Anda di halaman 1dari 20

JURNAL

Tidak Terkontrolnya Rinitis Alergi dan Rinosinusitis Kronis,


Dimanakah keberadaan Kita Saat Ini?
Oleh:
Ria Ekawati Putri
NIM 14710069
Pembimbing:
dr. Maria Kwarditawati, Sp. THT

SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA

Identitas Jurnal
Judul
Tidak Terkontrolnya Rinitis Alergi dan Rinosinusitis,
Dimanakah Keberadaan Kita Saat ini?

Penulis
P. W. Hellings, W. J. Fokkens, C. Akdis, dkk

Tahun Terbit
Agustus 2012

Dipublikasikan Oleh
Jurnal Alergi dan Imunologi Klinis Eropa, Belgia.

Pendahuluan
Radang saluran pernapasan atas kronis
dibedakan menjadi 2 kesatuan klinis: rinitis
dan rinosinusitis.
Rinitis alergi (AR) membutuhkan
hipersentivitas terhadap mediasi IgE yang
menggunakan tes kulit dan sistemik.
Rinosinusitis kronis (CRS) dengan endoskopi
atau radiologidibagi menjadi:
Dengan polip hidung (CRSwNP)
Tanpa polip hidung (CRSsNP)

Pendahuluan
AR dan CRS ditandai dengan peradangan,
obat anti inflamasi merupakan lini pertama.
Pengobatan AR dan CRS dalam ARIA dan
EPOS:
AR imunoterapi dilakukan saat farmakoterapi
tidak berhasil. Bedah konka inferior atau bedah
deviasi septum jarang diindikasikan pada
obstruksi hidung.
CRS Obat anti inflamasi kombinasi dengan
semprotan larutan garam (langkah pertama).
Operasi jika perawatan medis berkepanjangan
gagal

Pendahuluan
Tingkat pengurangan gejala, kehadiran efek
samping, dan hasil pengobatan menentukan
kontrol suatu penyakit.
Hampir seperlima pasien AR yang diobati
responnya tidak puas dengan perawatan
medis.
Pasien dengan CRS juga sulit mengendalikan
gejala mereka meskipun obat dan terapi
bedah memadai.

Pendahuluan
Oleh karena itu, ahli ARIA dan EPOS merasa
perlu memberikan gambaran tentang
pengendalian peradangan saluran pernapasan
atas dengan menyoroti perbedaan faktor
yang terlibat dalam tidak terkontrolnya
peradangan ini, serta menyoroti kebutuhan
yang tidak terpenuhi dalam bidang ini.

Kontrol AR dan CRS


Kontrol didefinisikan sebagai keadaan
penyakit dimana pasien tidak memiliki gejala
lagi atau gejala sisa yang dianggap sebagai
pengganggu.
Pengobatan untuk AR sesuai dengan pedoman
ARIA dan penggunaan skor VAS untuk total
gejala hidung

Kontrol AR dan CRS


Pengobatan untuk CRS berpedoman pada
GINA. Evaluasi keparahan gejala sinonasal,
klinis mukosa, dan kebutuhan pengobatan
membagi pasien menjadi terkontrol, sebagian
terkontrol, dan tidak terkontrol.
Efek terapetik dari pengobatan sesuai
dengan ARIA dan EPOS perlu dievaluasi:
AR 2-4 minggu
CRS 3 bulan

Hubungan Faktor Penyakit


AR
Faktor lingkungan bahan alergen, paparan asap
rokok, polusi dalam dan luar ruangan, faktor
pekerjaan.
Faktor hormonal hormon perempuan (hamil).
Faktor genetik

CRS

Faktor lingkungan
Faktor hormonal
Menurunnya daya tahan tubuh
Sering pada pasien asma dan PPOK
Berulang penyakit setelah operasi pada pasien asma

Hubungan Faktor Diagnosis


AR
Menggabungkan gejala yang mendukung
Pengujian skin prick test atau serum IgE spesifik
Uji histamin (NHR)
Obstruksi hidung karena deviasi septum, disfungsi
katup hidung/polip hidung
Obstruksi hidung karena rinore pada anak

CSR
Gangguan drainase mukosiliar, kekebalan tubuh
menurun/faktor iatrogenik kegagalan pengobatan
Penyakit granulomatous (penyakit Wegener atau
sarcoidosis)
Kehadiran asma, PPOK, bronkiektasis, kistik fibrosis

Hubungan Faktor Pengobatan


Pengobatan optimal dan butuh evaluasi
farmakoterapi dan imunoterapi berdasarkan
tingkat keparahan dan jenis gejala.
Rute dan dosis pemberian obat berdampak
pada efek terapi.
85% pasien operasi sinus endoskopi (ESS)
mengalami penurunan keparahan gejala,
selain itu harus dihindari faktor merokok,
pekerjaan, alergi, asma, intoleransi aspirin.

Hubungan Faktor Pasien


Harus ditanyakan kepatuhan pasien dalam
penggunaan obat.
Posisi penggunaan semprotan hidung
memegang peranan penting dalam
optimalisasi efek terapi.
Kepatuhan, kerugian pengobatan, ketakutan
efek samping, dan masalah ekonomi
menentukan apakah pasien akan mengambil
resep obat.

Kebutuhan yang tidak


terpenuhi pada AR
Validasi sistem penilaian VAS sebagai alat
klinis untuk mengevaluasi terkontrolnya AR,
yang melibatkan evaluasi gejala jangka
pendek dan jangka panjang AR.
Evaluasi diagnostik, hubungan faktor terapi
dan pasien.
Mendefinisikan keberhasilan perawatan
medis termasuk imunoterapi.

Kebutuhan yang tidak


terpenuhi pada CRS
Validasi definisi yang diusulkan untuk
terkontrolnya CRS.
Evaluasi prevalensi dan patofisiologi tidak
terkontrolnya CRS dalam praktek klinis.
Pengembangan rencana diagnostik dan terapi
strategis penyakit berikut dalam
terkontrolnya CRS

Kesimpulan
Saat ini pengobatan yang tersedia untuk AR
dan CRS efektif dalam sebagian besar pasien.
Kontrol AR didasarkan pada sistem skor VAS
untuk total gejala hidung, sedangkan evaluasi
yang lebih kompleks dimaksudkan untuk CRS.
Konsep dari kontrol AR dan CRS menimbulkan
tantangan dalam terapi.
Faktor-faktor yang dibahas, akan meningkatkan
jumlah kontrol gejala rinitis dan rinosinusitis.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai