OLEH:
DEWANGGA WAHYU PRAJA
105070100111039
105070100111053
105070104111005
FAUZIAH
105070107111015
PEMBIMBING:
dr. ETTY KURNIA Sp. F
BAB 1
PENDAHULUAN
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras
atau kenyal dan permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda
tumpul lebih sering disebabkan oleh karena kecelakaan atau penganiayaan,
jarang karena bunuh diri (Satyo, 2006).
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering
dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras,
dan luka robek dengan tepi tidak rata. Bagian tubuh yang paling sering terkena
adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat
menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dar
ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi
karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent , 2001)
Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif
tidak bergerak atau orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam
bidang medikolegal kadangkala hal ini perlu fijelaskan meskipun sulit untuk
dipastikan. Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP
dijelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli
tersebut adalah Visum et Repertum dimana didalamnya terdapat penjabaran
tentang keadaan korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena
tindak pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran
forensik termasuk cara membuat deskripsi luka serta kemungkinan sebab akibat
luka dan kematian korban untuk menyusun Visum et Repertum sehingga dapat
digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan
suatu tindak pidana,
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan
oleh suatu energi mekanik eksterna. Traumatologi berasal dari bahasa Yunani,
yang berarti luka, adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda
paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas
jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Di dalam melakukan
pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada
hakekatnya
dokter
diwajibkan
untuk
dapat
memberikan
kejelasan
dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka,
dan kualifikasi luka (Shkrum dan Ramsay, 2007; Idries, 2008).
2.2 Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak
perlu dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Untuk penulisan deskripsi luka
jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu
ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008)
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian
tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada
regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi
dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu
kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis
khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang
melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak
luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk
kepentingan
rekonstruksi.
Untuk
luka
di
bagian
punggung
dapat
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak adalah
luka penetrasi dan perforasi. Luka penetrasi terjadi bila anak peluru memasuki
suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka perforasi anak peluru
menembus objek secara keseluruhan.
2.4 Trauma Benda Tumpul
Trauma beda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan
tubuh dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering
mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan
lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah : (Idries, 2006)
-Tidak bermata tajam
-Konsistensi keras / kenyal
-Permukaan halus / kasar
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu
benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang
bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadangkadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas
nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu (Vincent dan Dominick, 2001).
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak
macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar
dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa
cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban
dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.
Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab
trauma adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma
(Shkrum dan Ramsay, 2007).
tidak
POST MORTEM
Kekuningan
Sembarang tempat
Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang
kontak dengan kulit. (Dikutip dari forensic pathology 2nd edition)
-Luka lecet tekan (Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan
bentuk permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan
identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas, misalnya
kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet
tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan
warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan
yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca
kematian.
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area
mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah
kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat:
(Vincent dan Dominick, 2001).
Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat
LUKA MEMAR
Di sembarang tempat
LEBAM MAYAT
Bagian tubuh yang terendah
Pembengkakan (+)
Pembengkakan (-)
Ditekan Menghilang
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan
dalam. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ
vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan
fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan
perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain
yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol
pernapasan dan peredaran darah.
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abuabu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada
bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik.
Rupturnya pembuluh darah
dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio
luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung
dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan
ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan
dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan
dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti
pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang
keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang
lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat
patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini
terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan
situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan
diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat
serupa dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang
diam. Namun, kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada
sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena
foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat
sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan
trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan,
dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya
akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada
akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah
putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil
atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball haemorrhages sesuai dengan
bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang
disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya
berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya
tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan
trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma
biasanya
melibatkan
daerah
dengan
perdarahan
yang
dalam.
Tempat
menyebabkan
laserasi.
Laserasi
disebabkan
oleh
benda
yang
permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan
jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit.
Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang
diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami
indentasi (Vincent dan Dominick, 2001).
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan,
tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka
oleh benda tajam (Shkrum dan Ramsay, 2007).
kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab
kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang
berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang
terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang
berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya
berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails.
Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut,
perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu
pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke
sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan
bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan
parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi
saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan
penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi
kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa
hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat
dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya
perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil
tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila
perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit
atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan.
Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka
yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya
pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan
bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak
pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat
dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati
dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat (Idries, 2008).
d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang
sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut
dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifatsifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka. Luka robek mempunyai
tepi
yang
tidak
teratur,
terdapat
jembatan-jembatan
jaringan
yang
menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila
kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak
adanya luka lecet atau luka memar. Oleh karena luka pada umumnya
mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka
jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda
tumpul mengenai tubuh korban (Vincent dan Dominick, 2001).
BAB 3
LAPORAN KASUS
Gambar Avulsi laserasi pada pangkal paha kanan dan medial dari paha
tampak otot dan lengkung usus melewati robekan di region inguinal
Temuan internal pada pemeriksaan dalam antara lain:
1) Otot dinding dada anterior mengalami kontusio dengan fraktur tulang rusuk
ke 5, 6 dan 7 di sisi kanan sepanjang garis mid aksila dan tulang rusuk ke 4,
5, 6, dan 7 di sisi kiri.
2) Hepar mengalami laserasi, memar mesenterium dengan robek. Ujung
lengkung ileum berpindah menuju kanalis inguinalis di sisi kanan dan keluar
ke antero-medial paha kanan.
BAB 4
PEMBAHASAN
disebabkan karena
persentuhan tubuh dengan benda atau alat yang permukaan nya tumpul. Cara
kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan karena kecelakaan atau
penganiayaan, jarang karena bunuh diri. Berdasarkan data otopsi di Instalasi
Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang dari bulan
Januari 2012 hingga Desember 2012 menunjukkan data korban mati akibat
trauma benda tumpul sebagian besar disebabkan karena kecelakaan lalu lintas.
Dari total 492 kasus kematian yang diotopsi, sebanyak 408 kasus merupakan
kecelakaan lalu lintas. Sebagian besar kecelakaan lalu lintas merupakan
kecelakaan sepeda motor, pejalan kaki, dan sisa nya bus, truk, dan kereta api.
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering
dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras,
luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling
banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka
tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ
bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian.
Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang
banyak.
Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
merupakan akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif
tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam
bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang
sulit dipastikan.
Pada kasus didapatkan seorang laki-laki berusia 28 tahun ditemukan
tewas di tempat setelah kecelakaan kendaraan dan mengalami beberapa lukaluka. Jenazah adalah seorang pengendara sepeda motor yang setelah tabrakan
dengan kendaraan roda empat terjepit ke tanah dan selanjutnya terlindas.
Selama autopsi luka luar yang terlihat antara lain:
1) Sebuah luka robek 10 x 7 cm di atas kepala frontal kiri.
Jenis Luka
Kasus
Kepala
205
babras
Anggota Gerak Atas
56
88
32
Perut
Jumlah
27
408
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alexandropoulou, C. A., dan Panagiotopoulos, E. 2010. Wound Ballistics:
Analysis of Blunt and Penetrating Trauma Mechanisms. Health Science
Journal, vol. 4, issue 4, pp. 225-236
Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus
Pada Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam
Proses Penyidikan, Bab 7, hal. 133-143. Jakarta: Sagung Seto
Satyo, A. C. 2006. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah
Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433
Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of
Trauma, Chapter 8, pp. 405-518
Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology
Second Edition, Chapter 4, pp. 1-26
Sindhu Sudha Sahu dan Manoj Kumar Jena. 2015. Protrusion of Intestine to
Thigh in Blunt Trauma Abdomen: A Case Report. Labome-ResearchAcademic Journal. http://dx.doi.org/10.13070/rs.en.2.1426