bermacammacam asam puder (sulfamic dan chloroacetic) atau hibrida (campuran) asam
acetic-HCL dan formie-HCL juga telah dipakai dalam industri terutama untuk
meredam keaktifan asam HCL. Semua asam diatas kecuali kombinasi HCL-HF
yang dipakai untuk batuan pasir (sandstone) hanya dipakai pada batuan karbonat
(limestone/dolomite). Jenis asam yang sering digunakan dalam acidizing antara
lain:
1. Organic acid, HCH3Cos dan HCO2H
2. Hydrochloric acid, HF
3. Hydrofluoric acid, HCL
Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam opeasi
acidizing (pengasaman) ini adalah:
1. Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikas
atau jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
3. Harus dapat bereaksi/melarutkan karbonat atau mineral endapan
lainnya sehingga membentuk soluble product atau hsil-hasil yang
dapat larut.

43

Pada prinsipnya stimulasi dengan pengasaman dapat dibedakan enjadi


2(dua) kelompok yaitu;

Pengasaman pada perlatan produksi yaitu; tubing dan

flowline.

Pengasaman pada formasi produktif yaitu; perforasi dan

lapisan.
Stimulasi merupakan suatu metoda workover yang berhubungan dengan
adanya perubahan sifat formasi, dengan cara menambahkan unsur-unsur tertentu
atau material lain ke dalam reservoir atau formasi untuk memperbaikinya. Prinsip
penerapan metoda ini adalah dengan memperbesar harga ko atau dengan
menurunkan harga o, sehingga harga PI-nya meningkat dibanding sebelum
metoda ini diterapkan.
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus direncanakan
dengan tepat data-data laboratorium yang diperoleh dari sampel formasi, fluida
reservoir dan fluida stimulasi. Sehingga informasi yang diperoleh dari
labiratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk merencanakan operasi
stimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat diperoleh penambahan produktivitas
informasi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan
adalah daya larut asam terhadap sampel batuan (acidsolubility).
Metode ini menggunakan teknik gravimetric untuk menentukan reaktivitas
formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limetone) biasanya larut dalam
HCI, sedangkan silikat (mineral clay) larut dalam mud acid.
6.3

ALAT DAN BAHAN

6.3.1

Alat
1. Mortal dan pastle
2. Elecrik Oven
3. Erlenmeyer
4. Kertas Saring
5. Soxhelet Aparatus
44

6. ASTM 100 Mesh


6.3.2

Bahan
1. Core (Batu Gamping dan Batu pasir)
2. HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)
3. Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl orange) dilarutkan
dalam 1 liter aquades atau air suling

Gambar 5.3
Electrik 0ven

6.4

PROSEDUR KERJA
1

Core diekstrasi terlebih dahulu dengan toluene/benzene pada soxhelt


Aparatus. Kemudian keringkan dalam oven dalam suhu 105oC (220oF).

Hancurkan sampel kering pada mortal hingga dapat lolos pada ASTM
100 Mesh.

45

Ambil sampel yang telah dihancurkan 20 gram dan masukan pada


Erlenmeyer 500 ml, kemudian masukkan 150 ml HCI 15% dan
digoyangkan hingga CO2 terbebaskan semua.

Setelah reaksi selesai tuangkan sampel residu plus larutan Erlenmeyer


pada kertas saring. Bilas sisa-sisa sampel dengan aquades sedemikian
rupa hingga air filtrate setelah ditetesi larutan methyl orange tidak
nampak reaksi asam (sampai warna kemerah-merahan).

Keringkan residu dalam oven kira-kira selama jam dengan suhu


105oC (220oF), kemudian dinginkan dan akhirnya ditimbang.

Hitung kelarutan sebagai % berat dari material yang larut dalam HCI
15%.

6.5

HASIL PERHITUNGAN DAN PERCOBAAN

6.5.1. Analisa :
1. Berat sampel (pasir) sebelum pengasaman

= 12 gr

2. Berat sampel (karbonat) sebelum pengasaman (W) = 32 gr


3. Berat sampel (pasir) sesudah pengasaman

= 12 gr

4. Berat sampel (karbonat) sesudah pengasaman (w)

= 30 gr

6.5.2. Perhitungan
% Berat Solubility karbonat

W w
x 100%
W

12 12
x 100% = 0 %
12
W w
x 100%
=
W
19 12
x 100% = 6.25 %
=
19

% Berat Solubility pasir

6.6

PEMBAHASAN
1.

