Pendahuluan
Persetujuan Tindak Medik/ Informed Consent adalah pernyataan
tertulis yang diberikan oleh pasien/ suami/ istri/ keluarga bahwa setuju
terhadap tindakan medik atau terapi yang diberikan oleh dokter dan telah pula
mengerti semua prosedur tindakan dan komplikasi yang mungkin terjadi
akibat dari tindakan medis/ terapi tersebut. Informed consent berasal dari kata
Informed yang berarti telah mandapat informasi. Consent berarti persetujuan
(izin) yang dimaksud dengan Informed Consent dalam profesi kedokteran
adalah pernyataan setuju (consent) atau izin dari seseorang (pasien) yang
diberikan dengan bebas, rasional tanpa paksaan.
Masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab pasien
itu sendiri. Dengan demikian sepanjang keadaan kesehatan tersebut tidak
sampai mengganggu orang lain maka keputusan untuk mengobati atau
tidaknya masalah kesehatan yang dimaksud sepenuhnya terpulang dan
menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Tindakan kedokteran yang
dilakukan oleh dokter untuk memulihkan kesehatan seseorang (pasien) hanya
merupakan suatu upaya yang tidak wajib diterima oleh seseorang (pasien)
yang bersangkutan karena sesungguhnya dalam pelayananan kedokteran
tidak seorangpun yang dapat memastikan hasil akhir daripada pelayanan
kedokteran tersebut.
Hasil akhir dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan
berhasil guna apabila terjalin kerjasama yang baik antara dokter dengan
pasien karena dokter dan pasien akan dapat saling mengisi dan melengkapi.
Untuk mengatur keserasian, keharmonisan dan ketertiban hubungan dokter
dan pasien melalui pemberian Informed Consent harus ada pedoman sebagai
acuan pelaksanaan.
Berdasarkan pedoman
berikut:
1. Dokter memberikan penjelasan/informasi kepada pasien/keluarga
pasien.
2. Pasien/ keluarga diberi kesempatan bertanya.
3. Pasien/
keluarga
menandatangani
Surat
Persetujuan
TindakKedokteran/Informed Consent.
4. Dokter yang akan melakukan tindakan kedokteran menandatangani
formulir Informed Consent.
5. Diketahui dan ditandatangani oleh 2 orang saksi. Perawat bertindak
sebagai salah satu saksi dan keluarga pasien menjadi saksi lainnya.
6. Perawat tidak boleh memberikan informasi medik yang melampaui
wewenangnya.
7. Bila dalam keadaan gawat darurat dan pasien tidak sadar, serta tidak
ada
keluarga
yang
mendampingi
maka
Informed
Consent
sesuatu
yang
tidak
terduga
sebelumnya
dan
Departemen
Kesehatan
telah
menerbitkan
Peraturan
Menteri
Persetujuan
Tindakan
Kedokteran
sebagai
petunjuk
ringkas
b.
c.
mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak
diharapkan dalam pelaksanaan tindaka kedokteran tersebut.
Upaya memperoleh pertujuan dapat memerlukan waktu yang lama.
Persetujuan pada berbagai keadaan akan berbeda, karena setiap pasien
memiliki perhatian dan kebutuhan yang individual. Dan meskipun waktu yang
tersedia sedikit, tetap saja tidak ada alasan untuk tidak memperoleh
persetujuan. Adalah tanggung jawab dokter pemberi perawatan atau pelaku
pemeriksaan/ tindakan untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut
dieroleh secara benar dan layak.
Dokter dapat mendelegasikan proses pemberian informasi dan
penerimaan persetujuan, namum tanggung jawab tetap berada pada dokter
pemberi delegasi untuk memastikan bahwa persetujuan diperoleh secara
benar dan layak. Jika seorang dokter akan memerikan informasi dan
menerima persetujuan pasien atas nama dokter lain, maka dokter tersebut
harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab secara penuh pertanyaan
apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan tinakan yang akan dilakukan
terhadapnya-untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut dibuat secara
layak dan benar.
Menurut pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya.
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
Mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual Persetujuan
Tindakan Medik memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan
kepada pasien:
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila
tidak diobati.
b. Ketidakpastian tentang diagnsis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan.
c. Pilihan
pengobatan
atau
penatalaksanaan
terhadap
kondisi
kembali
bahwa
pasien
dapat
mengubah
II.
Rekomendasi
Untuk
informed
consent
selanjutnya
mengusulkan
agar
dapat