mengakhiri semua penderitaan ini. Kita hanya butuh satu suara untuk memulai
lembar baru. Dengan menghilangkan semua sekat yang membatasi kita,
menjauhkan gengsi dari persaudaraan kita,demi Indonesia yang Tunggal Ika!. Tapi
kapankah semua itu akan terjadi?kapankah kita akan tersadar!. Apakah saat bumi
pertiwi kita telah berlaut darah ataukah saat koruptor memelaratkan kita
semua!,barulah kita tahu arti pesatuan?
Rakyat Indonesia menyambut haru serta bahagia momen tersebut, semua pejuang
berharap besar akan masa depan bangsa ini. Hal ini bukan harapan kosong
pejuang bangsa ini, terbukti indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang
memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan. Bahkan, turut membantu
negara-negara lain untuk lepas dari cengkraman penjajahan. Siapa sangka
Indonesia negara sebesar itu dengan pulau-pulau terpencil tersekat laut sempat
bersatu dan dapat medeka. Belum lagi menghitung-hitung perbedaan budaya
Indonesia yang sangat beraneka ragam seolah suatu keajaiban negara indonesia ini
bisa berdiri. Tapi, faktanya kita semua ada di sini dalam satu bangsa, bangsa yang
besar!
Tentulah kemerdekaan takkan pernah luput dari jasa para syuhada, para
pejuang bangsa kita yang mengorbankan nyawanya untuk bangsa ini. Tapi setelah
kita menilik lebih dalam sejarah bangsa Indonesia. Bahwa indonesia dulunya
merupakan kerajaan-kerajaan besar hingga kecil dengan kekuatan tempur yang tak
bisa di pandang sebelah mata. Siapa yang tak kenal dengan kerajaan majapahit
dengan Pati Gadja Madah yang namanya terkenal hingga pelosok negeri seberang
atau kerajaan makassar dengan pelaut ulungnya berhasil menguasai jalur
perdagangan Indonesia timur. Sehingga tak salah kapal Phinisi terkenal
kehebatannya hingga ke Eropa. Bahkan, kerajaan malaka yang terkenal dengan
hasil baminya berupa rempah-rempah.
Dimana ada semut disitulah ada gula. Dengan segala kelebihan yang
dimilikinya Indonesia mulai dilirik oleh bangsa barat. Mulai dari bangsa Portugis
dan melawan dari penindasan. Kenapa Indonesia bisa bangkit? Justru karena
dibalik penindasan dan penderitaan itu terjalin rasa yang sama sehingga muncul
rasa simpati antar sesama bangsa indonesian dan tercipta satu suara bangsa yang
mutlak. Bayang-bayang kemerdekaan membuat indonesia kebal penderitaan.
Sekat laut antar pulau sudah tak di hiraukan lagi. Dari pemberontakan kecil
hingga peperangan besar semua dilakukan para pejuang hingga bendera indonesia
dapat berkibar di jalan pengangsaan , 17 Agustus 45.
kota-kota
metropolitan yang super sibuk. Tak ayal dari kemajuan ekonomi dan tuntutan
zaman membuat rakyat Indonesia dipaksa untuk berpikir maju serta bertindak
cepat agar tak tergilas zaman. Sebagai negara berkembang, saat itu atau mungkin
hingga sekarang Indonesia tak luput dari permsalahan-permasalah suatu negara
pada umumnya. Mulai dari ketidak merataan persebaran penduduk, banyaknya
pengangguran, hingga banyaknya kehidupan rakyat indonesia dibawah garis
kemiskinan. Begitulah kerasnya kehidupan ekonomi di negara kita, yang
menyebabkan masyarakat lebih berorientasi pada status ekonomi, mulai dari
tingkat kesuksesan, wibawa hingga efek seseorang terhadap masyarakat lebih di
ukur pada kemampuan ekonominya. Bayangkan saja, kita lebih merasa nyaman
untuk duduk di sekitar orang berdasi dikantor dari pada orang yang bertato
diterminal, atau malah dipikiran kita orang yang berekonomi lemah lebih
mungkin untuk melakukan tindak kriminal daripada orang yang berekonomi
diatas rata-rata. Selain keadaan ekonomi seseorang, latar kehidupan seseorang
juga mempengaruhi cara kita menilai orang tersebut . Sebagai contoh saat
kerusuhan di Poso pecah, terjadi gesekan antara umat muslim serta kristiani yang
cukup mengusik kehidupan beragama kita. Lain poso lain bom Bali, bom Bali 1
yang terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) pada 12 oktober 2002 , benarbenar mempermalukan umat muslim indonesia apalagi pelaku mengatas namakan
dengan gerakan jihad, alhasil umat muslim nusantara juga ikut menanggung
trauma kejadian tersebut. Setelah kejadian tersebut umat muslim jadi terkucilkan,
sementara saat seorang perempuan yang perpakaian apa adanya (rok minim dan
baju minim ) disambut dengan ramah oleh satpam. Apa boleh buat, saat itu umat
Islam lebih di indentikkan dengan terorisme. Dengan beberapa kejadian tersebut
dan kejadian yang tak mungkin saya ceritakan semua, menggambarkan seolah
semangat persaudaan yang tercipta saat Jepang menjajah menjadi luntur.
Akibatnya bangsa kita mulai terkotak-kotak kembali dengan kasta-kasta budaya
ataupun golongan kelompok sosial. Mulai dari saling cemburu, saling curiga
hingga saling menuduh terjadi. Perkara kecil berakhir dengan korban dan
kerugian yang tak sedikit. Bahkan hal ini seringkali terjadi pada generasi penerus
bangsa
membuat bangsa Indonesia abad 20 kembali seperti saat Belanda mencoba untuk
menjajah Indonesia, sangat gampang di kuasai.
mengakhiri semua penderitaan ini. Coba kita perhatikan dibanding sekitar 8 tahun
lalu saat ini masyarakat lebih menghargai orang yang hidup sederhana dengan
sudah tak terbuktinya statement orang miskin lebih mudah berbuat kejahatan
dibanding orang yang di atas rata-rata di Indonesia. Kini kita jadi lebih
menghargai perjuangan orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, yang
menjadi korban kedzaliman para koruptor, sehingga lebih tercipta rasa simpati
antar sesama bangsa Indonesia. Tak lupa, kita dapat saling memahami dan
mengerti dengan dalam perbedaan,jadi kita dapat memulai Indonesia yang lebih
segar dengan semangat persatuan baru. Sekarang, yang menjadi masalah
kapankah seluruh rakyat Indonesia akan sadar? Kapankah kita akan bersatu?
apakah saat para koruptor menggasak semua harta bangsa? Tapi yang jelas, tanpa
sadar para koruptor menuntut kita untuk lebih bersatu demi Indonesia.