Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama

: Eka Novita Sari

Nim

: 113115007

Masalah Utama

: Tumor Otak/ Ca Cerebri

A. DEFINISI
1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang
didalam tulang tengkorak (Baughman, 2000).
2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak,
meningen dan tengkorak (Price , 2000).
3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam
tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf
kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ;
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder (Black,
1991)
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan jenis tumor
a.

Jin
ak

b.

Maligna
nt

1) Acoustic neuroma

1) Astrocytoma (grade 2,3,4)

2) Meningioma

2) Oligodendroglioma

3) Pituitary adenoma

3) Apendymoma

4) Astrocytoma (grade I)
2. Berdasarkan lokasi

a. Tumor intradural

b. Tumor ekstradural

1) Ekstramedular

Merupakan metastase dari lesi primer,

2) Cleurofibroma

biasanya pada payudara, prostal, tiroid,

3) Meningioma

paru paru, ginjal dan lambung.

4) Intramedular
5) Apendymoma
6) Astrocytoma
7) Oligodendroglioma
8) Hemangioblastoma
C. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai
manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.Selain jenisjenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya
faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan disekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma,
teratoma intrakranial dan kordoma.

3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya

neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan
perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitrosoethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak).Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui
D. MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menunjukkan gejala klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan
peningkatan TIK serta tanda dan gejala local sebagai akibat dari tumor yang mengganggu
bagian spesifik dari otak.
1. Gejala peningkatan tekanan intracranial
Gejala gejala peningkatan tekanan intracranial disebabkan oleh tekanan yang
berangsur-angsur terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah
gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan serebrospinal dan darah serebral.
Semua terletak di tengkorak.
Gejala yang banyak terjadi akibat tekanan intra cranial yaitu :
a. Sakit kepala
Meskipun tidak selalu ada tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan menjadi buruk
oleh karena batuk,menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini
disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri,
atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
b. Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu disebabkan adanya
iritasi pada pusat vagal di medulla.
c. Papiledema (edema pada saraf optic)
Ada sekitar 70%-75% dari pasien dan dihubungkan dengan gangguan penglihatan
seperti penurunan tajam penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan penurunan
lapang pandangan.
d. Perubahan kepribadian
e. Adanya variasi penurunan focal motorik,sensor dan disfungsi saraf cranial
2. Gejala terlokalisasi

Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang
terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local,seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motorik, perubahan penglihatan dan kejang.
a. Tumor korteks motorik memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut kejang jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan manifestasi visual, hemianopsia homonimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandangan pada sisi yang
berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otototot tidak terkoordinasi dan mistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja)
biasanya menimbulkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental, pasien kurang merawat
diri.
e. Tumor sudut serebropontin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
memberikan rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada
tumor otak. Yaitu: tisnitus dan kelihatan vertigo, kesemutan dan terasa gatal-gatal
pada wajah dan lidah, terjadi kelemahan atau paralisis , karena pembesaran tumor
menyerang serebelum mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
funsi bicara dan gangguan gaya berjalan teutama pada pasien lansia.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahankepekaan neuron.
2. Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
3. Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
4. Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
6. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
7. Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh melalui
pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.Jika terdapat peningkatan
tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi lumbal karena perubahan

tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.Pada herniasi, tekanan yang meningkat
di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke bawah melalui lubang sempit di dasar
tengkorak, sehingga menekan otak bagian bawah (batang otak). Sebagai akibatnya,
fungsi yang dikendalikan oleh batang otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan
darah) akan mengalami gangguan. Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan
koma dan kematian
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan terhadap tumor otak adalah paliatip dan melibatkan penghilangan atau
mengurangi simtomatologi serius. Pendekatan terapeutik ini mencakup radiasi, yang menjadi
dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intracranial tunggal), kemoterapi.
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini
dianggap bahwa kortikosteroid (deksametason, prednison) menurunkan radang sekitar pusat
metastase dan menurunkan edema sekitarnya. Obat-obat lain mencakup agen-agen osmotic
(manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak, yang ditunjukkan dengan penurunan
TIK. Obat-obat anti kejang (penitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang. Bila
pasien mempunyai nyeri hebat, morfin dapat diinfuskan kedalam ruang epidural atau
subaraknoid melalui jarum spinal dan kateter sedekat mungkin ke segmen spinal dimana nyeri
dirasakan. Morfin disis kecil diberikan pada interval yang ditentukan
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu
1. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
a. Steroid Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
b. Anticonvulsant Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
c. Shunt Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan
pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi
efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan
terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak
jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi
anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan
tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
2. Radiotherapi

Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan


proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi
dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive),
sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan
dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh
toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka
makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta
teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor
pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan
dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan,
pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang
dilakukan ataukah tidak.
G. KOMPLIKASI
1. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah
efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel
(vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
2. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium
yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal
3.

akibat massa.
Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.