Tentukan berat sampel sesudah pengasaman dan sebelum pengasaman


menggunakan timbangan sesuai dengan langkah-langkah pada
prosedur kerja.

46

2.

Hitung persen berat sollubility dengan memasukkan data-data yang


telah didapatkan pada poin a ke dalam persamaan :
W w
x 100%
W

3.

% Berat Solubility =

4.

Harga persen berat solubility karbonat telah didapatkan yaitu sebesar


6.25%

5.
6.

6.7

Ulangi langkah diatas untuk menghitung % berat solubility untuk


sample pasir
Harga persen berat solubility Karbonat telah didapatkan yaitu sebesar
0%

KESIMPULAN
1.

Dari percobaan didapat besarnya solubility sebesar 6.25% yang


seharusnya semakin besar harga solubility yang didapatkan dalam
suatu sampel akan semakin baik, karena seluruh acid (asam) yang
berfungsi sebagai stimulan bekerja dengan baik. Tetapi dalam
percobaan ini harga solubility tidak begitu besar, hal ini kemungkinan
disebabkan karena sampel kurang halus dalam penggerusan sehingga
akan menutupi kertas saring yang ada.

2.

Pemberian stimulan pada sumur merupakan alternatif yang cuku baik


guna memaksimalkan kembali produksi minyak pada sumur tersebut.

3.

Dari keterangan diatas besar daya larut asam terhadap batu pasir lebih
besar daripada batu gamping, artinya batu pasir lebih reaktif daripada
batu ganping terhadap larutan asam HCl. Artinya dalam pelaksanaan
proses acidizing terhadap batu pasir (sandstone), larutan asam yang
tepat digunakan adalah larutan HCl.
BAB VII
PENENTUAN TEKANAN KAPILER PADA SAMPEL
BATUAN RESERVOIR

7.1

TUJUAN
Menentukan tekanan kapiler pada batuan reservoir.
47

7.2

TEORI DASAR
Dari ilmu fisika diketahui bahwa di dalam lubang-lubang kecil terdapat

antara tekanan-tekanan yang terdapat seberang-menyeberang dua fasa cairan yang


tidak saling melarutkan. Tekanan ini diukur seberang-menyeberang permukaan
yang melengkung dan disebut sebagai tekanan kapiler (Pc) yang dinyatakan dalam
Dyne/cm2. Tekanan kapiler didefinisikan sebagai perbedaan tekanan permukaan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak bercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) sebagai akibat terjadinya pertemuan antara permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut. Tekanan kapiler didapatkan jika dua fluida
yang tidak dapat larut berada dalam persentuhan. Besarnya tekanan kapiler ini
dipengaruhi adanya tegangan permukaan dan juga dari pelengkungan bidang
permukaannya dan jari-jari lengkungan pori. Jelaslah, bahwa untuk dapat
melampaui suatu permukaan antara fasa tersebut diperlukan suatu daya untuk
dapat mengurangi tekanan kapiler tersebut. Derajat pelengkungan daripada
permukaan lengkung tersebut tergantung dari besar kecilnya pori batuan dan juga
dari jenis fluida yang ada. Hubungan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam
pengertian tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler.
Pc

