Anda di halaman 1dari 6

Bismillahirrahmanirrahim

Mari Belajar dari Koruptor


Siapa yang tak kenal dengan Indonesia, se-bangsa ratusan suku, se-bangsa
ribuan budaya serta jutaan perbedaan. Sehingga, tak salah Bhinneka Tunggal Ika
menjadi semboyan abadi bangsa kita. Inilah yang menjadi daya tarik bangsa kita
dimata dunia serta yang menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia
karena dapat bertahan dalam perbedaan. Tapi, dibalik semua itu perbedaan justru
menjadi pedang bermata dua, berbeda dengan yang pemimpin kita koarkan
nenek moyang kita satu, bangsa kita satu, serta masa depan kita satu. Bersatu kita
teguh, bercerai kita berantakan. Tetapi, semua itu tak terbukti saat kerusuhan
sumpit masuk televisi ataupun kerusuhan poso memenuhi Harian Kompas. Hal
sederhana membuat kita terkotak-kotak akan kesukuan. Membuat kita curiga
kepada tetangga rantauan dari pulau tetangga. Seakan sudah banyak konflik
internal dalam bangsa kita dan langsung meledak saat tersulut sedikit. Kadang
toleransi sudah bukan lagi menjadi jalan keluar, tapi siapa suku yang mayor siapa
yang minor, siapayang raja dan siapa yang pesuruh, suku kita merupakan kasta
kita dan cara orang menilai kita.
Tak dapat dipungkiri hal tersebut terjadi tanpa kita sadari, cobalah dalami
dahulu. Sudah berapakali kali kita merasa deg-degan saat orang Batak atau orang
Makassar seangkot dengan kita. Ya, walaupun orang Batak ataupun orang
Makassar terkenal dengan sifat kerasnya tapi, dibalik semua itu terdapat hati yang
lembut dan kejernian pikiran. Jauh dari persoalan yang essensial masalah politik
indonesia justru lebih terkenal dimata dunia. Dari krisis ekonomi lebih lanjutnya
kesenjangan ekonomi membuat kepercayaan masyarkat kepada pemerintah luntur.
Tentu saja, masyarakat indonesia tak dapat atas kejadian ini. Tak lain pemerintah
juga turut bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam bangsa Indonesia.
Pembodohan rakyat bukan lagi hal yang biasa. Rakyat Indonesia telah lelah
dengan kasus politik yang disajikan oleh presenter yang sama tiap harinya. Para
pemuda telah bosan meneriakkan aspirasinya, seakan kasus politik tak akan ada
habisnya dinegeri ini.

Sampai Indonesia sendiri yang tersadar untuk harus

mengakhiri semua penderitaan ini. Kita hanya butuh satu suara untuk memulai
lembar baru. Dengan menghilangkan semua sekat yang membatasi kita,
menjauhkan gengsi dari persaudaraan kita,demi Indonesia yang Tunggal Ika!. Tapi
kapankah semua itu akan terjadi?kapankah kita akan tersadar!. Apakah saat bumi
pertiwi kita telah berlaut darah ataukah saat koruptor memelaratkan kita
semua!,barulah kita tahu arti pesatuan?

Mari Belajar dari Sejarah


17 Agustus

45 segera setelah proklamasi serukan oleh Bung Karno.

