Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 PHBS Tatanan Rumah Tangga (Rumah Tangga Sehat)


3.1.1
Definisi PHBS di Rumah Tangga
Program PHBS dalam rumah tangga adalah

upaya

untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat
(Dinkes Makassar, 2006).
3.1.2
a.

b.

c.

d.

e.

f.

Jenis Kegiatan PHBS di Rumah Tangga


Jenis jenis kegiatan PHBS tatanan rumah tangga yaitu :
PHBS Bidang Gizi
1) Makan dengan menu gizi seimbang,
2) Minum tablet besi selama kehamilan,
3) Memberi ASI eksklusif pada bayi,
4) Mengkonsumsi garam beryodium, dan
5) Memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
PHBS Bidang KIA dan KB
1) Memeriksakan kehamilan,
2) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
3) Menimbang balita setiap bulan,
4) Mengimunisasi lengkap bayi,
5) Ikut Keluarga Berencana (KB),
6) Makan makanan bergizi, dan
7) Ibu hamil tidak merokok.
PHBS Bidang Kesehatan Lingkungan
1) Cuci tangan menggunakan sabun dan air setelah buang airbesar,
2) Menghuni rumah sehat,
3) Memiliki akses dan menggunakan air bersih,
4) Memiliki akses dan menggunakan jamban sehat,
5) Memberantas jentik nyamuk, dan
6) Membuang sampah di tempat sampah.
PHBS Bidang Pemeliharaan Kesehatan
1) Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan,
2) Aktif mengurus UKBM/ sebagai kader,
3) Memanfaatkan Puskesmas/ sarana kesehatan.
PHBS Bidang Gaya Hidup Sehat
1) Tidak merokok di dalam rumah,
2) Melakukan aktifitas fisik/ olahraga setiap hari,
3) Makan sayur dan atau buah-buahan setiap hari.
PHBS Bidang Obat dan Farmasi
1) Memiliki tanaman obat keluarga (TOGA),

2) Tidak menggunakan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat


Adiktif),
3) Menggunakan obat generik,
4) Menjauhkan anak dari bahan-bahan berbahaya dan atau beracun,
5) Minum oralit jika diare (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
3.1.3

Tujuan Kegiatan PHBS di Rumah Tangga


Adapun tujuan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga yaitu:

a. Meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas lintas


sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat, Tim
Penggerak PKK (TP PKK) dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di
rumah tangga.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS dan
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
3.1.4

Sasaran PHBS di Rumah Tangga


Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga,

yaitu:
a. Pasangan usia subur
b. Ibu hamil dan menyusui
c. Anak dan remaja
d. Usia lanjut
e. Pengasuh anak
3.1.5

Manfaat PHBS di Rumah Tangga


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), manfaat PHBS tatanan

rumah tangga meliputi:


a. Bagi Rumah Tangga
1) Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah
sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan
gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan keluarga.
b. Bagi Masyarakat
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah


kesehatan.
3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM), seperti posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan ibu bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok
pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.
c. Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
1) Peningkatan prosentase rumah tangga sehat menunjukkan kinerja dan
citra Pemerintah Kabupaten/Kota yang baik.
2) Biaya yang tadinya dialokasikan untuk menanggulangi masalahmasalah kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan lingkungan
yang sehat dan penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang merata,
bermutu dan terjangkau.
3) Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pengembangan PHBS di tatanan rumah tangga.
3.1.6

Penilaian Rumah Tangga Sehat


Untuk menilai Rumah Tangga Sehat, digunakan 10 indikator PHBS

yang terdiri dari 7 indikator PHBS dan 3 indikator GHS (Gaya Hidup Sehat).
Indikator tersebut sebagi berikut :
a. 7 (tujuh) indikator PHBS
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,
2) Bayi diberi ASI eksklusif,
3) Menimbang bayi dan balita,
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
5) Menggunakan air bersih,
6) Menggunakan jamban sehat,
7) Memberantas jentik di rumah (PSN).
b. 3 (tiga) indikator Gaya Hidup Sehat (GHS)
1) Melakukan aktifitas fisik setiap hari,
2) Makan sayur dan atau buah setiap hari,
3) Tidak merokok di dalam rumah.
3.1.7
Sepuluh Indikator Rumah Tangga Sehat
a. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan adalah persalinan
yang ditolong oleh bidan, dokter dan tenaga para medis lainnya.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan syarat mutlak
agar ibu dapat melahirkan dengan selamat, dimana sebelumnya telah

10

dilakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama


masa kehamilannya.
Persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mencegah terjadinya
kematian bayi dan ibu saat persalinan. Pentingnya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan, antara lain :
1) Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
2) Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau
dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit.
3) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga mencegah terjadinya
infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
Ibu hamil dan keluarga harus mengetahui tanda-tanda
persalinan agar tidak terjadi keterlambatan ke fasilitas kesehatan untuk
melakukan persalinan. Tanda-tanda persalinan yaitu :
1) Ibu mengalami mulas-mulas yang timbul nya semakin sering dan
semakin kuat.
2) Rahim terasa kencang bila diraba, terutama pada saat mulas.
3) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
4) Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari jalan
lahir.
5) Merasa seperti mau buang air besar.
Peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan antara lain :
1) Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya
dengan memberi tanda seperti menempelkan stempel;
2) Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di
bidan/dokter;
3) Memanfaatkan

setiap

kesempatan

di

desa/kelurahan

untuk

memberikan penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh


tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan
kelompok di posyandu, arisan, pengajian dan kunjungan rumah;

11

4) Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakkan


masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan
ibu dan bayi, seperti dana sosial bersalin, tabungan bersalin,
ambulans desa, calon donor darah, warga dan suami Siap Antar Jaga,
dan sebagainya;
5) Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke
bidan/dokter selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan)
sedikitnya tiga kali pada minggu pertama, ketiga dan keenam setelah
melahirkan;
6) Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan;
7) Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi
berumur 6 bulan (ASI eksklusif) (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
b. Bayi Diberi ASI Eksklusif
Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif pada bayi maksudnya
adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan
tambahan makanan atau minuman lain. ASI merupakan makanan alamiah
berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk
kebutuhan bayi sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air
Susu Ibu yang pertama keluar berupa cairan bening berwarna kekuningan
(kolostrum), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan
terhadap penyakit. Adapun keunggulan pemberian ASI pada bayi antara
lain :
a) ASI mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan;
b) Mengandung zat kekebalan;
c) Melindungi bayi dari alergi;
d) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar;
e) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan dimana saja;
f) Membantu memperbaiki reflex menghisap, menelan dan pernapasan
bayi.
Manfaat pemberian ASI pada bayi antara lain :
1) Bagi ibu

12

a)
b)
c)
d)
e)
f)

Menjalin hubungan kasih saying antara ibu dengan bayi


Mengurangi pendarahan setelah persalinan
Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
Menunda kehamilan berikutnya
Mengurangi risiko terkena kanker payudara
Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat

bayi membutuhkan.
2) Bagi bayi
a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
b) Bayi tidak sering sakit.
3) Bagi keluarga
a) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian
susu formula dan pelengkapnya
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula,
misalnya merebus air dan penccucian peralatan.
Adapun cara untuk menjaga mutu dan jumlah produksi ASI
antara lain :
1) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran
dan buah-buahan, makanlah lebih banyak dari biasanya
2) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari
3) Cukup istirahat dengan tidur siang atau berbaring selama 1-2 jam dan
menjaga ketenangan pikiran
4) Menyusui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan
secara bergantian hingga bayi tenang dan puas.
Upaya pemberian ASI eksklusif pada bayi bagi ibu yang
bekerja tetap bisa dilakukan dengan cara :
1) Berikan ASI sebelum berangkat bekerja
2) Selama bekerja, bayi tetap bisa diberi ASI dengan cara memerah ASI
sebelum berangkat kerja dan ditampung di gelas yang bersih dan
tertutup untuk diberikan kepada bayi di rumah
3) Setelah pulang bekerja, bayi disusui kembali seperti semula.
Sedangkan peran kader untuk mendukung keberhasilan
pemberian ASI eksklusif yaitu :
1) Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui dan bayi baru lahir
yang ada di wilayah kerjanya
2) Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu menyusui di
Posyandu tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif

13

3) Melakukan kunjungan rumah kepada ibu nifas yang tidak datang ke


Posyandu dan menganjurkan agar rutin memeriksakan kesehatan
bayinya serta mempersiapkan diri untuk memberikan ASI Eksklusif.
c. Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan
Salah satu kegiatan posyandu adalah penimbangan bayi dan
balita. Pembinaan dan bimbingan untuk mencapai D/S diharapkan dapat
membantu peningkatan status kesehatan. Kegiatan menimbang bayi dan
balita dilakukan setiap bulan yang dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhannya, dimana hasil penimbangan tersebut dicatat pada buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) sehingga
akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik. Manfaat penimbangan
balita setiap bulan di Posyandu antara lain :
1) Untuk mengetahui apakah belita tumbuh sehat
2) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita
3) Untuk mengetahui balita yang sakit (demam, batuk, pilek, diare),
berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat
badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai gizi buruk
sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas
4) Untuk mengetahui kelengkapan imunitas
5) Untuk mendapat penyuluhan gizi.
Agar masyarakat mau menimbang bayi dan balita setiap bulan
di Posyandu diperlukan peran kader antara lain :
1) Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya
2) Memantau jumlah kunjungan ibu yang datang untuk menimbang
balitanya di Posyandu
3) Memanfaatkan setap

kesempatan

di

desa/kelurahan

untuk

memberikan penyuluhan tntang pentingnya penimbangan balita


misalnya melalui penyuluhan kelompok di Posyandu, arisan,
pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa 9pengeras suara
di masjid, pengumuman di desa kelurahan, poster, spanduk selebaran
dll)

14

4) Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak datang ke


Posyandu membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin
menimbang balitanya ke Posyandu
5) Mengadakan kegiatan-kegiatan yang

menarik

perhatian

dan

mendorong masyarakat seperti lomba bayi dan balita sehat, lomba


memasak makanan balita sehat, kegiatan makan bersama untuk balita
dan sebagainya.
d. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Rumah tangga berperilaku mencuci

tangan

dengan

menggunakan air bersih dan sabun dapat mendukung penurunan angka


kesakitan kecacingan dan diare terutama pada anak dan balita.
Perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun perlu
diterapkan dalam rumah tangga karena :
1) Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Mengkonsumsi air yang tidak bersih dapat
menyebabkan berpindahnya kuman ke tangan. Contohnya pada saat
makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh dan bisa
menimbulkan penyakit. Mencuci tangan dapat mencegah penularan
penyakit seperti diare, kolera, disentri, typhus, kecacingan, penyakit
kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS)
2) Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman penyakit
karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Adapun cara mencuci tangan yang benar yaitu :
1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
2) Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan
3) Setelah itu keringkan dengan lap yang bersih.
Dalam upaya menerapkan perilaku mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun di rumah tangga diperlukan peran kader antara lain :
1) Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk
memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan,

15

misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arsan,


pengajian, pertemuan kelompok dasa wisma dan kunjungan rumah
2) Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik
perhatian masyarakat, misalnya pada peringatan hari-hari besar
kesehatan atau ulang tahun kemerdekaan.
e. Menggunakan Air Bersih
Air merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari
untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci
alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar dari penyakit. Air bersih pada dasarnya dapat
dibedakan melalui indera (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba),
dimana syarat-syarat air bersih antara lain :
1) Air tidak berwarna, harus bening/jernih
2) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa
dan kotoran lainnya
3) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak asam, tidak payau dan tidak
pahit serta harus bebas dari bahan kimia beracun
4) Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang.
Upaya yang harus dilakukan dalam menjaga kebersihan
sumber air bersih dalam rumah tangga, antara lain :
1) Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan
sampah paling sedikit 10 meter
2) Sumber mata air harus dilindungi dari bahan pencemaran
3) Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga
bangunannya agar tidak rusak, seperti lantai sumur tidak boleh retak,
bibir sumur harus diplester dan sumur sebaiknya diberi penutup
4) Harus dijaga kebersihannya, seperti tidak ada genangan air di sekitar
sumber air, tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut pada
lantai/dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih
dan tidak diletakkan di lantai.
Peran kader dalam

menggerakkan

masyarakat

untuk

menggunakan air bersih antara lain :


1) Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki
ketersediaan air bersih di rumahnya

16

2) Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air


bersih
3) Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah
tangga yang sulit untuk mendapatkan air bersih
4) Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat
berupaya untuk member kemudahan kepada masyarakat untuk
mendapatkan air bersih di lingkungan tempat tinggalnya
5) Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur
pompa secara bergilir
6) Membentuk Kelompok Pemakai Air (POKMAIR) untuk memelihara
sumber air bersih yang dipakai secara bersama bagi daerah sulit air
7) Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam
penyediaan air bersih
8) Manfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan terpentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui
penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan dasa wisma, arisan,
pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.
f. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Pentingnya menggunakan jamban yaitu untuk menjaga
lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air
yang ada di sekitarnya, serta tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri,
thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulut dan
keracunan.
Untuk memenuhi syarat jamban sehat, maka perlu diperhatikan
hal sebagai berikut :
a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter).
b) Tidak berbau.
c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

17

d)
e)
f)
g)
h)
i)

Tidak mencemari tanah disekitarnya.


Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Penerangan dan ventilasi cukup.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
Tersedia air, sabun dan alat pembersih.
Dalam membina masyarakat untuk memiliki dan menggunakan

jamban diperlukan peran kader sebagai berikut:


1) Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki
serta menggunakan jamban sehat di rumahnya.
2) Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah
tangga yang belum memiliki jamban sehat.
3) Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat
berupaya untuk menggerakkan masyarakat memiliki jamban.
4) Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban secara bergilir.
5) Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam
penyediaan jamban sehat.
6) Memanfaatkan setiap kesempatan

di

desa/keluarahan

untuk

penyuluhan tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban


sehat, misal melalui penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan
desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.
7) Meminta bantuan petugas puskesmas setempat untuk memberikan
bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah setempat (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
g. Memberantas Jentik di Rumah (PSN)
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Pemeriksaan

Jentik

Berkala

adalah

pemeriksaan

tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada di


dalam rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas dll. Selain
itu juga dilakukan pemeriksaan di tempat-tempat penampungan air yang
berada di luar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun,

18

lubang pohon, pagar bambu dll yang dilkakukan secara teratur sekali
dalam seminggu.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan kegiatan
memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular berbagai
penyakit seperti Demam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria,
Filariasis

(Kaki

Gajah)

di

tempat-tempat

perkembangbiakannya.

Pemberantasan Sarang Nyamuk dilakukan dengan cara 3M Plus yaitu :


a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak
mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum
burung.
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak
control, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air
hujan.
c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek dll).
d) Plus menghindari gigitan nyamuk antara lain :
1) Menggunakan kelambu ketika tidur.
2) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
obat nyamuk; bakar, semprt, oles/diusap ke kulit dll.
3) Menghindari kebiasaan menggantungkan pakaian di dalam
kamar.
4) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
5) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.
6) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempattempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah
sulit air.
7) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampungan air,
misalnya ikan cupang, ikan nila dll.
8) Menanamkan tumbuhan pengusir nyamuk misalnya Zodia
Lavender, Rosemerry dll.
h. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bag

19

pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup


agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik setiap hari antara lain :
1) Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya melakukan aktivitas fisik.
2) Bersama anggota keluarga sering melakukan aktivitas fisik secara
bersama, misalnya jalan pagi bersama, membersihkan rumah secara
bersama-sama dll.
3) Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan
pekerjaan di rumah.
4) Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan
fasilitas olahraga dan tempat bermain untuk anak.
5) Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan
aktivitas fisik.
i. Makan Sayur dan Buah
Serat yang ada di dalam sayur dan buah berfungsi untuk
memelihara usus. Serat tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat
tidak menghasilkan tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk
mengenyangkan tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga
orang menjadi tidak cepat lapar. Manfaat makanan berserat yaitu
mencegah diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat
badan, membantu proses pembersihan racun, membuat awet muda,
mencegah

kanker,

membantu

mengatasi

anemia,

membantu

perkembangan bakteri yang baik dalam usus, memperindah kulit, rambut


dan kuku.
Peran keluarga untuk menanamkan kebiasaan makan sayur dan
buah yaitu :
1) Manfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
2) Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga
terjangkau.
3) Perkenalkan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah
pagi, siang dan malam.

20

4) Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang


pentingnya makan sayur dan buah.
j. Tidak Merokok di Dalam Rumah
Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok
yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya,
diantaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar dan Carbon
Monoksida (CO).
Perokok dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Perokok aktif adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin
dengan sekecil apapun walaupun itu cuma satu batang dalam sehari.
Selain itu orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun
atau hanya sekedar coba-coba dan cara menghisap rokok cuma
sekedar menghembuskan asap walau tidak diisap masuk ke dalam
paru-paru.
b) Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap
rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup
dengan orang yang sedang merokok.
Peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa
Asap Rokok yaitu :
a) Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok
kepada seluruh anggota keluarga.
b) Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan Rumah Tangga
Tanpa Asap Rokok.
c) Menegur anggota rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
d) Tidak member dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk
apapun, antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli
rokok, tidak memberikan kesempatan siapa pun untuk merokok di
dalam rumah dan tidak menyediakan asap.
e) Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
f) Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
g) Melarang anak tidak merokok bukan karena alas an ekonomi tetapi
justru karena alasan kesehatan.
3.2 Aplikasi Rapid Survey
3.2.1
Pengertian Rapid Survey

21

Survey merupakan kegiatan atau usaha mengumpulkan informasi dari


sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Informasi dari
masyarakat dapat diperoleh dengan alat bantu atau dikenal sebagai instrument
penelitian baik yang berupa kuesioner maupun peralatan lain untuk
pengukuran, misalnya timbangan untuk mengukur berat, meteran untuk
mengukur panjang atau tinggi subjek penelitian. Informasi yang bisa didapat
berupa informasi tentang cakupan atau prevalensi suatu kejadian, bisa juga
informasi mengenai hubungan antar variabel (Eriyanto, 2007).
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan satu teknik
survey yang cepat dan murah untuk mengevaluasi program imunisasi. Teknik
survey ini dikenal dengan metode survey cepat (Rapid Survey Method) dan
ternyata ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi program kesehatan lain.
Metode survey cepat pertama kali dikembangkan pada proyek Expanded
Programme on Immunization dari WHO. Metode ini menerapkan rancangan
sampel cluster dua tahap, dengan pemilihan cluster pada tahap pertama secara
probability proportionate to size. Pemilihan sampel pada tahap kedua yaitu
pemilihan sampel rumah tangga dilakukan dengan cara acak sederhana (simple
random) atau dengan menerapkan rumah terdekat (Sugiarto, 2003).
Dalam perkembangannya, metode survey cepat telah cukup banyak
digunakan terutama di kalangan peneliti dan praktisi untuk perencanaan dan
mengevaluasi keberhasilan program. Setelah melalui berbagai uji coba maka
secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode ini layak untuk diterapkan
sebagai metode pengumpulan informasi yang berasal dari masyarakat
(population based information) pada skala tingkat puskesmas. Ciri khas dari
survey cepat adalah:
a) Digunakan untuk mengukur kejadian yang sering terjadi di masyarakat.
b) Pengambilan sampel secara cluster dua tahap, dimana untuk tiap
puskesmas diambil sebanyak 30 cluster dan masing-masing cluster
diambil sebanyak 7 sampai 10 responden saja.

22

c) Jumlah pertanyaan cukup 20-30 pertanyaan saja dan dibuat sederhana. Hal
ini karena survey ini bersifat cepat.
d) Rancangan sampel, memasukkan data, pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan bantuan komputer (Program yang bisa digunakan adalah
Epi info dan CSurvey).
e) Waktu sejak pelaksanaan sampai pelaporan bisa dilaksanakan secara
singkat.
f) Analisis data, penyajian data dari hasil survey disajikan dengan memakai
teknik statistik sederhana dengan tetap memperhatikan kaidah statistik
yang berlaku (Eriyanto, 2007).
3.2.2

Prosedur Pelaksanaan Rapid Survey


Prosedur untuk pelaksanaan survey cepat (rapid) tidak berbeda dengan

survey pada umumnya. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan adalah:


a) Menentukan masalah dan tujuan survey secara jelas dan ringkas
Tujuan survey meskipun ringkas tetapi harus bisa dirinci dengan
baik. Hal ini karena berkaitan dengan variabel atau pertanyaan dalam
kuesioner dan analisis data yang akan dilakukan.
b) Menentukan besar dan metode pengambilan sampel
c) Mengembangkan instrument survey
Instrument survey yang dibutuhkan relatif sederhana, bisa berupa
kuesioner atau alat pengukur tertentu yang sederhana. Sebaiknya sebelum
digunakan perlu dilakukan uji coba dulu agar dapat diketahui kekurangan
baik instrument survey maupun pelaksana di lapangan.
d) Pengorganisasian dan pelaksanaan survey
Bagian ini cukup penting, termasuk melihat apakah pengumpul
data sudah paham tentang tata cara pemilihan responden di lapangan dan
menguasai pertanyaan pada kuesioner.
e) Analisis, interpretasi dan laporan
Data yang telah ada sebaiknya segera diolah dan dianalisis yang
dilakukan dengan cara sederhana. Cukup dengan Epi Info dan CSurvey
saja karena program ini dibuat sederhana. Tidak dianjurkan untuk analisis
yang rumit, seperti multivariate, karena hal ini akan mempersulit analisis,
waktu menjadi lama dan diperlukan program komputer yang canggih.

23

Maka, laporan yang dibuat dari survey cepat ini cukup ditampilkan yang
penting-penting saja (Eriyanto, 2007).

3.2.3

Konsep Populasi dan Sampel


Pengertian populasi dan sampel pada survey cepat ini adalah sama

dengan survey atau penelitian pada umumnya. Perbedaan terpenting adalah


pada saat penentuan besar sampel dan teknik pengambilan sampel. Hasil yang
didapat dari sampel survey memang tidak akan sama dengan hasil dilakukan
survey yang mengambil data dari seluruh populasi. Perbedaan nilai sampel
dengan nilai populasi disebut sebagai sampling error. Kesalahan ini selalu
terjadi pada survey, namun kesalahan ini dapat diperkecil dengan cara memilih
sampel yan tidak bias dan sampel yang cukup besar.
Sampel yang memenuhi azas peluang 9acak), memastikan bahwa
semua orang yang ada di populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Agar dapat memilih sampel yang memenuhi azas
peluang maka dibutuhkan kerangka sampel. Kerangka sampel merupakan
daftar semua unit sampling, pada umumnya unit sampling bisa perorangan,
rumah tangga atau kepala keluarga. Pada survey cepat ini sebagai kerangka
sampel menggunakan unit sampling yang lebih tinggi misalnya daftar nama
desa atau kecamatan.

3.2.4

Metode Sampling pada Rapid Survey


Pada survey ini menggunakan unit sampling berupa posyandu sebagai

dasar pengambilan cluster. Sebelumnya dikumpulkan data dasar berupa jumlah


penduduk atau jumlah Kepala Keluarga dari setiap cluster. Menurut WHO,
cara pengambilan sampel ada dua tahap yaitu :
1. Tahap pertama, memilih cluster yang diambil secara random sebagai
sampel sebanyak 30 cluster.
2. Tahap kedua, masing-masing cluster diambil subyek survey berupa
perorangan atau Kepala Keluarga sebanyak 7 sampai 10 responden. Secara

24

praktis dapat dikatakan bahwa jumlah sampel sebanyak 30 x (7 sampai 10 )


responden. Total sampel yang terkumpul dapat mencapai 210 sampai 300
responden.
Agar pemilihan sampel dapat secara adil, besar sampel pada tiap
cluster harus sebanding dengan besar relatif cluster tersebut, artinya tiap
cluster yang terpilih jumlah subyek juga berbeda.
3.2.5

Pemilihan Sampel di Tingkat Cluster


Setelah cluster terpilih secara acak, maka tahap selanjutnya adalah

memilih 7 sampai 10 responden pada tiap cluster.


Selanjutnya tahap-tahap pengambilan sampel sebagai berikut :
1) Pada cluster yang terpilih, pengumpul data mendatangi pusat cluster
(biasanya pusat cluster atau pusat desa adalah balai desa, alun-alun,
ataupun pusat kegiatan lainnya).
2) Di tengah cluster tersebut, pewawancara berjalan dengan memilih arah
(yang dipilih secara acak bisa dipilih salah satu, ke kiri, ke kanan, ke
depan atau ke belakang, cara yang paling mudah adalah dengan lempar
koin untuk memilih jalan secara acak). Kemudian, pewawancara berjalan
sesuai arah sampai batas cluster.
3) Sambil berjalan, pewawancara menggambar peta mengenai rumah-rumah
yang ada di kiri dan kanan jalan yang dilewati, apabila pada saat
pemetaan, pewawancara melewati persimpangan jalan sebelum mencapai
batas cluster, pewawancara dapat menggunakan koin lagi untuk
menentukan arah, sehingga apabila telah selesai dibuat pemetaan hasilnya.
4) Setelah selesai melakukan pemetaan, maka rumah-rumah tersebut diberi
nomor, kemudian secara acak pewawancara mendatangi rumah pertama
untuk wawancara. Pengambilan sampel secara acak ini bisa dengan cara
diundi atau menggunakan table bilangan acak (pada computer ada table
bilangan acak).
5) Rumah berikutnya yang didatangi adalah rumah terdekat dari rumah
sebelumnya, akan tetapi lebih baik bila rumah berikutnya tersebut juga
diambil secara acak. Caranya mendatangi rumah berikutnya dengan jarak
3 rumah atau jarak 5 rumah yang terdekat dari rumah yang didatangi.

25

6) Pada satu cluster, pencarian responden akan berakhir apabila sudah


menemukan paling sedikit 7 responden. Sebaiknya tiap cluster, jumlah
responden dibuat sama, yaitu minimal 7 responden dan maksimal 10
responden (Wibowo, 2005).
3.2.6

Pengolahan dan Analisis Data


Apabila data sudah terkumpul maka tahap berikutnya adalah

melakukan pengolahan data dan dapat dilakukan dengan bantuan komputer


agar hasilnya bisa lebih cepat dan akurat. Proses pengolahan data mulai
memasukkan data, membersihkan, mengkode jawaban harus dilakukan sesuai
criteria agar tidak ada kesalahan pada saat analisis nanti. Apabila pengolahan
data selesai kemudian dilakukan analisis data menggunakan tehnik statistik
yang sesuai dengan tujuan survey. Analisis yang digunakan pada survey cepat
ini pada umumnya bersifat sederhana misalnya menghitung proporsi, mean,
simpangan baku maupun tampilan data berupa tabel atau grafik sederhana.

Anda mungkin juga menyukai