Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pernafasan
2.1.1. Anatomi Paru
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut. Selanjutnya
pada groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut
primary lung bud.(10)
Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi dua, yaitu esophagus dan
trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung
bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronki dan cabang-cabangnya.
Bronchial tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru
berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8
tahun. Ukuran alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks.
Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus
sampai pertumbuhan somatic berhenti.(10)
2.1.2. Pengertian Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sisa respirasi
berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-paru. Udara masuk dan
menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot sehingga trakea
dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang masuk,

Universitas Sumatera Utara

juga melindungi organ lembut. penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.(11)
2.1.3. Saluran Pernafasan
Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu (10) :
1. Zona Konduksi
Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan,
serta membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan
dengan suhu tubuh. Disamping itu zona konduksi juga berperan pada proses
pembentukan suara. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea,
bronkus, serta bronkioli terminalis.
a. Hidung
Rambut, zat mucus serta silia yang bergerak kearah faring berperan
sebagai system pembersih pada hidung. Fungsi pembersih udara ini juga
ditunjang oleh konka nasalis yang menimbulkan turbulensi aliran udara
sehingga dapat mengendapkan partikel-partikel dari udara yang seterusnya
akan diikat oleh zat mucus. System turbulensi udara ini dapat
mengendapkan partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari 4 mikron.

Universitas Sumatera Utara

b. Faring
Faring merupakan bagian kedua dan terakhir dari saluran pernapasan
bagian atas. Faring terbagi atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring,
serta laringofaring.
c. Trakea
Trakea berarti pipa udara. Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalatormuko-siliaris karena silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang
terikat zat mucus kearah faring yang kemudian dapat ditelan atau
dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang
terkandung dalam asap rokok.
d. Bronki atau bronkioli
Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea. Akan tetapi
mulai bronki sekunder, perubahan struktur mulai terjadi. Pada bagian
akhir dari bronki, cincin tulang rawan yang utuh berubah menjadi
lempengan-lempengan. Pada bronkioli terminalis struktur tulang rawan
menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot
polos. Struktur semacam ini menyebabkan bronkioli lebih rentan terhadap
penyimpatan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Bronkioli mempunyai silia dan zat mucus sehingga berfungsi sebagai
pembersih udara. Bahan-bahan debris di alveoli ditangkap oleh sel
makrofag yang terdapat pada alveoli, kemudian dibawa oleh lapisan
mukosa dan selanjutnya dibuang.

Universitas Sumatera Utara

2. Zona Respiratorik
Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.
Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur
diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk
yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk. Sistem
pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan
yang masuk yang dapat merusak.(9)

SISTEM SALURAN PERNAFASAN

Gambar 1 : Sistem Saluran Pernafasan

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Fungsi Pernapasan


Adapun fungsi pernapasan, yaitu (11) :
1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk mengadakan pembakaran
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagi oleh tubuh)
3. Melembabkan udara.
Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung
di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya
aliran udara timbal balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari
alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas
dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan
berbahaya lewat udara pada paparan kerja.(12)
Proses dari sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung beberapa
tahap, yaitu (10):
1. Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan keluar paru
2. Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut pernapasan
luar
3. Transportasi gas melalui darah
4. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut
pernapasan dalam

Universitas Sumatera Utara

5. Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang


disebut juga pernapasan seluler.
2.1.5. Mekanika Pernapasan
Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu (11) :
1. Menarik napas (inspirasi)
2. Menghembus napas (ekspirasi)
Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekskresi secara bergantian,
teratur, berirama dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi
pada otot-otot pernapasan. Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang
terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata).
Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa reflex napas juga di bawah pengaruh korteks serebri.
Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah
dan kekurangan oksigen dalam darah. (11)
Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot inspirasi akan
meningkatkan tekanan di dalam ruang antara paru-paru dan dinding dada (tekanan
intraktorakal).(13) Inspirasi terjadi bila mulkulus diafragma telah dapat rangsangan
dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya
miring, setelah dapat dapat rangsangan kemudian mengkerut datar. Dengan demikian
jarak antara stenum (tulang dada) dan vertebrata semakin luas dan lebar. Rongga dada
membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka
tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.(11) Ekspirasi

