Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Salah satu prioritas bangsa Indonesia saat ini adalah mencapai sasaran Millennium

Development Goals (MDGs) yang merupakan sebuah komitmen bersama masyarakat


internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.
Untuk mencapai hal tersebut bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang maju yaitu bangsa
yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi karena derajat kesehatan merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai
pendekatan termasuk didalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. Hal ini sejalan
dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut tercemin dalam
pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), Salah
satunya adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang telah lama dikembangkan dan
mengakar dimasyarakat yang dapat menurunkan angka kematian balita melalui partisipasi
masyarakat yaitu dengan memaksimalkan fungsi Posyandu.1,2
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan Posyandu sebagian dapat dilakukan oleh kader kesehatan yang sudah dilatih dan
merupakan perpanjangan jangkauan pelayanan puskesmas dengan sasaran kegiatan adalah
seluruh masyarakat. Kualitas pelayanan Posyandu ini dipengaruhi oleh kinerja kader
sehingga kader Posyandu mempunyai peran penting karena merupakan pelayanan kesehatan
yang berada dekat dengan masyarakat sekitar, dimana frekuensi tatap muka kader lebih sering
daripada petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu kelancaran kegiatan Posyandu diduga
erat kaitannya dengan kinerja kader sebagai pelaksananya.3,4,5
Kader sebagai salah satu subsystem dalam Posyandu yang bertugas untuk mengatur
jalannya program dalam Posyandu mengharuskan kader lebih tahu atau lebih menguasai
tentang kegiatan yang harus dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja kader
Posyandu diantaranya adalah pelatihan dan motivasi. Dengan pelatihan dan motivasi yang
memadai dapat meningkatkan pengetahuan dan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat
badannya (D/S) sehingga kader merupakan kunci keberhasilan Posyandu.6
1

Jumlah kader Posyandu di wilayah kerja RW 013 sebanyak 21 orang. Berdasarkan


data dari Puskesmas Kelurahan Kapuk I jumlah sasaran bayi sebanyak 166 bayi dan balita
sebanyak 1050 balita di wilayah RW 013. Cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat
badannya dapat dilihat melalui pencapaian D/S setiap bulan. Pada bulan Januari D/S
Posyandu Dahlia I sebesar 7,18% dan Dahlia II sebesar 4,1% sedangkan pada bulan Februari
D/S Posyandu Dahlia I sebesar 6,6% dan Dahlia II sebesar 3,9%.
Terkait dengan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya masih jauh
dari target pencapaian nasional yaitu lebih dari 85%. Ini dapat dikarenakan pengetahuan serta
motivasi yang kurang dari kader Posyandu sehingga kegiatan posyandu belum berjalan secara
maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk menambah

pengetahuan kader posyandu dan

meningkatkan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) dengan cara
memberikan pelatihan dan motivasi kepada para kader Posyandu di RW 013. Penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan untuk mencari alternatif pemecahan masalah bagi Dinas
Kesehatan

Bidang

Pengembangan

dan

Pemberdayaan

Masyarakat

(PPM)

terkait

permasalahan rendahnya cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S).
1.2

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah penelitian ini adalah : Adakah

pengaruh pelatihan dan motivasi kader posyandu terhadap pengetahuan kader dan
peningkatan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di RW 013
Kelurahan Kapuk.
1.3

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan dan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat
badannya (D/S) di RW 013 Kelurahan Kapuk.
2. Tujuan Khusus

- Untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan kader Posyandu di RW 013


- Untuk mengetahui pengaruh pelatihan terhadap peningkatan cakupan bayi dan balita yang
ditimbang berat badannya (D/S) di RW 013
- Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap peningkatan cakupan bayi dan balita yang
ditimbang berat badannya (D/S) di RW 013
2

1.4

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Instansi Pemerintah


Memberikan masukan bagi pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan untuk menyukseskan
program MDGs serta lebih memperhatikan para kader Posyandu sebagai tombak
keberhasilan Posyandu.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmiah dalam bidang kesehatan masyarakat dan sebagai salah satu
bentuk pengabdian kepada masyarakat.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat menjadi informasi dan masukan bagi penelitian lain yang ingin melakukan penelitian
serupa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

PELATIHAN

2.1.1

PENGERTIAN PELATIHAN7
Pelatihan merupakan suatu

proses belajar mengajar terhadap pengetahuan dan

keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirkpatrick
(1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah
perilaku dan mengembangkan keterampilan. Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam
Notoatmodjo (1998) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya
akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang
menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di
luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya
mengutamakan praktek daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada
teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa
dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan
tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan
lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah
ditentukan terlebih dahulu (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan, 2002).
2.1.2

TUJUAN PELATIHAN7,8
Tujuan pelatihan kesehatan secara umum

adalah mengubah perilaku individu,

masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan bukanlah
hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman di mana saja dan
kapan saja, sepanjang pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan
(Tafal, 1989). Menurut Notoatmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program
kesehatan secara keseluruhan.

Tujuan umum pelatihan kader Posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader


Posyandu dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat (Tim
Penggerak PKK Pusat, 1999). Sedangkan tujuan khususnya adalah :
a) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai pengelola Posyandu
berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah pelayanannya.
b) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam berkomunikasi dengan masyarakat.
c) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk menggunakan metode media
diskusi yang lebih partisipatif.
Depkes (2000) menyatakan bahwa tujuan pelatihan merupakan upaya peningkatan
sumber daya manusia termasuk tenaga kesehatan, kader Posyandu, agar pengetahuan dan
keterampilannya meningkat. Kader Posyandu perlu mendapatkan pelatihan karena jumlahnya
tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Pelatihan bagi kader dapat berupa:
a) Ceramah
b) Tanya jawab
c) Curah pendapat
d) Simulasi
e) Praktek
2.1.3

PENDEKATAN PELATIHAN

Pelatihan ini diselenggarakan dengan berdasarkan pendekatan berikut.


a. Berdasarkan Masalah (Problem Based), yakni proses
pelatihan didekatkan pada permasalahan nyata yang ada di lapangan.
b. Berdasarkan Kompetensi (Competency Based), yakni proses
pelatihan selalu berupaya untuk mengembangkan keterampilan berjenjang langkah demi
langkah menuju kemampuan paripurna.
c. Pembelajaran Orang Dewasa (Adult Learning), yakni
proses pelatihan yang diselenggarakan dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa,
yang selama pelatihan peserta berhak untuk:
1. Didengarkan dan dihargai pengalamannya.
2. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks pelatihan.
3. Dihargai keberadaannya.

d. Pembelajaran Dengan Melakukan (Learning by Doing), yang memungkinkan peserta:


1. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan menggunakan
metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, role play
(bermain peran), dan latihan (exercise) baik secara individu maupun kelompok.
2. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang dirasa perlu.
2.1.4

LANGKAH-LANGKAH PELATIHAN7,8
Menurut Lockwood (1994) pelatihan perlu didesain secara efektif untuk memastikan

bahwa program pelatihan telah mencapai efisiensi yang optimal serta mencapai keuntungan
belajar yang maksimum. Depkes (1993) telah menetapkan rancangan program pelatihan
melalui langkah-langkah penyusunan yang merupakan sebuah siklus pelatihan yang dimulai
dari langkah menyusun kebutuhan pelatihan sampai langkah melakukan evaluasi pelatihan.
Langkah 1 : mengkaji kebutuhan pelatihan
Pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan suatu studi dengan berbagai cara untuk
menghasilkan informasi tentang pelatihan yang dibutuhkan, materi pelatihan, peserta latih,
asal peserta latih.
Langkah 2 : merumuskan tujuan pelatihan
Dirumuskan adanya tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga semakin jelas dan
tepat ke arah mana tujuan yang ingin dicapai dengan pelatihan. Tujuan digambarkan dalam
bentuk kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta ketika selesai mengikuti pelatihan.
Langkah 3 : merancang program pelatihan
Rancangan ini akan menjabarkan kompetensi dalam kegiatan operasional yang dapat diukur.
Rumusan kompetensi ini harus dicapai dengan memberikan materi pelatihan yang tertuang
dalam kurikulum.
Langkah 4 : melaksanakan program pelatihan.
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan pedoman pada
kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Penyimpangan terhadap kurikulum akan dapat
berakibat tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Langkah 5 : melakukan evaluasi program pelatihan.
Evaluasi pelatihan merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan program pelatihan
yang mencakup penilaian terhadap peserta, pelatih, organisasi penyelenggara dan pencapaian
tujuan pembelajaran.

