Disusun Oleh :
1. Nurul Nazahah P23131114033
2. Stephanie Yesica P23131114043
3. Tasya Khaerunisa P23131114045
Dosen Pembimbing :
Dra. Rosmida Magdalena Marbun, M.Kes
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya,
sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi
dengan materi Menyusun Rencana Pelatihan Penyuluhan dengan Melibatkan Organisasi
Masyarakat.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa akan
mengerti lebih dalam tentang Menyusun Rencana Pelatihan Penyuluhan dengan Melibatkan
Organisasi Masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pendidikan Gizi dan Pelatihan Gizi yang telah membimbing sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu tim penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas
makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sudah merdeka lebih dari 71 tahun, namun persoalan gizi masih menghantui
sebagian warganya. Bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi beberapa penyakit dan
masalah kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain. Masalah gizi buruk pada anak
balita di Indonesia menjadi prioritas utama pembangunan kesehatan dan gizi.
Timbulnya masalah gizi buruk disebabkan oleh banyak faktor, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan
gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh
jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang
baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat. Mengingat penyebabnya sangat kompleks,
pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan
hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua, keluarga, pemuka
masyarakat maupun agama dan pemerintah.
Dari kegiatan Pengambilan Data Dasar (PDD) yang telah dilakukan beberapa waktu
yang lalu, didapatkan beberapa masalah yang harus diselesaikan diantaranya masih terdapatnya
kasus gizi buruk, tingkat pengetahuan tentang gizi yang kurang, pengeluaran pangan yang
tergolong rendah serta masih banyaknya tingkat konsumsi energi dan protein yang masih
kurang. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi di Indonesia diperlukan
penyuluhan kepada masyarakat. Tujuan dilakukan penyuluhan agar masyarakat lebih
mengetahui bagaimana cara hidup sehat dan masyarakat dapat memperbaiki serta menerapkan
pola hidup sehat demi memecahkan persoalan gizi di Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan umum: Untuk mengetahui cara menyusun perencanaan pelatihan gizi dengan
melibatkan organisasi kemasyarakatan.
Tujuan khusus:
2. Menganalisis hal-hal yang diperlukan dalam pelatihan gizi yang melibatkan organisasi
kemasyarakatan.
BAB II
ISI
Dari rangkaian kegiatan tersebut, secara garis besar sudah dapat teridentifikasi "isi"
atau "materi" pelatihan yang diharapkan untuk dapat memenuhi persyaratan berdasarkan dalam
"uraian tugas" dan "tujuan lembaga". Kemudian langkah terperinci dan spesifik dapat disusun
dalam tahapan-tahapan perencanaan pelatihan.
Terakhir adalah evaluasi pelatihan dan tindak lanjut. Banyak pelatihan yang dilakukan
hanya menyelenggarakannya saja, setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Evaluasi pelatihan dan
tindak lanjut sangat penting untuk mengetahui berbagai kekurangan, kelemahan, dan kelebihan,
baik penyelenggaraan pelatihan maupun proses yang terjadi (Stufflebeam & Shinkfield, 1985).
Dalam melakukan penilaian terdapat kegiatan menentukan nilai suatu program (judgement).
Objek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi, antara lain,
kemampuan, kreativitas, sikap, minat, dan keterampilan. Melalui evaluasi dan tindak lanjut,
pelatihan dapat diketahui manfaat dan dampaknya.
Langkah pertama dan utama dalam mengelola pelatihan adalah menjajagi dan
mengetahui kebutuhan pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Langkah
ini merupakan langkah yang bersifat mutlak dan esensial. Mengingat pentingnya langkah ini,
maka dalam melakukannya perlu perhatian dan persiapan yang matang.
b. Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost Benefit
Ratio)
c. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.
d. Adanya peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi atau
lembaga.
2) Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas
Menguji dan menganalisis jabatan adalah suatu proses mendapatkan informasi (data)
tentang suatu jabatan untuk penyusunan standar-standar tertentu. Secara umum, untuk
melakukan analisis jabatan dan analisis tugas dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
c. Organisasi / prosedur
Berdasarkan pada tahap tersebut di atas dapat diketahui adanya berbagai klasifikasi
peserta sesuai dengan "jabatan dan tugas" yang diemban oleh masing-masing peserta. Banyak
hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan peserta. Namun, yang pasti bahwa "makin
heterogen/beragam" makin tajam pula sudut pandang yang timbul karena adanya berbagai
"posisi" dalam melihat dan mempertimbangkan sesuatu. Disamping itu, penentuan peserta,
khususnya dalam hal jumlah, perlu pula mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang
mendukung pelatihan.
Pada dasarnya tujuan pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain,
yang meliputi: (Bloom, 1971)
b. Affective Domain, adalah tujuan pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku
dan,
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan
pelatihan, yaitu:
a. Jenis Tujuan Pelatihan, yaitu hendaknya jenis tujuan pelatihan harus mencakup
Pengetahuan (P), Sikap (S) dan Ketrampilan (K) dan hasil yang diharapkan merupakan
perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi/diamati.
b. Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan pelatihan semakin rumit untuk
mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi maupun metoda pelatihan yang harus
diberikan.
c. Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan tujuan pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.
e. Peserta Pelatihan; faktor peserta juga sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan
pelatihan baik dilihat dari latar belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain
sebagainya. Dalam Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak
ditekankan pada isi, namun lebih pada proses yang menyertainya.
f. Metoda dan Media; dalam menyusun materi pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan kesesuaian metoda dan media yang ada.
Secara garis besar, dalam penyelenggaraan pelatihan ada dua hal penting yang perlu
dilakukan oleh "Panitia Penyelenggara", yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan
Pelatihan.
a. Tahap Persiapan
5. Mempersiapkan Konsumsi;
Secara umum, alur pokok yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan adalah
sebagai berikut di bawah ini:
1. Pembukaan Pelatihan;
2. Pencairan Suasana.
a. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai
tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran
serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.
Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan.
Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh
peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana Tindak Lanjut hendaknya dibuat
secara spesifik dan realistis sesuai dengan tanggung jawabnya. Dalam menyusun Rencana
Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kegiatan sehari-
hari di tempat kerjanya.
b. "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh sehingga apa dapat
terlaksana dengan baik dan benar.
c. "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang harus dan perlu
dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. masyarakat, staf yang lain atau
pimpinan lembaga.
d. "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan akan
dimulai dan kapan akan berakhir.
e. "Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah akan
dilakukan di lapangan dengan guru dan perangkat sekolah lainnya ataukah akan
dilakukan di tempat kerjanya atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan
diterapkan di luar lembaga lain yang terlibat di dalamnya.
Dengan demikian jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak hanya ada di
pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Yang paling penting adalah komitmen dan
dukungan dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga "pengetahuan
dan ketrampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa diterapkan sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
Agar supaya hasil pelatihan mempunyai dampak yang signifikan, maka peluang
yang kondusif untuk mempraktekkannya dalam pekerjaan sehari-hari perlu diciptakan.
Karena seringkali ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktekkannya karena
sistem lain yang kurang mendukung. Untuk itu maka proses perlu dilakukan secara terus
menerus guna melakukan perbaikan secara bertahap dan berkesinambungan.
1. PENDAHULUAN
Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan
pengelola Posyandu.
Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan kegiatan Posyandu saja,
tetapi juga merencanakan kegiatan dan mengaturnya.
Kader Posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola Posyandu, karena
merekalah yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat di wilayahnya
2. PERMASALAHAN YANG DAPAT MENGHAMBAT JALANNYA
PENYELENGGARAAN POSYANDU
Banyak Kader Posyandu yang tidak aktif lagi dan atau sangat kurang jumlahnya
Pengetahuan, sikap dan keterampilan kader Posyandu kurang, bahkan ada yang
belum memahami hal-hal baru berkaitan dengan kegiatan Posyandu.
