PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Salah satu prioritas bangsa Indonesia saat ini adalah mencapai sasaran Millennium
meningkatkan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) dengan cara
memberikan pelatihan dan motivasi kepada para kader Posyandu di RW 013. Penelitian ini
diharapkan menjadi bahan masukan untuk mencari alternatif pemecahan masalah bagi Dinas
Kesehatan
Bidang
Pengembangan
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
(PPM)
terkait
permasalahan rendahnya cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S).
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas perumusan masalah penelitian ini adalah : Adakah
pengaruh pelatihan dan motivasi kader posyandu terhadap pengetahuan kader dan
peningkatan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di RW 013
Kelurahan Kapuk.
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat
badannya (D/S) di RW 013 Kelurahan Kapuk.
2. Tujuan Khusus
1.4
MANFAAT PENELITIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PELATIHAN
2.1.1
PENGERTIAN PELATIHAN7
Pelatihan merupakan suatu
keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar (Tanjung, 2003). Kirkpatrick
(1994) mendefinisikan pelatihan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan, mengubah
perilaku dan mengembangkan keterampilan. Pelatihan menurut Strauss dan Syaless di dalam
Notoatmodjo (1998) berarti mengubah pola perilaku, karena dengan pelatihan maka akhirnya
akan menimbulkan perubahan perilaku. Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang
menyangkut proses belajar, berguna untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di
luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya
mengutamakan praktek daripada teori.
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada
teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan menggunakan pelatihan orang dewasa
dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan
tertentu. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan
lingkungannya yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah
ditentukan terlebih dahulu (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan, 2002).
2.1.2
TUJUAN PELATIHAN7,8
Tujuan pelatihan kesehatan secara umum
masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan kesehatan sebagai suatu yang
bernilai di masyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan bukanlah
hanya pelajaran di kelas, tapi merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman di mana saja dan
kapan saja, sepanjang pelatihan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan kebiasaan
(Tafal, 1989). Menurut Notoatmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program
kesehatan secara keseluruhan.
PENDEKATAN PELATIHAN
LANGKAH-LANGKAH PELATIHAN7,8
Menurut Lockwood (1994) pelatihan perlu didesain secara efektif untuk memastikan
bahwa program pelatihan telah mencapai efisiensi yang optimal serta mencapai keuntungan
belajar yang maksimum. Depkes (1993) telah menetapkan rancangan program pelatihan
melalui langkah-langkah penyusunan yang merupakan sebuah siklus pelatihan yang dimulai
dari langkah menyusun kebutuhan pelatihan sampai langkah melakukan evaluasi pelatihan.
Langkah 1 : mengkaji kebutuhan pelatihan
Pengkajian kebutuhan pelatihan merupakan suatu studi dengan berbagai cara untuk
menghasilkan informasi tentang pelatihan yang dibutuhkan, materi pelatihan, peserta latih,
asal peserta latih.
Langkah 2 : merumuskan tujuan pelatihan
Dirumuskan adanya tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi, sehingga semakin jelas dan
tepat ke arah mana tujuan yang ingin dicapai dengan pelatihan. Tujuan digambarkan dalam
bentuk kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta ketika selesai mengikuti pelatihan.
Langkah 3 : merancang program pelatihan
Rancangan ini akan menjabarkan kompetensi dalam kegiatan operasional yang dapat diukur.
Rumusan kompetensi ini harus dicapai dengan memberikan materi pelatihan yang tertuang
dalam kurikulum.
Langkah 4 : melaksanakan program pelatihan.
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan pedoman pada
kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Penyimpangan terhadap kurikulum akan dapat
berakibat tidak tercapainya kompetensi yang diharapkan.
Langkah 5 : melakukan evaluasi program pelatihan.
Evaluasi pelatihan merupakan kegiatan penilaian terhadap pelaksanaan program pelatihan
yang mencakup penilaian terhadap peserta, pelatih, organisasi penyelenggara dan pencapaian
tujuan pembelajaran.
2.2
MOTIVASI
2.2.1
PENGERTIAN MOTIVASI4
Motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu Movere yang artinya menggerakkan,
sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan Motivation yang berarti dorongan atau
alasan. Arti kata ini tentu saja belum bisa memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
bagaimana perilaku manusia itu teraktualisasi. Pengertian motivasi menurut Robins (2003 :
198) adalah Kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan
individual.
Suatu motivasi individu dapat timbul dari dalam individu (motivasi intrinsik) dan
dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik) dan keduanya mempunyai pengaruh
terhadap perilaku dan semangat kerja, ada beberapa pedoman untuk memahami perilaku dan
semangat kerja atau memahami individu dalam kerja. Motivasi merupakan hal yang sangat
penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu kader mau bekerja keras dan
antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi, motivasi ini hanya dapat diberikan kepada
yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan, bagi orang-orang yang tidak mampu tidak perlu
dimotivasi atau percuma. Berdasarkan pada beberapa karakteristik pokokpokok motivasi
diatas dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1) Ada suatu tenaga dalam diri manusia.
2) Mampu memacu perilaku manusia atau organisasi.
3) Lingkungan bisa memperbesar dorongan ini.
4) Ada dorongan yang membuat manusia berperilaku.
5) Bisa mengarahkan perilaku, dan perilaku yang ditimbulkan selalu terfokus pada tujuan
Jadi dorongan individu untuk bertingkah laku itu dapat dirasakan apabila individu
tersebut mempunyai kebutuhan dan akhirnya kebutuhan tersebut mampu memacu individu
untuk berperilaku, sedangkan lingkungan disekitar individu dapat memberikan semangat pada
diri individu, yang nantinya bisa berakibat untuk memperkuat intensitas dari dorongan
tersebut dan akhirnya semua itu akan mengarahkannya kembali kedalam dorongan semula
yang berbentuk perilaku terdahulu.