2.2

MOTIVASI

2.2.1

PENGERTIAN MOTIVASI4
Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu Movere yang artinya menggerakkan,

sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan Motivation yang berarti dorongan atau
alasan. Arti kata ini tentu saja belum bisa memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
bagaimana perilaku manusia itu teraktualisasi. Pengertian motivasi menurut Robins (2003 :
198) adalah Kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
individual.
Suatu motivasi individu dapat timbul dari dalam individu (motivasi intrinsik) dan
dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik) dan keduanya mempunyai pengaruh
terhadap perilaku dan semangat kerja, ada beberapa pedoman untuk memahami perilaku dan
semangat kerja atau memahami individu dalam kerja. Motivasi merupakan hal yang sangat
penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu kader mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi, motivasi ini hanya dapat diberikan kepada
yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan, bagi orang-orang yang tidak mampu tidak perlu
dimotivasi atau percuma. Berdasarkan pada beberapa karakteristik pokokpokok motivasi
diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1) Ada suatu tenaga dalam diri manusia.
2) Mampu memacu perilaku manusia atau organisasi.
3) Lingkungan bisa memperbesar dorongan ini.
4) Ada dorongan yang membuat manusia berperilaku.
5) Bisa mengarahkan perilaku, dan perilaku yang ditimbulkan selalu terfokus pada tujuan
Jadi dorongan individu untuk bertingkah laku itu dapat dirasakan apabila individu
tersebut mempunyai kebutuhan dan akhirnya kebutuhan tersebut mampu memacu individu
untuk berperilaku, sedangkan lingkungan disekitar individu dapat memberikan semangat pada
diri individu, yang nantinya bisa berakibat untuk memperkuat intensitas dari dorongan
tersebut dan akhirnya semua itu akan mengarahkannya kembali kedalam dorongan semula
yang berbentuk perilaku terdahulu.
2.2.2

PROSES MOTIVASI4
Berdasarkan uraian tentang pengertian motivasi dan karakteristik motivasi tersebut

diatas, maka dapat diterangkan tentang proses terjadinya motivasi, dalam proses motivasi ini

dapat menggambarkan dinamika dari motivasi dan dari dinamika tersebut dapat mendorong
manusia untuk berperilaku.
Seseorang bersedia untuk menjadi kader, dikarenakan mereka sangat percaya bahwa
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam kegiatan operasional maka tujuantujuan pribadi (kebutuhan non fisik dan fisik) mereka akan tercapai. Kebutuhan-kebutuhan
yang ada pada setiap orang sedemikian banyaknya. Satu prinsip yang umum berlaku bagi
semua kebutuhan tersebut adalah setelah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah jangka
waktu tertentu akan timbul lagi dan menuntut pemuasan lagi. Timbulnya kebutuhan tersebut
dapat mempunyai tujuan yang sama atau dengan tujuan yang sudah berubah, contoh :
kebutuhan fisik yaitu kebutuhan pakaian, setelah seseorang memakai baju, maka dalam
jangka waktu tertentu akan merasakan ingin punya baju yang lebih baik atau baru. Contoh
lain seseorang yang ingin promosi dalam pekerjaan, maka setelah promosi jabatan
dilaksanakan, lewat beberapa waktu seseorang tersebut akan mulai merasakan kebutuhan
promosi ke taraf yang lebih tinggi. Jadi proses motivasi ini akan berjalan terus menerus untuk
segala macam kebutuhan, dengan kata lain proses motivasi merupakan proses pemenuhan
kebutuhan.
Suatu kebutuhan menurut Robins (1996:199) adalah suatu keadaan internal yang
menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik, dimana suatu kebutuhan yang terpuaskan
akan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam individu tersebut.
Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan
tertentu, dimana jika tujuan tersebut tercapai, akan dapat memenuhi kebutuhan yang ada dan
mendorong ke arah pengurangan tegangan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan yang kekuatannya berbeda-beda antara
individu satu dengan individu lainnya. Kebutuhan ini menunjukkan kekurangan yang dialami
individu pada saat tertentu baik bersifat biologis (misal kebutuhan makan), kebutuhan
sosiologis (misal kebutuhan afliansi) atau psikologis (misal kebutuhan berprestasi) dan
kebutuhan pengembangan. Timbulnya kebutuhan ini bisa membuat ketidak seimbangan dalam
diri individu, yang mendorong individu itu untuk berusaha mengurangi ketidakseimbangan
tersebut. Dorongan untuk mengurangi ketidak seimbangan ini dilakukan dengan melalui
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan, setelah tujuan tercapai
melalui tindakan, maka akan terasa terpuaskan, namun pada jangka waktu tertentu sudah pasti
akan timbul kebutuhan lagi yang perlu untuk dipenuhi. Apabila suatu kebutuhan yang sama
timbul berulang-ulang dengan berlangsungnya waktu, maka prinsip yang berlaku adalah

proses, namun jika setiap kali timbul kebutuhan baru, maka hal ini disebut jenjang kebutuhan
Maslow.
Jenjang kebutuhan Maslow menyatakan, bila kebutuhan minimal (fisiologis) saja
terpuaskan, maka kebutuhan kelompok pertama (fisiologis) ini akan menuntut paling kuat
untuk dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka akan terasa adanya tuntutan
dari kebutuhan kelompok kedua (keamanan kerja) dan seterusnya. Sebagai contoh bila
seseorang membutuhkan mobil (kebutuhan fisiknya) sudah terpuaskan, maka ia akan
membutuhkan keamanan di jalan (mencari SIM), dan kemudian baru memenuhi kebutuhan
sosialnya yaitu ingin berkunjung ke famili atau teman, selanjutnya akan membutuhkan
penghargaan dari orang lain karena telah memiliki mobil dan seterusnya.
2.2.3

TEKNIK MOTIVASI4

Teknik Motivasi yang digunakan : (Usman H.,2006)


1) Berfikir positif
Ketika mengkritik orang begitu terjadi ketidakberesan, tetapi kita lupa memberi dorongan
positif agar mereka terus maju, jangan mengkritik cara kerja orang lain kalau kita sendiri
tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu.
2) Menciptakan perubahan yang kuat
Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri. Mengubah perasaan
tidak mampu menjadi mampu, tidak mau menjadi mau.
3) Membangun harga diri
Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan
merupakan salah satu bentuk teknik memotivasi.
2.2.4

MACAM MOTIVASI4,9

Menurut Purwanto (1998), motivasi dibagi menjadi dua jenis:


1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik berasal dari dari dalam diri manusia, biasanya timbul dari perilaku
yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau
lingkungan. Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan
kekhawatiran, kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan.

Menurut Hamzah (2009) terdapat dua dimensi motivasi yaitu :


1) Dimensi motivasi internal, dengan indikator antara lain :
(a) Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
(b) Melaksanakan tugas dengan target yang jelas
(c) Memiliki tujuan yang jelas
(d) Ada umpan balik atas hasil pekerjaanya
(e) Memiliki perasaan senang dalam bekerja
(f) Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain
(g) Diutamakan prestasi dari apa yang dikerjakanya
2) Dimensi motivasi eksternal, dengan indikator antara lain :
(a) Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya.
(b) Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakanya
(c) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif tunai maupun non tunai, salah
satu bentuk insentif non tunai yang dapat meningkatkan motivasi adalah pemberian
hadiah karena prestasi yang telah dilakukan.
2.3

PENGETAHUAN

2.3.1

PENGERTIAN PENGETAHUAN7
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui
panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri (Notoatmodjo, 2010, p: 27).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan
rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
Pengetahuan tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positf dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

10

2.3.2 TINGKAT PENGETAHUAN7


Menurut Notoatmodjo, pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Temasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham
oleh objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi ataupun pada kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Dalam permasalah kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi masyarakat tidak selalu
sama dengan persepsi pihak petugas kesehatan. Untuk mencapai kesepakatan atau kesamaan
11

persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan
suatu proses komunikasi-informasi-motivasi yang matang, sehingga diharapkan terjadi
perubahan perilaku seseorang.
2.3.3 PROSES PRILAKU TAHU7
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan dewi, perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada
stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya
tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden lebih
baik lagi.
4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang
secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
2.4

POSYANDU

2.4.1

PENGERTIAN POSYANDU
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader yang sudah terlatih sebagai bentuk
penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan,

guna

memberdayakan

masyarakat

dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar


untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.10,11,12,13

12

2.4.2

TUJUAN POSYANDU10

Tujuan posyandu antara lain :


a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, AKB, dan AKBA.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan
penurunan AKI, AKB, dan AKBA.
2.4.3

SASARAN POSYANDU10

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama:


a. Bayi.
b. Anak balita.
c. Ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui.
d. Pasangan usia subur (PUS).
2.4.4

JENIS KEGIATAN POSYANDU

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara
garis besar, kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut.10,14,15,16
1. Kegiatan utama
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
1) Pelayanan untuk ibu hamil
2) Pelayanan untuk ibu nifas dan menyusui
a) Penyuluhan/konseling kesehatan.
b) KB pasca-persalinan.
c) ASI eksklusif.
d) Gizi untuk ibu nifas dan menyusui.
e) Pemberian kapsul vitamin A.
f) Perawatan payudara.
g) Pemeriksaan kesehatan umum.
3) Pelayanan untuk bayi dan balita
a) Penimbangan berat badan.
b) Penentuan status pertumbuhan.
c) Penyuluhan dan konseling.
d) Pemeriksaan kesehatan (dilakukan bila ada tenaga kesehatan).
13

b. Keluarga berencana (KB)


Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan
pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas, dapat dilakukan pelayanan
suntikan KB dan konseling KB.
c. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.
d. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu adalah sebagai berikut.
1) Penimbangan berat badan.
2) Deteksi dini gangguan pertumbuhan.
3) Penyuluhan dan konseling gizi.
4) Pemberian makanan tambahan (PMT) lokal.
5) Suplementasi kapsul vitamin A dan tablet Fe.
e. Pencegahan dan penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Penanggulangan diare dilakukan dengan pemberian oralit buatan sendiri yaitu satu
sendok teh gula pasir ditambah sendok teh garam dilarutkan dalam 1 gelas air berukuran
200 cc.
2.4.5

PENYELENGGARAAN POSYANDU10,14,17,18

a.

WAKTU PENYELENGGARAAN

Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil
kesepakatan.
b.

TEMPAT PENYELENGGARAAN

Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah
warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar,
salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
14

c.

PENYELENGGARAAN KEGIATAN

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakan oleh kader Posyandu dengan
bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu,
minimal jumlah kader adalah lima orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang
dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sitem lima langkah.
Lima langkah kegiatan Posyandu adalah kegiatan pelayanan mulai dari pendaftaran
hingga pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada hari buka Posyandu. Langkah pertama
hingga keempat dilaksanakan oleh para kader, sedangkan langkah kelima dilaksanakan oleh
kader bersama petugas kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Lima langkah kegiatan Posyandu


LANGKAH KEGIATAN

PELAKSANA

Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat

Pendaftaran
Penimbangan
Pengisian KMS
Penyuluhan

Kelima

Pelayanan Kesehatan

Kader
Kader
Kader
Kader
Kader

bersama

petugas kesehatan

Lima langkah kegiatan bukan berarti benar-benar harus ada lima meja karena ini
hanyalah merupakan sistem kegiatan, artinya lima jenis kegiatan, dan bisa saja tidak semua
kegiatan menggunakan meja sesungguhnya.

Rincian kegiatan lima langkah di Posyandu adalah sebagai berikut.


1.

Langkah pertama: pendaftaran


a. Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu-ibu; yaitu nama bayi/balita tersebut
ditulis pada secarik kertas yang kemudian diselipkan pada KMS-nya. Apabila
15

balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama anak ditulis pada
KMS dan secarik kertas yang kemudian di selipkan pada KMS-nya.
b.

Selain itu, kader juga mendaftar ibu hamil, yaitu nama ibu hamil tersebut ditulis
pada formulir atau Register Ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita,
langsung dipersilahkan menuju langkah 4.

2.

Langkah kedua: penimbangan


a.

Kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa bayi/balitanya dan
menyerahkan KMS kepada kader di langkah 2.

b. Kader di kegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan bayi/balita


tersebut pada secarik kertas yang diselipkan KMS.

3.

Langkah ketiga: pengisian KMS


Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal

anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Pada setiap hari buka
Posyandu, kader diharapkan dapat mengisi KMS dalam buku KIA seluruh anak yang datang
dan ditimbang. KMS ini menjadi penting karena merupakan suatu alat pemantau pertumbuhan
anak. Selain mampu mengisi, kader diharapkan juga mampu membaca dan menilai grafik
yang terbuat dari hasil penimbangan anak setiap bulan sehingga ia dapat memberikan
penilaian apakah anak bertumbuh dengan baik atau kurang baik. Jika anak bertumbuh baik,
berikan pujian kepada ibu serta ingatkan untuk menimbang anaknya di Posyandu pada bulan
berikutnya. Bila pertumbuhan anak kurang baik, perlu dirujuk kepada petugas kesehatan.
Untuk itu, kader perlu memperhatikan cara mengisi dan membaca KMS dengan benar
agar pengambilan keputusan tidak salah.
Cara mengisi KMS:

16

a.

Pada balita yang baru pertama kali ditimbang, perhatikan isian Nama Ibu dan
Nama Anak pada sampul depan buku KIA. Jika masih kosong, isilah nama ibu dan
nama anak dengan jelas. Tambahkan nama panggilan/nama kecil jika ada.

b.

Perhatikan juga halaman iv buku KIA, apakah Nomor Regristrasi, Nomor Urut,
dan Indentitas Keluarga sudah terisi dengan lengkap. Jika belum, bantulah
ibu/keluarga balita untuk mengisinya.

c.

Pilihlah KMS untuk laki-laki berwarna biru (halaman 49-50 buku KIA). Pilihlah KMS
untuk perempuan berwarna merah muda (halaman 51-52 buku KIA).

d.

Isilah nama anak dan nama Posyandu pada bagian atas halaman KMS.

e.

Isilah bulah lahir anak pada kolom Bulan Penimbangan di bawah umur 0 (nol)
bulan.
Contoh: Aida lahir pada tanggal 17 Februari 2008. Tulis Februari 08 di bawah
umur 0 bulan.

f.

Tulis semua kolom bulan berikutnya secara berurutan.

g.

Tulis berat badan anak pada kolomBB (kg) di bawah kolom Bulan Penimbangan

h.

Tentukan letak titik hasil penimbangan berat badan pada KMS dengan cara
menghubungkan garis mendatar berat badan dan garis tegak umur pada grafik KMS.
Lalu buat titik yang mudah terlihat.

i.

Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.
Catatan: Jika anak bulan lalu tidak ditimbang maka garis pertumbuhan tidak dapat
dihubungkan.

j.

Catat setiap kesakitan yang dialami anak pada bulan saat anak ditimbang di atas titik
hasil penimbangan yang telah ditentukan.
Isi kolom pemberian ASI Eksklusif dengan tanda centang () bila pada bulan
tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi
17

makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda strip
(-).
k.

Selanjutnya kader menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju
langkah ke-4.

4.

Langkah keempat: penyuluhan

a.

Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga balita membacakan dan
menjelaskan data KMS tersebut.

b.

Cara membaca KMS/menentukan status pertumbuhan anak:


Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan dua cara yaitu dengan menilai garis
pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan
dengan kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).
Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan anak adalah sebagai berikut.
1.

Naik (N): grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya dan
kenaikan berat badan lebih besar daripada KBM.

2.

Naik (N): grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya dan kenaikan berat
badan lebih besar daripada KBM.

3.

Tidak Naik (T): grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya
dan kenaikan berat badan lebih kecil daripada KBM.
Tidak Naik (T): grafik berat badan mendatar dan kenaikan berat badan lebih kecil
daripada KBM.

4.

Tidak naik (T): grafik berat badan menurun dan kenaikan grafik berat badan lebih
kecil dari KBM.

c.

Setelah kesimpulan didapat, status pertumbuhan anak tersebut dicatat pada kolom
N/T dengan menuliskan N jika naik atau T jika tidak naik. Kader kemudian
18

memberikan nasehat kepada keluarga balita, baik dengan mengacu pada data KMS
maupun hasil pengamatan terhadap anaknya.
d.

Apabila tidak ada petugas kesehatan di kegiatan 5 (pelayanan), kader dapat melakukan
rujukan ketenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas apabila ditemukan masalah
pada balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.

e.

Selain itu, kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar,
misalnya pemberian makanan tambahan (PMT), tablet tambah darah (tablet besi),
vitamin A, oralit, dan lain-lain.

f.

Tindak lanjut hasil penimbangan

g.

Berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita, tindak lanjut yang dapat dilakukan
adalah:
1.

Berat badan naik (N):


a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke POsyandu dan beri
dukungan untuk mempertahankan kondisi anak sehat.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan
anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.
c. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat
tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.
d. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

2.

Berat badan tidak naik 1 kali (T1):


a. Berikan pujian kepada ibu yang sudah membawa balita ke Posyandu.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan
anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.
c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare. Panas, rewel,
dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak.
19

d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik


tanpa menyalahkan ibu.
e. Anjurkan untuk darang pada penimbangan berikutnya.
3.

Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau berada di bawah garis merah (BGM):
a. Berikan pujian kepada ibu yang sudah membawa balita ke Posyandu.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan
anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.
c. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik
tanpa menyalahkan ibu.
d. Berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai
golongan umurnya.
e. Rujuk anak ke tempat rujukan terdekat sesuai dengan kondisi anak.

4.

Titik-titik berat badan dalam KMS terputus-putus (tidak teratur):


a. Berikan pendekatan dan penyuluhan tentang manfaat memantau proses tumbuh
kembang anak.
b. Berikan motivasi untuk menimbang setiap bulan.

5.

Langkah kelima: pelayanan kesehatan


Khusus untuk kegiatan ini utamanya hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan,

bidan, atau petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang memberikan layanan antara
lain imunisasi, KB, pemberian tablet tambah darah (tablet besi), vitamin A, dan obat-obatan
lainnya.

d.

TUGAS KADER
20

Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan Posyandu, dibagi dalam 3 kelompok


yaitu:
Tugas sebelum hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H - Posyandu, yaitu
berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan
dengan baik.
Tugas pada hari buka Posyandu atau disebut juga pada H Posyandu, yaitu berupa tugastugas untuk melaksanakan pelayanan 5 kegiatan.
Tugas sesudah hari buka Posyandu atau disebut juga tugas pada H + Posyandu, yaitu
berupa tugas-tugas setelah hari Posyandu. Penyelenggaraan Posyandu 1 bulan penuh,
hari buka Posyandu untuk penimbangan 1 bulan sekali.
1. Sebelum hari buka Posyandu
a.

Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.

b.

Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan warga


setempat atau surat edaran dan media massa berupa spanduk atau poster.

c.

Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi kader yang menangani pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan
yang dapat dilakukan oleh kader.
d. Kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan atau petugas lainnya. Sebelum
pelaksanaan kegiatan kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau rencana kegiatan yang
telah ditetapkan berikutnya.

e.

Menyiapkan bahan pemberian makanan tambahan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan
(jika

diperlukan),

serta

penyuluhan.

Bahan-bahan

penyuluhan

sesuai

dengan

permasalahan yang ada yang dihadapi oleh para orang tua di wilayah kerjanya serta
disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan
apabila mau melakukan demo masak, lembar balik apabila mau menyelenggarakan
kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita, dan lain-lain.
f.

Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.

2. Saat hari buka Posyandu


a.

Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui,
dan sasaran lainnya.
21

b.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada Posyandu,
dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, deteksi perkembangan
anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orang tua tentang
pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan balita, dan lain
sebagainya.

c.

Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran dan
pemantauan kondisi balita.

d.

Melakukan penyuluhan tentang pola asuh balita, agar anak tumbuh sehat, cerdas, aktif
dan tanggap. Dalam kegiatan itu, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling,
diskusi kelompok. dan demonstrasi dengan orang tua keluarga balita.

e.

Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada anaknya,
dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.

f.

Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang ke Posyandu dan minta
mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.

g.

Menyampaikan informasi pada orang tua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan yang terkait dengan anak balitanya, jangan segan atau malu.

h.

Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.

3. Sesudah hari buka Posyandu


a.

Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, pada
anak yang kurang gizi, atau pada anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lainlain.

b.

Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dalam rangka meningkatkan


gizi keluarga, menanam obat keluarga, membuat tempat bermain anak yang aman dan
nyaman, dan lain-lain. Selain itu, memberikan penyuluhan agar mewujudkan rumah
sehat, bebas jentik, kotoran, sampah, bebas asap rokok, BAB di jamban sehat,
menggunakan air bersih, cuci tangan pakai sabun, tidak ada tempat berkembang biak
vektor atau serangga/binatang pengganggu lainnya (nyamuk, lalat, kecoa, tikus, dan lainlain).

c.

Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk menyampaikan


atau menginformasikan hasil kegiatan Posyandu serta mengusulkan dukungan agar
Posyandu dapat terus berjalan dengan baik.

d.

Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, diskusi atau forum komunikasi dengan


masyarakat, untuk membahas penyelenggaraan atau kegiatan Posyandu di waktu yang
22

akan datang. Usulan dari masyarakat inilah yang nanti digunakan sebagai acuan dalam
menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
e.

Mempelajari sistem informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data atau
informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu, dan memasukkan
kegiatan Posyandu tersebut dalam SIP. Manfaat SIP ini adalah sebagai acuan bagi kader
untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

f.

Format SIP meliputi catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan balita, kematian ibu
hamil, melahirkan, nifas. Catatan bayi dan balita yang ada si wilayah kerja Posyandu.
Catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah darah bagi ibu
hamil, tanggal dan status pemberian imunisasi. Selanjutnya juga ada catatan wanita usia
subur, pasangan usia subur, jumlah rumah tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan,
imunisasi ibu hamil, risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan
desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu. Pada dasarnya, kader
Posyandu menjalankan tugasnya sebagai pencatat, penggerak dan penyuluh.

2.4.6

SKDN
Menurut Supariasa dalam Sagala (2005), penimbangan adalah pengukuran

anthropometri (pengukuran bagian-bagian tubuh) yang umum digunakan dan merupakan


kunci yang memberikan petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang
buruk. Pengukuran anthropometri merupakan salah satu metode penentuan status gizi secara
langsung. Berat badan merupakan ukuran suatu pencerminan dari kondisi yang sedang
berlaku. Berat badan anak ditimbang sebulan sekali mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di
wilayah kerja Posyandu. Hasil cakupan penimbangan merupakan salah satu alat untuk
memantau gizi balita yang dapat dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat
di dalam KMS.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, KMS
Bagi Balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan
indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
KMS adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak, oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di
rumah dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk bidan dan dokter. Dengan KMS, gangguan pertumbuhan atau risiko
23

kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Keberhasilan Posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja Posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja Posyandu
D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja Posyandu
N : Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
1. D/S, yaitu baik/kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat
2. N/D , yaitu berhasil/tidak program posyandu

Tabel 2. Hasil-hasil studi sebelumnya tentang Posyandu


Peneliti

Lokasi

Subjek

Metode

Aminuddin
Aminuddin,
Andi Zulkifli,
Nurhaedar
Djafar19

Sulawesi

30 Kader

Kuasi

Selatan

Posyandu, tokoh

eksperimen

menunjukkan

masyarakat dan

dengan

peningkatan

ibu balita

the

(4 desa dengan 8
Posyandu)

Hasil
desain
non

Hasil

uji

McNemar

pengetahuan kader dari

randomized pre

pre-post

test-post

signifikan (0,023) pada

control

test
group

design

test

yang

daerah intervensi.
-

Hasil

uji

terhadap

McNemar
peningkatan

frekuensi kunjungan ibu


balita ke posyandu di
daerah

intervensi

terlihat secara statistik


bermakna

Hida Fitri M,
Mardiana20

Tegal

25 kader

Eksperimen

Posyandu

semu

dengan

Adanya

perbedaan

signifikan keterampilan
24

(5 Posyandu)

Yulius
Nuryani, Ari
Pristiana Dewi,
Misrawati1

Pekanbaru

desain

one

kader

Posyandu

group pre dan

sebelum dan sesudah

post test design

pelatihan

68 kader

Deskriptif

posyandu

dengan

Square

pendekatan

disimpulkan

Cross sectional

hubungan

yang

signifikan

antara

(12 Posyandu)

Hasil uji statistik Chidapat

motivasi

terdapat

dan

kinerja

kader posyandu
Ratih
Wirapuspita21

Samarinda 200 orang dari 37


Posyandu

Observasional

Ada

hubungan

dengan

pelatihan

dengan

pendekatam

kinerja

Cross Sectional

yang

diberi

dan

pelatihan

kader,

dapat

kader

motivasi
akan

meningkatkan

kualitas

pelayanan

p=0,018
-

Terdapat

hubungan

yang bermakna antara


bantuan

operasional

dengan kinerja kader.


Pemberian penghargaan
dan kompensasi dapat
meningkatkan motivasi
dan

menghasilkan

kinerja

yang

baik

p=0,002

Haryanto Adi
Nugroho,

Brebes

30 kader

Deskriptif

posyandu

korelasi dengan

Ada hubungan antara


pengetahuan

dan
25

Dewi
Nurdiana22

pendekatan

keaktifan

kader

Cross sectional

posyandu dengan nilai


p=0,000
-

Ada hubungan antara


motivasi

dengan

keaktifan kader dengan


nilai p=0,001

Yuli Laraeni,
Afni Wiratni23

Mataram

Seluruh kader

Pra

Posyandu di

Setelah

penyegaran

experimental

tingkat

pengetahuan

wilayah kerja

dengan

kader yaitu 24 orang

Puskesmas Dasan

rancangan

(43%) termasuk dalam

Cermen

penelitian

Kecamatan

group

Sandubaya

postet design

one
pretest

kategori

tingkat

pengetahuan
sedangkan

cukup
10

orang

termasuk

kategori

pengetahuan

kurang.

Setelah

diberikan

penyegaran

kepada

kader rata-rata tingkat


pengetahuan
meningkat
pengaruh

kader
.

adanya

penyegaran

kader terhadap tingkat


pengetahuan

kader

Posyandu.

26

BAB III
KERANGKA
TEORI, KERANGKA KONSEP, VARIABEL
Faktor predisposisi
:
Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan

DAN DEFINISI OPERASIONAL

2. Kepercayaan

1. Demografi
karakteristik

3.1.1
KERANGKA TEORI
3. Sikap
Teori L.Green
4. Nilai

Teori Anderson
Faktor pendukung :

5. Motivasi

1. Keluarga

Faktor pemungkin :

2. Masyarakat

1. Ketersediaan sumber
daya kesehatan
2. Keterjangkauan
sumber daya kesehatan
3. Prioritas dan
komitmen
masyarakat/pemerintah

PERUBAHAN
PRILAKU

Faktor kebutuhan :
1. Kebutuhan yang
dirasakan individu
terhadap pelayanan

4. keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan
Faktor penguat :
1. Keluarga
2. Guru
3. Teman sebaya
4. Petugas kesehatan

27

3.1.2

KERANGKA KONSEP

Y
O

: Pengetahuan dan cakupan D/S sebelum diberi intervensi

: Pengetahuan dan cakupan D/S setelah diberi intervensi

: Intervensi berupa pelatihan dan motivasi eksternal

3.2

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan dan motivasi
kader posyandu.
2. Variabel terikat adalah pengetahuan kader posyandu RW 13 dan cakupan D/S

28

3.3

Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional


Variabel

Definisi

Alat Ukur

Hail Ukur

Pelatihan

Operasional
Perlakuan

Materi posyandu

Kader

oleh

Posyandu

dengan

peneliti

Pengertian

cara

Tujuan

datang ke RW

Sasaran

13

Penyelenggaraan

memberikan

kegiatan (5 program

pengetahuan

utama,

seputar

meja,

posyandu dan

Penyuluhan)

sistem

Skala

KMS,

melakukan

Pendanaan

simulasi

Pencatatan

dan

pelaporan
-

Cakupan
penimbangan balita

Motivasi

Dorongan

Pemberian hadiah apabila

Kader

keinginan atau berhasil

Posyandu

kemauan

meningkatkan

cakupan D/S
29

kader

untuk

aktif

dalam

posyandu
sehingga D/S
dapat
meningkat

Pengetahuan

Pernyataan

Diukur

Kader

responden

kuisioner,

Posyandu

tentang segala diukur dengan 8 pernyataan dikategorikan :


sesuatu

dengan
variabel

alat Skor 0-100

Ordinal

ini Dapat

yang dan diukur dengan cara:

1. Baik, bila

diketahui

1. Bila benar mendapat nilai nilai: 76-100

tentang

12,5

posyandu

2. Bila salah mendapat nilai bila nilai: 56-

2.

Kurang,

75
3. Tidak baik :
55

Cakupan bayi Seluruh


dan

balita dan

bayi Diukur

berdasarkan Skor 0-100%

Rasio

balita pencatatan laporan bulanan

yang

yang

Posyandu

ditimbang

ditimbang

D : Jumlah Bayi dan balita

berat

berat

yang ditimbang di wilayah

badannya

badannya

(D/S)

wilayah kerja S : Seluruh jumlah bayi dan

di kerja

dibagi dengan balita di wilayah kerja


seluruh
jumlah

bayi

dan balita di
wilayah kerja

30

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan quasy
experimental dengan rancangan penelitian pre-test post-test design. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian.
4.2

TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

4.2.1

TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di RW 13 dengan pertimbangan

a. Angka D/S Posyandu masih jauh dari nilai target yang ditetapkan dinas kesehatan yaitu
lebih dari 85%
b. Belum pernah mendapatkan pelatihan intensif untuk kegiatan Posyandu
c. Terdapat banyak kader baru yang belum memahami Posyandu
4.2.2

WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari hingga April 2015


4.3

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

4.3.1

POPULASI

Populasi penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu RW 013 (Posyandu Dahlia I dan II)
a.

KRITERIA INKLUSI

Kader bersedia menjadi responden

Kader aktif atau pasif


31

4.3.2

Kader yang belum atau sudah melakukan pelatihan

b.

KRITERIA EKSKLUSI

Bukan seorang Kader Posyandu

Kader yang tidak kooperatif

SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah seluruh kader posyandu RW 13 dikarenakan jumlah kader

RW 13 kurang dari 30 orang. Dengan mengambil seluruh sampel dapat menggambarkan


keseluruhan populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dilakukan secara sampling jenuh
dengan

mengambil

seluruh

populasi

menjadi

sampel

penelitian

sehingga

dapat

menggambarkan keseluruhan populasi yang diteliti.


4.4

INSTRUMEN PENELITIAN

Tabel 4. Instrumen Penelitian


No.
1.

Instrumen
Kuisioner

Fungsi Instrumen
Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang

2.

Wawancara Langsung

Posyandu
Untuk menyatukan persepsi antara peneliti dan

3.
4.

Papan Tulis
Kartu Menuju Sehat (KMS)

kader
Untuk memberikan materi pelatihan Posyandu
Untuk memberikan pelatihan serta simulasi

Spanduk dan Poster

yang berhubungan dengan pencatatan KMS


Untuk
memberikan
informasi
kepada

Alat Peraga Gizi

masyarakat tentang kegiatan Posyandu


Untuk memberikan pengetahuan kepada kader

5.
6.

tentang gizi agar dapat memiliki keterampilan


7.

Hadiah

yang berkaitan dengan kesehatan


Untuk meningkatkan motivasi kepada kader

8.

Laporan Bulanan Posyandu

dalam meningkatkan cakupan D/S


Untuk mengetahui cakupan D/S

32

4.5

CARA PENGUMPULAN DATA

4.5.1

ALUR PENGUMPULAN DATA


Materi penelitian disetujui
Mengumpulkan sampel

Peneliti melakukan penyebaran kuisioner (Pretest)


dan wawancara langsung
Memberikan intervensi berupa materi Posyandu
(Pengertian, sasaran, tujuan, kegiatan utama,

pendanaan)
Tujuan

Simulasi KMS

Sasaran
Memberikankegiatan
intervensi(5berupa
sistem utama,
Penyelenggaraan
program
penyelenggaraan Posyandu dan pencatatan laporan
sistem 5 meja, KMS, Penyuluhan)
bulanan Posyandu serta penyerahan Spanduk dan
Pendanaan
Poster
Simulasi penyelenggaraan Posyandu dan
pencatatan laporan bulanan Posyandu
Memberikan intervensi berupa materi penyuluhan
gizi
Simulasi penyuluhan
Peneliti melakukan penyebaran kuisioner (Posttest) dan
wawancara langsung serta motivasi eksternal

Peneliti mengumpulkan data


Peneliti mengolah dan menganalisis data
Penyajian data dalam bentuk presentasi

33

4.5.2

DATA PRIMER

Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung selama melakukan pelatihan dan kegiatan
Posyandu. Selain itu didapatkan informasi yang lebih rinci mengenai pengetahuan melalui
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya serta informasi cakupan D/S melalui laporan
bulanan Posyandu.

4.5.3

DATA SEKUNDER

Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Kelurahan
Kapuk 1.

4.5.4

DATA TERSIER

Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet maupun jurnal-jurnal ilmiah berupa
data yang berkaitan dengan pengetahuan kader Posyandu dan cakupan D/S.

4.6

PENGOLAHAN DATA

Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses penyuntingan,
pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner
dan laporan bulanan Posyandu diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Microsoft
Word 2010.

4.7

ANALISIS DATA

Analisis Univariat
34

Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase
pada variabel-variabel yang diteliti.

Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel tergantung.

4.8

PENYAJIAN DATA

Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk
-

Tabular

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel


-

Tekstular

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat


-

Grafik

Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagram batang yang menggambarkan
sifat-sifat yang dimiliki

35

BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1

PROFIL KOMUNITAS UMUM


Puskesmas Kelurahan Kapuk 1 merupakan kawasan padat penduduk dimana banyak

terdapat penduduk yang tidak tetap. RW 013 merupakan RW yang paling jauh dari puskesmas
Kelurahan Kapuk 1. Sebagian besar masyarakat RW 013 bekerja sebagai ibu rumah tangga,
buruh pabrik dan tukang ojek. Pendidikan terakhir penduduk RW 013 rata-rata SMP-SMA,
dengan ekonomi sebagian besar termasuk dalam golongan menengah ke bawah. RW 013
memiliki 3 PAUD dan 2 Posyandu
5.2

DATA GEOGRAFIS

Wilayah Kelurahan Kapuk 1 sebagian besar merupakan wilayah dataran rendah.


Batas Wilayah :

Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan

: Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan.


: Kelurahan Kedaung Kaliangke
: Kelurahan Cengkareng Timur

Sebelah Barat

: Kelurahan Cengkareng Timur

Wilayah RW 013 merupakan wilayah yang paling jauh dari Puskesmas Kelurahan Kapuk 1
Batas Wilayah RW 013 :

5.3

Sebelah Utara

: RW 016

Sebelah Timur

: RW 014

Sebelah Selatan

: RW 015

Sebelah Barat

: Cengkareng Timur

DATA DEMOGRAFIK

Wilayah Kelurahan Kapuk 1


36

1.

Luas wilayah

= 297,4

Ha

1.

Jumlah Rukun Warga (RW)

= 8 RW

2.

Jumlah Rukun Tetangga (RT)

= 138 RT

3.

Jumlah Kepala Keluarga (KK)

= 22.038 KK

5.

Jumlah penduduk

= 69.537 jiwa

Tabel 5. Jumlah penduduk Kelurahan Kapuk I


NO

RW

JML
RT

LUAS

KK

JIWA

WIL

JML

JML

03

20

57,20

2.798

730

3.528

3.473

5.347

8.820

08

16,00

1.447

503

1.950

3.348

4.419

8.767

09

16

17,00

1.912

547

2.459

3.377

5.294

8.671

011

16

20,00

2.253

566

2.819

3.355

5.373

8.728

012

22

72,00

3.059

443

2.834

3.887

5.530

9.417

013

17

57,00

2.119

559

2.678

3.061

3.899

6.960

014

14

16,00

1.520

617

2.137

3.082

5.372

8.454

016

25

42,20

2.913

720

3.633

3.646

6.074

9.720

138

297,4 18.021

4685

22.038 27.229

41.308

69.537

5.4

SUMBER DAYA KESEHATAN YANG ADA


Selain sarana atau prasarana kesehatan, faktor pendukung yang sangat penting guna

mendukung program kesehatan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang terdapat di
Puskesmas Kelurahan Kapuk 1:
Tabel 6. Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kapuk 1
No

Jenis

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Asisten Apoteker
Perawat
Perawat gigi
Bidan
Administrasi
Cleaning Service
Satpam/jaga malam

Jumlah
PNS
Job
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1

Total
2
1
1
4
1
2
1
1
1
37

Total
2
12
SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA DI RW 013

5.5

Jumlah Rumah Sakit

1 buah

Jumlah Puskesmas

1 buah

Jumlah Dokter praktek

4 buah

Jumlah Bidan Praktek swasta

4 buah

5.6

HASIL PENELITIAN

5.6.1

DATA UMUM

14

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan umur kader Posyandu di RW 013 Kelurahan


Kapuk
No.

Umur

Dahlia I
n = 11

1
2
3
4
5

20-29
30-39
40-49
50-59
60-69

1
3
2
2
3

Dahlia II
%

9
27,3
18,2
18,2
27,3

n = 10
1
4
3
2
0

%
10
40
30
20
0

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden Posyandu Dahlia I


berumur 30-39 tahun dan 60-69 tahun sebanyak masing-masing 27,3% dan sebagian kecil
berumur 20-29 tahun sebanyak 9% sedangkan sebagian besar responden Dahlia II berumur
30-39 tahun sebanyak 40% dan tidak terdapat kader Posyandu yang berumur diatas 59 tahun.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan pendidikan kader Posyandu di RW 013


Kelurahan Kapuk
38

No.

Pendidikan

Dahlia I
n = 11

Dahlia II
%

n = 10

Dasar (SD,SMP)

63,6

60

Menengah

27,3

40

9,1

(SMA,Sederajat)
3

Tinggi
(Diploma,Sarjana)

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden Posyandu Dahlia I


berpendidikan dasar sebanyak 63,6% dan sebagian kecil berpendidikan tinggi sebanyak 9,1%
sedangkan sebagian besar responden Dahlia II berpendidikan dasar sebanyak 60% dan tidak
ada yang berpendidikan tinggi.
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan kader Posyandu di RW 013
Kelurahan Kapuk
No.

Pekerjaan

Dahlia I
n = 11

Dahlia II
%

n = 10

Bekerja

9,1

Ibu Rumah Tangga

10

90,9

10

100

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden Posyandu Dahlia I


merupakan ibu rumah tangga sebanyak 90,9% dan sebagian kecil bekerja sebanyak 9,1%
sedangkan seluruh responden Posyandu Dahlia II merupakan ibu rumah tangga.

5.6.2

DATA KHUSUS

Grafik 1. Tingkat pengetahuan kader Posyandu Dahlia I RW 013 Kelurahan Kapuk

39

Berdasarkan Grafik 1 sebelum dilakukan intervensi sebagian besar kader Posyandu Dahlia I
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Posyandu sebanyak 3 orang (27,2%) dan memiliki
pengetahuan yang cukup dan baik sebanyak masing-masing 4 orang (36,4%). Setelah
dilakukan intervensi pengetahuan kader meningkat, sebagian besar kader memiliki
pengetahuan yang baik tentang Posyandu sebanyak 10 orang (90,9%) dan memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 1 orang (9,1%) serta sudah tidak ada kader Posyandu yang
memiliki pengetahuan kurang. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pengetahuan kader Posyandu I.

Grafik 2. Tingkat pengetahuan kader Posyandu Dahlia II RW 013 Kelurahan Kapuk

40

Berdasarkan Grafik 2 sebelum dilakukan intervensi sebagian besar kader Posyandu Dahlia II
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Posyandu sebanyak 7 orang (70%) dan
pengetahuan cukup 3 orang (30%). Setelah dilakukan intervensi pengetahuan kader
meningkat, sebagian besar kader memiliki pengetahuan yang baik tentang Posyandu sebanyak
70% dan memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 20% serta pengetahuan yang kurang
sebanyak 10%. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh pelatihan terhadap
pengetahuan kader Posyandu.

Grafik 3 Pendataan SKDN Posyandu Dahlia I tahun 2015

41

Berdasarkan Grafik 3 sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Januari dan Februari,
hasil pencatatan SKDN Posyandu Dahlia I memiliki jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) yang selalu sama yaitu 724 anak dengan yang memiliki KMS (K) sebanyak 181
anak. Sedangkan untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) pada bulan Januari
sebanyak 52 anak dan bulan Februari sebanyak 48 anak dengan berat badan yang naik pada
bulan Januari sebanyak 19 anak dan bulan Februari sebanyak 17 anak. Setelah dilakukan
intervensi selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April, hasil pencatatan SKDN Posyandu
Dahlia I pada bulan April mulai berubah dengan jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) sebanyak 557 anak dan yang memiliki KMS (K) sebanyak 557 anak. Sedangkan
untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang pada bulan April menjadi 105 anak dan yang
naik berat badannya menjadi 33 anak. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pencatatan laporan SKDN Posyandu Dahlia I.

Grafik 4. Pendataan SKDN Posyandu Dahlia II tahun 2015

42

Berdasarkan Grafik 4 sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Januari dan Februari,
hasil pencatatan SKDN Posyandu Dahlia II memiliki jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) yang selalu sama yaitu 644 anak dengan yang memiliki KMS (K) sebanyak 181
anak. Sedangkan untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) pada bulan Januari
sebanyak 27 anak dan bulan Februari sebanyak 25 anak dengan berat badan yang naik pada
bulan Januari sebanyak 2 anak dan bulan Februari sebanyak 2 anak. Setelah melakukan
intervensi selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April, hasil pencatatan SKDN Posyandu
Dahlia II pada bulan April mulai berubah dengan jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) sebanyak 209 anak dan yang memiliki KMS (K) sebanyak 209 anak. Sedangkan
untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang pada bulan April menjadi 40 anak dan yang naik
berat badannya menjadi 9 anak. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pencatatan laporan SKDN Posyandu Dahlia II.

Grafik 5. Cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di wilayah
kerja Posyandu RW 013
43

Berdasarkan Grafik 5 sebelum dilakukan intervensi, D/S Posyandu Dahlia I pada bulan
Januari sebanyak 7,18% menurun pada bulan Februari menjadi 6,6% dan setelah dilakukan
intervensi selama 2 bulan, D/S pada bulan April meningkat menjadi 18,9%. Sedangkan
Posyandu Dahlia II pada bulan Januari sebanyak 4,1% menurun pada bulan Februari menjadi
3,8% dan setelah dilakukan intervensi selama 2 bulan, D/S pada bulan April meningkat
menjadi 19,1 %. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh pelatihan dan motivasi
terhadap peningkatan D/S di Posyandu Dahlia I dan Dahlia II.

BAB VI
DISKUSI

44

Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan dan cakupan bayi dan
balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di wilayah kerja Posyandu Dahlia I dan II setelah
dilakukan intervensi.
6.1

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Sebagian besar responden berusia 30-39 tahun sebanyak 27,3% pada Posyandu Dahlia

I dan 40% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana umur berpengaruh terhadap minat menjadi
kader Posyandu. Semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah kedewasaan dan
responden berusia produktif merupakan potensi memberikan pengaruh dan dapat menjadi
sumber informasi.9,21
Sebagian besar responden mengenyam pendidikan dasar (SD dan SMP) sebanyak
63,6% pada Posyandu Dahlia I dan 60% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana
kebanyakan responden dari penelitiannya mengenyam pendidikan SMA. Namun menurut
Notoadmojo, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat
pemahamannya terhadap informasi. Pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang
untuk bertindak atau berprilaku karena pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk
seseorang berprilaku. Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan pengetahuan akan
mempengaruhi keterampilan kader. Tetapi pendidikan formal tidak dapat menjadi tolak ukur
karena pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Meskipun secara tidak
langsung dapat menilai kecepatan penyerapan materi pelatihan pada kader yang memiliki
pengetahuan tinggi.9,21
Sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 90,9% pada
Posyandu Dahlia I dan 100% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana kebanyakan responden dari
penelitiannya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kader
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak dalam mengikuti
kegiatan Posyandu.21

6.2

PENGARUH

PELATIHAN

TERHADAP

PENGETAHUAN

KADER

POSYANDU RW 013
45

Pelatihan merupakan suatu bentuk proses pendidikan kesehatan melalui pelatihan


kepada sasaran belajar yang akan memperoleh pengalaman sehingga dapat memperoleh
perubahan prilaku. Sebelum dilakukan intervensi pada Posyandu Dahlia I, kader Posyandu
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 27,2% dan pengetahuan baik sebanyak 36,4% tetapi
setelah diberikan pelatihan secara berkala, pengetahuan kader Posyandu Dahlia I meningkat
menjadi 90,9% yang memiliki pengetahuan baik dan sudah tidak ada lagi yang memiliki
pengetahuan kurang. Terjadi peningkatan pengetahuan sebanyak 54,5% yang memiliki
pengetahuan baik dan terjadi penurunan pengetahuan buruk sebanyak 27,2%. Sedangkan pada
kader Posyandu Dahlia II memiliki pengetahuan yang kurang tentang Posyandu yaitu
sebanyak 60% dan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi setelah diberikan
pelatihan secara berkala, pengetahuan kader Posyandu Dahlia II meningkat yang sebelumnya
tidak ada yang memiliki pengetahuan baik menjadi 70% memiliki pengetahuan baik dan 10%
pengetahuan buruk. Terjadi peningkatan pengetahuan sebanyak 70% yang memiliki
pengetahuan baik dan terjadi penurunan pengetahuan buruk sebanyak 50%.
Posyandu Dahlia II merupakan Posyandu yang masih baru dan belum pernah
mendapat pelatihan sehingga sebelum diberikan pelatihan tidak ada satupun yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang Posyandu terutama masalah KMS mulai dari cara pencatatan
yang baik dan benar sampai interprestasi dan kegiatan sebagai kader Posyandu. Sedangkan
untuk Posyandu Dahlia I merupakan kader yang sudah lama melakukan kegiatan Posyandu
sehingga pelatihan ini sebagai penyegaran dan memperbaiki kekurangan yang ada. Meskipun
kader Posyandu Dahlia I sudah lama menjadi seorang kader tetapi masih banyak yang belum
mengetahui 5 kegiatan utama Posyandu. Setelah dilakukan pelatihan pengetahuan kader mulai
bertambah, walaupun penyerapan materi setiap kader berbeda-beda sehingga perlu
pengulangan beberapa kali dan dilanjutkan dengan simulasi untuk menambah keterampilan
kader.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aminuddin, Andi Zulkifli,
Nurhaedar Djafar pada tahun 2011, adanya perbedaan peningkatan pengetahuan antara Pretest
dan Posttest. Berdasarkan hasil uji McNemar menunjukkan peningkatan pengetahuan kader
yang signifikan (0,023) setelah diberikan pendampingan dan pelatihan. 19 Selain dari hasil
kuisioner, pengaruh pelatihan terhadap pengetahuan kader Posyandu dapat terlihat secara
nyata mulai dari cara mengisi KMS yang baik dan benar, melakukan penyuluhan perorangan
melalui hasil KMS, melakukan penyuluhan berkelompok yang dilakukan kader sampai kader
mandiri untuk melakukan kegiatan Posyandu tanpa bantuan dari Posyandu lainnya. Pelatihan
kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader
46

dalam melakukan kegiatan Posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu. Sesuai dengan teori proses prilaku adanya kesadaran dengan
mengetahui lebih dalam tentang Posyandu yang merupakan buah hasil dari pengetahuan yang
didapat sehingga kader merasa tertarik dan menimbang-nimbang untuk melakukan hal
tersebut dan akhirnya mulai mencoba perilaku baru dan mendopsi hal tersebut di Posyandu.
Sehingga pelatihan ini memberikan pengaruh terhadap pengetahuan kader yang diadopsi
sebagai prilaku.
6.3

PENGARUH PELATIHAN DAN MOTIVASI TERHADAP CAKUPAN BAYI


DAN BALITA YANG DITIMBANG BERAT BADANNYA (D/S) DI WILAYAH
KERJA POSYANDU RW 013
Posyandu Dahlia I sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Februari jumlah

cakupan D/S sebanyak 6,6% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebanyak (D) 48
bayi dan balita kemudian setelah 2 bulan intervensi terjadi peningkatan cakupan D/S menjadi
18,9% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) sebanyak 105 bayi dan balita. Dari
sini dapat terlihat terjadi peningkatan cakupan D/S sebanyak 12,3%.
Posyandu Dahlia II sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Februari jumlah
cakupan D/S sebanyak 3,8% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebanyak (D) 25
bayi dan balita kemudian setelah 2 bulan intervensi terjadi peningkatan cakupan D/S menjadi
19,1% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) sebanyak 40 bayi dan balita. Dari
sini dapat terlihat terjadi peningkatan cakupan kedatangan bayi dan balita sebanyak 15,3%.
Dari hasil penelitian pada kedua Posyandu tersebut, adanya pengaruh pelatihan
terhadap peningkatan cakupan kedatangan bayi dan balita sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aminuddin, Andi Zulkifli, Nurhaedar Djafar pada tahun 2011, berdasarkan
hasil statistik cukup bermakna dengan menggunakan hasil uji McNemar p=0,000 setelah
dilakukan intervensi berupa pelatihan dan pendampingan terjadi peningkatan kedatangan bayi
dan balita. Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih
Wirapuspita pada tahun 2013 Ada hubungan pelatihan dengan kinerja kader, kader yang diberi
motivasi dan pelatihan akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan p=0,018 dan terdapat
hubungan yang bermakna antara bantuan operasional dengan kinerja kader. Pemberian
penghargaan dan kompensasi dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan kinerja yang
baik p=0,002. Pada kader aktif, faktor motivasi eksternal berpengaruh lebih bermakna sesuai
dengan teori Maslow yang mengemukakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan rasa

47

ingin dihargai. Pengakuan terhadap penghargaan merupakan alat motivasi yang cukup
ampuh.19,21,24
Dengan adanya pelatihan membuat pengetahuan kader tentang Posyandu bertambah
sehingga berpengaruh terhadap keterampilan kader. Keterampilan kader merupakan kunci
keberhasilan dalam sistem pelayanan Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang
terampil dapat memberikan respon positif dari ibu-ibu bayi dan balita sehingga dapat terlihat
dengan meningkatnya D/S. Tetapi prilaku berupa keterampilan kader tidak dapat diubah
secara langsung membutuhkan proses untuk mendapatkan hasil yang baik. Keterampilan
kader Posyandu RW 013 dapat dilihat terutama dalam segi pencatatan laporan. Sebelumnya
kedua Posyandu menggunakan data jumlah bayi dan balita yang sama yaitu pendataan yang
dilakukan beberapa tahun yang lalu, yang mana seharusnya digunakan pendataan baru sesuai
wilayah kerja masing-masing Posyandu setiap bulannya dan jumlah bayi dan balita yang
ditimbang diwilayah kerja seharusnya dapat ditambah dari PAUD, bidan atau dokter klinik.
Oleh sebab itu sangat mempengaruhi angka cakupan D/S sebelum dan setelah dilakukan
intervensi walaupun angka D/S masih jauh dari target nasional yaitu lebih dari 85%. Selain itu
motivasi eksternal berupa penghargaan terhadap kader dapat menghasilkan kinerja yang baik
dari kader Posyandu yang dapat dilihat dengan jumlah bayi yang ditimbang meningkat
sebelum dan sesudah diberi intervensi. Kader membutuhkan pelatihan untuk menunjang
keterampilan sebagai kader Posyandu ditambah dengan motivasi untuk menambah semangat
kader dalam melakukan kegiatan Posyandu.
Pada bulan Maret, Posyandu RW 013 dikunjungi oleh yayasan Ronal Mc Donald Care
Mobile ini menambah antusias ibu bayi dan balita datang ke Posyandu dikarenakan adanya
pengobatan yang dilakukan dari tim kesehatan yayasan Ronal Mc Donald Care Mobile dan
PMT yang berbeda dari PMT sebelumnya sehingga jumlah bayi dan balita yang ditimbang
meningkat pesat di Posyandu Dahlia I yaitu sebanyak 92 bayi dan balita yang datang ke
Posyandu dengan D/S 12,7% dibandingkan pada bulan Februari hanya 48 bayi dan balita
yang ditimbang di Posyandu dengan D/S 6,6% sedangkan pada Posyandu Dahlia II
mengalami penurunan jumlah bayi dan balita yang ditimbang ketika tim kesehatan yayasan
Ronal Mc Donald Care Mobile datang yaitu sebanyak 24 bayi dan balita yang datang ke
Poyandu dengan D/S 3,7% dibandingkan dengan bulan Februari sebanyak 25 bayi dan balita
yang datang ke Posyandu dengan D/S 3,8%. Dari sini dapat dilihat salah satu faktor yang
menambah kedatangan bayi dan balita pada Posyandu Dahlia I adalah pelayanan kesehatan
dan PMT tetapi jarak tempuh juga menentukan kedatangan bayi dan balita yang dapat terlihat
48

dengan menurunnya angka kedatangan bayi dan balita pada Posyandu Dahlia II dikarenakan
jarak tempuh yang cukup jauh ke lokasi pos RW 013 yaitu tempat berlangsungnya kegiatan
Posyandu pada bulan Maret tersebut.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
49

7.1

Kesimpulan

1.

Setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan terjadi peningkatan pengetahuan kader


Posyandu baik Posyandu Dahlia I dan Posyandu Dahlia II. Hampir sebagian besar
kader Posyandu memiliki pengetahuan kategori baik setelah dilakukan pelatihan
sehingga adanya pengaruh pelatihan terhadap tingkat pengetahuan kader Posyandu

2.

Setelah dilakukan intervensi berupa pelatihan terjadi perubahan kinerja Posyandu


menjadi lebih baik sehingga terjadi peningkatan cakupan bayi dan balita yang
ditimbang berat-badannya (D/S). Ini menunjukkan adanya pengaruh pelatihan
terhadap cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat-badannya (D/S).

3.

Setelah dilakukan intervensi berupa motivasi eksternal berupa hadiah, ini menambah
daya tarik kader Posyandu untuk meningkatkan kinerja kader Posyandu melalui
peningkatan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat-badannya (D/S). Ini
menunjukkan adanya pengaruh motivasi terhadap cakupan bayi dan balita yang
ditimbang berat-badannya (D/S).

4.

Disamping pelatihan dan motivasi, pelayanan kesehatan dan PMT serta jarak tempuh
menentukan kedatangan bayi dan balita untuk ditimbang di Posyandu.

7.2

Saran

1.

Sebaiknya penelitian dilakukan dalam waktu yang lebih panjang karena untuk melihat
perubahan prilaku dibutuhkan waktu yang tidak singkat.

2.

Pemegang kebijakan dapat merencanakan dan mengadakan pelatihan ataupun


penyegaran kader secara intensif kepada seluruh kader dengan kuota peserta yang
tidak terlalu banyak dan dilatih oleh tenaga kesehatan.

3.

Pemegang kebijakan dapat memberikan sarana dan prasana yang mendukung untuk
kegiatan Posyandu sehingga menciptakan daya tarik yang dapat meningkatkan D/S.

4.

Pemegang kebijakan dan seluruh masyarakat untuk memberi motivasi yang


mendukung kegiatan Posyandu

5.

Kepada kader untuk lebih banyak membaca dan menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan tugas dan fungsi kader terutama dibidang kesehatan karena sebagai
perpanjangan tangan dari petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

50

1. Nuryani Y, Dewi AP, Misrawati. Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja Kader


Posyandu di Kelurahan Tangerang Selatan Pekanbaru. Available at:
http://103.10.169.96/xmlui/bitstream/handle/123456789/4165/MANUSCRIPT
%20YULIUS.pdf?sequence=1. Accessed on March 19, 2015.
2. Nofianti S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemanfaatan
Posyandu Oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Maek Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2012. Available at: http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0CE4QFjAG&u
rl=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20317921-S-Susi
%2520Nofianti.pdf&ei=ovUpVZCoAZXkuQSCpYG4Ag&usg=AFQjCNFPhEzWy50gANIjBbTSWRWcoQbiQ&bvm=bv.90491159,d.c2E. Accessed on March
19, 2015.
3. Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2012. Ayo ke Posyandu
Setiap Bulan. Available at: http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F
%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpromosikesehatan%2Fbuku-sakuposyandu.pdf&ei=eQEqVfekF4SzuASfzYHAAg&usg=AFQjCNEcqQAcYzdOYRHk68WEiMXNiU12g&bvm=bv.90491159,d.c2E. Accessed on March 19, 2015.
4. Sudarsono. Hubungan Sikap dan Motivasi dengan Kinerja Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kabupaten Blitar. Available at:
http://eprints.uns.ac.id/10234/1/186501111201109411.pdf. Accessed on March 19,
2015.
5. Dinas Kesehatan. Penting buat Kader Posyandu. Available at: http://www.dinkeskotasemarang.go.id/?p=kegiatan_mod&j=lihat&id=156. Accessed on 19 March, 2015
6. Ilham, Irmayani, Agustina. Hubungan Pengetahuan, Pelatihan dan Motivasi Kader
dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Lisu Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru. Available at: http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/8/elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin--ilhamirmay-376-1-32138490-1.pdf.
Accessed on 19 March, 2015
7. Sukiarko E. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah
Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu.
Available at: http://eprints.undip.ac.id/15497/1/Edy_Sukiarko.pdf. Accessed on
March 21, 2015
51

8. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Kader. Available at:


http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2012/07/kader-1.pdf.
Accessed on March 19. 2015
9. Djuhaeni H, Gondodiputro S, Suparman R. Motivasi Kader Meningkatkan
Keberhasilan Kegiatan Posyandu. Available at:
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/view/26. Accessed on March
21,2015
10. Kementerian Kesehatan RI . Kurikulum dan Modul Pelatihan Kader Posyandu.
Available at: https://www.scribd.com/doc/150477272/Kurikulum-dan-ModulPelatihan-Kader-Posyandu. Accessed on March 1,2015
11. Posyandu Kota Bogor. Kader Posyandu. Available at:
http://posyandu.org/posyandu/157-kader-posyandu.html. Accessed on March 20,2015
12. Kementerian Kesehatan RI. Ayo ke Posyandu Setiap Bulan. Available at:
www.promkes.depkes.go.id. Accessed on March 22,2015
13. Kesmas. Kader Posyandu. Available at : http://www.indonesianpublichealth.com/2014/05/kader-posyandu-2.html. Accessed on March 19,2015
14. Kesmas. Manajemen Posyandu. Available at: http://www.indonesianpublichealth.com/2013/03/manajemen-posyandu.html. Accessed on March 19,2015
15. Depkes RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.
Edisi XX. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
16. Pkkjogja. Monitoring Posyandu. Available at:
https://pkkjogja.wordpress.com/2009/08/03/monitoring-posyandu/. Accessed on
March 25, 2015
17. Depkes RI 2003. Kader Posyandu. Available at: http://dinkeslumajang.or.id/kaderposyandu-2/. Accessed on March 22, 2015
18. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Available at:
http://www.slideshare.net/dayoen1/pedoman-umum-posyandu. Accessed on March 4,
2015
19. Aminuddin A, Zulkifli A, Djafar N. Peningkatan Peran Posyandu Partisipatif melalui
Pendampingan dan Pelatihan Upaya Pemantauan Pertumbuhan dan Masalah Gizi
Balita di Bone, Sulawesi Selatan. Available at:
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/127. Accessed on March
30, 2015
20. Fitri H, Mardiana. Pelatihan terhadap Kader Posyandu. Available at:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/1789. Accessed on March
30, 2015
52

21. Wirapuspita R. Insentif dan Kinerja Kader Posyandu. Available at:


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2831. Accessed on March
30, 2015
22. Nugroho HA, Nurdiana D. Hubungan antara Pengetahuan dan Motivasi Kader
dengan Keaktifan Kader Posyandu di Desa Dukuh Tengah Kecamatan Ketanggungan
Kabupaten Brebes. Available at :
jurnal.unimus.ac.id/index.php/FIKkeS/article/view/221/227. Accessed on March 30,
2015
23. Laraeni Y, Wiratni A. Pengaruh Penyegaran Kader Terhadap Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Posyandu Menggunakan Dacin di Wilayah Kerja Puskesmas
Dasan Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Available at :
http://www.lpsdimataram.com/phocadownload/Juli-2014/7-pengaruh%20penyegaran
%20kader%20terhadap%20pengetahuan%20dan%20keterampilan%20kader-yuli
%20laraeni.pdf. Accessed on March 30, 2015
24. Djuhaeni H, Gondodiputro S, Suparman R. Motivasi Kader Meningkatkan
Keberhasilan Kegiatan Posyandu. Available at : http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDAQFjAD&url=http%3A%2F
%2Fejournal.litbang.depkes.go.id%2Findex.php%2Fhsr%2Farticle%2Fdownload
%2F3046%2F3015&ei=xDhSVZPcKpGk8AXNkIC4BA&usg=AFQjCNEUUojiSCP
S2Xwm9jQRdTx-yGZsHA&sig2=HrNwyDM4gjjJawWlOhUsQw. Accessed on
March 30, 2015

53

Anda mungkin juga menyukai