4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain

TREPANASI
1. Definisi
Craniopharyngioma adalah Tumor otak yang terletak di area hipotalamus di atassella
tursica. Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurungkepala)
dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.Trepanasi/ kraniotomi
adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk
tindakan pembedahan definitif.
2. Indikasi
a. Pengangkatan jaringan abnormal
b. Mengurangi tekanan intracranial
c. Mengevaluasi bekuan darah
d. Mengontrol bekuan darah
e. Pembenahan organ-organ intracranial
f. Tumor otak
g. Perdarahan
h. Peradangan dalam otak
i. Trauma pada tengkorak
3. Manifestasi klinis
a. Penurunan kesadaran
b. Bila hematoma semakin meluas akan timbul gejala di serebri dan gangguan tanda-tanda
vital dan pernafasan
c. Terjadi peningkatan TIK setelah pembedahan ditandai dengan muntah proyektil, pusing
dan peningkatan tanda-tanda vital
4. Komplikasi Post Operasi
a.Edema cerebral.
b.
Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.
c.Hypovolemik syok.
d.
Hydrocephalus.
e.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).
f. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
g.
Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 14 hari setelah operasi.

h.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
i. pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
j. dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif dini.
k.
Infeksi.
5. Penatalaksanaan
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan.
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. Mempersiapkan pasien pulang.
6. Perawatan Pasca Pembedahan
Tindakan keperawatan post operasi.
a.Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
b.Observasi dan catat sifat dari drain (warna, jumlah) drainage.
c.Dalam mengatur dan menggerakan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai drain
tercabut
d.Perawatan luka operasi secara steril.
e.Makanan
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan
sesudah pembedahan. makanan yang dianjurkan pada pasien postoperasi adalah
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses
penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu
meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. Pembatasan diit yang
dilakukan adalah NPO (nothing peroral). Biasanya makanan baru diberikan jika: Perut
tidak kembung, Peristaltik usus normal, Flatus positif, Bowel movement positif
f. Mobilisasi
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring ditempat tidur agar keadaanya
stabil.

Biasanya posisi awal

adalah terlentang,

tapi

juga harus tetap dilakukan

perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus. Pasien yang menjalani pembedahan
abdomen dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
g.Pemenuhan kebutuhan eliminasi
1) Sistem Perkemihan :
a) Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 8 jam post anesthesia
inhalasi, IV, spinal. Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi retensio urine.
b) Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi abdomen bawah (distensi buli-buli).
c) Dower catheter kaji warna, jumlah urine, out put urine < 30 ml / jam komplikasi
ginjal.
2) Sistem Gastrointestinal :

a) Mual muntah 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapat menyebabkan


stress dan iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan
b)
c)
d)
e)

leher serta TIO meningkat.


Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
Kaji paralitic ileus suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
Jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 8 jam.
Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan

decompresi dan drainase lambung.


f) Meningkatkan istirahat.
g) Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
h) Memonitor perdarahan.
i) Mencegah obstruksi usus.
j) Irigasi atau pemberian obat.
7. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan
tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
b. Nyeri kepala berhubungan dengan proses

pertumbuhan sel-sel kanker pada

otak/mendesak otak.
c. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan
kelemahan.
d. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri
f. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Post-Operasi
a. Nyeri yang berhubungan dengan efek dari pembedahan
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan
citra diri.
c. Kurang pengetahuan tentang tumor otak yang berhubungan dengan ketidaktahuan tentang
sumber informasi
d. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis dan masa depan yang tidak pasti.

DAFTAR PUSTAKA
Black PB. 1991. Brain tumor, review article. The NEJM (324):1471-1472

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta :
EGC.
Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Doenges, E Marylin (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC
Engram, Barbara (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
Ganong, WF, (1996). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Reeves C, J, (2001),. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Talbot, LA (1997. Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai