KEGIATAN POSYANDU
Studi Di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat S-2
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Juni 2 0
07
2
PENGESAHAN TESIS
Judul Penelitian
Nama Mahasiswa
: Edy Sukiarko
Pembimbing II
Mengetahui
Program Studi Magister Gizi Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Ketua
3
Tesis ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Studi Magister Gizi Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Pada tanggal 4 Juni 2007
Moderator
Notulis
Penguji
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri
dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum/tidak
diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka
Edy Sukiarko
5
ABSTRAK
PENGARUH PELATIHAN DENGAN METODE BELAJAR BERDASARKAN
MASALAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER GIZI
DALAM KEGIATAN POSYANDU
(Studi Di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang)
Edy Sukiarko
Latar Belakang : Kasus gizi buruk di Indonesia sulit untuk dapat diturunkan jika
tingkat kemampuan kader gizi di Posyandu masih rendah. Sehingga dibutuhkan
pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader gizi. Metode
Belajar Berdasarkan Masalah (BBM) merupakan salah satu metode yang efektif
untuk meningkatkan keterampilan peserta latih. Namun demikian selama ini
metode BBM belum pernah digunakan untuk pelatihan kader gizi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan dengan
metode BBM terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan
Posyandu di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.
Metode : Penelitian ini termasuk dalam jenis kuasi eksperimen dengan
rancangan penelitian non-randomized control group pretest postest design.
Penelitian dilakukan terhadap 33 kader gizi yang mendapatkan pelatihan BBM
sebagai kelompok perlakuan dan 33 kader gizi mendapatkan pelatihan
Konvensional sebagai kelompok kontrol. Variabel bebas penelitian adalah
pelatihan BBM dan variabel terikatnya pengetahuan dan keterampilan kader gizi.
Rerata skor pengetahuan dan keterampilan diukur tiga kali, pretes, segera
setelah pelatihan selesai (postes 1) dan 2 bulan setelah pelatihan selesai
(postes 2). Skor pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan
untuk masing-masing kelompok dibedakan dengan paired t-test, dilanjutkan
dengan independent sample t-test, dan taraf signifikansi p < 0,05. Analisis data
menggunakan komputer, dengan program SPSS version 10,0 for windows.
Hasil : Metode BBM meningkatkan rerata skor pengetahuan saat postes 1 dan
postes 2, sedangkan metode Konvensional hanya meningkatkan pengetahuan
saat postes 1. Rerata skor keterampilan kelompok BBM lebih tinggi
dibandingkan kelompok Konvensional saat postes 1 dan postes 2. Terjadi
peningkatan rerata skor keterampilan kader gizi dari postes 1 ke postes 2 pada
kelompok BBM, sedangkan pada kelompok Konvensional tidak.
Simpulan : Pelatihan dengan metode BBM lebih meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu dibandingkan metode
Konvensional.
Kata Kunci : Belajar Berdasarkan Masalah, Pelatihan, Pengetahuan,
Keterampilan, Kader gizi, Posyandu.
6
ABSTRACT
THE EFFECT OF PROBLEM BASED TRAINING ON KNOWLEDGE AND
SKILLS OF NUTRITION CADRES IN POSYANDU ACTIVITIES
(A Study in Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang)
Edy Sukiarko
Background : Protein Energy Malnutrition (PEM) in Indonesia is difficult to
overcome if nutrition cadres in Posyandu are low in their knowledge and skills.
Therefore training to increase knowledge and skills of the nutrition cadres is
urgently needed. Problem based learning method is one of the effective methods
to improve the skills of training participants. However, this method has never
been used in training on the nutrition cadres.
Objective : This study aimed to investigate the effect of problem based training
on improving knowledge and skills of nutritional cadres in Posyandu activities in
Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Methods : This study was a quasy experimental research using non-randomized
control group pre test-post test design. Thirty-three cadres in treatment group
were trained using problem based method, while the other 33 cadres were
trained using conventional method. The independent variable in this study was
the problem based training method and the dependent variables were knowledge
and skills of the nutrition cadres. The score of knowledge and skills were
measured three times, at baseline, exactly after the training (post test 1), and at
two months after the training finished (post test 2). The score of knowledge and
skill of the cadres before and after training were compared by paired t-test in
each group, followed by independent t-test between the groups. The level of
significance used was a p-value of < 0,05. SPSS program version 10,0 was used
for data analysis.
Results : The results showed that problem based learning method improved the
mean score knowledge on post test 1 and 2, but the conventional method only
improved the mean score of knowledge at post test 1. The mean score of skills in
problem based training group was higher than the conventional group at post
test 1 and post test 2. There was an increase in the mean score of skills in
problem based training group from post test 1 to post test 2, but not in the
conventional training group.
Conclusion : Problem based training increased knowledge and skills of nutrition
cadres in Posyandu activities higher than the conventional training.
Keywords : Problem based learning, Training, Knowledge, Skills, Nutrition
Cadres, Posyandu.
7
RINGKASAN
PENGARUH PELATIHAN DENGAN METODE BELAJAR BERDASARKAN
MASALAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER GIZI
DALAM KEGIATAN POSYANDU
(Studi Di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang)
Edy Sukiarko
Pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak di masyarakat telah
dilaksanakan di Indonesia sejak Tahun 1978 melalui Program Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga (UPGK). Dalam lima tahun terakhir program UPGK telah
diintegrasikan dalam kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu
mempunyai peran penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk
memantau tumbuh kembang anak.
Salah satu penyebab terjadinya kasus gizi buruk pada masyarakat
adalah kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti
Posyandu sehingga berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Penimbangan berat badan anak yang
seharusnya sebagai kegiatan pokok Posyandu hanya menjadi kegiatan
sampingan. Penyebab kurang berfungsinya Posyandu karena kemampuan
Kader di Posyandu yang masih rendah.
Pelaksanaan Posyandu yang satu bulan sekali tergantung pada
keberadaan serta dorongan petugas kesehatan dan aktivitas dari para kader
Posyandu. Namun demikian tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data
yang dikumpulkan kader masih rendah, serta 90% kader membuat kesalahan.
Salah satu kesalahan kader yang paling sering dijumpai adalah teknik
penimbangan yang kurang tepat. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang tahu
8
manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk konseling gizi. Hasil survei
pendahuluan bulan September 2006 pada 7 (tujuh) Posyandu di Kecamatan
Tempuran, menunjukkan 62,5% kader gizi tidak melakukan penimbangan balita
sesuai prosedur dan 70,8% kader gizi belum dapat mengisi KMS dengan benar.
Agar kader di Posyandu dapat melakukan penimbangan lebih akurat, perlu
pelatihan dan supervisi yang memadai serta penggantian kader yang minimal.
Pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu. Kader yang
terampil akan sangat membantu dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu,
sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan dapat dengan mudah
disampaikan kepada masyarakat.
Selama ini kader telah memperoleh pelatihan dasar dan penyegaran
tentang kegiatan pelayanan di Posyandu dengan pendekatan Konvensional,
yaitu pelatihan yang diberikan secara ceramah dan tanya jawab oleh pelatih.
Salah satu kelemahan dari metode konvensional adalah hanya meningkatkan
pengetahuan, tetapi tidak meningkatkan keterampilan peserta latih.
Metode pelatihan Belajar Berdasarkan Masalah (BBM) merupakan salah
satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi kelemahan metode
pelatihan Konvensional yang saat ini sering digunakan untuk pelatihan kader.
Prinsip metode BBM adalah suatu konsep pendekatan proses belajar mengajar
yang bermula dari masalah peserta, sehingga peserta dapat mandiri untuk
mencari pemecahan masalahnya. Di samping itu metode BBM mempergunakan
modul sebagai cara penyampaian materi, dimana materi disusun sedemikian
9
rupa
sehingga
peserta
aktif
dalam
mempelajarinya.
Hasil
penelitian,
10
bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan dengan metode BBM dan variabel
terikatnya pengetahuan dan keterampilan kader gizi.
Alat ukur penelitian berupa kuesioner untuk mengukur pengetahuan
kader gizi dan daftar tilik untuk mengukur keterampilan kader gizi dalam kegiatan
Posyandu. Sebelum penelitian, pada alat ukur tersebut dilakukan uji validitas dan
reliabilitas. Hasil uji validitas variabel pengetahuan menunjukkan dari 35 butir
pertanyaan yang diuji, ada 31 butir pertanyaan yang valid dengan kisaran nilai
koefisien korelasi product moment antara 0,448 0,677. Sedangkan dari 22 butir
keterampilan, ternyata 20 butir keterampilan valid dengan kisaran nilai koefisien
korelasi product moment antara 0,491 0,789. Hasil uji reliabilitas nilai alpha
cronbach untuk variabel pengetahuan sebesar 0,9209, sedangkan variabel
keterampilan sebesar 0,9086, berarti alat ukur variabel pengetahuan dan
keterampilan dapat diandalkan. Uji statistik yang digunakan untuk mengolah
data adalah chi square, independent sample t-test, dan paired t-test.
Karakteristik
merupakan
salah
satu
faktor
predisposisi
yang
11
atau
pengetahuan
yang
sering
dan
berulang-ulang
dapat
12
Kader gizi yang mendapat pelatihan dengan metode BBM mengalami
peningkatan pengetahuan yang cukup tinggi dalam kegiatan Posyandu baik dari pretes
ke postes 1 dan postes 2, sedangkan pada kelompok Konvensional meningkat dari
pretes ke postes 1, tetapi cenderung tetap pada postes 2. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa metode BBM meningkatkan secara bermakna skor pengetahuan
kader gizi dalam kegiatan penimbangan balita.
Hasil kegiatan tutorial, pada kelompok BBM dapat dilihat dari selisih
antara hasil postes 1 dan postes 2. Rerata skor pengetahuan pada postes 1
adalah sebesar 77,61 persen, sedangkan pada postes 2 sebesar 85,22 persen,
selisih tersebut sebesar 7,61 persen. Berarti tutorial yang dilaksanakan oleh
bidan di desa terhadap kader gizi setiap dua minggu sekali setelah pelatihan
akan meningkatkan pengetahuan kader gizi sekitar 7,61 persen.
Kegiatan tutorial akan memberikan motivasi untuk mempelajari modulmodul
dengan
serius.
Motivasi
merupakan
adanya
kesediaan
untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan yang dikondisikan oleh
kemampuan untuk memenuhi upaya-upaya kebutuhan individual. Meskipun
terjadi perbedaan rerata skor pengetahuan kader gizi kelompok BBM dan
kelompok Konvensional, tetapi pada kelompok Konvensional terjadi peningkatan
pengetahuan dari pretes ke postes 1 secara bermakna. Pendidikan kesehatan
dalam jangka waktu pendek dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan individu, kelompok dan masyarakat.
Dari penelitian ini proses belajar dengan metode BBM mengandalkan
pengalaman belajar secara mandiri dan menitik-beratkan pada kemampuan
kader gizi dalam mencari sumber informasi tentang program kegiatan di
13
learning.
Pembelajaran
student-centered
learning
pada
14
15
bermakna
nilai
skor
keterampilan
kader
gizi
dalam
kegiatan
dan
keterampilan
dalam
kegiatan
di
Posyandu,
namun
16
pengetahuan
kader
gizi
dalam
kegiatan
Posyandu
dan
17
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama
:
: Edy Sukiarko
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
B. Riwayat Pendidikan :
1. SDN Pegulon 1 Kendal, tamat tahun 1979
2. SMPN 2 Kendal, tamat tahun 1983
3. SMA PGRI Kendal, tamat tahun 1985
4. Akademi Gizi Depkes Yogyakarta, tamat tahun 1988
5. Sarjana Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Diponegoro Semarang,
tamat tahun 2000
C. Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Tehnis Bina Program Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Salaman
Magelang, Tahun 1989 s/d 1996
2. Widyaiswara (Jabatan Fungsional) Bapelkes Salaman Magelang, Tahun
1997 s/d sekarang.
18
KATA PENGANTAR
kesempatan
ini
perkenankan
penulis
menyampaikan
waktu,
tenaga,
pikiran
dan
penuh
kesabaran
dalam
waktu,
tenaga,
pikiran
dan
penuh
kesabaran
dalam
19
20
pengorbanan
dan
perhatiannya,
sehingga
tesis
ini
dapat
terselesaikan.
Sebagai akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
21
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN TESIS..................................................................
ii
ABSTRACT.................................................................................................................vi
RINGKASAN..............................................................................................................vii
RIWAYAT HIDUP.....................................................................................................xvii
KATA PENGANTAR................................................................................................xviii
DAFTAR ISI......................................................................................................... xxi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xxv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xxvii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xxviii
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................................
22
1. Pengertian Pelatihan .....................................................
.8
. 10
12
14
15
16
19
20
20
2. Tujuan Posyandu.............................................................
21
21
21
23
. 25
26
F. Pengetahuan .......................................................................
30
. 30
2. Tingkatan Pengetahuan..................................................
. 31
G. Keterampilan ........................................................................
33
. 39
. 40
23
K. Hipotesis...............................................................................................40
BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................... 41
A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................41
B. Lokasi Penelitian........................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian.......................................................43
D. Besar Sampel......................................................................................44
E. Variabel Penelitian......................................................................... 45
F. Definisi Operasional...........................................................................46
G. Alat Ukur...............................................................................................48
H. Prosedur Pengambilan Data....................................................... 48
I. Uji Validitas dan Reliablilitas..............................................................54
J. Analisis Data........................................................................................55
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.........................................56
A. Hasil......................................................................................................56
1. Gambaran Daerah Penelitian.....................................................56
2. Karakteristik Kader Gizi...............................................................56
3. Pengukuran Hasil Pelatihan.......................................................58
4. Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Gizi...........................................................65
B. Pembahasan........................................................................................72
1. Karakteristik Kader Gizi...............................................................72
2. Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengetahuan Kader
Gizi...............................................................................................73
3. Pengaruh Pelatihan Terhadap Keterampilan Kader
Gizi...............................................................................................77
24
4. Keterbatasan Penelitian..............................................................82
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................83
A. Simpulan...............................................................................................83
B. Saran.....................................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................85
LAMPIRAN.......................................................................................................... 92
25
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
3.
10. Distribusi Kategori Skor Keterampilan Kader Gizi pada saat Postes 1.........62
11. Deskripsi Pengetahuan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu pada
saat Postes 2.........................................................................................................63
12. Distribusi Kategori Skor Pengetahuan Kader Gizi pada saat Postes 2.........64
13. Deskripsi Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Penimbangan
Balita di Posyandu pada saat Postes 2.............................................................64
14. Distribusi Kategori Skor Keterampilan Kader Gizi pada saat Postes 2.........65
15. Beda Pengetahuan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu Pada
Kelompok BBM Sebelum dan Sesudah Pelatihan..........................................66
16. Beda Pengetahuan Kader dalam Kegiatan Posyandu pada Kelompok
Konvensional Sebelum dan Sesudah Pelatihan..............................................67
26
17. Beda Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Penimbangan Balita di
Posyandu pada Kelompok BBM Sebelum dan Sesudah Pelatihan.............69
18. Beda Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Penimbangan Balita di
Posyandu pada Kelompok Konvensional Sebelum dan Pelatihan...............70
27
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Siklus Pelatihan.......................................................................................................11
2. Grafik Retensi Hasil Belajar...................................................................................38
3. Kerangka Teori Proses Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi 39
4. Kerangka Konsep Penelitian.................................................................................40
5.
6.
28
29
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Alur Penelitian.............................................................................................................92
2. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden......................................................... 93
3. Kuesioner Penelitian..................................................................................................94
4. Kuesioner Pengetahuan Kader Gizi Dalam Kegiatan Posyandu....................... 95
5. Daftar Tilik Keterampilan Kader Gizi Dalam Kegiatan Posyandu.......................99
6. Hasil Survei Pendahuluan Praktek Penimbangan Balita di
Posyandu Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.................................101
7. a. Gambar Cara Memasang Dacin yang Salah.................................................102
b. Gambar Cara Memasang Dacin yang Benar..............................................102
c. Gambar Kader Gizi Sedang Melaksanakan Uji Pengetahuan..................102
d. Gambar Kader Gizi Sedang Mengikuti Penyegaran Pelatihan 102
dengan Metode BBM...................................................................................... 102
e. Gambar Kesalahan Menimbang Anak..........................................................102
f. Gambar Kader Gizi Sedang Melaksanakan Uji Keterampilan...................102
g. Gambar Kader Gizi Kelompok BBM sedang Membahas Skenario
Hasil Penimbangan Balita..............................................................................103
h. Gambar Kader Gizi Sedang Mengikuti Pelatihan dengan Metode
Konvensional....................................................................................................103
i. Gambar Kader Gizi Kelompok BBM sedang Melakukan praktek
Penimbangan Balita........................................................................................103
j. Gambar Kader Gizi Sedang Berdiskusi dalam Kegiatan Tutorial..............103
k. Gambar Kegiatan Tutorial oleh Bidan di Desa terhadap Kader Gizi
Kelompok BBM di Posyandu......................................................................... 103
l. Gambar Praktek Kegiatan Penimbangan dalam Tutorial oleh Bidan
di desa terhadap Kader Gizi.......................................................................... 103
8. Hasil Uji Statistik...................................................................................................... 104
9. Surat Perijinan Penelitian....................................................................................... 105
10. Peta Kecamatan Tempuran...................................................................................106
11. Jadwal Pelatihan Kader, Perincian Anggaran dan Aktifitas Kader Gizi .. 107
12 Modul Pelatihan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu....................................108
30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak di masyarakat telah
dilaksanakan di Indonesia sejak Tahun 1978 melalui Program Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Perkembangan selanjutnya kegiatan UPGK
diintegrasikan dalam Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu
mempunyai peran penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu
untuk memantau tumbuh kembang anak (Satoto dkk, 2002 : 17-23). Tujuan
Posyandu adalah mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak
balita, di samping itu Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak dalam kandungan sampai usia
balita dan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik
maupun mental (Departemen Dalam Negeri RI, 2001).
Krisis ekonomi pada tahun 1997 berdampak pada kegiatan Posyandu,
jumlah kunjungan balita di Posyandu yang semula diperkirakan 60 70
persen menurun menjadi 30 40 persen. Hal ini sebagai indikator
menurunnya partisipasi masyarakat untuk membawa balitanya ke Posyandu.
(Departemen Kesehatan RI, 2000 : 4 5). Salah satu penyebab terjadinya
kasus gizi kurang pada masyarakat adalah kurang berfungsinya lembagalembaga sosial dalam masyarakat, seperti Posyandu sehingga berakibat
pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil tidak berjalan sebagaimana
mestinya (Soekirman, 2000 : 8).
31
Tengah
menunjukkan hanya
sekitar 30%
kegiatan
Posyandu
32
33
pemecahan
masalahnya.
Di
samping
itu
metode
BBM
34
35
2. Bagi Peneliti
Sebagai bagian tugas peneliti dalam kegiatan di bidang pendidikan
dan pelatihan serta pengabdian kepada masyarakat
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat menjadi informasi dan masukan bagi penelitian lain yang
ingin melakukan penelitian tentang pengaruh metode pelatihan terhadap
pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pelatihan dengan metode belajar
berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi
dalam kegiatan Posyandu belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, akan
tetapi ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1
Deskripsi Beberapa Penelitian yang Pernah Dilakukan
Peneliti
Mujianto (1998)
Variabel
Variabel bebas :
pelatihan partisipatif
Variabel terikat :
pengetahuan tentang
penyakit hipertensi,
keterampilan monitoring
tekanan darah usia
lanjut dan penyuluhan
kepada usia lanjut
Hasil
Pelatihan partisipatif
berpengaruh
terhadap
pengetahuan tentang
penyakit hipertensi
dan keterampilan
monitoring tekanan
darah pada usila
Widodo (1998)
Quasy experimental
dengan Nonrandomized control
group pretest postest
design pada kader
Usaha Kesehatan
Gigi Masyarakat Desa
(UKGMD)
Variabel bebas :
pelatihan dengan
diskusi kerlompok
Variabel terikat :
pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam
meningkatkan cakupan
kegiatan
Pelatihan dengan
metode diskusi
kelompok
meningkatkan
pengetahuan , sikap
dan keterampilan
kader UKGMD
36
Peneliti
Kurrachman (2003)
Variabel
Variabel bebas :
pelatihan pengukuran
status gizi di posyandu
dan palpasi gondok
Variabel terikat :
pengetahuan dan
keterampilan
mahasiswa tentang
pengukuran status gizi
dan palpasi gondok
Hasil
Ada perbedaan
bermakna
pengetahuan dan
keterampilan
mengukur status gizi
balita dan palpasi
gondok antara
mahasiswa yang
mendapat pelatihan
dan tidak mendapat
pelatihan
Zulkarnaini (2003)
Quasy experimental
dengan Nonrandomized control
group pretest postest
design pada murid
Sekolah Dasar
Variabel bebas :
Pendidikan Gizi
Variabel terikat :
pengetahuan, sikap
dan perilaku ibu
keluarga mandiri sadar
gizi
Ada pengaruh
pendidikan gizi
terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap
dan perilaku ibu
keluarga mandiri
sadar gizi
Quasy experimental
dengan Nonrandomized control
group pretest postest
Design
Variabel bebas :
pelatihan kader Primary
Health Care (PHC)
variabel terikat :
pengetahuan, sikap dan
keterampilan kader
PHC tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Ada perbedaan
pengetahuan, sikap
dan keterampilan
kader PHC tentang
PHBS antar yang
diberi pelatihan dan
yang tidak diberi
pelatihan
Laksmi, Kartini,
Wijasena (2004)
Quasy experimental
dengan pretest
postest only one
group design pada
anak SD/MI
Ada pengaruh
intervensi komik
Penanggulangan
GAKI terhadap
pengetahuan dan
sikap anak SD/MI
37
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap
pengetahuan dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin
terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin
baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirkpatrick (1994)
mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan,
mengubah perilaku dan mengembangkan keterampilan.
Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam Notoatmodjo
(1998) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka
akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian
dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan
yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan
praktek daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok
dengan
menggunakan
pelatihan
orang
dewasa
dan
bertujuan
38
individu
agar
mampu
secara
mandiri
atau
kelompok
pengetahuan,
dengan masyarakat.
keterampilan
dalam
berkomunikasi
39
kesehatan,
keterampilannya
kader
meningkat.
posyandu,
Kader
agar
posyandu
pengetahuan
perlu
dan
mendapatkan
40
1
Kebutuhan
Pelatihan
5
Evaluasi
Pelatihan
4
Pelaksanaan
Pelatihan
2
Tujuan
Pelatihan
3
Merancang
Pelatihan
41
ini
akan
menjabarkan
kompetensi
dalam
kegiatan
terhadap
kurikulum
akan
dapat
berakibat
tidak
2)
perangkat
lunak
adalah
rancangan
proses
42
keberhasilan
pelatihan
antara
lain
kurikulum,
(1994) menyebutkan
bahwa
43
44
ceramah
merupakan
salah
satu
bentuk
metode
45
rutinisme, peserta tidak lagi melihat proses belajar sebagai hal yang
menarik serta lebih mudah untuk dilupakan. Kelebihan metode ceramah
adalah :
a. Relatif lebih efisien dan sederhana.
b. Dalam waktu singkat dapat memberikan banyak informasi.
c. Dapat menjangkau banyak sasaran dalam waktu singkat.
d. Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macammacam alat bantu.
e. Dapat mempengaruhi suasana emosi pendengar.
2. Metode Belajar Berdasarkan Masalah
Pelatihan dengan metode baru perlu dilakukan untuk mengurangi
kelemahan
dari
metode
konvensional.
Saat
ini
metode
yang
46
sehingga
berimplikasi
pada
perancangan
kurikulum,
isi
47
48
belajarnya
mempunyai
dampak
pada
perubahan
perilaku
(Notoatmodjo, 1993). Orang dewasa adalah orang dengan kondisi fisik sudah
cukup berumur, sudah menyandang status pekerjaan, dari pandangan
kebutuhan pendidikan telah mempunyai sikap, kemampuan dan keterampilan
tertentu yang sudah lama melekat dalam dirinya dan cenderung tidak
merubahnya (Lembaga Administrasi Negara RI, 2003).
Menurut Syarif (1990), bahwa belajar orang dewasa lebih dipacu
untuk mendalami pengetahuan secara intensif dengan mengaktifkan
pengetahuan yang dimiliki, mengolah dan mengorganisasikan pengetahuan,
49
sehingga
pengetahuan
dapat
tertahan
dengan
erat
dalam
sistem
penyimpanan dan sulit dilupakan. Lebih lanjut menurut Edwin yang dikutip
oleh LAN RI (2003), pendidikan orang dewasa merupakan pendidikan yang
terorganisasi isi, tingkatan, metodenya baik formal maupun tidak yang
melibatkan orang-orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat dalam
mengembangkan kemampuannya.
Menurut Depkes (2001), bahwa belajar orang dewasa mempunyai
ciri-ciri ; 1) belajar tidak mau tergantung pada orang lain, ada kebebasan
berbuat untuk belajar, 2) belajar untuk mengatasi masalah, 3) belajar secara
aktif dan bekerjasama dalam proses belajar, 4) memiliki pengalaman yang
berbeda untuk setiap peserta dan 5) belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
D. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
1. Pengertian dan Lingkup Kegiatan
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan antara lain mencakup: a) program keluarga
berencana; b) program gizi; c) program imunisasi; d) program
penanggulangan diare; e) program kesehatan ibu dan anak. Posyandu
merupakan kelanjutan dari taman gizi/pos penimbangan, yang selama ini
dilaksanakan oleh PKK, kemudian dilengkapi dengan pelayanan keluarga
berencana kesehatan. Posyandu adalah lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi sebagai pemantau tumbuh kembang anak (Soekirman, 2001).
Pengembangan posyandu merupakan strategi untuk melakukan
intervensi pada pembinaan kelangsungan anak dan pembinaan
50
51
sarana-prasarana
lainnya
yang
dibutuhkan
untuk
pelayanan.
2) Kursi yang jumlahnya cukup untuk tempat duduk sasaran saat
mengikuti penyuluhan kelompok maupun menunggu giliran dilayani
52
pendaftaran,
artinya
bukan
hanya
melaksanakan
53
54
6. Kategori Posyandu
Menurut buku Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat
Departemen Kesehatan RI Tahun 1995 bahwa Posyandu digolongkan
menjadi 4 tingkatan kategori yaitu :
a. Posyandu pratama
Posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum dapat rutin
tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat,
sehingga
intervensinya
adalah
pelatihan
kader
ulang
serta
55
d. Posyandu mandiri
Posyandu yang sudah mantap, karena dapat melaksanakan kegiatan
Posyandu dengan teratur, cakupan 5 program utama Posyandu sudah
di atas 50%, dengan dana sehat yang kuat. Intervensi yang harus
dilakukan adalah pembinaan dana sehat oleh petugas kesehatan.
E. Kader Gizi
Kader gizi adalah tenaga pilihan yang sangat tepat untuk usahausaha masyarakat karena : 1) Berasal dari masyarakat, sehingga mengenal
betul masyarakat setempat; 2) Dipilih masyarakat sehingga dapat diterima
oleh masyarakat; 3) Disegani dan dipercaya masyarakat sehingga saran dan
petunjuknya akan didengar dan diikuti oleh masyarakat (Mantra, 1997).
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) 1993, kader adalah
laki-laki atau perempuan yang dipilih masyarakat dan dilatih untuk
menangani
masalah-masalah
kesehatan
baik
perseorangan
maupun
masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pelayanan kesehatan dasar.
Kader merupakan perwujudan dari usaha-usaha secara sadar dan
terencana untuk menumbuhkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup. Dalam usaha ini kader diberikan keterampilan
tertentu untuk menjadi agent of change yang akan membawa norma-norma
baru yang sesuai dengan norma yang ada di daerah setempat (Sarwono,
1997).
56
menjadi
pelaku,
masyarakat
dan
perintis
berdasarkan
serta
asas
pemimpin
yang
kemandirian
dan
menyelenggarakan
Posyandu
sebelum
dimulai,
melakukan
pendaftaran bayi dan balita, ibu hamil, ibu usia subur yang hadir di
Posyandu, melakukan penimbangan bayi dan balita, mencatat hasil
penimbangan ke dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), melakukan penyuluhan
perorangan dan kelompok, menyiapkan dan membagi makanan tambahan
untuk bayi dan balita (bila ada), melakukan kunjungan rumah khususnya
57
pada ibu hamil, ibu bayi dan balita serta pasangan usia subur untuk
menyuluh dan mengingatkan agar datang ke Posyandu (Depkes, 1992).
Pada dasarnya keterampilan kader tidak terlepas dari peran kader di
bidang kesehatan, dimana sesuai dengan buku pegangan kader seri PSM
Nomor 2 Departemen Kesehatan RI Tahun 1987 disebutkan bahwa kader
berperan dalam kegiatan :
1. Di Pos Pelayanan Terpadu KB-Kesehatan (Posyandu).
Kader diharapkan mempunyai keterampilan/kemampuan melaksanakan
kegiatan yang meliputi : pendaftaran, penimbangan Balita, pencatatan
hasil penimbangan, memberikan penyuluhan, memberi dan membantu
pelayanan kesehatan dan merujuk apabila ada balita yang sakit atau
berat badan balita tidak naik 3 (tiga) bulan berturut-turut.
2. Di luar jadwal hari pelaksanaan Posyandu.
Di samping mempunyai keterampilan dalam kegiatan di Posyandu kader
juga
diharapkan
mempunyai
keterampilan
dan
kemampuan
58
Tahap 2 :
Tahap 3 :
Tahap 4 :
Tahap 5 :
Tahap 6 :
Tahap 7 :
Tahap 8 :
59
(beliefs),
penerangan
yang
tahayul
keliru
(superstitions),
(mis-informations),
dan
penerangan-
(Sukanto,
2002).
60
Notoatmodjo
(2003),
Pengetahuan
atau
kognitif
61
a. Tahu (know)
Tahu diartikan mampu mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk dalam mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang itu
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dengan menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
salah
satu
kemampuan
dapat
menggambarkan,
membedakan,
memisahkan,
62
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi atau objek penelitian.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau
responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui atau disesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Abror (1993), cara mengukur tingkat pengetahuan
pada tahap mengetahui dan memahami dapat dilakukan dengan tes
objektif tipe benar salah atau pilihan berganda. Tahap penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi diukur dengan bentuk tes uraian.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui tes atau wawancara
dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari
responden (Azwar, 1995).
G. Keterampilan
Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut
perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari
63
Keterampilan
dari
kata
dasar
terampil
yang
artinya
cakap
implementasi
pelatihan
bertujuan
untuk
membangun
dan
alat,
adalah
kemampuan
untuk dapat
bekerja,
mengerti,
dan
64
atau
tindakan.
Masih
diperlukan
kondisi
tertentu
yang
diberi
kesempatan
komponen
predisposisi
(predisposing
factors)
yang
meliputi
seperti
adanya
revitalisasi
Posyandu,
ketersediaan
65
66
pendidikan
khusus
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
67
Pengetahauan
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
20 menit
1 jam
8 jam
24 jam
2 hari
5 hari
31 hari
Waktu
Sumber : Departemen Kesehatan RI, 2001
68
I. Kerangka Teori
a. Supervisi
b. Bimbingan
c. Informasi dari media
massa
d. Pelatihan kader dan
penyegaran kader
e. Pengetahuan
f. Pengalaman
g. Waktu
Karakteristik peserta:
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pengalaman kerja
d. Status Perkawinan
e. Status Pekerjaan
a. Sarana/prasarana
b. Fasilitas belajar
c. Lingkungan
belajar
d. Metode belajar
e. Pelatih
INPUT
Proses Pelatihan
atau Belajar
PROSES
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Keterampilan
Peserta latih
OUTPUT
69
J. Kerangka Konsep
Karakteristik Kader
a. Umur
b. Pendidikan
c. Status Perkawinan
d. Status Pekerjaan
e. Lama menjadi kader f.
Pelatihan sebelumnya
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Pelatihan dengan
Metode Belajar
Berdasarkan
Masalah pada kader
gizi
Pengetahuan dan
Keterampilan Kader
Gizi dalam kegiatan
posyandu
Variabel dikendalikan
dalam disain
a. Fasilitas Belajar
b. Fasilitator
c. Lingkungan belajar
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
70
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
penelitian
quasy
Kelompok eksperimen :
Kelompok kontrol
Keterangan :
O1
71
72
73
S1
S2
Z1-/2
Z1-
1
2
D. Besar Sampel
Perhitungan sampel penelitian menggunakan rumus perhitungan
besar sampel minimal sebagai berikut (Lemeshow, 1997 : 51).
2
2 [Z1-/2 + Z1-]
n = ---------------------------2
( 1 - 2 )
Keterangan :
n
= (S1 + S2 ) / 2.
= Standar deviasi kelompok kontrol.
= Standar deviasi kelompok perlakuan.
= Tingkat kepercayaan 95% (1,96).
= Kekuatan uji 90% (1,28).
= Perkiraan rata-rata nilai kelompok perlakuan.
= Perkiraan rata-rata nilai kelompok kontrol.
2
Bila diketahui S1 = 1,5 dan S2 = 3,0 maka = 5,625. Perkiraan rata-rata nilai
pengetahuan kelompok perlakuan 1
68,
74
BBM)
dan
kelompok
kontrol
(mendapat
pelatihan
metode
75
76
kader
gizi
adalah
kemampuan
memahami
proses
dari
tim
pelatih,
dengan
cara
pengamatan
langsung
77
G. Alat Ukur
1. Kuesioner
Merupakan suatu alat ukur dalam bentuk daftar pertanyaan untuk
mengukur kemampuan subjek dalam hal pengetahuan kader gizi dalam
kegiatan posyandu.
2. Daftar tilik
Merupakan suatu alat ukur dalam bentuk daftar isian pengamatan untuk
mengukur keterampilan kader gizi pada saat melakukan kegiatan
posyandu dengan prosedur dan standar. Penggunaan daftar tilik untuk
mengukur keterampilan dalam kegiatan posyandu berdasarkan Depkes RI
(Depkes, 2001).
H. Prosedur Pengambilan Data
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus surat ijin penelitian ke Kantor Kesatuan dan Perlindungan
Masyarakat Kabupaten Magelang, Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang, Kecamatan Tempuran dan Puskesmas Tempuran.
b. Melakukan survei pendahuluan di beberapa Posyandu terhadap kader
gizi dalam kegiatan Posyandu, sehingga dapat diketahui kebutuhan
pelatihan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Hasil dari
survei dibahas bersama Kepala Seksi Gizi dan staf gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang, petugas gizi Puskesmas Tempuran
dan Widyaiswara untuk menetapkan tujuan dan rencana pelatihan.
78
79
2. Tahap Pelaksanaan
Pada kelompok BBM dan konvensional sebelum mengikuti
pelatihan
terlebih
dahulu
dilaksanakan
pretes
pengetahuan
dan
keterampilan kader gizi oleh tim pelatih. Data pengetahuan kader gizi
dikumpulkan melalui tes dengan menggunakan kuesioner dan diawasi
oleh 4 pelatih dan 6 tutor. Untuk data keterampilan kader gizi dikumpulkan
melalui pengamatan langsung dengan daftar tilik yang meliputi kegiatan
penimbangan, mengisi dan membaca KMS serta penyuluhan dengan
menggunakan
KMS
tentang
pemantauan
pertumbuhan
balita
di
80
perkelompok),
melakukan
simulasi,
praktek,
dan
81
proses
peningkatan
keterampilan
dilakukan
kedua
untuk
mengukur
retensi
pengetahuan
dan
82
b. Metode Konvensional
Proses belajar dilakukan dalam kelas selama 2 (dua) hari yaitu
tanggal 17 sampai dengan 18 Januari 2007, kader gizi dikumpulkan
menjadi satu kelas selama 2 (dua) hari. Kemudian diberikan ceramah
oleh pelatih per topik bahasan, setiap akhir topik bahasan dilakukan
tanya jawab. Untuk membantu proses belajar, kepada kader gizi
diberikan materi pelajaran. Setelah selesai mengikuti pelatihan
langsung dilaksanakan postes 1 untuk mengukur pengetahuan dan
keterampilan kader gizi. Pengukuran postes kedua dilaksanakan 2
(dua) bulan setelah mengikuti pelatihan yaitu pada tanggal 17 Maret
2007, dilaksanakan di Balai Pertemuan Kecamatan Tempuran.
Penetapan waktu 2 (dua) bulan berdasarkan standar Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Depkes untuk evaluasi pelatihan
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Depkes RI, 1995).
3. Tahap Akhir
Sebelum data diolah, terlebih dahulu dilakukan editing dan coding,
dilanjutkan dengan entry data. Pengolahan data menggunakan program
SPSS version 10,0 for Windows . Analisis hasil dengan cara distribusi
frekuensi,
tabel
dan
perhitungan
perbedaan
pengaruh
dengan
83
84
85
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HASIL
1. Gambaran Daerah Penelitian
Kecamatan Tempuran merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Magelang dengan luas wilayah 49,04 Km
Jumlah penduduk 44.431 jiwa, dengan kepadatan penduduk 905 jiwa per
2
86
Konvensional dilakukan terhadap 33 kader gizi dari 33 Posyandu sebagai
subjek kelompok kontrol.
Karakteristik kader gizi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
tercantum dalam Tabel 2. Dari hasil uji statistik homogenitas tidak ada
perbedaan karakteristik umur, pendidikan, status perkawinan, status
pekerjaan dan lama menjadi kader gizi serta jenis pelatihan yang diikuti
antara kelompok BBM dan Konvensional (p>0,05).
Tabel 2.
Karakteristik Kader Gizi Kelompok BBM
dan Kelompok Konvensional
Karakteristik
Kader
Umur (tahun)
1. 20 29
2. 30 40
Pendidikan
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
Status
Perkawinan
1. Kawin
2. Belum Kawin
Status
Pekerjaan
1. Bekerja
2. Tidak Bekerja
Lama Menjadi
kader (tahun)
1. 2 3
2. 4 5
Pelatihan yang
diikuti
1. Dasar
2. Penyegaran
BBM
n = 33
Konvensional
n = 33
%
12
21
36,4
63,6
14
19
42,4
57,6
0,063
0,801
7
14
12
21,2
42,4
36,4
7
16
10
21,2
48,5
30,3
0,315
0,854
31
2
93,9
6,1
29
4
87,9
12,1
0,183
0,669
11
22
33,3
66,7
9
24
27,3
72,7
0,072
0,789
17
16
51,5
48,5
14
19
42,4
57,6
0,243
0,622
13
20
39,4
60,6
19
14
57,6
42,4
1,517
0,218
87
3. Pengukuran Hasil Pelatihan.
a. Hasil Pengukuran Pretes
Perbandingan rerata skor pengetahuan dan keterampilan antara
kelompok
BBM
dan
kelompok
Konvensional
dilakukan
untuk
kelompok
Konvensional
pada
saat
pretes.
Rerata
skor
Kelompok Perlakuan
BBM
Konvensional
Rerata
68,42
69,20
Simpangan Baku
8,49
8,84
33
33
Besar Sampel
t = -0,369; p = 0,713
88
Tabel 4.
Distribusi Kategori Skor Pengetahuan Kader Gizi
pada saat Pretes
Pengetahuan
Kader
Kurang
BBM
Konvensional
n
%
3
9,1
n
3
%
9,1
Cukup
24
72,7
23
69,7
Baik
18,2
21,2
Total
33
100
33
100
= 0,098, p = 0,952
Perbandingan
proporsi
kategori
pengetahuan
antara
Kelompok Perlakuan
BBM
Konvensional
Rerata
63,10
61,97
Simpangan Baku
10,89
10,28
33
33
Besar Sampel
t = 0,436; p = 0,665
89
pelatihan. Skor keterampilan kader gizi dikategorikan dalam tingkat
kepatuhan melaksanakan kegiatan penimbangan sesuai standar
Depkes RI (1997), yaitu sebesar 80 persen. Kader gizi yang
mempunyai jawaban benar di bawah dari 80 persen dikategorikan
dalam keterampilan kurang, jika nilai jawaban benar lebih 80 persen
mempunyai keterampilan baik. Distribusi kategori skor keterampilan
kader gizi kelompok BBM dan kelompok Konvensional pada saat
sebelum pelatihan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.
Distribusi Kategori Skor Keterampilan Kader Gizi
pada saat Pretes
Keterampilan
Kader
Kurang
BBM
n
31
%
93,9
Konvensional
n
%
32
97,0
Baik
6,1
3,0
Total
33
100
33
100
= 0,001, p = 1,000
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
keterampilan kader gizi (p>0,05) antara kelompok BBM dan kelompok
Konvensional pada saat pretes.
b. Hasil Pengukuran Postes 1
Rerata skor pengetahuan kader gizi dalam kegiatan Posyandu
antara kelompok BBM dan kelompok Konvensional segera setelah
pelatihan selesai (postes 1) dan hasil uji statistiknya tercantum pada
Tabel 7.
90
Tabel 7.
Deskripsi Pengetahuan Kader Gizi dalam Kegiatan
Posyandu pada saat Postes 1
Kelompok Perlakuan
Statistik
BBM
Konvensional
Rerata
77,61
71,64
Simpangan Baku
8,65
9,10
33
33
Besar Sampel
t = 2,733; p = 0,008
BBM
Konvensional
n
%
2
6,1
n
0
%
0
Cukup
12
36,4
20
60,6
Baik
21
63,6
11
33,3
Total
33
100
33
100
= 7,125, p = 0,028
Ada perbedan skor pengetahuan kader gizi antara kelompok
BBM dan kelompok Konvensional saat postes 1. Proporsi kader gizi
yang mempunyai skor pengetahuan baik lebih banyak pada kelompok
91
BBM dibandingkan kelompok Konvensional sesaat setelah pelatihan.
Rerata skor keterampilan kader gizi dalam kegiatan penimbangan
balita pada kelompok BBM dan kelompok Konvensional serta hasil uji
statistik tercantum dalam Tabel 9.
Tabel 9.
Deskripsi Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan
Penimbangan Balita di Posyandu pada saat Postes 1
Kelompok Perlakuan
Statistik
BBM
Konvensional
Rerata
80,15
62,80
Simpangan Baku
9,64
10,05
33
33
Besar Sampel
t = 7,155; p = 0,0001
Ada perbedaan
Kurang
n
12
%
36,4
Konvensional
n
%
32
97,0
Baik
21
63,6
3,0
Total
33
100
33
100
Keterampilan Kader
= 24,614; p = 0,0001
BBM
92
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan skor
keterampilan kader gizi pada saat setelah pelatihan. Proporsi kader
gizi yang mempunyai skor keterampilan baik lebih tinggi pada
kelompok BBM.
c. Hasil Pengukuran Postes 2.
Pengukuran
pengetahuan
dan
keterampilan
postes
Kelompok Perlakuan
BBM
Konvensional
Rerata
85,22
72,68
Simpangan Baku
9,15
9,77
33
33
Besar Sampel
t = 5,385; p = 0,0001
93
kelompok BBM dan kelompok Konvensional pada saat postes 2
tercantum pada Tabel 12.
Tabel 12.
Distribusi Kategori Skor Pengetahuan Kader Gizi
pada saat Postes 2
Pengetahuan
Kader
Kurang
BBM
Konvensional
n
%
2
6,1
n
0
%
0
15,2
18
54,5
Baik
28
84,8
13
39,4
Total
33
100
33
100
Cukup
= 14,836, p = 0,001
Ada perbedan skor pengetahuan kader gizi kelompok BBM dan
kelompok Konvensional. Proporsi kader gizi yang mempunyai skor
pengetahuan baik lebih tinggi pada kelompok BBM dibandingkan
kelompok Konvensional. Rerata skor keterampilan kader gizi pada
saat postes 2 juga dibandingkan antara kelompok BBM dan kelompok
Konvensional. Rerata skor keterampilan kader gizi dalam kegiatan
penimbangan balita pada dua kelompok dan hasil uji bedanya
tercantum dalam Tabel 13.
Tabel 13.
Deskripsi Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan
Penimbangan Balita di Posyandu dan pada saat Postes 2
Statistik
Rerata
Simpangan Baku
Besar Sampel
t = 8,854; p = 0,0001
Kelompok Perlakuan
BBM
Konvensional
84,77
63,26
9,67
10,06
33
33
94
Hasil uji beda rerata skor keterampilan kader gizi antara
kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
(p<0,05). Rerata skor keterampilan kelompok BBM lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok Konvensional pada 2 bulan setelah
pelatihan. Distribusi kategori skor keterampilan kader gizi kelompok
BBM dan kelompok Konvensional pada saat postes 2 tercantum dalam
Tabel 14.
Tabel 14.
Distribusi Kategori Skor Keterampilan Kader Gizi
pada saat Postes 2
Keterampilan
Kader
Kurang
BBM
n
7
%
21,2
Konvensional
n
%
31
93,9
Baik
26
78,8
6,1
Total
33
100
33
100
= 32,814, p = 0,0001
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan skor keterampilan kader gizi antara 2 kelompok pada saat
postes 2 (p<0,05). Proporsi kader gizi yang mempunyai kategori skor
keterampilan baik lebih tinggi pada kelompok BBM.
4. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader
Perkembangan pengetahuan kelompok BBM dan kelompok
Konvensional dilakukan dengan membandingkan nilai rerata pretes,
postes 1 dan postes 2 pada masing-masing kelompok. Nilai pretes
diperoleh dari hasil tes pengetahuan dan keterampilan sebelum
dilaksanakan pelatihan. Nilai postes 1 diperoleh dari hasil tes setelah
95
dilaksanakan pelatihan. Nilai postes 2 diperoleh 2 bulan setelah
dilaksanakan pelatihan.
Untuk membandingkan rerata perkembangan skor pengetahuan
dan keterampilan dari pretes, postes 1 dan postes 2 dari kedua kelompok
digunakan uji statistik paired t-test. Uji perbedaan rerata tersebut
digunakan untuk membandingkan dua sampel yang berpasangan
(Santoso, 2000).
a. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan Kader Gizi
Perbandingan rerata skor pengetahuan pada kelompok BBM dan
kelompok Konvensional dilakukan 3 kali yaitu pretes dibandingkan
dengan postes 1, postes 1 dibandingkan dengan postes 2 dan pretes
dibandingkan dengan postes 2 . Hasil perbandingan skor pengetahuan
kader gizi pada kelompok BBM sebelum dan sesudah perlakuan
pelatihan tercantum dalam Tabel 15.
Tabel 15.
Beda Pengetahuan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu pada
Kelompok BBM Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Pengetahuan
Rerata
Pretes
68,42
Simpangan
Baku
8,49
postes 1
77,61
8,64
postes 1
77,61
8,64
postes 2
85,22
9,15
pretes
68,42
8,49
postes 2
85,22
9,15
Selisih
Rerata
9,19
-10,207
0,0001
7,61
-9,347
0,0001
16,8
-15,116
0,0001
96
Hasil uji statistik dengan menggunakan paired t-test menunjukkan
ada perbedaan signifikan dalam rerata skor pengetahuan antara
pretes ke postes 1, postes 1 ke postes 2 dan pretes ke postes 2 pada
kelompok BBM (p<0,05). Skor pengetahuan kelompok BBM meningkat
setelah mendapat pelatihan dari pretes ke postes 1, dari postes 1 ke
postes 2, dan dari pretes ke postes 2.
Hasil perbandingan antara rerata skor pengetahuan pretes,
postes 1 dan postes 2 untuk kelompok Konvensional sebelum dan
sesudah perlakuan dan hasil ujinya tercantum dalam Tabel 16.
Tabel 16.
Beda Pengetahuan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu pada
Kelompok Konvensional Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Pengetahuan
Rerata
pretes
69,20
Simpangan
Baku
8,84
postes 1
71,64
9,10
postes 1
71,64
9,10
postes 2
72,68
9,77
pretes
69,20
8,84
postes 2
72,68
9,77
Selisih
Rerata
2,44
-3,277
0,003
1,04
-1,539
0,134
3,48
-3,064
0,004
97
untuk
kelompok
BBM
dan
kelompok
Konvensional
ditunjukkan Gambar 5.
90
85,22
85
77,61
80
75
70
72,68
68,42
71,64
69,2
65
60
Pretes
(0 jam)
Postes 1
(28 jam)
Waktu Observasi
BBM
Postes 2
(2 bulan)
Konvensional
Gambar 5
Grafik Peningkatan Nilai Rerata Skor Pengetahuan Kader Gizi
Dalam Kegiatan Posyandu Berdasarkan Pengamatan Ulang
Pada gambar 5 diperlihatkan bahwa rerata skor pengetahuan
saat pretes untuk kedua kelompok sama, setelah dilakukan pelatihan
pada kelompok BBM mengalami peningkatan pada postes 1 dan
postes 2 setelah 2 bulan pelatihan. Sedangkan pada kelompok
98
Konvensional rerata skor pengetahuan naik tidak begitu besar pada
saat postes 1 dan cenderung tetap pada saat postes 2.
b. Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Gizi
Perbandingan rerata skor keterampilan kader gizi pada
kelompok BBM juga dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pretes
dibandingkan dengan postes 1, postes 1 dengan postes 2 dan pretes
dengan
postes
2.
Berikut
adalah
perbandingan
rerata
skor
Rerata
pretes
63,10
Simpangan
Baku
10,89
postes 1
80,15
9,64
postes 1
80,15
9,64
postes 2
84,77
9,67
pretes
63,10
10,89
postes 2
84,77
9,67
Selisih
Rerata
17,05
-9,841
0,0001
4,62
-5,389
0,0001
21,67
-12,264
0,0001
Hasil uji beda nilai rerata skor keterampilan kader gizi kelompok
BBM dari pretes ke postes 1, dari postes 1 ke postes 2 dan dari pretes
ke postes 2 secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan (p<0,05). Rerata skor keterampilan kader gizi kelompok
BBM meningkat setelah mendapat pelatihan antara pretes ke
99
postes 1, dari postes 1 ke postes 2, dan dari pretes 1 ke postes 2.
Perbandingan rerata skor keterampilan pretes, postes 1 dan postes 2
kader gizi kelompok Konvensional sebelum dan sesudah pelatihan
serta hasil ujinya tercantum dalam Tabel 18.
Tabel 18.
Beda Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan
Penimbangan Balita di Posyandu pada Kelompok
Konvensional Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Keterampilan
Rerata
pretes
61,97
Simpangan
Baku
10,28
postes 1
62,80
10,05
postes 1
62,80
10,05
postes 2
63,26
10,06
pretes
61,97
10,28
postes 2
63,26
10,06
Selisih
Rerata
0,83
-1,574
0,125
0,46
-0,649
0,521
1,29
-1,366
0,182
100
90
85
84,77
80,15
80
75
70
65
60
63,1
63,26
61,97
62,8
55
50
Pretes
(0 jam)
Postes 1
(28 jam)
Postes 2
(2 bulan)
Waktu Observasi
BBM
Konvensional
Gambar 6
Grafik Peningkatan Nilai Rerata Skor Keterampilan Kader Gizi
Dalam Kegiatan Penimbangan Balita di Posyandu
Berdasarkan Pengamatan Ulang
Pada gambar 6 untuk pengamatan ulang rerata skor
keterampilan kader gizi pada saat pretes untuk kelompok BBM dan
kelompok
Konvensional
sama.
Setelah
pelatihan
rerata
skor
101
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Kader Gizi
Sampel penelitian ini sebanyak 66 kader gizi dari 66 Posyandu
yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok BBM dan kelompok
Konvensional. Dari 66 kader gizi diambil secara purposive, sehingga
setiap Posyandu diambil 1 kader gizi. Keadaan Posyandu dilihat dari
tingkatannya berada pada posisi yang seimbang yaitu Posyandu tingkat
Madya. Posyandu Madya adalah tingkatan Posyandu yang perlu
ditingkatkan kegiatannya melalui intervensi pelatihan ulang terhadap
kadernya (Depkes, 1995). Intervensi yang tepat adalah dengan pelatihan
ulang dengan menggunakan metode BBM.
Menurut Green (2000) karakteristik merupakan salah satu faktor
predisposisi yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang. Hasil uji statistik chi square antara karakteristik kelompok
BBM dan kelompok Konvensional yang meliputi umur, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, pekerjaan, lama menjadi kader gizi dan
pelatihan yang diikuti kader gizi menunjukkan tidak ada perbedaan.
Sedangkan hasil uji statistik dengan independent t-test pengetahuan dan
keterampilan kader gizi antara kelompok BBM dan Konvensional pada
saat pretes juga menunjukkan tidak ada perbedaan, berarti pengetahuan
dan keterampilan kedua kelompok tersebut mempunyai kondisi awal yang
sama. Menurut Murti (1995), penelitian quasy experimental dengan
102
103
namun pada postes 1 dan postes 2 rerata skor pengetahuan kader gizi
kelompok BBM dengan kelompok Konvensional menunjukkan ada
perbedaan. Kader gizi yang mendapat pelatihan dengan metode BBM
mengalami peningkatan pengetahuan yang cukup tinggi dalam kegiatan
Posyandu baik dari pretes ke postes 1 dan postes 2, sedangkan pada
kelompok Konvensional meningkat dari pretes ke postes 1, tetapi
cenderung tetap pada postes 2.
Pada saat pretes jumlah kader gizi kelompok BBM yang
mempunyai pengetahuan baik 18,2% lebih sedikit dibandingkan kelompok
Konvensional 21,2%. Setelah kader gizi mendapat pelatihan BBM, jumlah
kader gizi yang berpengetahuan baik meningkat menjadi 63,6%,
sedangkan pada kelompok Konvensional juga meningkat menjadi 33,3%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar kader gizi
kelompok BBM meningkat setelah mendapatkan pelatihan, untuk
kelompok konvensional setelah mendapat pelatihan juga meningkat,
tetapi tidak begitu banyak.
Hasil kegiatan tutorial pada kelompok BBM dapat dilihat dari selisih
antara hasil postes 1 dan postes 2, rerata skor pengetahuan pada postes
1 adalah sebesar 77,61 persen, sedangkan pada postes 2 sebesar 85,22
persen, selisih tersebut sebesar 7,61 persen. Berarti tutorial yang
dilaksanakan oleh bidan di desa terhadap kader gizi setiap dua minggu
sekali setelah pelatihan akan meningkatkan pengetahuan kader gizi
sekitar 7,61 persen.
104
ceramah
yang
disertai
diskusi,
simulasi
dan
praktek
penelitian
ini
proses
belajar
dengan
metode
BBM
105
peserta sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh
proses pencarian informasi yang bersifat student-centered learning
(Harsono, 2004 : 2). Pembelajaran berpusat pada peserta pada
hakekatnya pembelajaran yang memfokuskan pada kebutuhan-kebutuhan
peserta
sehingga
berdampak
pada
perancangan
kurikulum,
isi
mempunyai
ciri
teacher-centered,
yaitu
cenderung
mempelajari
modul-modul
dengan
serius.
Robins
(1996),
106
pengetahuan
yang
dimiliki,
mengolah
dan
107
108
penelitian
ini
membuktikan
bahwa
metode
BBM
menunjukkan
bahwa
metode
BBM
dapat
meningkatkan
109
Dalam
penelitian
keterampilan
dibentuk
dengan
ini,
kemampuan
memberikan
menerapkan
latihan
secara
metode
Konvensional
tidak
terjadi
peningkatan
skor
keterampilan yang dimiliki kader gizi antara pretes, postes 1 dan postes 2.
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil penelitian Bapelkes Salaman
(1997), bahwa
metode
Konvensional
yang
dipergunakan
selama
110
tetap
dilaksanakan
secara
berkesinambungan
agar
bimbingan
dan
supervisi
dari
petugas
kesehatan
akan
111
112
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pelatihan dengan metode BBM meningkatkan pengetahuan kader gizi
dalam kegiatan Posyandu dan mempertahankan pengetahuan lebih lama
dibandingkan dengan metode Konvensional.
2. Pelatihan dengan metode BBM meningkatkan keterampilan kader gizi
dalam kegiatan Posyandu, sedangkan metode Konvensional tidak
meningkatkan keterampilan kader gizi.
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan agar dapat mengembangkan pelatihan untuk
pelatih (Training of Trainer) dengan metode BBM terhadap petugas
kesehatan dan bidan di desa yang akan melatih kader gizi, karena
pelatihan dengan metode BBM merupakan alternatif yang baik untuk
dapat meningkatkan pengetahuan, mempertahankan dan meningkatkan
keterampilan kader gizi.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang diharapkan dapat melakukan
diseminasi ke Pemerintah Daerah Kabupaten dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Magelang, karena pelatihan dengan
metode BBM memerlukan anggaran yang cukup besar yaitu sekitar Rp.
20.210.000 per paket untuk 30 orang peserta latih dan 5 orang pelatih.
113
114
DAFTAR PUSTAKA
Abror, 1993. Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana, Yogyakarta, 16 17.
Alabi, GA. Gerritsma, J. Maude, G. dan Parry, E. 1996. Problem Based
Learning for Tuberculosis and Leprosy Supervisors, World Health
Forum, 17, 411 414.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 43 45.
.
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Edisi 2, Liberty,
Yogyakarta, 23
Azwar, S. 2000. Reliabilias dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 24
25.
Balai Pelatihan Kesehatan Salaman. 1997. Evaluasi Pelatihan Tehnik
Fungsional Tenaga Perawat Puskesmas. Makalah, Tidak Diterbitkan,
Salaman. 28
Bruhn, JG. 1992. Problem Based Learning : an approach toward reformning
allied health education. J Allied Health, 21, 161.
Castro, T, Kadar, A, dan Sukiarko, E. 2003. Evaluasi Pasca Pelatihan Kader
Primary Health Care (PHC) di Bapelkes Salaman Magelang, Salaman.
Departemen Dalam Negeri. 2001. Surat Edaran Mendagri No.
411.3//1116/SJ, Tentang Pedoman Revitalisasi Posyandu, Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 1987. Pedoman Kegiatan Kader di Luar Jadwal
Pos Pelayanan Terpadu, Buku Pegangan Kader Seri PSM No. 2,
Depkes RI, Jakarta. 45
Departemen Kesehatan R.I. 1988. Pola Bina Peran Serta Masyarakat,
Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 1991. Buku Pengelolaan Kegiatan Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga, Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat,
Depkes RI. Jakarta.
Departemen Kesehatan R.I. 1992. Modul Pelatihan Peningkatan Peran Serta
Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu, Jakarta. 32.
115
116
Ewles dan Simnett. 1994. Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis Edisi Kedua,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 7 8.
Estes, Cheryl. 2004 Promoting Student-Centered Learning in Experiential
Education. The Journal of Experiential Education, 27 (2),pp141-161
(http:// www.wikipedia.org/diakses pada 12-05-07).
Graeff, JA. Elder, JP. dan Booth, FM. 1996. Komunikasi untuk Kesehatan dan
Perubahan Perilaku, Terjemahan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta,
Glanz, K. and Rimer BK. 1995. Theory at Glance, A Guidefor Health
Promotion Practice, U.S. Departement of Health and Human Services,
Public Health Service, National Institute of Health.
Green, LW. and Kreuter, MW. 1991. Health Promotion Planning, An
nd
Educational and Environmental Approach. 2 ed. Mayfield Publishing
Company, Mountain View.
Green, LW. 2000. Health Education Promotion Planning, Copyright by.
Mayfield Publishing Company.
Hanna, S. Pramodho, K. Trihono. 1990. Profil Kader Kesehatan di Perkotaan,
Proyek Kerjasama Perdhaki-PPA, Jakarta.
Harsono, Prakosa, J. Junaidi, A. Soewono, Lestariana, W. Widharto,
Rochmah, W. Sanusi, R. Dwiprahasto, AU. dan Supadi, S. 1996.
Modul Demam, Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta.
Harsono. 2004. Pengantar Problem Based Learning, Medika, Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta. 2 11.
Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, PT.
BPFE, Yogyakarta.
Jonas, S. 1988. Health Promotion in Medical Education American, J. Health
Promotion , Summer, 3 : 37 42.
Junaedi, P. 1990. Kader Dalam Program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga,
Keluaran, Kemampuan dan Popularitasnya, Prosising KPIG dan
Konggres VIII, Persagi, Jakarta.
Kariyoso. 1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta, 6
117
118
119
120