Universitas Sumatera Utara

merupakan proses pasif yang tidak memerlukan konstraksi otot untuk menurunkan
intratorakal.(13) Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat otot-otot akan kendur lagi
(diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkoatalis miring lagi) dan dengan
demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi
proses respiras.(11)
2.1.6. Penyebab-penyebab Utama Penyakit Pernapasan.
Sebab-sebab utama penyakit pernapasan, yaitu (12) :
1. Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis
2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan
merangsang reaksi jaringan
3. Partikel-partikel organic yang merespons imun
4. Kelebihan beban system akibat paparan teru-menerus terhadap debu
espirasi berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.
Stimulasi saluran napas berulang (bahkan mungkin juga oleh partikelpartikel inert), menyebabkan penebalan dinding bronki, meningkatkan sekresi
mucus, merendahkan ambang reflex penyempitan dan batuk, meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi pernapasan dan gejala-gejala asmatik. (12)
2.1.7. Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan
Gangguan pada saluran pernapasan ditandai dengan gejala-gejala, yaitu :
1. Gejala Lokal
a. Batuk

Universitas Sumatera Utara

Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan.


Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan mekanik, kimia
dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda asing kecil merupakan penyebab
paling sering dari batuk.
b. Sputum (dahak)
Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas
setiap hari, sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu biasanya sputum
yang dihasilkan melebihi 100 ml per hari.
c. Dispnea
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan
gejala utama dari penyakit kardiopulmonar.
d. Nyeri Dada
Ada berbagai penyebab nyeri dada, tetapi yang paling khas dari penyakit
paru adalah akibat radang pleura ( pleuritis). Umumnya pleuritis terjadi mendadak,
tetapi juga timbul secara bertahap. (13)
2. Gejala Umum
Gejala-gejala yang disebut di atas bersifat setempat. Beberapa penyakit
memberi juga gejala umum, seperti suhu badan meninggi, pusing, tidak suka makan,
rasa lesu/lemah, keringat dingin dan sebagainya. Masalah pernapasan pada pekerja
di tempat pengolahan telah dikenal selama 2 dekade ini. Gejala-gejala dada akut
seperti batuk, sesak, dada terasa berat dan iritasi saluran napas atas muncul pada saat
kerja biasa.(10)

Universitas Sumatera Utara

2.1.8. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Gangguan Paru


Debu, aerosol dan gas iritan merupakan parikel yang menyebabkan gangguan
saluran pernapasan. Faktor lain yang menyebabkan timbulya gangguan paru adalah
kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif , polusi udara dan riwayat infeksi
pernapasan sewaktu kecil.
Umur merupakan salah satu yang mempunyai resiko tinggi terhadap
gangguan paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat
memperburuk dengan cepat. Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan,
mengungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru.
Semakin bertambahnya umur maka terjadi gangguan fungsi paru dalam tubuh.
Menurut Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara
umur dengan gejala gangguan pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan
kejadian penyakit dan gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya
hubungan faktor umur dengan potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu
sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis berbagai
jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang. Bermacam-macam
perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini akan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja.
Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan degan
debu, aerosol dan gas iritan. Menurut hasil penelitian Rosbinawati (2002)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan

Universitas Sumatera Utara

pernapasan, maka semakin lama masa kerja seseorang semakin lama terpajan dengan
debu, aerosol, dan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru. (14)
Merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena
asap rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa
saluran nafas. Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam
saluran nafas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan nafas.
Perubahan struktur jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hyperplasia kelenjar
mucus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas kecil bervariasi, hyperplasia sel
goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan struktur karena merokok
biasanya dihubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi. Perokok berat dikatakan
apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko
memperpendek usia harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang
menghabiskan 20 batang sigaret sehari.(15)
Alat pelindung diri adalah pelengkapan yang dipakai untuk melindungi
pekerja terhadap bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan
kerja. Alat yang dipakai disini untuk melindungi sistem pernapasan dari partikelpartikel berbahaya yang ada di udara yang dapat membahayakan kesehatan.
Perlindungan terhadap system pernapasan sangat diperlukan terutama bila tercemar
partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan, ataupun
kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik berupa dari kain, kertas wol, atau
fiberglass.(16)