2.2.2
PROSES MOTIVASI4
Berdasarkan uraian tentang pengertian motivasi dan karakteristik motivasi tersebut
diatas, maka dapat diterangkan tentang proses terjadinya motivasi, dalam proses motivasi ini
dapat menggambarkan dinamika dari motivasi dan dari dinamika tersebut dapat mendorong
manusia untuk berperilaku.
Seseorang bersedia untuk menjadi kader, dikarenakan mereka sangat percaya bahwa
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam kegiatan operasional maka tujuantujuan pribadi (kebutuhan non fisik dan fisik) mereka akan tercapai. Kebutuhan-kebutuhan
yang ada pada setiap orang sedemikian banyaknya. Satu prinsip yang umum berlaku bagi
semua kebutuhan tersebut adalah setelah kebutuhan itu terpuaskan, maka setelah jangka
waktu tertentu akan timbul lagi dan menuntut pemuasan lagi. Timbulnya kebutuhan tersebut
dapat mempunyai tujuan yang sama atau dengan tujuan yang sudah berubah, contoh :
kebutuhan fisik yaitu kebutuhan pakaian, setelah seseorang memakai baju, maka dalam
jangka waktu tertentu akan merasakan ingin punya baju yang lebih baik atau baru. Contoh
lain seseorang yang ingin promosi dalam pekerjaan, maka setelah promosi jabatan
dilaksanakan, lewat beberapa waktu seseorang tersebut akan mulai merasakan kebutuhan
promosi ke taraf yang lebih tinggi. Jadi proses motivasi ini akan berjalan terus menerus untuk
segala macam kebutuhan, dengan kata lain proses motivasi merupakan proses pemenuhan
kebutuhan.
Suatu kebutuhan menurut Robins (1996:199) adalah suatu keadaan internal yang
menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak menarik, dimana suatu kebutuhan yang terpuaskan
akan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam individu tersebut.
Dorongan ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan
tertentu, dimana jika tujuan tersebut tercapai, akan dapat memenuhi kebutuhan yang ada dan
mendorong ke arah pengurangan tegangan.
Setiap individu mempunyai kebutuhan yang kekuatannya berbeda-beda antara
individu satu dengan individu lainnya. Kebutuhan ini menunjukkan kekurangan yang dialami
individu pada saat tertentu baik bersifat biologis (misal kebutuhan makan), kebutuhan
sosiologis (misal kebutuhan afliansi) atau psikologis (misal kebutuhan berprestasi) dan
kebutuhan pengembangan. Timbulnya kebutuhan ini bisa membuat ketidak seimbangan dalam
diri individu, yang mendorong individu itu untuk berusaha mengurangi ketidakseimbangan
tersebut. Dorongan untuk mengurangi ketidak seimbangan ini dilakukan dengan melalui
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan, setelah tujuan tercapai
melalui tindakan, maka akan terasa terpuaskan, namun pada jangka waktu tertentu sudah pasti
akan timbul kebutuhan lagi yang perlu untuk dipenuhi. Apabila suatu kebutuhan yang sama
timbul berulang-ulang dengan berlangsungnya waktu, maka prinsip yang berlaku adalah
proses, namun jika setiap kali timbul kebutuhan baru, maka hal ini disebut jenjang kebutuhan
Maslow.
Jenjang kebutuhan Maslow menyatakan, bila kebutuhan minimal (fisiologis) saja
terpuaskan, maka kebutuhan kelompok pertama (fisiologis) ini akan menuntut paling kuat
untuk dipenuhi. Setelah kebutuhan fisiologis terpuaskan, maka akan terasa adanya tuntutan
dari kebutuhan kelompok kedua (keamanan kerja) dan seterusnya. Sebagai contoh bila
seseorang membutuhkan mobil (kebutuhan fisiknya) sudah terpuaskan, maka ia akan
membutuhkan keamanan di jalan (mencari SIM), dan kemudian baru memenuhi kebutuhan
sosialnya yaitu ingin berkunjung ke famili atau teman, selanjutnya akan membutuhkan
penghargaan dari orang lain karena telah memiliki mobil dan seterusnya.
2.2.3
TEKNIK MOTIVASI4
MACAM MOTIVASI4,9
PENGETAHUAN
2.3.1
PENGERTIAN PENGETAHUAN7
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui
panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan
sendiri (Notoatmodjo, 2010, p: 27).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan
yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan
rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
Pengetahuan tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positf dan aspek negatif.
Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.
10
persepsi sehingga tumbuh keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan
suatu proses komunikasi-informasi-motivasi yang matang, sehingga diharapkan terjadi
perubahan perilaku seseorang.
2.3.3 PROSES PRILAKU TAHU7
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan dan dewi, perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada
stimulus.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya
tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden lebih
baik lagi.
4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang
secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya.
2.4
POSYANDU
2.4.1
PENGERTIAN POSYANDU
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat yang dilaksanakan oleh kader-kader yang sudah terlatih sebagai bentuk
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
guna
memberdayakan
masyarakat
dan
12
2.4.2
TUJUAN POSYANDU10
SASARAN POSYANDU10
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara
garis besar, kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut.10,14,15,16
1. Kegiatan utama
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
1) Pelayanan untuk ibu hamil
2) Pelayanan untuk ibu nifas dan menyusui
a) Penyuluhan/konseling kesehatan.
b) KB pasca-persalinan.
c) ASI eksklusif.
d) Gizi untuk ibu nifas dan menyusui.
e) Pemberian kapsul vitamin A.
f) Perawatan payudara.
g) Pemeriksaan kesehatan umum.
3) Pelayanan untuk bayi dan balita
a) Penimbangan berat badan.
b) Penentuan status pertumbuhan.
c) Penyuluhan dan konseling.
d) Pemeriksaan kesehatan (dilakukan bila ada tenaga kesehatan).
13
PENYELENGGARAAN POSYANDU10,14,17,18
a.
WAKTU PENYELENGGARAAN
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil
kesepakatan.
b.
TEMPAT PENYELENGGARAAN
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah
warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar,
salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
14
c.
PENYELENGGARAAN KEGIATAN
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakan oleh kader Posyandu dengan
bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu,
minimal jumlah kader adalah lima orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang
dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sitem lima langkah.
Lima langkah kegiatan Posyandu adalah kegiatan pelayanan mulai dari pendaftaran
hingga pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada hari buka Posyandu. Langkah pertama
hingga keempat dilaksanakan oleh para kader, sedangkan langkah kelima dilaksanakan oleh
kader bersama petugas kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
PELAKSANA
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Pendaftaran
Penimbangan
Pengisian KMS
Penyuluhan
Kelima
Pelayanan Kesehatan
Kader
Kader
Kader
Kader
Kader
bersama
petugas kesehatan
Lima langkah kegiatan bukan berarti benar-benar harus ada lima meja karena ini
hanyalah merupakan sistem kegiatan, artinya lima jenis kegiatan, dan bisa saja tidak semua
kegiatan menggunakan meja sesungguhnya.
balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama anak ditulis pada
KMS dan secarik kertas yang kemudian di selipkan pada KMS-nya.
b.
Selain itu, kader juga mendaftar ibu hamil, yaitu nama ibu hamil tersebut ditulis
pada formulir atau Register Ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita,
langsung dipersilahkan menuju langkah 4.
2.
Kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa bayi/balitanya dan
menyerahkan KMS kepada kader di langkah 2.
3.
anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Pada setiap hari buka
Posyandu, kader diharapkan dapat mengisi KMS dalam buku KIA seluruh anak yang datang
dan ditimbang. KMS ini menjadi penting karena merupakan suatu alat pemantau pertumbuhan
anak. Selain mampu mengisi, kader diharapkan juga mampu membaca dan menilai grafik
yang terbuat dari hasil penimbangan anak setiap bulan sehingga ia dapat memberikan
penilaian apakah anak bertumbuh dengan baik atau kurang baik. Jika anak bertumbuh baik,
berikan pujian kepada ibu serta ingatkan untuk menimbang anaknya di Posyandu pada bulan
berikutnya. Bila pertumbuhan anak kurang baik, perlu dirujuk kepada petugas kesehatan.
Untuk itu, kader perlu memperhatikan cara mengisi dan membaca KMS dengan benar
agar pengambilan keputusan tidak salah.
Cara mengisi KMS:
16
a.
Pada balita yang baru pertama kali ditimbang, perhatikan isian Nama Ibu dan
Nama Anak pada sampul depan buku KIA. Jika masih kosong, isilah nama ibu dan
nama anak dengan jelas. Tambahkan nama panggilan/nama kecil jika ada.
b.
Perhatikan juga halaman iv buku KIA, apakah Nomor Regristrasi, Nomor Urut,
dan Indentitas Keluarga sudah terisi dengan lengkap. Jika belum, bantulah
ibu/keluarga balita untuk mengisinya.
c.
Pilihlah KMS untuk laki-laki berwarna biru (halaman 49-50 buku KIA). Pilihlah KMS
untuk perempuan berwarna merah muda (halaman 51-52 buku KIA).
d.
Isilah nama anak dan nama Posyandu pada bagian atas halaman KMS.
e.
Isilah bulah lahir anak pada kolom Bulan Penimbangan di bawah umur 0 (nol)
bulan.
Contoh: Aida lahir pada tanggal 17 Februari 2008. Tulis Februari 08 di bawah
umur 0 bulan.
f.
g.
Tulis berat badan anak pada kolomBB (kg) di bawah kolom Bulan Penimbangan
h.
Tentukan letak titik hasil penimbangan berat badan pada KMS dengan cara
menghubungkan garis mendatar berat badan dan garis tegak umur pada grafik KMS.
Lalu buat titik yang mudah terlihat.
i.
Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus.
Catatan: Jika anak bulan lalu tidak ditimbang maka garis pertumbuhan tidak dapat
dihubungkan.
j.
Catat setiap kesakitan yang dialami anak pada bulan saat anak ditimbang di atas titik
hasil penimbangan yang telah ditentukan.
Isi kolom pemberian ASI Eksklusif dengan tanda centang () bila pada bulan
tersebut bayi masih diberi ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain. Bila diberi
17
makanan lain selain ASI, bulan tersebut dan bulan berikutnya diisi dengan tanda strip
(-).
k.
Selanjutnya kader menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju
langkah ke-4.
4.
a.
Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga balita membacakan dan
menjelaskan data KMS tersebut.
b.
Naik (N): grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya dan
kenaikan berat badan lebih besar daripada KBM.
2.
Naik (N): grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya dan kenaikan berat
badan lebih besar daripada KBM.
3.
Tidak Naik (T): grafik berat badan memotong garis pertumbuhan di bawahnya
dan kenaikan berat badan lebih kecil daripada KBM.
Tidak Naik (T): grafik berat badan mendatar dan kenaikan berat badan lebih kecil
daripada KBM.
4.
Tidak naik (T): grafik berat badan menurun dan kenaikan grafik berat badan lebih
kecil dari KBM.
c.
Setelah kesimpulan didapat, status pertumbuhan anak tersebut dicatat pada kolom
N/T dengan menuliskan N jika naik atau T jika tidak naik. Kader kemudian
18
memberikan nasehat kepada keluarga balita, baik dengan mengacu pada data KMS
maupun hasil pengamatan terhadap anaknya.
d.
Apabila tidak ada petugas kesehatan di kegiatan 5 (pelayanan), kader dapat melakukan
rujukan ketenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas apabila ditemukan masalah
pada balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.
e.
Selain itu, kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar,
misalnya pemberian makanan tambahan (PMT), tablet tambah darah (tablet besi),
vitamin A, oralit, dan lain-lain.
f.
g.
Berdasarkan hasil penilaian pertumbuhan balita, tindak lanjut yang dapat dilakukan
adalah:
1.
2.
Berat badan tidak naik 2 kali (T2) atau berada di bawah garis merah (BGM):
a. Berikan pujian kepada ibu yang sudah membawa balita ke Posyandu.
b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan
anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.
c. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik
tanpa menyalahkan ibu.
d. Berikan nasihat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai
golongan umurnya.
e. Rujuk anak ke tempat rujukan terdekat sesuai dengan kondisi anak.
4.
5.
bidan, atau petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) yang memberikan layanan antara
lain imunisasi, KB, pemberian tablet tambah darah (tablet besi), vitamin A, dan obat-obatan
lainnya.
d.
TUGAS KADER
20
b.
c.
Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi kader yang menangani pendaftaran,
penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta pelayanan
yang dapat dilakukan oleh kader.
d. Kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan atau petugas lainnya. Sebelum
pelaksanaan kegiatan kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas
lainnya terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini
merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya atau rencana kegiatan yang
telah ditetapkan berikutnya.
e.
Menyiapkan bahan pemberian makanan tambahan PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan
(jika
diperlukan),
serta
penyuluhan.
Bahan-bahan
penyuluhan
sesuai
dengan
permasalahan yang ada yang dihadapi oleh para orang tua di wilayah kerjanya serta
disesuaikan dengan metode penyuluhan, misalnya: menyiapkan bahan-bahan makanan
apabila mau melakukan demo masak, lembar balik apabila mau menyelenggarakan
kegiatan konseling, kaset atau CD, KMS, buku KIA, sarana stimulasi balita, dan lain-lain.
f.
Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui,
dan sasaran lainnya.
21
b.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada Posyandu,
dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, deteksi perkembangan
anak, pemantauan status imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orang tua tentang
pola asuh yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan balita, dan lain
sebagainya.
c.
Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil pengukuran dan
pemantauan kondisi balita.
d.
Melakukan penyuluhan tentang pola asuh balita, agar anak tumbuh sehat, cerdas, aktif
dan tanggap. Dalam kegiatan itu, kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling,
diskusi kelompok. dan demonstrasi dengan orang tua keluarga balita.
e.
Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada anaknya,
dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.
f.
Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang ke Posyandu dan minta
mereka untuk kembali pada hari Posyandu berikutnya.
g.
Menyampaikan informasi pada orang tua agar menghubungi kader apabila ada
permasalahan yang terkait dengan anak balitanya, jangan segan atau malu.
h.
Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka Posyandu.
Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka Posyandu, pada
anak yang kurang gizi, atau pada anak yang mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lainlain.
b.
c.
d.
akan datang. Usulan dari masyarakat inilah yang nanti digunakan sebagai acuan dalam
menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.
e.
Mempelajari sistem informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem pencatatan data atau
informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di Posyandu, dan memasukkan
kegiatan Posyandu tersebut dalam SIP. Manfaat SIP ini adalah sebagai acuan bagi kader
untuk memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis kegiatan
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
f.
Format SIP meliputi catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan balita, kematian ibu
hamil, melahirkan, nifas. Catatan bayi dan balita yang ada si wilayah kerja Posyandu.
Catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah darah bagi ibu
hamil, tanggal dan status pemberian imunisasi. Selanjutnya juga ada catatan wanita usia
subur, pasangan usia subur, jumlah rumah tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan,
imunisasi ibu hamil, risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan
desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu. Pada dasarnya, kader
Posyandu menjalankan tugasnya sebagai pencatat, penggerak dan penyuluh.
2.4.6
SKDN
Menurut Supariasa dalam Sagala (2005), penimbangan adalah pengukuran
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita, KMS
Bagi Balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan
indeks antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin.
KMS adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak, oleh karena itu KMS harus disimpan oleh ibu balita di
rumah dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi Posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk bidan dan dokter. Dengan KMS, gangguan pertumbuhan atau risiko
23
kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Keberhasilan Posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN, yaitu:
S : Jumlah seluruh balita di wilayah kerja Posyandu
K : Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja Posyandu
D : Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja Posyandu
N : Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik.
Keberhasilan Posyandu berdasarkan :
1. D/S, yaitu baik/kurangnya peran serta (partisipasi) masyarakat
2. N/D , yaitu berhasil/tidak program posyandu
Lokasi
Subjek
Metode
Aminuddin
Aminuddin,
Andi Zulkifli,
Nurhaedar
Djafar19
Sulawesi
30 Kader
Kuasi
Selatan
Posyandu, tokoh
eksperimen
menunjukkan
masyarakat dan
dengan
peningkatan
ibu balita
the
(4 desa dengan 8
Posyandu)
Hasil
desain
non
Hasil
uji
McNemar
randomized pre
pre-post
test-post
control
test
group
design
test
yang
daerah intervensi.
-
Hasil
uji
terhadap
McNemar
peningkatan
intervensi
Hida Fitri M,
Mardiana20
Tegal
25 kader
Eksperimen
Posyandu
semu
dengan
Adanya
perbedaan
signifikan keterampilan
24
(5 Posyandu)
Yulius
Nuryani, Ari
Pristiana Dewi,
Misrawati1
Pekanbaru
desain
one
kader
Posyandu
pelatihan
68 kader
Deskriptif
posyandu
dengan
Square
pendekatan
disimpulkan
Cross sectional
hubungan
yang
signifikan
antara
(12 Posyandu)
motivasi
terdapat
dan
kinerja
kader posyandu
Ratih
Wirapuspita21
Observasional
Ada
hubungan
dengan
pelatihan
dengan
pendekatam
kinerja
Cross Sectional
yang
diberi
dan
pelatihan
kader,
dapat
kader
motivasi
akan
meningkatkan
kualitas
pelayanan
p=0,018
-
Terdapat
hubungan
operasional
menghasilkan
kinerja
yang
baik
p=0,002
Haryanto Adi
Nugroho,
Brebes
30 kader
Deskriptif
posyandu
korelasi dengan
dan
25
Dewi
Nurdiana22
pendekatan
keaktifan
kader
Cross sectional
dengan
Yuli Laraeni,
Afni Wiratni23
Mataram
Seluruh kader
Pra
Posyandu di
Setelah
penyegaran
experimental
tingkat
pengetahuan
wilayah kerja
dengan
Puskesmas Dasan
rancangan
Cermen
penelitian
Kecamatan
group
Sandubaya
postet design
one
pretest
kategori
tingkat
pengetahuan
sedangkan
cukup
10
orang
termasuk
kategori
pengetahuan
kurang.
Setelah
diberikan
penyegaran
kepada
kader
.
adanya
penyegaran
kader
Posyandu.
26
BAB III
KERANGKA
TEORI, KERANGKA KONSEP, VARIABEL
Faktor predisposisi
:
Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
1. Demografi
karakteristik
3.1.1
KERANGKA TEORI
3. Sikap
Teori L.Green
4. Nilai
Teori Anderson
Faktor pendukung :
5. Motivasi
1. Keluarga
Faktor pemungkin :
2. Masyarakat
1. Ketersediaan sumber
daya kesehatan
2. Keterjangkauan
sumber daya kesehatan
3. Prioritas dan
komitmen
masyarakat/pemerintah
PERUBAHAN
PRILAKU
Faktor kebutuhan :
1. Kebutuhan yang
dirasakan individu
terhadap pelayanan
4. keterampilan yang
berkaitan dengan
kesehatan
Faktor penguat :
1. Keluarga
2. Guru
3. Teman sebaya
4. Petugas kesehatan
27
3.1.2
KERANGKA KONSEP
Y
O
3.2
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan dan motivasi
kader posyandu.
2. Variabel terikat adalah pengetahuan kader posyandu RW 13 dan cakupan D/S
28
3.3
Definisi Operasional
Definisi
Alat Ukur
Hail Ukur
Pelatihan
Operasional
Perlakuan
Materi posyandu
Kader
oleh
Posyandu
dengan
peneliti
Pengertian
cara
Tujuan
datang ke RW
Sasaran
13
Penyelenggaraan
memberikan
kegiatan (5 program
pengetahuan
utama,
seputar
meja,
posyandu dan
Penyuluhan)
sistem
Skala
KMS,
melakukan
Pendanaan
simulasi
Pencatatan
dan
pelaporan
-
Cakupan
penimbangan balita
Motivasi
Dorongan
Kader
Posyandu
kemauan
meningkatkan
cakupan D/S
29
kader
untuk
aktif
dalam
posyandu
sehingga D/S
dapat
meningkat
Pengetahuan
Pernyataan
Diukur
Kader
responden
kuisioner,
Posyandu
dengan
variabel
Ordinal
ini Dapat
1. Baik, bila
diketahui
tentang
12,5
posyandu
2.
Kurang,
75
3. Tidak baik :
55
balita dan
bayi Diukur
Rasio
yang
yang
Posyandu
ditimbang
ditimbang
berat
berat
badannya
badannya
(D/S)
di kerja
bayi
dan balita di
wilayah kerja
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan quasy
experimental dengan rancangan penelitian pre-test post-test design. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian.
4.2
4.2.1
TEMPAT PENELITIAN
a. Angka D/S Posyandu masih jauh dari nilai target yang ditetapkan dinas kesehatan yaitu
lebih dari 85%
b. Belum pernah mendapatkan pelatihan intensif untuk kegiatan Posyandu
c. Terdapat banyak kader baru yang belum memahami Posyandu
4.2.2
WAKTU PENELITIAN
4.3.1
POPULASI
Populasi penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu RW 013 (Posyandu Dahlia I dan II)
a.
KRITERIA INKLUSI
4.3.2
b.
KRITERIA EKSKLUSI
SAMPEL
Sampel penelitian ini adalah seluruh kader posyandu RW 13 dikarenakan jumlah kader
mengambil
seluruh
populasi
menjadi
sampel
penelitian
sehingga
dapat
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen
Kuisioner
Fungsi Instrumen
Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang
2.
Wawancara Langsung
Posyandu
Untuk menyatukan persepsi antara peneliti dan
3.
4.
Papan Tulis
Kartu Menuju Sehat (KMS)
kader
Untuk memberikan materi pelatihan Posyandu
Untuk memberikan pelatihan serta simulasi
5.
6.
Hadiah
8.
32
4.5
4.5.1
pendanaan)
Tujuan
Simulasi KMS
Sasaran
Memberikankegiatan
intervensi(5berupa
sistem utama,
Penyelenggaraan
program
penyelenggaraan Posyandu dan pencatatan laporan
sistem 5 meja, KMS, Penyuluhan)
bulanan Posyandu serta penyerahan Spanduk dan
Pendanaan
Poster
Simulasi penyelenggaraan Posyandu dan
pencatatan laporan bulanan Posyandu
Memberikan intervensi berupa materi penyuluhan
gizi
Simulasi penyuluhan
Peneliti melakukan penyebaran kuisioner (Posttest) dan
wawancara langsung serta motivasi eksternal
33
4.5.2
DATA PRIMER
Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung selama melakukan pelatihan dan kegiatan
Posyandu. Selain itu didapatkan informasi yang lebih rinci mengenai pengetahuan melalui
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya serta informasi cakupan D/S melalui laporan
bulanan Posyandu.
4.5.3
DATA SEKUNDER
Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Kelurahan
Kapuk 1.
4.5.4
DATA TERSIER
Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet maupun jurnal-jurnal ilmiah berupa
data yang berkaitan dengan pengetahuan kader Posyandu dan cakupan D/S.
4.6
PENGOLAHAN DATA
Data yang telah diperoleh diolah secara elektronik setelah melalui proses penyuntingan,
pemindahan data ke komputer dan tabulasi. Data yang telah terkumpul dari hasil kuesioner
dan laporan bulanan Posyandu diolah dan dianalisis dengan menggunakan program Microsoft
Word 2010.
4.7
ANALISIS DATA
Analisis Univariat
34
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase
pada variabel-variabel yang diteliti.
Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel tergantung.
4.8
PENYAJIAN DATA
Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk
-
Tabular
Tekstular
Grafik
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagram batang yang menggambarkan
sifat-sifat yang dimiliki
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1
terdapat penduduk yang tidak tetap. RW 013 merupakan RW yang paling jauh dari puskesmas
Kelurahan Kapuk 1. Sebagian besar masyarakat RW 013 bekerja sebagai ibu rumah tangga,
buruh pabrik dan tukang ojek. Pendidikan terakhir penduduk RW 013 rata-rata SMP-SMA,
dengan ekonomi sebagian besar termasuk dalam golongan menengah ke bawah. RW 013
memiliki 3 PAUD dan 2 Posyandu
5.2
DATA GEOGRAFIS
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Wilayah RW 013 merupakan wilayah yang paling jauh dari Puskesmas Kelurahan Kapuk 1
Batas Wilayah RW 013 :
5.3
Sebelah Utara
: RW 016
Sebelah Timur
: RW 014
Sebelah Selatan
: RW 015
Sebelah Barat
: Cengkareng Timur
DATA DEMOGRAFIK
1.
Luas wilayah
= 297,4
Ha
1.
= 8 RW
2.
= 138 RT
3.
= 22.038 KK
5.
Jumlah penduduk
= 69.537 jiwa
RW
JML
RT
LUAS
KK
JIWA
WIL
JML
JML
03
20
57,20
2.798
730
3.528
3.473
5.347
8.820
08
16,00
1.447
503
1.950
3.348
4.419
8.767
09
16
17,00
1.912
547
2.459
3.377
5.294
8.671
011
16
20,00
2.253
566
2.819
3.355
5.373
8.728
012
22
72,00
3.059
443
2.834
3.887
5.530
9.417
013
17
57,00
2.119
559
2.678
3.061
3.899
6.960
014
14
16,00
1.520
617
2.137
3.082
5.372
8.454
016
25
42,20
2.913
720
3.633
3.646
6.074
9.720
138
297,4 18.021
4685
22.038 27.229
41.308
69.537
5.4
mendukung program kesehatan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang terdapat di
Puskesmas Kelurahan Kapuk 1:
Tabel 6. Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kapuk 1
No
Jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Asisten Apoteker
Perawat
Perawat gigi
Bidan
Administrasi
Cleaning Service
Satpam/jaga malam
Jumlah
PNS
Job
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1
Total
2
1
1
4
1
2
1
1
1
37
Total
2
12
SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA DI RW 013
5.5
1 buah
Jumlah Puskesmas
1 buah
4 buah
4 buah
5.6
HASIL PENELITIAN
5.6.1
DATA UMUM
14
Umur
Dahlia I
n = 11
1
2
3
4
5
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
1
3
2
2
3
Dahlia II
%
9
27,3
18,2
18,2
27,3
n = 10
1
4
3
2
0
%
10
40
30
20
0
No.
Pendidikan
Dahlia I
n = 11
Dahlia II
%
n = 10
Dasar (SD,SMP)
63,6
60
Menengah
27,3
40
9,1
(SMA,Sederajat)
3
Tinggi
(Diploma,Sarjana)
Pekerjaan
Dahlia I
n = 11
Dahlia II
%
n = 10
Bekerja
9,1
10
90,9
10
100
5.6.2
DATA KHUSUS
39
Berdasarkan Grafik 1 sebelum dilakukan intervensi sebagian besar kader Posyandu Dahlia I
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Posyandu sebanyak 3 orang (27,2%) dan memiliki
pengetahuan yang cukup dan baik sebanyak masing-masing 4 orang (36,4%). Setelah
dilakukan intervensi pengetahuan kader meningkat, sebagian besar kader memiliki
pengetahuan yang baik tentang Posyandu sebanyak 10 orang (90,9%) dan memiliki
pengetahuan yang cukup sebanyak 1 orang (9,1%) serta sudah tidak ada kader Posyandu yang
memiliki pengetahuan kurang. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pengetahuan kader Posyandu I.
40
Berdasarkan Grafik 2 sebelum dilakukan intervensi sebagian besar kader Posyandu Dahlia II
memiliki pengetahuan yang kurang tentang Posyandu sebanyak 7 orang (70%) dan
pengetahuan cukup 3 orang (30%). Setelah dilakukan intervensi pengetahuan kader
meningkat, sebagian besar kader memiliki pengetahuan yang baik tentang Posyandu sebanyak
70% dan memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 20% serta pengetahuan yang kurang
sebanyak 10%. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh pelatihan terhadap
pengetahuan kader Posyandu.
41
Berdasarkan Grafik 3 sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Januari dan Februari,
hasil pencatatan SKDN Posyandu Dahlia I memiliki jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) yang selalu sama yaitu 724 anak dengan yang memiliki KMS (K) sebanyak 181
anak. Sedangkan untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) pada bulan Januari
sebanyak 52 anak dan bulan Februari sebanyak 48 anak dengan berat badan yang naik pada
bulan Januari sebanyak 19 anak dan bulan Februari sebanyak 17 anak. Setelah dilakukan
intervensi selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April, hasil pencatatan SKDN Posyandu
Dahlia I pada bulan April mulai berubah dengan jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) sebanyak 557 anak dan yang memiliki KMS (K) sebanyak 557 anak. Sedangkan
untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang pada bulan April menjadi 105 anak dan yang
naik berat badannya menjadi 33 anak. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pencatatan laporan SKDN Posyandu Dahlia I.
42
Berdasarkan Grafik 4 sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Januari dan Februari,
hasil pencatatan SKDN Posyandu Dahlia II memiliki jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) yang selalu sama yaitu 644 anak dengan yang memiliki KMS (K) sebanyak 181
anak. Sedangkan untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) pada bulan Januari
sebanyak 27 anak dan bulan Februari sebanyak 25 anak dengan berat badan yang naik pada
bulan Januari sebanyak 2 anak dan bulan Februari sebanyak 2 anak. Setelah melakukan
intervensi selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April, hasil pencatatan SKDN Posyandu
Dahlia II pada bulan April mulai berubah dengan jumlah bayi dan balita di wilayah kerja
Posyandu (S) sebanyak 209 anak dan yang memiliki KMS (K) sebanyak 209 anak. Sedangkan
untuk jumlah bayi dan balita yang ditimbang pada bulan April menjadi 40 anak dan yang naik
berat badannya menjadi 9 anak. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh
pelatihan terhadap pencatatan laporan SKDN Posyandu Dahlia II.
Grafik 5. Cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di wilayah
kerja Posyandu RW 013
43
Berdasarkan Grafik 5 sebelum dilakukan intervensi, D/S Posyandu Dahlia I pada bulan
Januari sebanyak 7,18% menurun pada bulan Februari menjadi 6,6% dan setelah dilakukan
intervensi selama 2 bulan, D/S pada bulan April meningkat menjadi 18,9%. Sedangkan
Posyandu Dahlia II pada bulan Januari sebanyak 4,1% menurun pada bulan Februari menjadi
3,8% dan setelah dilakukan intervensi selama 2 bulan, D/S pada bulan April meningkat
menjadi 19,1 %. Dari grafik diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh pelatihan dan motivasi
terhadap peningkatan D/S di Posyandu Dahlia I dan Dahlia II.
BAB VI
DISKUSI
44
Dari hasil penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan dan cakupan bayi dan
balita yang ditimbang berat badannya (D/S) di wilayah kerja Posyandu Dahlia I dan II setelah
dilakukan intervensi.
6.1
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Sebagian besar responden berusia 30-39 tahun sebanyak 27,3% pada Posyandu Dahlia
I dan 40% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana umur berpengaruh terhadap minat menjadi
kader Posyandu. Semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah kedewasaan dan
responden berusia produktif merupakan potensi memberikan pengaruh dan dapat menjadi
sumber informasi.9,21
Sebagian besar responden mengenyam pendidikan dasar (SD dan SMP) sebanyak
63,6% pada Posyandu Dahlia I dan 60% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana
kebanyakan responden dari penelitiannya mengenyam pendidikan SMA. Namun menurut
Notoadmojo, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat
pemahamannya terhadap informasi. Pendidikan merupakan faktor predisposisi seseorang
untuk bertindak atau berprilaku karena pendidikan merupakan hal yang mendasar untuk
seseorang berprilaku. Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan dan pengetahuan akan
mempengaruhi keterampilan kader. Tetapi pendidikan formal tidak dapat menjadi tolak ukur
karena pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Meskipun secara tidak
langsung dapat menilai kecepatan penyerapan materi pelatihan pada kader yang memiliki
pengetahuan tinggi.9,21
Sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 90,9% pada
Posyandu Dahlia I dan 100% pada Posyandu Dahlia II, penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Ratih Wirapuspita dimana kebanyakan responden dari
penelitiannya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kader
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak dalam mengikuti
kegiatan Posyandu.21
6.2
PENGARUH
PELATIHAN
TERHADAP
PENGETAHUAN
KADER
POSYANDU RW 013
45
dalam melakukan kegiatan Posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu. Sesuai dengan teori proses prilaku adanya kesadaran dengan
mengetahui lebih dalam tentang Posyandu yang merupakan buah hasil dari pengetahuan yang
didapat sehingga kader merasa tertarik dan menimbang-nimbang untuk melakukan hal
tersebut dan akhirnya mulai mencoba perilaku baru dan mendopsi hal tersebut di Posyandu.
Sehingga pelatihan ini memberikan pengaruh terhadap pengetahuan kader yang diadopsi
sebagai prilaku.
6.3
cakupan D/S sebanyak 6,6% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebanyak (D) 48
bayi dan balita kemudian setelah 2 bulan intervensi terjadi peningkatan cakupan D/S menjadi
18,9% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) sebanyak 105 bayi dan balita. Dari
sini dapat terlihat terjadi peningkatan cakupan D/S sebanyak 12,3%.
Posyandu Dahlia II sebelum dilakukan intervensi yaitu pada bulan Februari jumlah
cakupan D/S sebanyak 3,8% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang sebanyak (D) 25
bayi dan balita kemudian setelah 2 bulan intervensi terjadi peningkatan cakupan D/S menjadi
19,1% dengan jumlah bayi dan balita yang ditimbang (D) sebanyak 40 bayi dan balita. Dari
sini dapat terlihat terjadi peningkatan cakupan kedatangan bayi dan balita sebanyak 15,3%.
Dari hasil penelitian pada kedua Posyandu tersebut, adanya pengaruh pelatihan
terhadap peningkatan cakupan kedatangan bayi dan balita sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aminuddin, Andi Zulkifli, Nurhaedar Djafar pada tahun 2011, berdasarkan
hasil statistik cukup bermakna dengan menggunakan hasil uji McNemar p=0,000 setelah
dilakukan intervensi berupa pelatihan dan pendampingan terjadi peningkatan kedatangan bayi
dan balita. Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih
Wirapuspita pada tahun 2013 Ada hubungan pelatihan dengan kinerja kader, kader yang diberi
motivasi dan pelatihan akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan p=0,018 dan terdapat
hubungan yang bermakna antara bantuan operasional dengan kinerja kader. Pemberian
penghargaan dan kompensasi dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan kinerja yang
baik p=0,002. Pada kader aktif, faktor motivasi eksternal berpengaruh lebih bermakna sesuai
dengan teori Maslow yang mengemukakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan rasa
47
ingin dihargai. Pengakuan terhadap penghargaan merupakan alat motivasi yang cukup
ampuh.19,21,24
Dengan adanya pelatihan membuat pengetahuan kader tentang Posyandu bertambah
sehingga berpengaruh terhadap keterampilan kader. Keterampilan kader merupakan kunci
keberhasilan dalam sistem pelayanan Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang
terampil dapat memberikan respon positif dari ibu-ibu bayi dan balita sehingga dapat terlihat
dengan meningkatnya D/S. Tetapi prilaku berupa keterampilan kader tidak dapat diubah
secara langsung membutuhkan proses untuk mendapatkan hasil yang baik. Keterampilan
kader Posyandu RW 013 dapat dilihat terutama dalam segi pencatatan laporan. Sebelumnya
kedua Posyandu menggunakan data jumlah bayi dan balita yang sama yaitu pendataan yang
dilakukan beberapa tahun yang lalu, yang mana seharusnya digunakan pendataan baru sesuai
wilayah kerja masing-masing Posyandu setiap bulannya dan jumlah bayi dan balita yang
ditimbang diwilayah kerja seharusnya dapat ditambah dari PAUD, bidan atau dokter klinik.
Oleh sebab itu sangat mempengaruhi angka cakupan D/S sebelum dan setelah dilakukan
intervensi walaupun angka D/S masih jauh dari target nasional yaitu lebih dari 85%. Selain itu
motivasi eksternal berupa penghargaan terhadap kader dapat menghasilkan kinerja yang baik
dari kader Posyandu yang dapat dilihat dengan jumlah bayi yang ditimbang meningkat
sebelum dan sesudah diberi intervensi. Kader membutuhkan pelatihan untuk menunjang
keterampilan sebagai kader Posyandu ditambah dengan motivasi untuk menambah semangat
kader dalam melakukan kegiatan Posyandu.
Pada bulan Maret, Posyandu RW 013 dikunjungi oleh yayasan Ronal Mc Donald Care
Mobile ini menambah antusias ibu bayi dan balita datang ke Posyandu dikarenakan adanya
pengobatan yang dilakukan dari tim kesehatan yayasan Ronal Mc Donald Care Mobile dan
PMT yang berbeda dari PMT sebelumnya sehingga jumlah bayi dan balita yang ditimbang
meningkat pesat di Posyandu Dahlia I yaitu sebanyak 92 bayi dan balita yang datang ke
Posyandu dengan D/S 12,7% dibandingkan pada bulan Februari hanya 48 bayi dan balita
yang ditimbang di Posyandu dengan D/S 6,6% sedangkan pada Posyandu Dahlia II
mengalami penurunan jumlah bayi dan balita yang ditimbang ketika tim kesehatan yayasan
Ronal Mc Donald Care Mobile datang yaitu sebanyak 24 bayi dan balita yang datang ke
Poyandu dengan D/S 3,7% dibandingkan dengan bulan Februari sebanyak 25 bayi dan balita
yang datang ke Posyandu dengan D/S 3,8%. Dari sini dapat dilihat salah satu faktor yang
menambah kedatangan bayi dan balita pada Posyandu Dahlia I adalah pelayanan kesehatan
dan PMT tetapi jarak tempuh juga menentukan kedatangan bayi dan balita yang dapat terlihat
48
dengan menurunnya angka kedatangan bayi dan balita pada Posyandu Dahlia II dikarenakan
jarak tempuh yang cukup jauh ke lokasi pos RW 013 yaitu tempat berlangsungnya kegiatan
Posyandu pada bulan Maret tersebut.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
49
7.1
Kesimpulan
1.
2.
3.
Setelah dilakukan intervensi berupa motivasi eksternal berupa hadiah, ini menambah
daya tarik kader Posyandu untuk meningkatkan kinerja kader Posyandu melalui
peningkatan cakupan bayi dan balita yang ditimbang berat-badannya (D/S). Ini
menunjukkan adanya pengaruh motivasi terhadap cakupan bayi dan balita yang
ditimbang berat-badannya (D/S).
4.
Disamping pelatihan dan motivasi, pelayanan kesehatan dan PMT serta jarak tempuh
menentukan kedatangan bayi dan balita untuk ditimbang di Posyandu.
7.2
Saran
1.
Sebaiknya penelitian dilakukan dalam waktu yang lebih panjang karena untuk melihat
perubahan prilaku dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
2.
3.
Pemegang kebijakan dapat memberikan sarana dan prasana yang mendukung untuk
kegiatan Posyandu sehingga menciptakan daya tarik yang dapat meningkatkan D/S.
4.
5.
Kepada kader untuk lebih banyak membaca dan menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan tugas dan fungsi kader terutama dibidang kesehatan karena sebagai
perpanjangan tangan dari petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
50
53