Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PENDIDIKAN GIZI DAN PELATIHAN GIZI

Menyusun Rencana Pelatihan Penyuluhan dengan Melibatkan


Organisasi Masyarakat

Disusun Oleh :
1. Nurul Nazahah P23131114033
2. Stephanie Yesica P23131114043
3. Tasya Khaerunisa P23131114045

Dosen Pembimbing :
Dra. Rosmida Magdalena Marbun, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II JURUSAN


GIZI
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya,
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi
dengan materi Menyusun Rencana Pelatihan Penyuluhan dengan Melibatkan Organisasi
Masyarakat.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa akan
mengerti lebih dalam tentang Menyusun Rencana Pelatihan Penyuluhan dengan Melibatkan
Organisasi Masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu tim penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas
makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, Maret 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sudah merdeka lebih dari 71 tahun, namun persoalan gizi masih menghantui
sebagian warganya. Bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi beberapa penyakit dan
masalah kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain. Masalah gizi buruk pada anak
balita di Indonesia menjadi prioritas utama pembangunan kesehatan dan gizi.
Timbulnya masalah gizi buruk disebabkan oleh banyak faktor, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan
gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang
baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Mengingat penyebabnya sangat kompleks,
pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan
hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka
masyarakat maupun agama dan pemerintah.

Dari kegiatan Pengambilan Data Dasar (PDD) yang telah dilakukan beberapa waktu
yang lalu, didapatkan beberapa masalah yang harus diselesaikan diantaranya masih terdapatnya
kasus gizi buruk, tingkat pengetahuan tentang gizi yang kurang, pengeluaran pangan yang
tergolong rendah serta masih banyaknya tingkat konsumsi energi dan protein yang masih
kurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi di Indonesia diperlukan
penyuluhan kepada masyarakat. Tujuan dilakukan penyuluhan agar masyarakat lebih
mengetahui bagaimana cara hidup sehat dan masyarakat dapat memperbaiki serta menerapkan
pola hidup sehat demi memecahkan persoalan gizi di Indonesia.

Sebelum dilakukannya penyuluhan diperlukan adanya pelatihan bagi para penyuluh.


Para penyuluh yang terdiri dari ibu-ibu Kader masyarakat setempat, tenaga kesehatan
puskesmas dan posyandu. Para penyuluh akan dilatih dan diberi materi terkait gizi dan
kesehatan oleh para tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya. Untuk melakukan pelatihan,
diperlukan penyusunan rencana pelatihan penyuluhan gizi.

1.2 Tujuan

Tujuan umum: Untuk mengetahui cara menyusun perencanaan pelatihan gizi dengan
melibatkan organisasi kemasyarakatan.

Tujuan khusus:

1. Mengidentifikasi prosedur pelatihan gizi yang melibatkan organisasi kemasyarakatan.

2. Menganalisis hal-hal yang diperlukan dalam pelatihan gizi yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan.
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Pelatihan

Poerwadarminta (1984) memberikan arti kepada pelatihan sebagai pelajaran untuk


membiasakan atau memperoleh sesuatu kecakapan. Flippo (1961) menegaskan bahwa
pelatihan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengetahuan dan kecakapan agar karyawan
dapat mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan


pendidikan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir dan sistematik di luar sistem
persekolahan untuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan
tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan
metode yang mengutamakan praktek daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan
cara yang efisien dan efektif.

Pelatihan dilaksanakan guna mengajarkan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan


sikap yang dibutuhkan anggota / kader penggerak suatu organisasi atau untuk peningkatan
kemampuan dalam menjalankan aktivitas tertentu. Telah banyak metode pelatihan yang telah
dikenal, antara lain program pelatihan di tempat kerja (On the job training), pelatihan di kelas,
dan pelatihan vestibule (balai), sejenis pelatihan dengan simulasi menggunakan peralatan
dalam laboratory setting. Saat ini telah dikembangkan pula pelatihan di alam terbuka (outdoor)
misalnya outbond management training, yaitu metode pelatihan di alam terbuka dengan
penekanan pada pengembangan kemampuan di bidang manajemen organisasi dan
pengembangan diri (personal development) yang disimulasikan melalui permainan-permainan
yang secara langsung bisa dirasakan oleh peserta dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi
dan kepercayaan diri (personal development), berpikir kreatif (inovasi), rasa kebersamaan,
saling percaya (trust) dll.
2.2 Penyusunan Rencana Pelatihan

Sebagai langkah awal, mengelola program pelatihan adalah analisis kebutuhan


pelatihan, baik kebutuhan pelatihan yang bersifat kelembagaan, kesatuan unit dalam lembaga
atau kebutuhan pelatihan yang bersifat individual. Kebutuhan pelatihan ini dapat dikategorikan
dalam dua jenis, yaitu kebutuhan yang ada saat ini maupun kebutuhan pelatihan di masa yang
akan datang, sebagai akibat adanya berbagai perubahan. Di sisi lain, langkah ini disertai pula
dengan identifikasi sumber daya yang dimiliki sehingga memungkinkan permasalahan tersebut
dapat dipecahkan.

Mengingat adanya berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dana maupun keterbatasan


lain, perlu pula ditempuh berbagai langkah untuk menetapkan skala prioritas, dengan menguji
"bagian atau unit manakah atau siapa saja dan posisi apa saja" yang perlu diprioritaskan dengan
jalan melakukan analisis jabatan atau analisis posisi melalui analisis tugas, uraian tugas, dan
analisis spesifikasi tugas, kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap pengetahuan,
ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi "standar" yang diharapkan dalam uraian tugas
yang ada. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya menetapkan "siapa" atau "calon
peserta" yang potensial untuk mengikuti program pelatihan.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi "isi"
atau "materi" pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan dalam
"uraian tugas" dan "tujuan lembaga". Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun
dalam tahapan-tahapan perencanaan pelatihan.

Dalam mendasain dan merencanakan program pelatihan, hendaknya dilakukan secara


partisipatif dengan melibatkan berbagai pihak terkait, terutama pihak manajemen untuk
memperoleh komitmen lebih jauh guna "menciptakan situasi yang mendukung dalam
implementasi dan pasca pelatihan. Keterlibatan dan komitmen semua pihak, terutama pihak
manajemen, akan menjadi kunci keberhasilan program pelatihan. Pepatah mengatakan bahwa
"perencanaan yang baik berarti setengah pekerjaan telah terselesaikan". Pada umumnya,
perencanaan pelatihan lebih banyak membutuhkan waktu daripada pelaksanaannya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam merencanakan program pelatihan, antara lain: (1) latar belakang
kegiatan, (2) tujuan pelatihan; (3) peserta pelatihan; (4) biaya/sumber dana; (5) waktu dan
tempat pelatihan, (6) jadwal pelatihan (waktu, materi, dan pemateri); (7) susunan panitia
pelaksana; (8) tata tertib; dan (9) narasumber. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh penyelenggara pelatihan yang menyangkut komunikasi, logistik,
fasilitator, peserta dan prasarana pendukung lainnya.

Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan
hanya menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi pelatihan dan
tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan,
baik penyelenggaraan pelatihan maupun proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985).
Dalam melakukan penilaian terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement).
Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain,
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut,
pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.

Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas

Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan

Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan

Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan

Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah

Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah

Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah

Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah

Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan

Berikut ini penjelasan dari kesepuluh penyusunan rencana pelatihan:

1) Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah pertama dan utama dalam mengelola pelatihan adalah menjajagi dan
mengetahui kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Langkah
ini merupakan langkah yang bersifat mutlak dan esensial. Mengingat pentingnya langkah ini,
maka dalam melakukannya perlu perhatian dan persiapan yang matang.

Pendekatan identifikasi kebutuhan pelatihan secara sistematis ini mempunyai relevansi


yang jelas antara kebutuhan pelatihan dengan kebutuhan atau persyaratan tugas. Tujuan
pendekatan pengelolaan program pelatihan ini adalah :

a. Meningkatnya prestasi kerja (kinerja) melalui perubahan pengetahuan dan


keterampilan

b. Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost Benefit
Ratio)

c. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.

d. Adanya peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga.
2) Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas

Menguji dan menganalisis jabatan adalah suatu proses mendapatkan informasi (data)
tentang suatu jabatan untuk penyusunan standar-standar tertentu. Secara umum, untuk
melakukan analisis jabatan dan analisis tugas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :

a. Menganalisis Uraian Tugas (Job Description);


b. Mengananalisis spesifikasi tugas ;
c. Menganalisis kualifikasi
Adapun, faktor-faktor yang perlu dipersiapkan antara lain adalah:

a. Pengetahuan, keterampilan dan sikap

b. Metoda (proses, mesin/alat, bahan)

c. Organisasi / prosedur

3) Klasifikasi dan menentukan peserta pelatihan

Berdasarkan pada tahap tersebut di atas dapat diketahui adanya berbagai klasifikasi
peserta sesuai dengan "jabatan dan tugas" yang diemban oleh masing-masing peserta. Banyak
hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan peserta. Namun, yang pasti bahwa "makin
heterogen/beragam" makin tajam pula sudut pandang yang timbul karena adanya berbagai
"posisi" dalam melihat dan mempertimbangkan sesuatu. Disamping itu, penentuan peserta,
khususnya dalam hal jumlah, perlu pula mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang
mendukung pelatihan.

4) Merumuskan Tujuan Pelatihan

Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain,
yang meliputi: (Bloom, 1971)

a. Cognitive Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan


pengetahuan peserta.

b. Affective Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku
dan,

c. Psychomotor Domain yaitu tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill


peserta diklat.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan
pelatihan, yaitu:

a. Jenis Tujuan Pelatihan, yaitu hendaknya jenis tujuan pelatihan harus mencakup
Pengetahuan (P), Sikap (S) dan Ketrampilan (K) dan hasil yang diharapkan merupakan
perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi/diamati.

b. Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan pelatihan semakin rumit untuk
mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun metoda pelatihan yang harus
diberikan.

c. Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan tujuan pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.

d. Waktu, faktor waktu sangat menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan

e. Peserta Pelatihan; faktor peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan
pelatihan baik dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain
sebagainya. Dalam Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak
ditekankan pada isi, namun lebih pada proses yang menyertainya.
f. Metoda dan Media; dalam menyusun materi pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan kesesuaian metoda dan media yang ada.

g. Ketersediaan Pelatih; adakah pelatih yang mempunyai kualifikasi sebagaimana yang


dikehendaki dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.

h. Evaluasi Pelatihan; faktor yang ikut mempengaruhi perumusan tujuan adalah


kompleksitas penyelenggaraan evaluasi baik dari sisi isi evaluasi maupun proses yang
harus ditempuh.

5) Rancangan Program Pelatihan (Rancangan Kurikulum & Silabus)

Langkah-langkah penting di dalam menyusun Rancangan Kurikulum & Silabus adalah


sebagai berikut di bawah ini.

a. Menentukan & Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan


Pada dasarnya, bilamana penjajagan atau identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan
dengan baik dan benar serta perumusan tujuan pelatihan dan tingkat kedalamannya
disusun dan dirumuskan dengan baik, maka sebenarnya sudah dapat teridentifikasi apa isi
materi pelatihan yang diharapkan.

b. Membangun Hubungan Logis dan Urutannya


Pada dasarnya dalam membangun hubungan logis dan urutannya; dapat ditempuh dalam
dua tahap, yaitu :

Hubungan logis dan urutannya berdasarkan antar bidang topik/isi


Hubungan logis dan urutannya berdasarkan pada satu bidang topik/isi yang dipecah
menjadi sub topik yang lebih rinci

c. Menentukan Metoda & Media Pelatihan


Sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa yang menghendaki adanya keterlibatan
aktif peserta pelatihan, maka di dalam menentukan metoda pelatihan, hal yang paling
mendasar untuk diperhatikan adalah "adanya keterlibatan maksimal" peserta pelatihan.

d. Menentukan Kebutuhan Waktu


Biasanya, dalam menentukan perkiraan kebutuhan waktu didasarkan pada "skala
prioritas". Artinya bahwa "topik utama" yang menjadi prioritas akan mendapatkan
alokasi waktu yang cukup panjang, sedangkan "topik yang lain" memperoleh alokasi
waktu yang relatif pendek.

6) Rencana Program Pelatihan

Uraian berikut ini merupakan uraian rinci perencanaan penyelenggaraan pelatihan


sehingga "kurikulum pelatihan" sebagaimana telah diuraikan di atas dapat tercapai. Secara rinci
perencanaan penyelenggaraan pelatihan harus menentukan hal-hal sebagai berikut :

a. Siapa peserta pelatihan dan berapa jumlahnya,


b. siapa fasilitator/pelatih,
c. dimana tempat pelatihan akan dilaksanakan,
d. waktu penyelenggaraan,
e. kelengkapan pendukung,
f. kebutuhan biaya dan menetapkan sumber dana,
g. bahan pelatihan,
h. tempat penyelenggaraan,
i. konsumsi,
j. akomodasi,
k. transportasi,
l. dokumentasi,
m. sekretariat,

7) Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)

Langkah penting selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan suatu kerangka


Acuan Pelatihan atau Terms of Reference (TOR). Pada umumnya garis besar isi Kerangka
Acuan Pelatihan (TOR) ini meliputi pokok pokok sebagai berikut:

a. Latar Belakang/Pendahuluan (Mengapa);

b. Tujuan Pelatihan (Untuk Apa);

c. Pokok Bahasan/Materi Pelatihan (Apa);


d. Pendekatan dan Metodologi Pelatihan (Bagaimana);

e. Peserta Pelatihan dan Fasilitator (Siapa);

f. Waktu dan Tempat Pelatihan (Kapan dan Dimana);

g. Sumber dana dan pembiayaan (Berapa);

8) Pelaksanaan Program Pelatihan

Secara garis besar, dalam penyelenggaraan pelatihan ada dua hal penting yang perlu
dilakukan oleh "Panitia Penyelenggara", yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan
Pelatihan.

a. Tahap Persiapan

Persiapan operasional ini antara lain meliputi:

1. Pemberitahuan/Undangan kepada peserta;

2. Pemberitahuan/Undangan kepada Fasilitator/Narasumber;

3. Menetapkan tempat penyelenggaraan dan fasilitas yang tersedia

4. Mempersiapkan Kelengkapan Bahan Pelatihan.

5. Mempersiapkan Konsumsi;

b. Tahap Pelaksanaan Pelatihan

Secara umum, alur pokok yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan adalah
sebagai berikut di bawah ini:

1. Pembukaan Pelatihan;

2. Pencairan Suasana.

3. Pembahasan Materi Pelatihan;

4. Rangkuman, Evaluasi dan Tindak Lanjut pelatihan


9) Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi pelatihan dilakukan dengan tujuan:

a. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai
tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran
serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.

c. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.

d. Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan


selanjutnya. Atas dasar ini, maka kegiatan evaluasi pelatihan dapat berupa :

Evaluasi Proses Pelatihan :


Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah kegiatan selama
proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan mengungkapkan pendapat
seluruh peserta tentang Fasilitator, Peserta, Materi/Isi, dan proses pelatihan. Pada
umumnya evaluasi proses pelatihan dapat dilakukan dengan beberapa model atau cara,
yaitu : Evaluasi harian, Evaluasi mingguan dan Evaluasi akhir

Evaluasi Hasil Pelatihan

Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan.

10) Tindak Lanjut Pelatihan

Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh
peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana Tindak Lanjut hendaknya dibuat
secara spesifik dan realistis sesuai dengan tanggung jawabnya. Dalam menyusun Rencana
Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kegiatan sehari-
hari di tempat kerjanya.
b. "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh sehingga apa dapat
terlaksana dengan baik dan benar.
c. "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang harus dan perlu
dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. masyarakat, staf yang lain atau
pimpinan lembaga.
d. "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan akan
dimulai dan kapan akan berakhir.
e. "Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah akan
dilakukan di lapangan dengan guru dan perangkat sekolah lainnya ataukah akan
dilakukan di tempat kerjanya atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan
diterapkan di luar lembaga lain yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka


akan dengan mudah pihak yang bertanggung jawab terhadap program pelatihan untuk
mengetahui keluaran dan hasil serta dampak pelatihan.

Dengan demikian jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak hanya ada di
pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Yang paling penting adalah komitmen dan
dukungan dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga "pengetahuan
dan ketrampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa diterapkan sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.

Agar supaya hasil pelatihan mempunyai dampak yang signifikan, maka peluang
yang kondusif untuk mempraktekkannya dalam pekerjaan sehari-hari perlu diciptakan.
Karena seringkali ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktekkannya karena
sistem lain yang kurang mendukung. Untuk itu maka proses perlu dilakukan secara terus
menerus guna melakukan perbaikan secara bertahap dan berkesinambungan.

2.3 Contoh Pedoman Pelatihan Gizi

Pedoman pelatihan kader Posyandu

1. PENDAHULUAN
Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan
pengelola Posyandu.
Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan kegiatan Posyandu saja,
tetapi juga merencanakan kegiatan dan mengaturnya.
Kader Posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola Posyandu, karena
merekalah yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat di wilayahnya
2. PERMASALAHAN YANG DAPAT MENGHAMBAT JALANNYA
PENYELENGGARAAN POSYANDU
Banyak Kader Posyandu yang tidak aktif lagi dan atau sangat kurang jumlahnya
Pengetahuan, sikap dan keterampilan kader Posyandu kurang, bahkan ada yang
belum memahami hal-hal baru berkaitan dengan kegiatan Posyandu.
Adanya perkembangan keadaan dan kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan
dengan pengelolaan Posyandu.
3. PAKET PELATIHAN
Pedoman penyelenggaraan pelatihan kader posyandu
Panduan Fasilitator
Buku II A : GBPP (Garis Besar Program Pengajaran)
Buku II B : SAP (System Analysis and Program Development)
Bahan bacaan
Buku kader posyandu dalam UPGK
Buku standar pemantauan pertumbuhan balita
Lembar balik menuju balita sehat
dll
4. BAHAN PENYULUHAN LEMBAR BALIK MENUJU BALITA SEHAT
5. RUANG LINGKUP
Materi pelatihan yang difokuskan pada Program Minimum Posyandu,
termasuk masalah gizi masyarakat, khususnya pada ibu hamil, ibu menyusui,
Wanita Usia Subur (WUS) bayi dan balita.
Materi pelatihan yang ditekankan pada upaya peningkatan kinerja para kader
dalam pengelola Posyandu, meliputi peningkatan pengetahuan, pengembangan
sikap dan ketrampilan dalam mengelola dan melakukan pelayanan kesehatan dasar
dalam Posyandu
6. TUJUAN UMUM
Setelah selesai mengikuti Pelatihan Kader Posyandu, diharapkan para Kader
Posyandu dapat mengelola dan melaksanakan lima kegiatan di Posyandu.
7. TUJUAN KHUSUS
Memahami tugas-tugas Kader Posyandu dalam menangani Posyandu.
Mengerjakan pengisian dan membaca Kartu Menuju Sehat.
Melakukan penyuluhan.
Melakukan pencatatan kegiatan posyandu.
Melakukan penilaian masalah sasaran Posyandu.
Memahami metode dan media diskusi serta sikap pemandu yang baik.
Menggerakkan masyarakat.
Melakukan upaya peningkatan gizi keluarga.
Melaksanakan lima kegiatan di Posyandu.
8. LATAR BELAKANG PESERTA
Kader Posyandu lama
Kader Posyandu yang baru direkrut, dan
Calon Kader Posyandu
9. PERSYARATAN PESERTA
a. ASPEK FISIK :
Pria atau wanita berusia antara 18-50 tahun.
Berbadan sehat jasmani dan rohani.
Mau bekerja secara sukarela mengelola Posyandu.
b. ASPEK PENDIDIKAN :
Kader Posyandu, baik yang lama maupun yang baru direkrut ataupun yang
masih calon, berpendidikan paling sedikit Sekolah Dasar atau yang sederajat.
c. ASPEK ADMINISTRATIF :
Tercatat sebagai penduduk desa / kelurahan terkait.
Dalam waktu sedikitnya 2 tahun tidak pindah ke tempat (desa / kelurahan)
lain.
Disetujui oleh Kepala Desa / Kelurahan tempat tinggalnya
10. JUMLAH PESERTA PERKELAS
Jumlah peserta yang ideal adalah antara 12 - 20 orang per kelas
11. ORGANISASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Seksi-seksi :
a. Seksi Umum
b. Seksi Pelatihan
c. Seksi Pemantauan dan Penilaian

12. RINCIAN TUGAS PANITIA


KETUA :
Mengadakan perencanaan dan persiapan pelaksanaan pelatihan.
Mengkoordinasikan kegiatan Sekretariat, Bendahara, Seksi Pelatihan, Seksi
pemantauan dan Seksi Penilaian.
Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pelatihan.
Untuk kelancaran tugasnya, Ketua Panitia Penyelenggara mengadakan
hubungan dengan pihak lain yang dipandang perlu.
SEKRETARIS
Membantu Ketua Panitia Penyelenggara dalam melaksanakan tugasnya.
Memimpin kegiatan-kegiatan kesekretariatan
BENDAHARA
Menyusun anggaran biaya dan mengajukan kepada Ketua Penyelenggara
untuk diambil keputusan.
Menyelesaikan urusan pengajuan anggaran pembiayaan yang telah
diputuskan.
Menyusun pertanggung jawaban penggunaan anggaran biaya pelatihan
SEKSI UMUM
Membantu Sekretaris melaksanakan tugasnya.
Mempersiapkan dan menyampaikan surat pemanggilan calon peserta
Pelatihan dan surat-surat lainnya.
Melaksanakan pengetikan dan penggandaan materi serta penyampaiannya
kepada peserta.
Menyelesaikan urusan surat-surat perjalanan bagi peserta pelatihan.
Menyiapkan akomodasi (tempat pelatihan / ruang sidang / kelas dan ruang
diskusi / kerja kelompok (serta asrama bila peserta diasramakan), konsumsi
dan transportasi.
Mengatur ruang sidang / kelas, ruang diskusi / kerja kelompok beserta
peralatan-peralatan perangkat kerasnya guna kelancaran proses pembelajaran.
Memprogramkan acara selingan (olah raga dan rekreasi pada waktu-waktu
tertentu)

SEKSI PELATIHAN
Mempersiapkan jadwal pelatihan.
Mempersiapkan materi, makalah, bahan dan media belajar.
Mempersiapkan pelatih / fasilitator.
Mempersiapkan lokasi praktek lapangan (apabila dijadwalkan) dan semua
persyaratan yang dibutuhkan.
Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan praktek lapangan (apabila
dijadwalkan).
Mengkoordinir para pelatih / fasilitator, sehingga jelas, lugas akan
kewenangan masing-masing pelatih / fasilitator

SEKSI PEMANTAUAN DAN PENILAIAN


Mempersiapkan format-format pemantauan dan penilaian / evaluasi belajar,
reaksi dan penyelenggaraan pelatihan.
Menyelenggarakan pemantauan seluruh kegiatan pelatihan.
Menyelenggarakan penilaian / evaluasi belajar dan penilaian / evaluasi reaksi
untuk
Setiap bahasan, serta penilaian / evaluasi penyelenggaraan pada akhir
pelatihan.
Menganalisis informasi hasil pemantauan dan penilaian, dan memberikan
umpan balik kepada yang berkepentingan

TIM PELATIH/FASILITATOR
TUGAS DAN TANGGUNG-JAWAB PELATIH / FASILITATOR ADALAH :
Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai
dengan bidangnya.
Menata situasi proses belajar dengan mengupayakan terjadinya interaksi
proses belajar mengajar.
Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan rencana
pelatihan.
Mengadakan bimbingan pada diskusi / kerja kelompok (dan peninjauan
lapangan, bila dijadwalkan);
Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan peserta.
Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.

13. MATERI DAN ALOKASI WAKTU NO POKOK BAHASAN SILABI WAKTU (@ 45


MENIT/ JP)
1. Kontrak Belajar
1.1 Perkenalan
1.2 Kontrak Belajar 90 Menit
2. Tugas-tugas Kader Posyandu
2.1 Pengertian
2.2 Tugas-tugas Kader Posyandu
2.3 Paket Pelayanan Minimal dan
2.4 Paket pilihan Posyandu
2.5 Lima kegiatan di posyandu 90 Menit
3.Teknik Mengisi dan Membaca Kartu Menuju Sehat
3.1 Pengertian KMS
3.2 Jenis catatan pada KMS
3.3 Manfaat catatan / informasi Pada KMS
3.4 Langkah-langkah Pencatatan Pada KMS
3.5 Penilaian hasil penimbangan Pada KMS 90 Menit
4. Penyuluhan
4.1 Pengertian Penyuluhan
4.2 Kelebihan dan Kekurangan penyuluhan
4.3 Topik Penyuluhan yang Wajib di Meja Empat
4.4 Isi Penyuluhan
4.5 Cara Penyuluhan Yang baik dan menarik 90 Menit
5. Pencatatan Kegiatan Posyandu
5.1 Pengertian Sistem Informasi Posyandu (SIP)
5.2 Macam-macam Format SIP
5.3 Cara Mengisi Format SIP 90 Menit
6 Penilaian Masalah Sasaran Posyandu
6.1 Pengertian Masalah
6.2 Penilaian Masalah
6.3 Waktu Penilaian Masalah
6.4 Tiga Jenis Kegiatan
6.5 Pemberian Rujukan
6.6 Kriteria sasaran yang perlu dirujuk 90 Menit
7. Metode dan Media Diskusi serta sikap pemandu yang baik
7.1 Metode Belajar - Jenis-jenis Metode Belajar - Teknik Penggunaan Metode
Diskusi kelompok
7.2 Media Diskusi
7.3 Sikap Pemandu yang baik 90 Menit
8. Penggerakan Masyarakat
8.1 Perlunya penggerakan masyarakat
8.2 Cara Penggerakan masyarakat
8.3 Kunjungan rumah Pengertian dan Tujuan Kunjungan rumah - sasaran
kunjungan rumah - Langkah-langkah kunjungan Rumah - hambatan dan saran-
saran (Untuk kader 90 Menit).
9. Upaya meningkatkan Gizi Keluarga
9.1 Pengertian zat gizi seimbang
9.2 Tiga kelompok utama dalam Gizi seimbang.
9.3 Masalah gizi
9.4 Cara menyusun menu gizi seimbang
9.5 Hal-hal yang menghambat usaha peningkatan gizi
9.6 Cara menghadapi faktor-faktor penghambat 90 Menit
10. Simulasi Pelaksanaan kegiatan posyandu
10.1 Pengertian Lima kegiatan Posyandu
10.2 Langkah-langkah pelaksanaan lima kegiatan Posyandu
10.3 Kesulitan yang dihadapi Kader di masing-masing kritik dan saran untuk kader
10.4 Simulasi pelaksanaan Lima Kegiatan di Posyandu 135 Menit
11. Rencana tindak lanjut dan evaluasi pelatihan
11.1 Rencana tindak lanjut pelatihan
11.2 Evaluasi pelatihan 90 Menit Pembukaan dan Penutupan - Pembukaan
Penutupan 90 Menit Jumlah Jam Pelajaran 1.125 Menit (25 Jam Pelajaran).

14. METODE & MEDIA BELAJAR


o Metode Belajar : Partisipatori-andragogi
o Media belajar
Perangkat Lunak
Lembar informasi
Lembar penugasan
Kartu jodoh
Kartu arus
Lembar petunjuk simulasi
Lembar kasus
Lembar evaluasi
Perangkat Keras
LCD atau OHP
Papan tulis
Papan lembar balik
Sound sistem
dll

15. WAKTU DAN TEMPAT


WAKTU PELATIHAN
Lama Pelatihan Kader Posyandu selama 3 hari efektif, dengan jumlah jam =
25 jam pelatihan (1 jam pelatihan = 45 menit). Dalam jumlah ini termasuk 90
menit untuk Upacara Pembukaan dan Penutupan. Penjelasan-penjelasan
Panitia supaya diusahakan sebelum pembukaan atau pada waktu-waktu luang,
sehingga tidak menyita waktu 25 jam pelatihan tersebut.
TEMPAT PELATIHAN
Pelatihan Kader Posyandu agar diupayakan diselenggarakan di Gedung
DIKLAT di lingkungan Pemerintah Daerah atau di tempat lain bila di
pandang perlu.
Dalam hal penggunaan tempat lain, di luar gedung DIKLAT dimaksud, agar
mempertimbangkan fasilitas ruang belajar, akomodasi / asrama dan fasilitas
belajar lainnya yang memenuhi syarat untuk pelatihan yang partisipatif.

16. PEMBIAYAAN
APBN
APBD Provinsi
APBD Kabupaten/ Kota
Lembaga Donor
dll

17. PENDAYAGUNAAN
Alumni Pelatihan Kader Posyandu agar didayagunakan sesegera mungkin secara
penuh dan merata, serta melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan
Posyandu baik vertikal maupun horizontal.
18. PEMBINAAN
PEMBINAAN PASCA PELATIHAN INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :
Pertemuan berkala TP-PKK Desa / Kelurahan dengan Kelompok-kelompok PKK
termasuk Kader-kader Dasawisma dan Kader-kader Posyandu di desa /
kelurahannya serta pihak-pihak lain yang terkait, membahas permasalahan yang
dihadapi dalam melaksanakan kegiatan Posyandu dan mencari jalan untuk
mengatasinya.
Diadakan bimbingan langsung kepada para Kader Posyandu di saat melaksanakan
pelayanan di Posyandu dari mulai penyusunan rencana (identifikasi kebutuhan,
analisis, dan pembahasan bersama), sampai kepada pelaksanaan serta monitoring
dan evaluasinya.
Studi banding ke desa / kelurahan lain yang telah berhasil melaksanakan kegiatan
Posyandu.
Apabila ada perkembangan baru, para alumni pelatihan perlu diikutkan dalam
Pelatihan Penyegaran Kader Posyandu.
Pengiriman selebaran, buletin atau majalah berkala kepada para Kader Posyandu.
Catatan: rencana tindak lanjut pelatihan yang disusun oleh masing-masing peserta
dapat dipergunakan sebagai acuan pembinaan
19. PANDUAN PENYELENGGARAAN
20. PERSIAPAN
Sebelum hari pelatihan, Tim Pelatih perlu bertemu untuk mempersiapkan
pelatihan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah pembagian tugas sebagai pelatih
yaitu menentukan satu pelatih untuk setiap Pokok Bahasan (PB). Apabila terdapat 3-4
pelatih, karena terdapat 11 PB, maka masing-masing mendapat tugas untuk 2-3 PB.

21. PERSIAPAN (lanjut)


Pengaturan ruangan yang tepat untuk mendorong proses partisipasi para peserta
adalah bentuk setengah lingkaran atau huruf " U".
Sebaiknya disediakan kursi yang memiliki meja lengan sehingga tidak perlu meja
lagi.
Meja akan memenuhi ruangan dan menghalangi ruang gerak peserta sehingga
membatasi proses partisipasi.

22. PERSIAPAN (lanjut)


Pemeriksaan bahan-bahan pelatihan, media belajar yang perlu difotokopi pada modul
pelatihan, dan alat-alat yang disiapkan panitia
23. PELAKSANAAN
PERAN PELATIH UTAMA:
Pelatihan Partisipatif akan berjalan baik jika dilakukan dengan kerjasama tim.
Pelatih utama memiliki peran memimpin proses belajar pada setiap Pokok Bahasan
(PB) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Sesaat sebelum dimulai, pelatih utama mengumpulkan semua media belajar dan
bahan yang akan diperlukan selama memandu Pokok Bahasan yang bersangkutan
Menyampaikan Judul, Tujuan dan Waktu yang di perlukan pada setiap Pokok
Bahasan (PB) dengan mengacu pada modul pelatihan.
Memandu kegiatan belajar mengikuti langkah-langkah pada setiap Pokok Bahasan
(PB) sesuai dengan Modul Pelatihan.
24. PELAKSANAAN (lanjut)
PERAN PELATIH PENDAMPING
Sementara satu orang menjadi pelatih utama yang memimpin kegiatan belajar,
anggota Tim Pelatih lainnya sebaiknya membaur dengan para peserta pelatihan.
Beberapa peran Pelatih Pendamping adalah :
Membantu Pelatih Utama yang sedang bertugas apabila diperlukan, misalnya
memancing pertanyaan kepada peserta agar lebih aktif berbicara dan mengemukakan
pendapatnya
Ikut berdiskusi dengan peserta lainnya agar suasana membaur dan akrab, peserta
lebih aktif
Mendampingi kegiatan kelompok kecil, satu pelatih perkelompok jika diperlukan

25. GAMBAR A GAMBAR B


Gambar A : Pada diskusi pleno atau curah pendapat, pelatih utama sebaiknya
mencatat pendapat peserta pelatihan di atas kertas besar (plano) selama memandu
Pokok Bahasan. Catatlah pendapat yang telah disepakati oleh forum. Jika pelatih
utama mengalami kesulitan dalam menuliskan pendapat, dapat meminta bantuan
pelatih pendamping sebagai pencatat.
Gambar B : Pada akhir setiap Pokok bahasan, Pelatih utama menyampaikan
masukan dengan mengacu pada Lembar Informasi Kunci (LIK) hanya pada hal-hal
yang belum di bahas atau belum disampaikan pada langkah-langkah sebelumnya

26. CARA MELIBATKAN PESERTA


Pelatih mengajukan pertanyaan APA terlebih dahulu sehingga peserta bisa
menceritakan pengalamannya,serta KAPAN hal itu terjadi ?
Pelatih kemudian menanyakan kepada beberapa peserta lain, apakah mereka juga
menemukan kejadian yang serupa ?
27. CARA MELIBATKAN PESERTA (lanjut)
Pelatih kemudian menanyakan Mengapa hal tersebut terjadi ? (Apa sebabnya hal
tersebut terjadi ?)
Kembali pelatih meminta tanggapan kepada beberapa peserta lainnya, apakah
mereka setuju pendapat peserta tersebut tentang penyebab suatu keadaan ?
28. TEKNIK MEMANDU

Setiap kali ada tugas kelompok, tuliskan tugas-tugas tersebut di atas papan tulis
atau kertas besar (plano).
Bagilah peserta pelatihan dalam kelompok kecil secara acak, agar peserta pelatihan
bisa berbaur.
29. TEKNIK MEMANDU (lanjut)
Gambar kiri : ada banyak media berupa kartu / gambar / tabel / bagan yang di
pakai untuk membantu diskusi kelompok selama pelatihan ini. Para pelatih utama
dan pendamping perlu selalu memeriksa untuk memastikan peserta pelatihan
mengerti isi media / gambar dan cara menggunakanya sebelum mereka memulai
kegiatan diskusi kelompok
30. TIPS UNTUK KERJASAMA TIM PELATIH
Selama melibatkan diri dalam diskusi, perhatikan cara pelatih utama membawakan
materi Pokok Bahasan (PB) dan hindari perdebatan dengan sesama pelatih.
Tunjukkan bagaimana cara berbeda pendapat yang baik, meskipun perbedaan
pendapat itu terjadi sesama pelatih, tetapi hindari perbedaan pendapat yang
menjatuhkan pelatih lainnya
Amati peserta-peserta yang pasif dan bantulah pelatih utama untuk membangkitkan
partisipasi peserta pelatihan ini dengan cara mendorong agar mereka berani
mengemukakan pendapat
Ciptakan suasana tim kerja yang positif dan saling membantu sepenuhnya selama
proses 5 hari pelatihan. Pelatih sebaiknya tidak pernah keluar masuk ruangan seperti
juga peserta lainnya.
31. EVALUASI TIM PELATIH
Di tengah-tengah proses pelatihan, tim pelatih perlu memantau perkembangannya
dengan mengadakan pertemuan pendek (5-10 menit).

32. EVALUASI TIM PELATIH


Apakah semua peserta pelatihan terlibat ? Siapa yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ?
Bagaimana kita bisa mendorongnya untuk lebih aktif ?
Apakah ada peserta yang mendominasi? Bagaimana kita bisa mendorongnya untuk
memberi kesempatan kepada peserta pelatihan lain?
Apakah peserta pelatihan bisa menerima dan menghargai perbedaan pendapat?
Adakah yang bisa kita lakukan untuk membangun suasana saling menghargai?
Apakah Pelatih masih dominan dibandingkan peserta? Bagaimana caranya agar peserta
semakin aktif dan peran pelatih semakin sedikit ?
Pelatih kemudian menanyakan BAGAIMANA cara mengatasi keadaan tersebut?
Pelatih perlahan-lahan membiarkan peserta saling menceritakan pengalaman dan
melontarkan pendapatnya.

33. TAHAP SESUDAH PELAKSANAAN


Pada hari terakhir pelatihan, sesudah seluruh kegiatan selesai, Tim Pelatih
mengumpulkan semua dokumen hasil pelatihan yang terdapat pada kertas besar
(plano) dan catatan yang di buat selama pelatihan berlangsung. Tim pelatih kemudian
membahas rencana penulisan laporan yang merupakan tugas panitia.

34. INGATLAH BATAS WAKTU


Sekalipun merupakan diskusi yang partisipatif, namun pelatih juga ingat bahwa
setiap pokok bahasan dibatasi waktu.
Batasi jumlah pendapat yang dikemukakan oleh peserta pelatihan.
Mintalah peserta yang sudah banyak pendapat untuk memberi kesempatan pada
peserta lain yang belum berpendapat
Mintalah peserta untuk berbicara fokus kepada hal yang dibahas agar tidak bertele-
tele

35. SIKAP PELATIH YANG BAIK


Bersikap sabar
Mendengarkan dan tidak mendominasi
Menghargai dan rendah hati
Mau belajar
Bersikap sederajat dan akrab
Tidak menggurui
Tidak memihak, menilai, dan mengkritik :
Bersikap terbuka
Bersikap positif

2.5 Beberapa contoh pelatihan gizi yang telah dilaksanakan dengan melibatkan organisasi
masyarakat serta pihak swasta

Contoh-1

Pelatihan Pemberian Makan Bayi danAnak (PMBA)


Published OnKamis, Mei 02, 2013 By rivani. Under: Info Nasional.
PemberianMakananBayidanAnaksesuaistandaremasyaituInisiasiMenyusuDini (IMD),
ASI Eksklusif, MP-ASI dan ASI sampaidengan 2 tahunataulebihmasihmenjaditantangan di
Indonesia,
salahsatustrategiuntukmemperluascakupanpemberianmakanbagibayianaksesuaistandaradala
hmelaluipelatihan PMBA di tingkatmasyarakat.

Pemberianmakan yang
baiksejaklahirhinggausiaduatahunmerupakansalahsatuupayamendasaruntukmenjaminpencap
aiankualitastumbuhkembangsekaligusmemenuhihak. Menurut World Health Organization
(WHO)/ United Nations Childrens Fund (UNICEF), lebihdari 50 %
kematiananakbalitaterkaitdengankeadaankuranggizi,
danduapertigadiantarakematiantersebutterkaitdenganpraktikpemberianmakan yang
kurangtepatpadabayidananak, sepertitidakdilakukaninisiasimenyusudinidalamsatu jam
pertamasetelahlahirdanpemberian MP-ASI yang terlalucepatatauterlambatdiberikan.
Keadaaniniakanmembuatdayatahantubuhlemah, seringsakitdangagaltumbuh.
Olehkarenaituupayamengatasimasalahkekurangangizipadabayidananakbalitamelaluipemberia
nmakananbayidananak yang baikdanbenar, menjadi agenda penting demi
menyelamatkangenerasimasadepan.

Padatahun 2010, KementerianKesehatanbersertalintas program


danlintassektorterkaittelahmenyusunbukuStrategiPeningkatanMakananBayidanAnak, yang
bertujuanuntukmembangunkomitmendanmenjadirujukanbagipihak-pihak yang
akanmelaksanakanupayastrategi PMBA. Salah saturekomendasidalam Global Strategy on
Infant and Child Feeding, polapemberianmakanterbaikbagibayidananaksejaklahirsampaiumur
24 bulan sebagaiberikut : (1) Menyusuisegeradalamwaktusatusampaidua jam
pertamasetelahbayilahir (IMD), (2) Menyusuisecaraeksklusifsejaklahirsampaibayiberumur 6
bulan, (3) MulaimemberikanMakananPendamping ASI (MP-ASI) yang
baikdanbenarsejakbayiberumur 6 bulan; dan (4) Tetapmenyusuisampaianakberumur 24
bulanataulebih.

Untukmenindaklanjutistrategipeningkatanmakananbayidananak, WHO/UNICEF
telahmelatihtenaga-tenagakesehatanuntukmenjadifasilitator yang
akanmelatihkaderdalampelaksanaanpraktek-
praktekpemberianmakanbayidananaksecaranyata di masyarakat. Padaawaltahun 2013
inidiadakanpelatihanToTbagipetugaskesehatan di 5 Provinsiyakni, Provinsi Sumatera Selatan,
Sulawesi Barat, Gorontalo, Jawa Barat danJawaTimur.

Perbedaandenganjenispelatihanlainnya, pelatihan yang


padaakhirnyaditujukanbagiparakaderinidiadakandengansantainamunserius. Hal
initerlihatsaatpelaksanaanpelatihanyaituseluruhpesertadanpelatihakanduduklesehan di lantai.
Pelaksanaanpelatihandapatmemanfaatkanruangan yang ada,
bahkanposyanduataupunrumahkadersendiri.Penggunaanberbagaibentukdinamikakelompok,
permainan (games) diselingilagu-lagu
(energizer )membuatpesertadapatmenikmatipelatihandanpesandisampaikandenganlebihmena
rik.

Padabeberapadaerah, misalnyaKabupatenKlatendanProvinsi NTB, pelatihan PMBA


telahdilaksanakanlangsungkepadakader di masyarakat.Pelatihan PMBA
inidiharapkanakanterusdikembangkan di berbagaidaerah.

Contoh-2

PelatihanGizidanNutrisiBerbasisMasyarakat

SORONG - Perbaikan status gizimasyarakatmenjadihal yang prioritasdalampeningkat-


ankualitaskesehatanmasyarakat.Masihtingginyakasuskekurangangizipadabalita, kekurangan
vitamin A, anemia akibatkurangnyazatbesi, maupungangguanakibatkekurangan sodium
mendorongpemerintahuntukmemberikanperhatianlebihpadamasalahgizimasyarakat.

Menyikapikondisitersebut, JOB PPS (JOB Pertamina-PetroChina Salawati)


mengadakanPelatihanGizidanNutrisiBerbasisiKeluargapada 27-28 September 2016 di SD
NegeriMaralolKampungMaralol, DistrikSalawati Tengah,
KabupatenSorong.Pelatihaninidiikutioleh 35 peserta yang berasaldaritigakampung,
yaituMaralol (DistrikSalawati Tengah) sertaBatbirouwdanManoket (DistrikSalawati
Selatan).Mayoritaspesertapelatihanadalahkaumperempuan.Pemilihaninitidakterlepasdaripenga
matan JOB PPS bahwaperempuanmemilikiperan yang sangatbesardalampenyediaanmakanan
yang bergizidanbernutrisibaikbagikeluarga.

PelatihanGizidanNutrisiBerbasisKeluargaditujukan agar setelahmengikutipelatihan,


parapesertadapatmemilikipengetahuanme-
ngenaikecukupangizidannutrisidalamkeluargasesuaidenganbudayalokalsehinggaterciptakesehat
angizimasyarakatberbasiskeluarga.Penyampaianmateridalampelatihaninimenggunakanmetodep
artisipatoris.Pesertadilibatkansecarainteraktifmulaidariperumusanharapanpesertaterhadapkeseh
atanmelaluiupayapeningkatanpengetahuangizidannutrisi, ataupunsistempangan di
wilayahsetempat.

Materipelatihan yang diberikanselamaduahari, yaituPrinsip-


prinsipgizidannutrisibagitubuhdanKebunKeluarga.Pesertadiajakuntukmendalamistudikasus
yang dihadapidandialamidalamhidupkeseharian.

Kegiatandibukasecararesmioleh Field Manager JOB PPS HanantoAji.Dalamsambutannya,


iamenyatakan, kegiataninimerupakansalahsatubentukperhatianperusahaanpada problem
kesehatan yang dihadapiolehmasyarakatsekitarperusahaan. Sebagaiperusahaan yang
pedulipadalingkungan, JOB PPS
berinisiatifuntukmemberikankontribusidalampeningkatanmutukesehatanmasyarakat,
ujarnya.Turuthadir pula dalamkegiatanini Public Relations & Legal JOB PPS SonrathoMa-
rola.KL
BAB

III

Kesimpulan

1. Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
sengaja, terorganisir dan sistematik di luar sistem persekolahan untuk memberikan dan
meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja
tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang mengutamakan praktek
daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan
efektif.

2. Metode pelatihan yang telah dikenal, antara lain program pelatihan di tempat kerja (On the
job training), pelatihan di kelas, dan pelatihan vestibule (balai), sejenis pelatihan dengan
simulasi menggunakan peralatan dalam laboratory setting. Saat ini telah dikembangkan pula
pelatihan di alam terbuka (outdoor) misalnya outbond management training.

3. Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan

Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas

Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan

Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan


Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan

Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah

Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah

Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah

Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah

Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan

Soal Vignet

1. Tenaga kesehatan Puskesmas Boyosari akan melakukan pelatihan kesehatan kepada pada
kader posyandu di desa Lebak. Sebelum melakukan pelatihan kesehatan, para tenaga
kesehatan harus menyusun rencana pelatihan secara hierarkis. Tenaga kesehatan
menyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dengan langkah Perencanaan Program
Pelatihan Langkah.
Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis yang dilakukan tenaga kesehatan masuk
dalam :

a. Langkah Pertama
b. Langkah Kedua
c. Langkah Keempat
d. Langkah Kelima
e. Langkah Keenam

2. Dalam melakukan pelatihan penyuluhan, panitia dari Puskesmas Narogong ingin menyusun
atau merumuskan tujuan dari pelatihan yang akan dilakukan.
Padadasarnyatujuanpelatihandapatdibedakandalamtigakategoripokok domain, yang
meliputi cognitive domain, affective domain, dan psychomotor domain. Apa yang
dimaksud dengan Psychomotor domain?
a. Tujuan pelatihan yang berkaitan denganmeningkatkanpengetahuanpeserta.
b. Tujuanpelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku.
c. Tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta diklat.
d. Tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkankemampuanberpikirpeserta.
e. Tujuanpelatihan yang berkaitandengantindakan yang dilakukanpeserta.

3. Pak Mahmud selaku Kepala Instalasi Gizi di rumah sakit Pelita Harapan memberikan
pelatihan penyuluhan kepada para pegawai di Instalasi. Sebelum pelatihan penyuluhan
dilakukan Pak Mahmud berdiskusi dan menyusun rencana pelatihan terlebih dahulu dengan
beberapa Ahli Gizi. Pada penyusunan rencana pelatihan pak Mahmud mengharapkan
pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta.
Tujuan yang diharapkan Pak Mahmud masuk kedalam kategori :
a. Cognitive Domain dan Psychomotor Domain
b. Cognitive Domain dan Affective Domain
c. Psychomotor Domain dan Affective Domain
d. Cognitive Domain
e. Affective Domain

4. Pada hari senin, 27 Februari 2017 dilaksanakan pelatihan penyuluhan Gizi di Balai Kota
Jakarta Selatan. Pelatihan diisi dengan materi oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan
disertai proses pelatihan oleh tenaga gizi dari rumah sakit Harapan Kita. Peserta yang di
undang mencangkup ibu-ibu kader dari berbagai kelurahan di DKI Jakarta. Setelah
dilakukannya pelatihan penyuluhan gizi, diakhir acara pembawa acara mengevaluasi acara
dengan menanyakan dan mendiskusikan oleh seluruh peserta tentang Fasilitator, Peserta,
Materi/Isi, dan proses pelatihan penyuluhan gizi yang dilakukan hari itu. Peserta pun
menggungkapkan pendapat masing-masing dari pelatihan penyuluhan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan pembawa acara merupakan evaluasi acara berupa :
a. Evaluasi Hasil Pelatihan
b. Evaluasi Proses Pelatihan
c. Evaluasi perencanaan pelatiha
d. Evaluasi Langsung
e. Evaluasi Tidak Langsung

5. Posyandu di daerah Buah Batu Bandung ingin mengadakan sebuah program


pelatihanpemberian ASI Eksklusif. Dalammendasaindanmerencanakan program pelatihan,
hendaknyadilakukansecarapartisipatifdenganmelibatkanberbagaipihakterkait,
terutamapihakmanajemenuntukmemperolehkomitmenlebihjauhgunamenciptakansituasi
yang mendukungdalamimplementasidanpascapelatihan.Berikutmerupakanhal-hal yang
perludiperhatikandalam merencanakan program pelatihan,, kecuali?

a. Latarbelakangkegiatan
b. Kepentingannarasumber
c. Pesertapelatihan
d. Biaya/sumberdana
e. Tujuanpelatihan

6. Dalammengelolapelatihanpemberian ASI, langkahpertamadanutama yang


harusdilakukanadalah menjajagi dan mengetahui kebutuhan pelatihantersebutserta sejauh mana
kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Pendekatan identifikasi kebutuhan pelatihaninisecara
sistematismempunyai relevansi yang jelas antara kebutuhan pelatihan dengan kebutuhan atau
persyaratan tugas.Tujuan pendekatan pengelolaan program pelatihan ini yaitu?
a. Meningkatnya prestasi kerja (kinerja) melalui perubahan pengetahuan dan keterampilan
b. Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost Benefit
Ratio)
c. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.
d. Adanya peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga.
e. Semuabenar

7.Di PuskesmasRawalumbubarusajaselesaimelakukansebuah program baruyaitu program


pelatihanpemberianmakananbayidananak. Dalamsetiapselesaimelakukan program
pelatihan,
PuskesmasRawalumbuselalumelakukanevaluasipelatihankarenamenurutmerekaevaluasimer
upakansalahsatuhal yang pentingdalam program pelatihan.
Evaluasipelatihandilakukandengantujuanuntuk?

a. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai
tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran
serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.
d. A, B, dan C benar
e. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.

8.

8. Seorang ahli gizi yang bertugas di salah satu Puskesmas ditugaskan oleh Kepala Puskesmas
setempat untuk mengadakan pelatihan kepada para ibu-ibu PKK di suatu kelurahan yang
memiliki prevalensi balita dengan gizi kurang terbanyak. Ahli gizi tersebut membuat
rancangan kurikulum dan silabus pelatihan. Maka hal yang pertama kali harus dilakukan
adalah.......

a. Menyusun dan Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)


b. Membangun Hubungan Logis dan Urutannya
c. Menentukan & Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan
d. Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas

e. Menentukan Kebutuhan Waktu


9. Mahasiswa Diploma IV Jurusan Gizi mendapatkan tugas akhir untuk membuat suatu pelatihan
dan pendidikan gizi kepada masyarakat desa dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat setempat dalam mengembangkan potensi pangan yang diharapkan
dapat mengurangi angka balita stunting dan gizi kurang. Menurut saudara, metode pelatihan
yang paling tepat untuk diterapkan pada pelatihan dan pendidikan gizi kepada masyarakat
desa tersebut adalah...

a. On the job training

b. pelatihan vestibule

c. laboratory setting.

d. outbond management training,

e. b dan d benar

10. Organisasi Himpunan Mahasiswa Gizi di suatu Perguruan Tinggi telah melaksanakan
program pelatihan dan pendidikan gizi pada suatu desa dengan permasalahan gizi yang
cukup beragam namun fokus pelatihan dan pendidikan gizi tersebut adalah pada
penerapan PHBS. Menurut saudara kegiatan utama yang dapat dilakukan pasca pelatihan
tersebut adalah......

a. menyusun LPJ kepada pihak desa dan kampus

b. Studi banding ke desa / kelurahan lain yang telah berhasil melaksanakan kegiatan
Penerapan PHBS.
c. Pertemuan berkala TP-PKK Desa / Kelurahan setempat.
d. Pengiriman selebaran, buletin atau majalah berkala kepada para warga setempat.
e. semua jawaban benar
Daftar Pustaka

http://sasminedi-kapus.blogspot.co.id/2011/10/pedoman-pelatihan-kader.html

http://gizi.depkes.go.id/pelatihan-pemberian-makan-bayi-dan-anak-pmba

http://www.pertamina.com/social-responsibility/berita-csr/pelatihan-gizi-dan-nutrisi-berbasis-
masyarakat/

Anda mungkin juga menyukai