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Amoniak
Amoniak adalah gas yang tidak bewarna dengan bau yang kuat, dan rumus

kimianya NH3. Amoniak merupakan bahan kimia korosif yang dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pernafasan dan paru-paru serta dapat membakar kulit dan mata
dan dapat menyebabkan kerusakan tetap.
Amoniak dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan yaitu hidung, mulut
dan kerongkongan yang dapat menyebabkan batuk dan bersin. Menghirup amoniak
dapat membuat iritasi paru menyebabkan batuk dan pernafasan pendek serta beresiko
terkena bronkitis.(18) Dampak yang lebih besar akibat terhirup gas amoniak dapat
menyebabkan pembentukan cairan dalam paru (edema paru), keadaan medis darurat,
dengan nafas pendek yang parah.
Amoniak banyak digunakan dalam industri karet, pupuk, plastik, tekstil,
deterjen dan pestisida. Bahan kimia ini termasuk dalam daftar substansi yang
membahayakan kesehatan karena bahan kimia ini adalah korosif.(19) menurut
penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa pemajanan amoniak pada kadar
rendah secara kronik dapat mengakibatkan gangguan paru berupa gangguan restriktif,
yang merupakan suata indikasi adanya penyakit paru (encyclopedia). (8)
2.3.1. Cedera Inhalasi Amoniak.
Cedera amoniak paling sering disebabkan oleh inhalasi. Mekanisme yang
paling umum di mana gas amonia menyebabkan kerusakan terjadi ketika ammonia
(gas) bereaksi dengan air jaringan untuk membentuk solusi yang sangat basa disebut
hidroksida amonium. Reaksi ini adalah eksotermik dan mampu menyebabkan cedera

Universitas Sumatera Utara

yang signifikan. Amonium hidroksida alkali parah dapat menyebabkan gangguan


pada sistem pernapasan, terutama mempengaruhi saluran pernapasan bagian atas,
sedangkan berat eksposur lebih cenderung mempengaruhi sistem pernafasan
keseluruhan. Karena kelarutan dalam air tinggi, amonia memiliki kecenderungan
untuk diserap oleh mukosa yang kaya air dari saluran pernapasan bagian
atas. Namun, tidak seperti gas iritan yang paling tinggi yang larut air yang cenderung
mempengaruhi secara eksklusif saluran pernapasan bagian atas, amoniak dapat
merusak proksimal dan distal.(7)
Menurut

Caplin

(2001)

dalam

penelitiannya,

yang

pertama

untuk

mengklasifikasikan korban paparan amonia tidak disengaja, terdiri dari paparan


ringan, sedang, dan berat. Pada kelompok ringan disajikan dengan konjungtiva dan
peradangan pernapasan bagian atas dan rasa sakit tetapi tidak menunjukkan tandatanda gangguan pernapasan pada kelompok sedang disajikan sama tetapi dengan
gejala berlebihan. Kelompok berat disajikan dalam gangguan pernapasan terbuka
dengan batuk produktif, paru cedera akut dan disfagia.(7)
2.3.2. Nilai Ambang Batas Amoniak
Nilai ambang batas terkena pajanan amoniak pada tempat kerja ada beberapa
macam yaitu ada yang menurut OSHA, NIOSH dan ACGIH. Menurut OSHA nilai
ambang batas akibat pajanan amoniak pada udara yang diperbolehkan (Permessible
Exposure Limit (PEL)) adalah 50 ppm dengan rata-rata lebih dari 8 jam pada sift
kerja. NIOSH : nilai ambang batas akibat pajanan amoniak pada udara yang

Universitas Sumatera Utara

diperbolehkan adalah 25 ppm dengan rata-rata lebih dari 10 jam shift kerja dan 35
ppm dan tidak lewat selama masa kerja selama 15 menit.
ACGIH : nilai ambang batas akibat pajanan amoniak pada udara yang diperbolehkan
adalan 25 ppm dengan rata-rata lebih dari 8 jam sift kerja dan 35 ppm sebagai STEL
(Short Term Exposure Limit) atau batas terkena dampak jangka pendek. Lamanya
terkena pajanan, konsentrasi dari substansi amoniak dan faktor lain akan
mempengaruhi kerentanan pekerja terhadap efek potensi dari amoniak tersebut.(6)
2.4.Proses Pengolahan Lateks
Proses pengolahan lateks secara umum dilakukan melalui tahapan berikut :
1. Pensortiran
Cup lump dari lapangan dibelah dengan menggunakan CL saw ( cup
lump saw). Dimana tujuannya adalah memperkecil diameter bahan baku dan
untuk memudahkan penggilingan pada proses berikutnya.
2. Penggilingan dan Pencincangan
Penggilingan Lump dilakukan dengan menggunakan Lump Cruiser
yang bertujuan untuk memipihkan dan mengurangi kadar kotoran dalam
Lump.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam Scrap Cruisher untuk mengeluarkan
kadar kotoran yang selanjutnya dikirim kemesin Hammer mill dengan
menggunakan Ban Conveyor yang mengalami proses pemukulan dan
pencincangan dan dilakukan penekanan sehingga menghasilkan bentuk
remah.