Rakyat Indonesia menyambut haru serta bahagia momen tersebut, semua pejuang
berharap besar akan masa depan bangsa ini. Hal ini bukan harapan kosong
pejuang bangsa ini, terbukti indonesia adalah negara Asia Tenggara pertama yang
memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan. Bahkan, turut membantu
negara-negara lain untuk lepas dari cengkraman penjajahan. Siapa sangka
Indonesia negara sebesar itu dengan pulau-pulau terpencil tersekat laut sempat
bersatu dan dapat medeka. Belum lagi menghitung-hitung perbedaan budaya
Indonesia yang sangat beraneka ragam seolah suatu keajaiban negara indonesia ini
bisa berdiri. Tapi, faktanya kita semua ada di sini dalam satu bangsa, bangsa yang
besar!
Tentulah kemerdekaan takkan pernah luput dari jasa para syuhada, para
pejuang bangsa kita yang mengorbankan nyawanya untuk bangsa ini. Tapi setelah
kita menilik lebih dalam sejarah bangsa Indonesia. Bahwa indonesia dulunya
merupakan kerajaan-kerajaan besar hingga kecil dengan kekuatan tempur yang tak
bisa di pandang sebelah mata. Siapa yang tak kenal dengan kerajaan majapahit
dengan Pati Gadja Madah yang namanya terkenal hingga pelosok negeri seberang
atau kerajaan makassar dengan pelaut ulungnya berhasil menguasai jalur
perdagangan Indonesia timur. Sehingga tak salah kapal Phinisi terkenal
kehebatannya hingga ke Eropa. Bahkan, kerajaan malaka yang terkenal dengan
hasil baminya berupa rempah-rempah.
Dimana ada semut disitulah ada gula. Dengan segala kelebihan yang
dimilikinya Indonesia mulai dilirik oleh bangsa barat. Mulai dari bangsa Portugis

datang dengan tujuan berdagang,memonopili perdagangan serta menjajah


indonesia. Hal ini dilanjutkan dengan kedatangan Belanda dengan tujuan sama.
Saat itu , indonesia memang berbentuk kerajaan-kerajaan sehingga untuk
menguasai Indonesia bukanlah suatu hal yang rumit. Tak ada cara lain yang lebih
mudah selain dengan mengadu domba kerajaan besar serta menyerang langsung
kerajaan kecil. Rencana bangsa Belanda dimulai dengan mendekati pemimpin
kerajaan besar lalu menangadu domba mereka. Kerajaan yang hancur akan
langsung diduduki serta kerajaan menang yang sedang mengumpulkan kembali
kekuatan militernya langsung dihancurkan dari belakang dan semua perjanjian
yang di buat hanyalah umpan belaka. Jelas hal ini terdapat dalam sejarah
runtuhnya kerajaan indonesia salah satunya kerajaan Makassar dan Kerajaan
Bone. Sedikit cerita saat itu kerajaan Makassar merupakan kerjaan marinir yang
besar dan kuat selain karena posisinya strategis juga pelautnya ulung. Berkali-kali
Belanda menggempur perairan kerajaan Makassar tapi, tak satupun perwira
Belanda yang berhasil menginjakkan kaki ke pesisir pantai Makassar. Hal ini jelas
membuat Belanda gentar berhadapan langsung dengan kapal-kapal Makassar.
Alhasil diajaklah kerajaan Bone yang saat itu dipimpin oleh Aru Palakka untuk
bersama menyerang kerajaan Makassar. Jelas dengan serangan yang luar biasa
dahsyat lama-kelamaan kerjaan Makassar dapat jatuh ke tangan Belanda dan kisah
ini diakhiri dengan penghianatan Belanda kepada kerajaan Bone. Itulah kisah
yang membuat runtuh hampir semua kerajaan besar di Indonesia. Karena nafsu
menguasai dan belum bisa menerima perbedaan serta kecemburuan membuat
Indonesia dijajah Belanda sekitar 350 tahun.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan bagaimana Indonesia bisa merdeka
setelah ratusan tahun bangsa kita dijajah oleh bangsa Belanda? Jawabannya
adalah karena selama sekitar 3 tahun bangsa ini telah diinjak-injak harga dirinya
oleh Jepang. Bayangkan ratusan tahun Indonesia betah dijajah Belanda tapi 3
tahun saja dijajah jepang, Indonesia telah bisa merdeka. Padahal, jika
dibandingkan saat dijajah jepang indonesia lebih menderita. Tanpa ragu pemuda
kita dibunuh,tanpa segan pemudi kita dijadikan (maaf) pemuas nafsu tentara
jepang, sampai penghianatan dengan janji jepangJepang Pemimpin Asia,Jepang
Pelindung Asia dan Jepang Cahaya Asia yang membuat Indonesia bisa bangkit

dan melawan dari penindasan. Kenapa Indonesia bisa bangkit? Justru karena
dibalik penindasan dan penderitaan itu terjalin rasa yang sama sehingga muncul
rasa simpati antar sesama bangsa indonesian dan tercipta satu suara bangsa yang
mutlak. Bayang-bayang kemerdekaan membuat indonesia kebal penderitaan.
Sekat laut antar pulau sudah tak di hiraukan lagi. Dari pemberontakan kecil
hingga peperangan besar semua dilakukan para pejuang hingga bendera indonesia
dapat berkibar di jalan pengangsaan , 17 Agustus 45.

Persatuan juga bisa luntur


60 tahun setelah Indonesia merdeka. Indonesia mengalami perkembangan
ekonomi

yang cukup signifikan terbukti dengan munculnya

kota-kota

metropolitan yang super sibuk. Tak ayal dari kemajuan ekonomi dan tuntutan
zaman membuat rakyat Indonesia dipaksa untuk berpikir maju serta bertindak
cepat agar tak tergilas zaman. Sebagai negara berkembang, saat itu atau mungkin
hingga sekarang Indonesia tak luput dari permsalahan-permasalah suatu negara
pada umumnya. Mulai dari ketidak merataan persebaran penduduk, banyaknya
pengangguran, hingga banyaknya kehidupan rakyat indonesia dibawah garis
kemiskinan. Begitulah kerasnya kehidupan ekonomi di negara kita, yang
menyebabkan masyarakat lebih berorientasi pada status ekonomi, mulai dari
tingkat kesuksesan, wibawa hingga efek seseorang terhadap masyarakat lebih di
ukur pada kemampuan ekonominya. Bayangkan saja, kita lebih merasa nyaman
untuk duduk di sekitar orang berdasi dikantor dari pada orang yang bertato
diterminal, atau malah dipikiran kita orang yang berekonomi lemah lebih
mungkin untuk melakukan tindak kriminal daripada orang yang berekonomi
diatas rata-rata. Selain keadaan ekonomi seseorang, latar kehidupan seseorang
juga mempengaruhi cara kita menilai orang tersebut . Sebagai contoh saat
kerusuhan di Poso pecah, terjadi gesekan antara umat muslim serta kristiani yang
cukup mengusik kehidupan beragama kita. Lain poso lain bom Bali, bom Bali 1
yang terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) pada 12 oktober 2002 , benarbenar mempermalukan umat muslim indonesia apalagi pelaku mengatas namakan
dengan gerakan jihad, alhasil umat muslim nusantara juga ikut menanggung
trauma kejadian tersebut. Setelah kejadian tersebut umat muslim jadi terkucilkan,

sebagai contoh ketika seorang akhwat berkerudung besar memasuki pusat


perbelanjaan ia disambut dengan metal detector

dan diperiksa berlebihan,

sementara saat seorang perempuan yang perpakaian apa adanya (rok minim dan
baju minim ) disambut dengan ramah oleh satpam. Apa boleh buat, saat itu umat
Islam lebih di indentikkan dengan terorisme. Dengan beberapa kejadian tersebut
dan kejadian yang tak mungkin saya ceritakan semua, menggambarkan seolah
semangat persaudaan yang tercipta saat Jepang menjajah menjadi luntur.
Akibatnya bangsa kita mulai terkotak-kotak kembali dengan kasta-kasta budaya
ataupun golongan kelompok sosial. Mulai dari saling cemburu, saling curiga
hingga saling menuduh terjadi. Perkara kecil berakhir dengan korban dan
kerugian yang tak sedikit. Bahkan hal ini seringkali terjadi pada generasi penerus
bangsa

mulai dari kelompok mahasiswa hingga ke tingkat SLTA. Hal ini

membuat bangsa Indonesia abad 20 kembali seperti saat Belanda mencoba untuk
menjajah Indonesia, sangat gampang di kuasai.

Coba kita belajar dari koruptor


68 tahun setelah Indonesia merdeka berita-berita tentang masalah antar
suku budaya maupun agama mungkin sudah tak seheboh dulu lagi, sekarang
channel berita Indonesia cenderung diwarnai oleh berita politik, tapi bukan berarti
di Indonesia sudah tak ada lagi konflik perbedaan, tapi sebagian rakyat Indonesia
sedang mencoba bersatu untuk memerangi masalah yang lebih besar daripada
perbedaan itu sendiri. Itulah masalah politik, masalah yang takkan ada habisnya di
negeri kita ini. Terutama pelaku korupsi yang membuat masyarakat Indonesia
gusar bukan main, mengapa tidak? Masalah yang selama ini menerpa Indonesia
mulai dari kesenjangan ekonomi serta kemiskinan yang luar biasa bersumber dari
orang-orang yang seharusnya menjamin kesejahteraan mereka. Dana yang
seharusnya digunakan untuk mengatasi masalah kesejahteraan seluruh rakyat
hanya dialirkan demi kesejahteraan pribadi. Tak ayal Indonesia tergolong negara
yang tingkat korupsinya cukup tinggi. Sampai-sampai ada berbagai macam kasus
korupsi yang populer di Indonesia. Tetapi, yang jelas semakin besar ceritanya
ataupun semakin rumit kasusnya semakin banyak pula pelajaran hidup yang dapat
diambil oleh masyarakat Indonesia, serta makin tertanam motivasi untuk

mengakhiri semua penderitaan ini. Coba kita perhatikan dibanding sekitar 8 tahun
lalu saat ini masyarakat lebih menghargai orang yang hidup sederhana dengan
sudah tak terbuktinya statement orang miskin lebih mudah berbuat kejahatan
dibanding orang yang di atas rata-rata di Indonesia. Kini kita jadi lebih
menghargai perjuangan orang yang hidup dibawah garis kemiskinan, yang
menjadi korban kedzaliman para koruptor, sehingga lebih tercipta rasa simpati
antar sesama bangsa Indonesia. Tak lupa, kita dapat saling memahami dan
mengerti dengan dalam perbedaan,jadi kita dapat memulai Indonesia yang lebih
segar dengan semangat persatuan baru. Sekarang, yang menjadi masalah
kapankah seluruh rakyat Indonesia akan sadar? Kapankah kita akan bersatu?
apakah saat para koruptor menggasak semua harta bangsa? Tapi yang jelas, tanpa
sadar para koruptor menuntut kita untuk lebih bersatu demi Indonesia.

Demi Indonesia yang Tunggal Ika


Ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari berdirinya bangsa
Indonesia. Semangat persatuan dari simpati sesama dan penderitaan bersama
membuat Indonesia mampu melalui masa penjajahan. Tetapi, persatuan itu jua
luntur akibat dari pemikiran kita yang kurang dewasa dalam menghargai
perbedaan dan memahami orang lain. Tuntutan ekonomi dan zaman seharusnya
tak membuat kita lupa bahwa di Indonesia kita ini tak hidup sendirian, bahwa
nenek moyang kita satu, bangsa kita satu, serta masa depan kita satu. Serta bangsa
ini juga harus banyak belajar dari kegagalan-kegagalan politik bangsa kita.
Korupsi yang merajalela seharusnya telah mengajari kita banyak hal, mulai dari
mengahargai orang yang lemah hingga memahami arti persatuan itu
sendiri,tinggal bagaimanakah kita memetik hikmah dari para koruptor bangsa
serta semulai lembaran baru demi Indonesia yang Tunggal Ika!.
Selesai.

Anda mungkin juga menyukai