2 . cos
r

Dimana :
Pc = Tekanan kapiler.
= Tegangan permukaan.
= Sudut kontak permukaan air-minyak.
r = Radius efektif pipa kapiler.
Dalam keadaan pori jenuh air dan adanya tekanan kapiler, maka untuk
dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu tambahan
tekanan yang dinamakan tekanan masuk (enty pressure) atau tekanan penggeseran
(displacement pressure). Tekanan tersebut adalah tekanan kapiler minimum yang
dapat memaksakan masuknya fluida yang tidak membasahi ke dalam rongga48

rongga pori yang diisi oleh fluida yang menjenuhinya (pirrson,1958). Tekanan
pergeseran ini berbanding

terbalik

dengan diameter

pori sebagaimana

dikemukakan oleh Levorsen dan Berry (1967), yang berarti bahwa fluida
mempunyai tegangan antar-muka yang sama. Maka bagi batuan berbutir lebih
halus serta porositas dan permeabilitas yang rendah diperlukan tekanan kapiler
yang lebih besar. Tekanan kapiler dalam resevoir sangat menguntungkan hal ini
disebabkan karena tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam
reservoir minyak maupun gas, pengaruh tersebut adalah:
Mengontrol distribusi saturasi didalam reservoir.
Mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau
mengalir melalui pori-pori reservoir dalam arah vertikal.
Mengetahui batas antara air dan minyak.
Mengetahui halus-kasarnya suatu batuanreservoir.
Mempengaruhi tinggi-rendahnya berbagai macam batas air
minyak.
Distribusi fluida vertical dalam reservoir memegang peranan penting
didalam

perencanaan

well

completion.

Distribusi

secara

vertical

ini

mencerminkan distribusi saturasi fluida yang menempati setiap porsi rongga pori.
Adanya tekanan kapiler (Pc) mempengaruhi distribusi minyak dengan gas
didalam rongga pori tidak terdapat batas yang tajam atau berbentuk zona transisi.
Oleh tekanan kapiler dapat dikonversi menjadi ketinggian diatas kontak minyak
air (H), maka saturasi minyak, air dan gas yang menpati level tertentu dalam
reservoir dapat ditentukan. Dengan demikian distribusi saturasi fluida ini
merupakan salah satu dasar untuk menentukan secara effisien letak kedalam
sumur yang akan dikomplesi
7.3

ALAT DAN BAHAN

7.3.1 Alat
1. Pump Cylinder
2. Measuring Screw

49

3. Make Up. Nut


4. Picnometer Lid
5. Sample Holder
6. Observation Window
7. Pump Scale
8. Mecrometer Dial
9. Pressure Hoss
10. 0 2 atm ( 0 3b psi ) Pressure Gauge
11. 0 15 atm ( 0 200 psi ) Pressure Gauge
12. 0 150 atm ( 0 2000 psi ) Pressure Gauge
13. Vacum Gauge
14. 15 Pressure Control
15. 17 dan 21 Pressure Relief Valve
16. Pump Plugger
17. Yoke Stop
18. Travelling Yoke

7.4

Gambar 5.4
Mercury Injection Capillary Pressure Apparatus
PROSEDUR PERCOBAAN

7.4.1. Kalibrasi Alat untuk menentukan volume viknometer ( 28 ; 150 )


1. Pasang picnometer lid (4) pada tempatnya, pump metering plunger
diputar penuh dengan manipulasi handwheel

50

2.

Buka vacuum valve pada panel, system dikosongkan sampai small


gauge menunjukkan nol, kemudian panel valve ditutup, picnometer
dikosongkan sampai tekanan absolute kurang dari 20 micro

3.

Putar handwheel sampai matering plunger bergerak maju dan mercury


level mencapai lower reference mark

4.

Moveable scale ditetapkan dengan yoke stop (pada 28 cc) dan


handwheel dial diset pada pembacaan miring kanan pada angka 15

5.

Mercury diinjection ke picnometer sampai pada upper referencemark,


skala dan dial menunjukkan angka nol (0,000)

6.

Jika pembacaan berbeda sedikit dari nol, perbedaan tersebut harus


ditentukan dan penetuan untuk dial handwheel setting pada step. Jika
perbedaan terlau besar yoke stop harus direset kembali dan deviasi
pembacaan adalah 0,001 cc.

Karena dalam penggunaan alat ini memakai tekanan yang besar tentu akan
terjadi perubahan volume picnometer dan mercury. Untuk itu perlu dilakukan
pressure-volume corection yaitu :
1. Letakkan picnometer lid pada tempatnya, pump metering plunger diputar
penuh dengan memanipulasi handwheel
2. Ubah panel valve ke vacuum juga small pressure gauge dibuka, system
dikosongkan sampai absolute pressure kurang dari 20 micro
3. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference mark, adjust
moveable scale dan handwheel scale dial pada pembacaan 0,00 cc
kemudian tutup vacuum valve
4. Putar bleed valve mercury turun 3 mm dibawah upper reference mark
5. Putar pompa hingga mercury mencapai upper reference mark lagi dan
biarkan stabil selama 30 detik
6. Baca dan catat tekanan pada small pressure gauge serta hubungan volume
scale dan dial handwheel (gunakan dial) yang miring kekiri sebagai
pengganti 0-5 cc. Graduated interval pad scale.

51

7. Step d, e, f diulang untuk setiap kenaikkan tekanan pada system, kemudian


catat volume dan tekanan yang didapat. Jika tekanan telah mencapai limit
1 atm, bukan nitrogen valve
8. Jika telah mencapai limit gunakan 0,150 atm gauge
9. Jika test telah selesai tutup panel nitrogen valve, system tekanan dikurangi
dengan mengeluarkan gas sampai tekanan system mencapai 1 atm
10. Data yang didapat kemudian diplot, maka akan terlihat bagaimana
terjadinya perubahan pressure-volume.
A-B

: Perubahan volume oleh tekanan (pada tekanan rendah)

C-D

: Perubahan volume pada tekanan tinggi

: Inflection point

7.4.1 Prosedur Untuk Menentukan Tekanan Kapiler


1.

Siapkan core (memp. Pore vol) yang telah diekstraksi dengan vol 1-2
cc, kemudian tempatkan pada core holder

2.

Picnometer lid dipasang pada tempatnya dan putar handwheel secara


penuh

3.

Ubah panelvalve ke vacuum dan pressure gauge dibuka, system


dikosongkan sampai absolute presure kurang dari 29 micron

4.

Tutup vacuum, putar metering plunger sampai level mercury


mencapai lower reference mark

5.

Pump scale diikat dengan yoke stop dan handwheel dial diset pada
pembacaan 15 (miring kanan). Dan diberikan pembacaan pertama 28,
150 cc

6.

Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference mark. Baca


besarnya bulk volume dari pump scale dan handwheel dial. Sebagai
contoh jika pembacaan skala lebih besar dari 12 cc dan dial
menunjukkan 32,5 maka bulk volume sample 12, 325 cc

7.

Gerakkan pump scale dan handwheel dial pada pembacaan 0,000 cc

52

8.

Putar bleed valve, maka gas / udara mengalir ke sistem sampai level
mercury turun 3 sampai 5 mm dibawah upper refernce mark

9.

Putar pompa sampai permukaan mercury mencapai tanda paling atas


dan usahakan konstan selama 30 detik

10. Baca dan catat tekanan (low pressure gauge) dan volume scala beserta
handwheel dial (miring ke kiri) untuk mengganti 0-5 cc graduated
interval pada scale
11. Step 8, 9, 10 diulang untuk beberapa kenaikkan tekanan. Jika tekanan
telah mencapai 1 atm buka nitrogen valve. Jika system telah mencapai
limit pada 0-2 atm gauge, gauge diisolasi dari system dan gunakan 0150 atm gauge
12. Step 11 diulang sampai tekanan akhir didapat
Catatan : fluktuasi thermometer 1-2 C
13. Jika test telah selesai, nitrogen valve ditutup. Tekanan system
dikurangi sampai mencapai tekanan atm dengan mengeluarkan gas
lewat bleed valve.

PERHITUNGAN
1. Tabelkan data yang didapat, yaitu :
-

Data dari pressure-volume corrected

53

Data dari penentuan tekanan kapiler

2. Contoh perhitungan
(Vb = 12,325 cc, Vp =3,690 cc dari porometer atau yang lain)

Kolom 2

Kolom 3
Indicator
Volume
of
Mercury

Kolom 4

0,13

0,188

0,036

0,153

4,13

0,25

0,382

0,049

0,333

9,02

0,42

0,648

0,058

0,590

16,0

0,53

1,041

0,063

0,978

25,5

0,60

1,522

0,064

0,458

39,5

Correction
Pressure

Kolom 5
Actual
Volume of
Mercury
injection

Pressure
Volume
Correct

Kolom 6
Mercury saturation
% of pore Volume

Keterangan :
Kolom 1 dan kolom 3 didapat dari percobaan
Kolom 2

: Kolom 1 + 0,05 atm (mercury hydrostatic head correction)

Kolom 4

: Didapat dari grafik pressure-volume correction dengan


yang diambil dari kolom 1.

Kolom 5

: Kolom 3 kolom 4

Kolom 6

: (Kol 5 : Vp) x 100% = (Kol 5 : 3,69) x 100%

3. Data dari kolom 2 dan kolom 6 dibuat grafik

7.5.

DATA HASIL PENGUKURAN

7.5.1.

Analisa

54

Hasil Percobaan :
Vb = 60 cc
Vp = 30 cc
Tabel
Pressure Volume Correction
Kolom 1

Kolom 2

Kolom 3

Kolom 4

Kolom 5

Kolom 6

No

Indicator
Pressure
(atm)

Correct
Pressure
(atm)

Indicator
Volume of
mercury
injection (cc)

Pressure
Volume
Correction

Actual
Volume of
Mercury
injection

Mercury
Saturation (%)

0.05

0.1

29

0.011

28.989

96.63

2.05

25

0.192

24.808

82.69

3.05

20

0.225

19.775

65.92

4.05

15

0.25

14.75

49.17

6.05

14

0.295

13.705

45.68

7.05

12

0.317

11.683

38.94

10

10.05

10

0.362

9.638

32.13

15

15.05

0.4

8.6

28.67

20

20.05

8.9

0.428

8.472

28.24

10

35

35.05

8.6

0.48

8.12

27.07

11

55

55.05

8.1

0.504

7.596

25.32

12

65

65.05

7.8

0.513

7.287

24.29

13

70

70.05

7.6

0.518

7.082

23.61

14

75

75.05

7.4

0.52

6.88

22.93

15

80

80.05

0.523

6.477

21.59

16

90

90.05

6.9

0.531

6.369

21.23

17

95

95.05

6.7

0.536

6.164

20.55

18

105

105.05

6.5

0.547

5.953

19.84

19

115

115.05

6.4

0.574

5.826

19.42

20

120

120.05

6.3

0.59

5.71

19.03

Tabel
Vressure Volume Correction
55

Pressure ( atm )

Volume ( cc )

0
1
4
9
15
25
35
40
50
60
100
110
120
125
128
130
131
132
133
134
135
136
137
139
140

0.0
0.15
0.25
0.35
0.40
0.45
0.48
0.49
0.50
0.51
0.54
0.56
0.59
0.62
0.64
0.67
0.69
0.71
0.74
0.77
0.80
0.83
0.97
0.99
1.0

56

Grafik 7.5
Grafik hubungan Correct Pressure vs %Mercury Saturation

Gambar 7.6
Grafik Hubungan Tekanan vs Volume

Tabel
Pressure Volume Correction
Tekanan (Atm)

Volume (cc)

57

7.6

0.001

0.007674

0.005

0.041944

0.01

0.108094

0.015

0.203671

0.02

0.337105

0.025

0.502027

0.03

0.646885

0.035

0.783304

0.04

0.884514

0.045

0.98333

0.055

0.06

PEMBAHASAN
Setelah dlakukan percobaan dan didapatkan hasil yang ditunjukkan oleh

peralatan,selanjutnya nilai nilai tersebut dimasukkan kedalam tabel Pressure


volume correction plot nilai correct pressure dan mercury saturation. Hasil kurva

58

yang didapatkan adalah nilai merury saturation berbanding terbalik dengan nilai
correct pressure, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
Nilai mercury saturation akan mengalami peningkatan seiring dengan
menurunnya correct pressure.
Untuk mencari hubungan nilai tekanan dan volume, plot nilai tekanan dan
volume dari table hasil perhitungan, hasilnya didapatkan seperti pada gambar
berikut. nilai tekanan akan berbanding lurus dengan nilai volume.
Semakin besar jumlah volume maka nilai tekanan kapiler akan semakin
meningkat.
7.7

KESIMPULAN
1. Indicator pressure berbanding terbalik dengan mercury saturation yaitu
dengan berkurangnya indicator pressure akan meningkatkan mercury
saturationnya.
2. Penentuan tekanan kapiler dari suatu sampel formasi dapat dikatakan
lebih cepat dan efisien pada distribusi saturasi fluidanya, dari sumur.
3. Dari percobaan diperoleh dari adanya distribusi tersebut, maka akan
terdapatnya zona transisi karena tidak terdapat batas fluida yang jelas.
4. Pressure vs Volume
Nilai dari pressure berbanding lurus dengan volume. Semakin besar
volume, maka nilai tekanan akan semakin meningkat.
5. Correct pressure vs volume Saturation
Nilai dari correct pressure akan berbanding terbalik dengan nilai
mercury saturation. Tetapi penurunannya terjadi secara bertahap. Dari
gravik terlihat ada dua tahap penurunan, yaitu pada 120 atm sampai 10
atm, an 10 atm sampai 0 atm.
BAB VIII
KESIMPULAN UMUM

1. Analisa inti batuan adalah merupakan tahapan analisa batuan dari suatu
sample

formasi,

yang

merupakan

59

rangkaian

kegiatan

pemboran.

Sedangkan kegiatan pengambilan sample tersebut untuk dianalisa sering


disebut dengan Coring. Yang semuanya ini guna mendapatkan informasi
tentang sifat-sifat fisik batuan formasi selama proses pemboran, untuk
mendukung pada proses eksplorasi maupun eksploitasi Migas.
2. Dari analisa core dapat diketahui besarnya porositas, untuk menentukan
jumlah fluida yang dapat dikandung oleh batuan. Pada formasi dimana
tempat diambilnya sample tersebut.
3. Dalam menentukan besarnya jumlah fluida didalam batuan reservoir,
dinyatakan dengan besaran saturasi. Banyaknya fluida (minyak, air dan
gas) khususnya minyak dan gas yang dikandung dalam batuan reservoir
tidak dapat terambil seluruhnya karena dipengaruhi oleh sifat geologi dan
fluida reservoir tersebut.
4. Harga permeabilitas yang ditentukan dalam percobaan ini, merupakan sifat
fisik batuan yang dapat kita ketahui tentang besarnya aliran fluida pada
formasi reservoir tersebut, yang dapat diketahui besarnya aliran
produksinya. Besarnya permeabilitas tergantung

pada jumlah macam

fluida yang ada dalam reservoir, maka akan didapat harga permeabilitas
relatif atau efektif. Harga permeabilitas efektif maupun relatif, sangat
dipengaruhi oleh besarnya saturasi pada reservoir tersebut.
5. Percobaan pada screen liner dan penentuan kadar kelarutan sample formasi
disini, guna mengetahui atau memantau besarnya produksi fluida yang
sudah menurun karena telah memasuki formasi lepas (unconsolidated).
Dari sieve analysis kita dapat mengetahui distribusi pasir dari sample
formasi untuk operasi gravel packing dan pemasangan screen agar pasir
tidak ikut terproduksi seminimal mungkin. Dan pada formasi batuan
karbonat dapat distimulasikan asam guna mengoptimalkan kembali laju
produksi tersebut.
6. Dan dari penentuan besar tekanan kapiler pada suatu sample formasi dapat
diperkirakan adanya distribusi saturasi dari beberapa fluida dari suatu
formasi itu (secara vertikal). Maka hal ini pun dapat secara langsung

60

dikatakan efisien dalam penentuan letak kedalaman fluida tertentu pada


formasi reservoir yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Kristanto Dedy, M.Sc dan Haryadi, Ir.Diktat penilaian formasi, Ir. 1999

61

Gatlin, C, 1960, Petroleum Engineering Drilling and Well Completion, Prentice


Hal Inc., Englewood Cliffs, N J.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS, 2008. Buku Petunjuk
Praktikum Analisa Inti Batuan.
Irawan Sony, Ir. Diktat kuliah Mekanika reservoir,. MT . 2000

62

Anda mungkin juga menyukai