Universitas Sumatera Utara

3. Pencampuran (Blending) Makro


Lump yang telah berbentuk butiran dimasukkan ke dalam bak
blending untuk menghomogenkan cup lump inti. Selanjutnya dimasukkan ke
dalam granulator untuk memperkecil butiran. Lalu dimasukkan ke dalam bak
sirkulasi yang berisi air untuk membilas campuran dan mengurangi kotoran
dalam campuran.
Melalui elevator, remahan dimasukkan ke dalam mecarator yang
berfungsi untuk memadukan atau menyatukan campuran yang berbentuk
remah. Selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin crepper untuk dijadikan
lembaran sekaligus mengurangi kadar kotoran.
4. Pembutiran
Lembaran

karet

remah

dijadikan

butiran

kembali

dengan

menggunakan cutter sekaligus mengurangi kadar kotoran. Selanjutnya


dimasukkan ke dalam moceraotor dan mesin crepper 1-5 untuk dijadikan
lembaran dengan ukuran 5-7 mm.
Lembaran digulung dengan ketentuan 24 kg/ gulungan. Kemudian
dilakukan pemeraman selama 7 hari. Lalu diadakan pengetesan awal
laboratorium dengan syarat PO 30 dan PRI 70. Gulungan ini dinamakan
blanket. Setelah itu dilakukan proses pengolahan dan penggilingan ulang.
5. Pengeringan
Remahan dimasukkan ke dalam trolly untuk dikeringkan selama 4 jam
dengan suhu pengeringan antara 1000C-1200C.

Universitas Sumatera Utara

6. Pengempaan Bendela
Setelah dikeringkan pendingin dengan alat Cooling Fan (Blower)
hingga suhu 400 untuk selanjutnya ditimbang dengan berat 35 kg/bal. lalu
ditekan sehinggan berbentuk segi empat disebut bentuk bal.
Untuk menganalisa bal laboratoriun, diambil sebanyak 4 buah dan
memeriksa standar SIR dan diadakan pembelahan untuk mengontrol
kandungan white spot (bintik putih) yang merupakan bintik indikasi kurang
bagusnya kualitas SIR. Jika terjadi bintik putih maka SIR diproses ulang.
Setelah dianalisis, maka dilakukan pengepakan dengan cetakan pallet, ditimpa
dengan batu pemberat 2 ton selama 24 jam.
7. Pengemasan
Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastic pembungkus
(35mm) polithein yang sudah dibentuk. Produk diberikan label SIR 10 dan
SIR 20 berdasarkan hasil analisis dari laboratorium, disusun dan siap
dipasarkan.
2.5. Faal Paru
Volume paru manusia rata-rata adalah 6 liter udara dan hanya sedikit saja
yang digunakan dalam pernapasan biasa. Volume paru menunjukkan adanya
perbedaan fisik, kapasitas paru menunjukkan beberapa kombinasi volume paru yang
berbeda, sehubungan dengan aktifitas pernafasan (menghirup dan mengeluarkan).
Kapasitas total paru yang paling besar yang dicatat oleh seorang peneliti Inggris,
Peter Reed adalah 11,6 liter. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi volume paru,

Universitas Sumatera Utara

beberapa diantaranya dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan. Faktor-faktor


tersebut adalah :
1. Jenis kelamin ( laki-laki memiliki kapasitas paru yang lebih besar dari pada
perempuan)
2. Tinggi badan ( orang yang berbadan tinggi memiliki kapasitas paru yang lebih
besar dari pada orang yang pendek)
3. Status merokok ( tidak merokok memiliki kapasitas paru yang lebih besar dari
pada perokok)
4. Pergerakan fisik (atlit lebih besar memiliki kapasitas paru dari pada tidak)
5. Tinggi permukaan tanah (orang yang tinggi di dataran tinggi lebih besar
kapasitas parunya dari pada orang yang tinggal di daerah dataran rendah).
Seseorang yang lahir pada daerah yang memiliki ketinggian yang rendah,
memiliki kapasitas paru yang lebih kecil dari pada orang yang tinggal pada daerah
yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena atmosfir kurang padat pada permukaan yang
lebih tinggi dan karena itu pada volume yang sama akan mengandung molekul gas
yang lebih sedikit termasuk oksigen. Karena itu paru akan lebih besar untuk
menghasilkan lebih banyak udara.(8)
2.6. Spirometry Test
Pemeriksaan fungsi paru (fungsi pernafasan, fungsi ventilasi) lazim dilakukan
dengan alat spirometer, baik spirometer konvensional mapun elektronik.(10)
Spirometer adalah alat untuk mengukur volume udara pernafasan, yang
berfungsi untuk mengetahui kondisi paru-paru manusia. Ketika manusia bernafas

Universitas Sumatera Utara

dalam jangka waktu tertentu, spirometer akan merekam jumlah udara yang keluar dan
masuk ke dalam paru-paru manusia.
Test fungsi saluran pernafasan atau test fungsi paru digunakan untuk
mengukur kemampuan bekerja yang dilakukan oleh paru-paru dalam proses
pernapasan. Dari hasil test fungsi paru ini, akan terlihat sebuah grafik yang
menjelaskan skala kerja paru-paru yang disebut spirogram.
Dari pemeriksaan spirometri dapat ditentukan gangguan fungsional ventilasi
seseorang. Jenis gangguan dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi
paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan
paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai
FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai
kapasitas vital kurang dari 80% dibandingkan dengan nilai standar. (10)
2.7. Kapasitas dan Volume Statis Paru

Gambar 2: Kapasitas dan Volume Statis Paru

Universitas Sumatera Utara

Volume statis paru-paru


-

Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap
kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml.

Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah


menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai
normalnya adalah 1200 ml.

Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi
secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC).
Besarnya adalah 4800 ml.

Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat
dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC= VT +
IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.

Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paruparu setelah ekspirasi volume tidak normal. FRC = ERV + RV. Besarnya
berkisar 2400 ml.

Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi


setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRT. Nilai normalnya sekitar 3600
ml.

Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi


secara paksa sesudah inspirasi volume tidak normal.

Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi


secara paksa sesudah ekspirasi volume tidak normal.(21)

Universitas Sumatera Utara

Volume dinamis paru-paru


FVC (Forced Vital Capacity) merupakan volume udara maksimum yang dapat
dihembuskan secara paksa/kapasitas vital paksa yang umumnya dicapai dalam 3
detik, normalnya 4 liter dan FEV1 ( Forced Expired Volume in one second)
merupakan volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama
normalnya 3,2 liter adalah parameter dalam menentukan fungsi paru.

Spirogram normal yang menunjukkan FVC, FEV1, dan FEF25 75 %


2.8.

Dasar Test Fungsi Paru

Dasar test fungsi paru terdiri dari :


1. Penyakit paru obstruktif
Tidak dapat menghembuskan udara (unable to get air out)
FEV1/FVC<75% Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya
-

FEV1 : 60-75% = mild

Universitas Sumatera Utara

FEV1 : 40-59% = moderate

FEV1 : <40% = severe

Jalan napas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat
dihembuskan pada satu detik pertama ekspirasi. Amati bahwa FVC hanya
dapat dicapai setelah eshalasi yang panjang. Rasio FEV1/FVC berkurang
secara nyata. Ekspirasi diperlama dengan peningkatan perlahan pada kurva,
dan plateau tidak tercapai sampai waktu 15 detik.
2. Penyakit paru restriktif
Tidak dapat menarik napas (unable to get air in)
-

FVC rendah ; FEV1/FVC normal atau meningkat

TLC berkurang -> sebagai Gold Standard

FEV1 dan FVC menurun, karena jalan napas tetap terbuka, ekspirasi bias
cepat dan selesai dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau

Universitas Sumatera Utara

malah meningkat, tetapi volume udara yang terhirup dan terhembus lebih
kecil dibandingkan normal.
3. Mixed

Ekspirasi diperlama dengan meningkatkan kurva perlahan mencapai plateau.


Kapasitas vital berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola
pencampuran ini, jika tidak terlalu parah, sulit dibedakan dengan pola
obstruktif.(21)
2.9. Kerangka Konsep

gGa
Amoniak

Karakteristik
pekerja (umur,
masa kerja,
riwayat
merokok)
Alat Pelindung
Diri (APD)
Pernapasan

Fungsi Paru

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai