Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PERILAKU 3M, KONDISI KONTAINER DAN CONTAINER

INDEX DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS KOLONGAN KECAMATAN KALAWAT KABUPATEN
MINAHASA UTARA
Maria R. L. Y. Tangkudung*, Jimmy Posangi*, Wulan P. J. Kaunang*

*Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersusun dari 17.508 pulau terletak di antara dua
benua dan dua samudra memiliki iklim tropis yang heterogen dan kaya akan fauna dan flora
termasuk berbagai penyakit tular nyamuk seperti demam dengue (DD), demam berdarah dengue
(DBD), malaria, lymfatik filariasis, chikungunya, dan Japanese encephalitis. Memasuki milenium
ke-3, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang mendasar baik
eksternal maupun internal. Penyakit tular nyamuk (vektor) termasuk DBD berbasis lingkungan
dan kompleks, sehingga tidak dapat dipecahkan hanya dengan pendekatan ilmu kesehatan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah terdapat hubungan antara perilaku 3M,
kondisi kontainer dan container index dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja
Puskemas Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan rancangan case control study dimana faktor risiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan (p = 0,000; OR 4,333), sikap (p = 0,018; OR 2,857), tindakan (p =
0,027; OR = 2,466) dengan kejadian DBD sementara kondisi kontainer (p = 0,491; OR = 0,474)
dan container index (p = 0,311; OR = 0,609) ditemukan tidak berhubungan. Pengetahuan
merupakan variabel yang paling dominan terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Kolongan Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Kata Kunci : 3M, Kondisi Kontainer, Container Index, DBD

ABSTRACT
Indonesia is an archipelago composed of 17,508 islands located between two continents and two
oceans has a heterogeneous tropical climate rich in fauna and flora including mosquito-borne
diseases such as dengue fever (DD), dengue hemorrhagic fever (DHF), malaria, lymphatic
filariasis, chikungunya, and Japanese encephalitis. Entering the 3rd millennium, Indonesia faces
fundamental changes and strategic challenges both external and internal. The mosquito-borne
diseases (vectors) include environment-specific and complex DHFs, which can not be solved only
by health science approaches. The purpose of this study is to analyze whether there is a
relationship between 3M behavior, container condition and container index with dengue
hemorrhagic fever incidence at work area of Puskemas Kolongan Kalawat Subdistrict North
Minahasa District. This type of research is analytic observational with case control study design
where risk factor is studied by using retrospective approach. The results showed that there was a
relationship between knowledge (p = 0,000, OR 4,333), attitude (p = 0,018, OR 2,857), action (p
= 0,027; OR = 2,466) with incidence of DHF while container condition (p = 0,491; OR = 0.474)
and the container index (p = 0.311; OR = 0.609) was found to be unrelated. Knowledge is the
most dominant variable on the incidence of DHF at the work area of Puskesmas Kolongan,
Kalawat Subdistrict, North Minahasa District.