Adanya perkembangan keadaan dan kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan
dengan pengelolaan Posyandu.
3. PAKET PELATIHAN
Pedoman penyelenggaraan pelatihan kader posyandu
Panduan Fasilitator
Buku II A : GBPP (Garis Besar Program Pengajaran)
Buku II B : SAP (System Analysis and Program Development)
Bahan bacaan
Buku kader posyandu dalam UPGK
Buku standar pemantauan pertumbuhan balita
Lembar balik menuju balita sehat
dll
4. BAHAN PENYULUHAN LEMBAR BALIK MENUJU BALITA SEHAT
5. RUANG LINGKUP
Materi pelatihan yang difokuskan pada Program Minimum Posyandu,
termasuk masalah gizi masyarakat, khususnya pada ibu hamil, ibu menyusui,
Wanita Usia Subur (WUS) bayi dan balita.
Materi pelatihan yang ditekankan pada upaya peningkatan kinerja para kader
dalam pengelola Posyandu, meliputi peningkatan pengetahuan, pengembangan
sikap dan ketrampilan dalam mengelola dan melakukan pelayanan kesehatan dasar
dalam Posyandu
6. TUJUAN UMUM
Setelah selesai mengikuti Pelatihan Kader Posyandu, diharapkan para Kader
Posyandu dapat mengelola dan melaksanakan lima kegiatan di Posyandu.
7. TUJUAN KHUSUS
Memahami tugas-tugas Kader Posyandu dalam menangani Posyandu.
Mengerjakan pengisian dan membaca Kartu Menuju Sehat.
Melakukan penyuluhan.
Melakukan pencatatan kegiatan posyandu.
Melakukan penilaian masalah sasaran Posyandu.
Memahami metode dan media diskusi serta sikap pemandu yang baik.
Menggerakkan masyarakat.
Melakukan upaya peningkatan gizi keluarga.
Melaksanakan lima kegiatan di Posyandu.
8. LATAR BELAKANG PESERTA
Kader Posyandu lama
Kader Posyandu yang baru direkrut, dan
Calon Kader Posyandu
9. PERSYARATAN PESERTA
a. ASPEK FISIK :
Pria atau wanita berusia antara 18-50 tahun.
Berbadan sehat jasmani dan rohani.
Mau bekerja secara sukarela mengelola Posyandu.
b. ASPEK PENDIDIKAN :
Kader Posyandu, baik yang lama maupun yang baru direkrut ataupun yang
masih calon, berpendidikan paling sedikit Sekolah Dasar atau yang sederajat.
c. ASPEK ADMINISTRATIF :
Tercatat sebagai penduduk desa / kelurahan terkait.
Dalam waktu sedikitnya 2 tahun tidak pindah ke tempat (desa / kelurahan)
lain.
Disetujui oleh Kepala Desa / Kelurahan tempat tinggalnya
10. JUMLAH PESERTA PERKELAS
Jumlah peserta yang ideal adalah antara 12 - 20 orang per kelas
11. ORGANISASI PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Ketua
Sekretaris
Bendahara
Seksi-seksi :
a. Seksi Umum
b. Seksi Pelatihan
c. Seksi Pemantauan dan Penilaian
SEKSI PELATIHAN
Mempersiapkan jadwal pelatihan.
Mempersiapkan materi, makalah, bahan dan media belajar.
Mempersiapkan pelatih / fasilitator.
Mempersiapkan lokasi praktek lapangan (apabila dijadwalkan) dan semua
persyaratan yang dibutuhkan.
Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan praktek lapangan (apabila
dijadwalkan).
Mengkoordinir para pelatih / fasilitator, sehingga jelas, lugas akan
kewenangan masing-masing pelatih / fasilitator
TIM PELATIH/FASILITATOR
TUGAS DAN TANGGUNG-JAWAB PELATIH / FASILITATOR ADALAH :
Menata acara belajar, menyiapkan materi, dan penyajian materi sesuai
dengan bidangnya.
Menata situasi proses belajar dengan mengupayakan terjadinya interaksi
proses belajar mengajar.
Mengarahkan acara belajar dan menilai bahan belajar sesuai dengan rencana
pelatihan.
Mengadakan bimbingan pada diskusi / kerja kelompok (dan peninjauan
lapangan, bila dijadwalkan);
Merumuskan kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil kegiatan peserta.
Mengadakan evaluasi terhadap peserta dan proses pelatihan.
16. PEMBIAYAAN
APBN
APBD Provinsi
APBD Kabupaten/ Kota
Lembaga Donor
dll
17. PENDAYAGUNAAN
Alumni Pelatihan Kader Posyandu agar didayagunakan sesegera mungkin secara
penuh dan merata, serta melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan
Posyandu baik vertikal maupun horizontal.
18. PEMBINAAN
PEMBINAAN PASCA PELATIHAN INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :
Pertemuan berkala TP-PKK Desa / Kelurahan dengan Kelompok-kelompok PKK
termasuk Kader-kader Dasawisma dan Kader-kader Posyandu di desa /
kelurahannya serta pihak-pihak lain yang terkait, membahas permasalahan yang
dihadapi dalam melaksanakan kegiatan Posyandu dan mencari jalan untuk
mengatasinya.
Diadakan bimbingan langsung kepada para Kader Posyandu di saat melaksanakan
pelayanan di Posyandu dari mulai penyusunan rencana (identifikasi kebutuhan,
analisis, dan pembahasan bersama), sampai kepada pelaksanaan serta monitoring
dan evaluasinya.
Studi banding ke desa / kelurahan lain yang telah berhasil melaksanakan kegiatan
Posyandu.
Apabila ada perkembangan baru, para alumni pelatihan perlu diikutkan dalam
Pelatihan Penyegaran Kader Posyandu.
Pengiriman selebaran, buletin atau majalah berkala kepada para Kader Posyandu.
Catatan: rencana tindak lanjut pelatihan yang disusun oleh masing-masing peserta
dapat dipergunakan sebagai acuan pembinaan
19. PANDUAN PENYELENGGARAAN
20. PERSIAPAN
Sebelum hari pelatihan, Tim Pelatih perlu bertemu untuk mempersiapkan
pelatihan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah pembagian tugas sebagai pelatih
yaitu menentukan satu pelatih untuk setiap Pokok Bahasan (PB). Apabila terdapat 3-4
pelatih, karena terdapat 11 PB, maka masing-masing mendapat tugas untuk 2-3 PB.
Setiap kali ada tugas kelompok, tuliskan tugas-tugas tersebut di atas papan tulis
atau kertas besar (plano).
Bagilah peserta pelatihan dalam kelompok kecil secara acak, agar peserta pelatihan
bisa berbaur.
29. TEKNIK MEMANDU (lanjut)
Gambar kiri : ada banyak media berupa kartu / gambar / tabel / bagan yang di
pakai untuk membantu diskusi kelompok selama pelatihan ini. Para pelatih utama
dan pendamping perlu selalu memeriksa untuk memastikan peserta pelatihan
mengerti isi media / gambar dan cara menggunakanya sebelum mereka memulai
kegiatan diskusi kelompok
30. TIPS UNTUK KERJASAMA TIM PELATIH
Selama melibatkan diri dalam diskusi, perhatikan cara pelatih utama membawakan
materi Pokok Bahasan (PB) dan hindari perdebatan dengan sesama pelatih.
Tunjukkan bagaimana cara berbeda pendapat yang baik, meskipun perbedaan
pendapat itu terjadi sesama pelatih, tetapi hindari perbedaan pendapat yang
menjatuhkan pelatih lainnya
Amati peserta-peserta yang pasif dan bantulah pelatih utama untuk membangkitkan
partisipasi peserta pelatihan ini dengan cara mendorong agar mereka berani
mengemukakan pendapat
Ciptakan suasana tim kerja yang positif dan saling membantu sepenuhnya selama
proses 5 hari pelatihan. Pelatih sebaiknya tidak pernah keluar masuk ruangan seperti
juga peserta lainnya.
31. EVALUASI TIM PELATIH
Di tengah-tengah proses pelatihan, tim pelatih perlu memantau perkembangannya
dengan mengadakan pertemuan pendek (5-10 menit).
2.5 Beberapa contoh pelatihan gizi yang telah dilaksanakan dengan melibatkan organisasi
masyarakat serta pihak swasta
Contoh-1
Pemberianmakan yang
baiksejaklahirhinggausiaduatahunmerupakansalahsatuupayamendasaruntukmenjaminpencap
aiankualitastumbuhkembangsekaligusmemenuhihak. Menurut World Health Organization
(WHO)/ United Nations Childrens Fund (UNICEF), lebihdari 50 %
kematiananakbalitaterkaitdengankeadaankuranggizi,
danduapertigadiantarakematiantersebutterkaitdenganpraktikpemberianmakan yang
kurangtepatpadabayidananak, sepertitidakdilakukaninisiasimenyusudinidalamsatu jam
pertamasetelahlahirdanpemberian MP-ASI yang terlalucepatatauterlambatdiberikan.
Keadaaniniakanmembuatdayatahantubuhlemah, seringsakitdangagaltumbuh.
Olehkarenaituupayamengatasimasalahkekurangangizipadabayidananakbalitamelaluipemberia
nmakananbayidananak yang baikdanbenar, menjadi agenda penting demi
menyelamatkangenerasimasadepan.
Untukmenindaklanjutistrategipeningkatanmakananbayidananak, WHO/UNICEF
telahmelatihtenaga-tenagakesehatanuntukmenjadifasilitator yang
akanmelatihkaderdalampelaksanaanpraktek-
praktekpemberianmakanbayidananaksecaranyata di masyarakat. Padaawaltahun 2013
inidiadakanpelatihanToTbagipetugaskesehatan di 5 Provinsiyakni, Provinsi Sumatera Selatan,
Sulawesi Barat, Gorontalo, Jawa Barat danJawaTimur.
Contoh-2
PelatihanGizidanNutrisiBerbasisMasyarakat
III
Kesimpulan
1. Pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
sengaja, terorganisir dan sistematik di luar sistem persekolahan untuk memberikan dan
meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja
tertentu dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang mengutamakan praktek
daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan tertentu dengan cara yang efisien dan
efektif.
2. Metode pelatihan yang telah dikenal, antara lain program pelatihan di tempat kerja (On the
job training), pelatihan di kelas, dan pelatihan vestibule (balai), sejenis pelatihan dengan
simulasi menggunakan peralatan dalam laboratory setting. Saat ini telah dikembangkan pula
pelatihan di alam terbuka (outdoor) misalnya outbond management training.
Soal Vignet
1. Tenaga kesehatan Puskesmas Boyosari akan melakukan pelatihan kesehatan kepada pada
kader posyandu di desa Lebak. Sebelum melakukan pelatihan kesehatan, para tenaga
kesehatan harus menyusun rencana pelatihan secara hierarkis. Tenaga kesehatan
menyusunan rencana pelatihan secara hierarkis dengan langkah Perencanaan Program
Pelatihan Langkah.
Penyusunan rencana pelatihan secara hierarkis yang dilakukan tenaga kesehatan masuk
dalam :
a. Langkah Pertama
b. Langkah Kedua
c. Langkah Keempat
d. Langkah Kelima
e. Langkah Keenam
2. Dalam melakukan pelatihan penyuluhan, panitia dari Puskesmas Narogong ingin menyusun
atau merumuskan tujuan dari pelatihan yang akan dilakukan.
Padadasarnyatujuanpelatihandapatdibedakandalamtigakategoripokok domain, yang
meliputi cognitive domain, affective domain, dan psychomotor domain. Apa yang
dimaksud dengan Psychomotor domain?
a. Tujuan pelatihan yang berkaitan denganmeningkatkanpengetahuanpeserta.
b. Tujuanpelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku.
c. Tujuan pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta diklat.
d. Tujuan pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkankemampuanberpikirpeserta.
e. Tujuanpelatihan yang berkaitandengantindakan yang dilakukanpeserta.
3. Pak Mahmud selaku Kepala Instalasi Gizi di rumah sakit Pelita Harapan memberikan
pelatihan penyuluhan kepada para pegawai di Instalasi. Sebelum pelatihan penyuluhan
dilakukan Pak Mahmud berdiskusi dan menyusun rencana pelatihan terlebih dahulu dengan
beberapa Ahli Gizi. Pada penyusunan rencana pelatihan pak Mahmud mengharapkan
pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta.
Tujuan yang diharapkan Pak Mahmud masuk kedalam kategori :
a. Cognitive Domain dan Psychomotor Domain
b. Cognitive Domain dan Affective Domain
c. Psychomotor Domain dan Affective Domain
d. Cognitive Domain
e. Affective Domain
4. Pada hari senin, 27 Februari 2017 dilaksanakan pelatihan penyuluhan Gizi di Balai Kota
Jakarta Selatan. Pelatihan diisi dengan materi oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan
disertai proses pelatihan oleh tenaga gizi dari rumah sakit Harapan Kita. Peserta yang di
undang mencangkup ibu-ibu kader dari berbagai kelurahan di DKI Jakarta. Setelah
dilakukannya pelatihan penyuluhan gizi, diakhir acara pembawa acara mengevaluasi acara
dengan menanyakan dan mendiskusikan oleh seluruh peserta tentang Fasilitator, Peserta,
Materi/Isi, dan proses pelatihan penyuluhan gizi yang dilakukan hari itu. Peserta pun
menggungkapkan pendapat masing-masing dari pelatihan penyuluhan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi yang dilakukan pembawa acara merupakan evaluasi acara berupa :
a. Evaluasi Hasil Pelatihan
b. Evaluasi Proses Pelatihan
c. Evaluasi perencanaan pelatiha
d. Evaluasi Langsung
e. Evaluasi Tidak Langsung
a. Latarbelakangkegiatan
b. Kepentingannarasumber
c. Pesertapelatihan
d. Biaya/sumberdana
e. Tujuanpelatihan
a. Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai
tujuan, serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga
dapat dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran
serta penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c. Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.
d. A, B, dan C benar
e. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan tugas yang ada.
8.
8. Seorang ahli gizi yang bertugas di salah satu Puskesmas ditugaskan oleh Kepala Puskesmas
setempat untuk mengadakan pelatihan kepada para ibu-ibu PKK di suatu kelurahan yang
memiliki prevalensi balita dengan gizi kurang terbanyak. Ahli gizi tersebut membuat
rancangan kurikulum dan silabus pelatihan. Maka hal yang pertama kali harus dilakukan
adalah.......
b. pelatihan vestibule
c. laboratory setting.
e. b dan d benar
10. Organisasi Himpunan Mahasiswa Gizi di suatu Perguruan Tinggi telah melaksanakan
program pelatihan dan pendidikan gizi pada suatu desa dengan permasalahan gizi yang
cukup beragam namun fokus pelatihan dan pendidikan gizi tersebut adalah pada
penerapan PHBS. Menurut saudara kegiatan utama yang dapat dilakukan pasca pelatihan
tersebut adalah......
b. Studi banding ke desa / kelurahan lain yang telah berhasil melaksanakan kegiatan
Penerapan PHBS.
c. Pertemuan berkala TP-PKK Desa / Kelurahan setempat.
d. Pengiriman selebaran, buletin atau majalah berkala kepada para warga setempat.
e. semua jawaban benar
Daftar Pustaka
http://sasminedi-kapus.blogspot.co.id/2011/10/pedoman-pelatihan-kader.html
http://gizi.depkes.go.id/pelatihan-pemberian-makan-bayi-dan-anak-pmba
http://www.pertamina.com/social-responsibility/berita-csr/pelatihan-gizi-dan-nutrisi-berbasis-
masyarakat/