Keyword : 3M, Container Condition, Container Index, DBD

70
PENDAHULUAN kematian 41,3%. Pada tahun 2007
Indonesia merupakan negara kepulauan jumlah kasus sebanyak 156.767 kasus
yang tersusun dari 17.508 pulau terletak (IR 71,18) dengan 1570 kematian (CFR
di antara dua benua dan dua samudra 1,00 %). Pada tahun 2008 kita terjadi
memiliki iklim tropis yang heterogen penurunan jumlah kasus dengan jumlah
dan kaya akan fauna dan flora termasuk kasus 98.869 orang (IR 43,62)
berbagai penyakit tular nyamuk seperti (Sukowati, 2010).
demam dengue (DD), demam berdarah Perubahan iklim menyebabkan
dengue (DBD), malaria, lymfatik perubahan curah hujan, suhu,
filariasis, chikungunya, dan Japanese kelembaban, arah udara sehingga
encephalitis. Memasuki milenium ke-3, berefek terhadap ekosistem daratan dan
Indonesia menghadapi berbagai lautan serta berpengaruh terhadap
perubahan dan tantangan strategis yang kesehatan terutama terhadap
mendasar baik eksternal maupun perkembangbiakan vektor penyakit
internal. Penyakit tular nyamuk (vektor) seperti nyamuk Aedes, malaria dan
termasuk DBD berbasis lingkungan dan lainnya. Selain itu, faktor perilaku dan
kompleks, sehingga tidak dapat partisipasi masyarakat yang masih
dipecahkan hanya dengan pendekatan kurang dalam kegiatan Pemberantasan
ilmu kesehatan. Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
DBD merupakan masalah pertambahan jumlah penduduk dan
kesehatan masyarakat Indonesia, karena faktor peningkatan mobilitas
angka kesakitan semakin meningkat, pendudukyang sejalan dengan semakin
masih menimbulkan kematian dan membaiknya sarana transportasi
sering terulangnya kejadian luar biasa menyebabkan penyebaran virus DBD
(KLB). Saat ini DBD telah dilaporkan di semakin mudah dan semakin luas
seluruh kota di Indonesia. Pada tahun (Michael, 2006).
2004 kabupaten/kota terjangkit DBD Situasi kejadian DBD di
sebanyak 334 kabupaten/kota, tahun provinsi Sulawesi Utara sejak tahun
2006 meningkat menjadi 330 kab/kota, 2011 hingga 2013 menunjukkan bahwa
tahun 2007 meningkat lagi menjadi 357 telah terjadi penyebaran di 15 wilayah
kab/kota. Pada tahun 2008 terjadi kabupaten/kota. Tahun 2011, incidence
penurunan jumlah kabupaten/kota rate (IR), yaitu sebesar 16,06%
terjangkit menjadi 346 Kab/Kota. Pada sedangkan case fatality rate (CFR)
tahun 1968 pertamakali kasus DBD 1,37% dimana 5 wilayah kabupaten/kota
dilaporkan IR 0,05 dengan angka dengan IR tertinggi adalah Kota

71
Kotamobagu, Kota Manado, Kabupaten Container Index Dengan Kejadian
Bolaang Mongondow Timur, Kota Demam Berdarah di Wilayah Kerja
Bitung dan Kabupaten Minahasa Puskesmas Kolongan Kecamatan
Selatan. Tahun 2012, IR sebesar 55,08% Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.”
sedangkan CFR 1,20% dimana 5
wilayah kabupaten/kota dengan IR METODE
tertinggi adalah Kota Kotamobagu, Kota Jenis penelitian ini adalah observasional
Manado, Kota Bitung, Kabupaten analitik dengan rancangan case control
Minahasa Utara dan Kabupaten Bolaang study (kasus control) dimana faktor
Mongondow Timur. Tahun 2013, IR risiko dipelajari dengan menggunakan
sebesar 100,40% sedangkan CFR 0,98% pendekatan retrospektif. Penelitian ini
dimana 5 wilayah kabupaten/kota dilaksanakan di wilayah kerja
dengan kasus tertinggi, yaitu Kota Puskesmas Kolongan Kecamatan
Kotamobagu, Kota Manado, Kota Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
Bitung, Kabupaten Minahasa Utara dan pada bulan September sampai
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur November 2015. Populasi dalam
(Anonim, 2014). penelitian ini, yaitu semua penderita
Data Dinas Kesehatan untuk yang terdiagnosa menderita DBD di
kasus DBD di Kabupaten Minahasa wilayah kerja Puskesmas Kolongan
Utara pada tahun 2014 adalah sebanyak Kecamatan Kalawat Kabupaten
64 kasus. Jumlah ini sangat menurun Minahasa Utara pada bulan Januari
dibandingkan dengan kasus kejadian sampai dengan Maret 2015 (kasus) dan
DBD pada tahun berikutnya. Data tahun bukan penderita DBD yang merupakan
2015 menunjukkan bahwa sejak bulan tetangga terdekat dalam satu lingkungan
Januari sampai Maret telah terjadi lewat pencocokan tempat tinggal
peningkatan jumlah penderita DBD (kontrol). Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 205 kasus. Jumlah penderita adalah semua penderita yang
DBD tertinggi terdapat di wilayah kerja terdiagnosa menderita DBD di wilayah
Puskesmas Kolongan sebanyak 60 orang kerja Puskesmas Kolongan Kecamatan
dengan 1 kasus kematian (Anonim, Kalawat Kabupaten Minahasa Utara
2014). Berdasarkan latar belakang di pada bulan Januari sampai Maret 2015
atas, maka penulis tertarik untuk sedangkan populasi kontrol adalah
melakukan penelitian dengan judul: bukan penderita DBD yang merupakan
“Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, tetangga terdekat dalam satu
Tindakan, Kondisi Kontainer dan lingkungan. Instrumen yang digunakan

72
dalam penelitian ini adalah lembar Analisis bivariat dilakukan dengan uji
kesediaan menjadi responden, Chi Square dan perhitungan Odds Ratio
kuesioner, lembar observasi survei (OR) pada 95% Confidence Interval
populasi jentik DBD dan senter. Data (95% CI) terhadap masing-masing
yang telah dientry dilakukan analisa variabel bebas dengan kejadian DBD
statistik dengan menggunakan program dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah
komputer. Data dianalisis dengan tiga berikut ini:
tahapan, yaitu analisis univariat, bivariat
dan multivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Bivariat

Tabel 1. Hasil Uji Bivariat antara Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Kondisi Kontainer dan
Container Index dengan Kejadian DBD

Variabel OR 95% CI P

Pengetahuan
- Kurang Baik 4,333 2,015-9,319 0,000
- Baik
Sikap
- Kurang Baik 2,857 1,265-6,452 0,018
- Baik
Tindakan
- Kurang Baik 2,466 1,172-5,188 0,027
- Baik
Kondisi Kontainer
- Terbuka 0,474 0,113-1,989 0,491
- Tertutup
Container Index
- Resiko Tinggi 0,609 0,272-1,360 0,311
- Resiko Rendah

a. Hubungan antara Pengetahuan Hasil perhitungan OR adalah 4,333


dengan Kejadian DBD (95% CI = 2,015-9,319). Hasil ini
Analisis bivariat ditemukan bahwa menunjukkan bahwa responden dengan
variabel pengetahuan beresiko terhadap pengetahuan kurang baik memiliki
kejadian DBD. Hasil uji statistika dari resiko 4,3 kali terkena DBD
setiap kelompok ditemukan nilai p = dibandingkan responden dengan
0,000 menunjukkan terdapat kemaknaan pengetahuan baik. Hasil ini
pada pengetahuan dimana nilai p < 0,05. menunjukkan bahwa variabel

73
pengetahuan memiliki hubungan yang ini menunjukkan bahwa variabel
signifikan dengan kejadian DBD. tindakan memiliki hubungan yang
signifikan dengan kejadian DBD.
b. Hubungan antara Sikap dengan
Kejadian DBD d. Hubungan antara Kondisi Kontainer
Analisis bivariat ditemukan bahwa dengan Kejadian DBD
variabel sikap beresiko terhadap Analisis bivariat ditemukan bahwa
kejadian DBD. Hasil uji statistika dari variabel kondisi kontainer tidak beresiko
setiap kelompok ditemukan nilai p = terhadap kejadian DBD. Hasil uji
0,018 menunjukkan terdapat kemaknaan statistika dari setiap kelompok
pada sikap dimana nilai p < 0,05. Hasil ditemukan nilai p = 0,491 menunjukkan
perhitungan OR adalah 2,857 (95% CI = tidak terdapat kemaknaan pada kondisi
1,265-6,452). Hasil ini menunjukkan kontainer dimana nilai p > 0,05. Hasil
bahwa responden dengan sikap kurang perhitungan OR adalah 0,474 (95% CI =
baik memiliki resiko 2,9 kali terkena 0,113-1,989). Hasil ini menunjukkan
DBD dibandingkan responden dengan bahwa responden dengan kondisi
sikap baik. Hasil ini menunjukkan kontainer terbuka memiliki resiko 0,5
bahwa variabel sikap memiliki kali terkena DBD dibandingkan
hubungan yang signifikan dengan responden dengan kondisi kontainer
kejadian DBD. tertutup. Hasil ini menunjukkan bahwa
variabel kondisi kontainer tidak
c. Hubungan antara Tindakan dengan memiliki hubungan yang signifikan
Kejadian DBD dengan kejadian DBD.
Analisis bivariat ditemukan bahwa
variabel tindakan beresiko terhadap e. Hubungan antara Container Index
kejadian DBD. Hasil uji statistika dari dengan Kejadian DBD
setiap kelompok ditemukan nilai p = Analisis bivariat ditemukan bahwa
0,027 menunjukkan terdapat kemaknaan variable container index tidak beresiko
pada tindakan dimana nilai p < 0,05. terhadap kejadian DBD. Hasil uji
Hasil perhitungan OR adalah 2,466 statistika dari setiap kelompok
(95% CI = 1,172-5,188). Hasil ini ditemukan nilai p = 0,311 menunjukkan
menunjukkan bahwa responden dengan tidak terdapat kemaknaan pada
tindakan kurang baik memiliki resiko container index dimana nilai p > 0,05.
2,5 kali terkena DBD dibandingkan Hasil perhitungan OR adalah 0,609
responden dengan tindakan baik. Hasil (95% CI = 0,272-1,360). Hasil ini

74
menunjukkan bahwa responden dengan hubungan yang signifikan dengan
container index tinggi memiliki resiko kejadian DBD.
0,6 kali terkena DBD dibandingkan
responden dengan container index
rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa
variabel container index tidak memiliki
2. Analisis Multivariat
a. Pemilihan Model dengan Variabel Independen Utama
Tabel 2. Hasil Pemodelan Awal Variabel
Variabel p value OR
Pengetahuan 0,000 4,333
Sikap 0,018 2,857
Tindakan 0,027 2,466
Kondisi Kontainer 0,491 0,474
Container Index 0,311 0,609

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat b. Uji Interaksi


dilihat bahwa pengetahuan, sikap dan Dilakukan uji untuk mengetahui adanya
tindakan tetap dipertahankan dalam interaksi antara variabel bebas. Hasil uji
model karena memiliki nilai p < 0,25 interaksi dapat dilihat pada tabel 11.
sedangkan kondisi kontainer serta
container index dikeluarkan karena
memiliki nilai p > 0,25.

Tabel 3. Hasil Uji Interaksi


Interaksi dalam Model Omnibus Test Kesimpulan
Umur*Pengetahuan 0,379 Interaksi (-)
Jenis Kelamin*Pengetahuan 0,655 Interaksi (-)
Pendidikan*Pengetahuan 0,073 Interaksi (-)
Umur*Sikap 0,482 Interaksi (-)
Jenis Kelamin*Sikap 0,102 Interaksi (-)
Pendidikan*Sikap 0,247 Interaksi (-)
Umur*Tindakan 0,569 Interaksi (-)
Jenis Kelamin*Tindakan 0,137 Interaksi (-)
Pendidikan*Tindakan 0,282 Interaksi (-)

75
Setelah dilakukan uji interaksi, diketahui adanya potensial perancu antara, kondisi
bahwa umur*pengetahuan, jenis kontainer dan container index. Penilaian
kelamin*pengetahuan, pendidikan* adanya perancu berdasarkan perubahan
pengetahuan, umur*sikap, jenis relatif OR. Bila perbedaan antara OR
kelamin*sikap, pendidikan*sikap, crude dan OR adjusted > 10%, maka
umur*tindakan, jenis kelamin*tindakan variabel tersebut dinyatakan sebagai
dan pendidikan*tindakan nilai omnibus perancu sehingga tetap dipertahankan
test > 0,05 sehingga dikatakan tidak ada dalam model. Sebaliknya, bila
interaksi. Model multivariat regresi perbedaan < 10%, maka variabel
logistik yang dihasilkan, yaitu tidak tersebut bukan sebagai perancu sehingga
adanya interaksi. harus dikeluarkan dari dalam model.
Hasil penilaian potensial perancu dapat
c. Uji Konfounding dilihat pada tabel-tabel di bawah berikut
Setelah uji interaksi selesai, maka ini:
dilakukan penilaian kemungkinan

Tabel 4. Hasil Penilaian Perancu Variabel Indeks Terhadap Variabel Pengetahuan,

OR Deleted Jumlah Delta OR


Variabel OR crude (%) Kesimpulan
Model OR
Pengetahuan 4,995 5,229 0,304 4,7 Konfounding -
Sikap 1,306 1,273 0,033 2,5 Konfounding -
Tindakan 0,710 0,687 0,023 3,2 Konfounding -
Sikap dan Tindakan

Variabel Kondisi dikeluarkan

Tabel 5. Hasil Penilaian Perancu Variabel Kondisi Terhadap Variabel Pengetahuan,


Sikap dan Tindakan

OR Deleted Jumlah Delta OR


Variabel OR crude (%) Kesimpulan
Model OR
Pengetahuan 5,229 4,935 0,294 5,6 Konfounding -
Sikap 1,273 1,165 0,108 8,5 Konfounding -
Tindakan 0,687 0,728 0,041 5,9 Konfounding -

Variabel Sikap dikeluarkan

76
Tabel 6. Hasil Penilaian Perancu Variabel Sikap Terhadap Variabel Pengetahuan dan
Tindakan

OR Deleted Jumlah Delta OR


Variabel OR crude (%) Kesimpulan
Model OR
Pengetahuan 4,935 5,172 0,237 4,8 Konfounding -
Tindakan 0,728 0,778 0,05 6,8 Konfounding -

Variabel Tindakan dikeluarkan

Tabel 7. Hasil Penilaian Perancu Variabel Tindakan Terhadap Variabel Pengetahuan

OR Deleted Jumlah Delta OR


Variabel OR crude (%) Kesimpulan
Model OR
Pengetahuan 5,172 4,333 0,839 16,2 Konfounding+

Tabel 8. Model Akhir Regresi Logistik


Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Pengetahuan 1.643 .568 8.371 1 .004 5.172 1.699 15.745
Tindakan -.251 .574 .191 1 .662 .778 .253 2.395
Constant -2.115 .687 9.487 1 .002 .121
a. Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan, Tindakan.
Tabel di atas menunjukkan KESIMPULAN
bahwa pengetahuan merupakan variabel Setelah melaksanakan penelitian dan
yang paling dominan terhadap kejadian menganalisa data yang diperoleh maka
DBD dengan nilai OR = 5,172. Ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
menunjukkan bahwa responden dengan 1. Terdapat hubungan antara
pengetahuan yang kurang baik dapat pengetahuan dengan kejadian DBD
menderita penyakit DBD sebesar 5,2 di wilayah kerja Puskesmas
kali dibandingkan responden dengan Kolongan Kecamatan Kalawat
pengetahuan baik setelah dipengaruhi Kabupaten Minahasa Utara dengan
oleh tindakan. nilai OR = 4,333 (95% CI = 2,015-
9,319) yang berarti bahwa
pengetahuan merupakan faktor
risiko yang bermakna terhadap

77
kejadian DBD dan responden DBD di wilayah kerja Puskesmas
dengan pengetahuan kurang baik Kolongan Kecamatan Kalawat
berpeluang mendapatkan kejadian Kabupaten Minahasa Utara dengan
DBD sebesar 4,3 kali dibandingkan nilai OR = 0,474 (95% CI = 0,113-
responden dengan pengetahuan 1,989) yang berarti bahwa
baik. responden dengan kondisi kontainer
2. Terdapat hubungan antara sikap terbuka berpeluang mendapatkan
dengan kejadian DBD di wilayah kejadian DBD sebesar 0,5 kali
kerja Puskesmas Kolongan dibandingkan responden dengan
Kecamatan Kalawat Kabupaten kondisi kontainer tertutup.
Minahasa Utara dengan nilai OR = 5. Tidak terdapat hubungan antara
2,857 (95% CI = 1,265-6,452) yang container Index dengan kejadian
berarti bahwa sikap merupakan DBD di wilayah kerja Puskesmas
faktor risiko yang bermakna Kolongan Kecamatan Kalawat
terhadap kejadian DBD dan Kabupaten Minahasa Utara dengan
responden dengan sikap kurang baik nilai OR = 0,609 (95% CI = 0,272-
berpeluang mendapatkan kejadian 1,360) yang berarti bahwa
DBD sebesar 2,9 kali dibandingkan responden dengan container index
responden dengan sikap baik. berisiko tinggi berpeluang
3. Terdapat hubungan antara tindakan mendapatkan kejadian DBD sebesar
dengan kejadian DBD di wilayah 0,6 kali dibandingkan responden
kerja Puskesmas Kolongan dengan container index berisiko
Kecamatan Kalawat Kabupaten rendah.
Minahasa Utara dengan nilai OR = 6. Pengetahuan merupakan variabel
2,466 (95% CI = 1,172-5,188) yang yang paling dominan terhadap
berarti bahwa tindakan merupakan kejadian DBD di wilayah kerja
faktor risiko yang bermakna Puskesmas Kolongan Kecamatan
terhadap kejadian DBD dan Kalawat Kabupaten Minahasa
responden dengan tindakan kurang Utara.
baik berpeluang mendapatkan
kejadian DBD sebesar 2,5 kali SARAN
dibandingkan responden dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
tindakan baik. pembahasan serta mengacu pada
4. Tidak terdapat hubungan antara manfaat penelitian, maka saran yang
kondisi kontainer dengan kejadian dapat diberikan antara lain :

78
1. Kepada petugas kesehatan di 2. Kepada seluruh warga desa yang
wilayah kerja Puskesmas Kolongan bertempat tinggal di wilayah kerja
Kecamatan Kalawat Kabupaten Puskesmas Kolongan
Minahasa Utara a. Menambah pengetahuan agar
a. Mengupayakan secara rutin dapat melakukan pencegahan
pertemuan para petugas dini lewat kegiatan PSN 3M
pemegang program Pencegahan Plus dan terhindar dari DBD.
dan Pemberantasan Penyakit b. Bersama-sama melakukan
Menular (P2M) bersama kader- kegiatan PSN 3M Plus secara
kader kesehatan yang tersebar di rutin tidak hanya di rumah tapi
berbagai desa dalam wilayah juga di sekolah, sarana-sarana
kerja Puskesmas Kolongan lain yang berpotensi sebagai
untuk mengevaluasi program tempat perkembangbiakan
P2M DBD setiap 3 bulan. nyamuk dan lingkungan
b. Meningkatkan keterampilan sekitarnya.
petugas kesehatan di puskesmas c. Segera melapor ke petugas
Kolongan khususnya surveilans kesehatan terdekat apabila
dan para kader dalam penemuan menemukan gejala-gejala DBD
kasus KLB DBD di wilayah pada anggota keluarganya.
masing-masing.
c. Sesegera mungkin melakukan DAFTAR PUSTAKA
penanganan sesuai tatalaksana Anonimous. 2014. Profil Dinas
kasus apabila ditemukan KLB Kesehatan Provinsi Sulawesi
DBD. Utara.
d. Melaksanakan penyuluhan Anonimous. 2015. Jumlah Kasus DBD
kesehatan tentang DBD dan Tahun 2007-2015.
pentingnya kegiatan PSN 3M Michael, Mc, Aj. 2006. Population
Plus kepada seluruh masyarakat Health As The Bottom Line Of
yang tinggal di wilayah kerja Sustainability.
puskesmas Kolongan baik lewat Sukowati, S. 2010. Masalah Vektor
pertemuan di balai desa maupun Demam Berdarah Dengue (DBD)
kunjungan dari rumah ke rumah dan Pengendaliannya di Indonesia.
(home visite). Umboh, V. I., Kandou, G. D., Kepel, B.
J. 2016. Hubungan Antara
Pengetahuan dan Sikap Tentang

79
Program 3M Plus Dengan
Kejadian DBD di Wilayah Kerja
Puskesmas Ranotana Weru Kota
Manado. Universitas Sam
Ratulangi Manado.

80

Anda mungkin juga menyukai