BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit asma mempengaruhi 2 15% dari seluruh jumlah populasi. Dapat
dipicu oleh berbagai agen dari lingkungan seperti gas gas, pertikel partikel, dan
allergen. Asma akibat pekerjaan sekarang ini merupakan kasus pernapasan yang
paling sering pada negara industri, melebihi silicosis, asbestosis dan kanker paru
akibat kerja. Udara dingin dan olahraga juga dapat memicu asma pada sebagian
individu. Tidak mengherankan jika lingkungan pekerjaan dapat sebagai pemicu asma
secara signifikan pada pekerja secara individual. Lebihdari 250 zat kimia dikenali
sebagai asthmogenic dan daftar pekerjaan dimana pekerja dapat terpapar cukup
banyak.
Prevalensi dari occupational astma tidak diketahui dan kemungkinan tidak
terdeteksi. Terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi jumlah prevalen
termasuk (1) kesehehatan premorbid dari pekerja (contoh : pekerja memiliki asma
turunan atau merupakan seorang perokok), (2) konsentrasi dari substansi yg dijumpai
pada pekerjaan, (3) prevalensi dari ventilasi atau alat perlindungan diri di tempat
kerja, (4) terdapatnya coexistent asthmogenic factors or agents (5) durasi atau
lamanya terpajan.
Saat menyebutkan occupational asthma, beberapa konsep perlu di tambahkan
termasuk : (1) apakah asma dan apakah apra pekerja memiliki kelainan ini?, (2)
apakah hubungannya antara asma dan lingkungan kerja?, (3) bagaimana membuat
diagnosa occupational asthma?, (4) bagaimana terapi dari occupational astma?, (5)
apakah implikasi legal / disabilitas dari occupational asthma ?
TUJUAN
-
MASALAH
Apa sajakah faktor penyakit yang dihadapi pekerja pemintalan benang
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KERJA 2010 - 2011
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Umur
: 31 tahun
Jenis Kelamin
: Laki - laki
Status Pernikahan
: Menikah
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana Teknik
Pekerjaan
ANAMNESA OKUPASI
JENIS PEKERJAAN
Jenis pekerjaan
Operator pemintalan
benang
bahan/material yang
digunakan
Cotton / kapas
Pemintalan benang di
korea
Masa kerja
(dalam bulan / tahun)
4 bulan
URAIAN TUGAS
Pukul 08.00 bangun dan berangkat dari mes karyawan
Pukul 08.00 12 .00 bekerja sebagai operator pemintalan benang, pasien bekerja
sebagai operator mesin, masuk dengan perlengkapan masker tipis biasa. Suasana di
tempat kerja terlihat debu kapan yang beterbangan. pasien bekerja sift 8 jam sehari
selama senin sabtu .
Pukul 12-00 13.00 istirahat makan siang
Pukul 13.00 17.00 melanjutkan pekerjaan sebagai operator pemintalan benang
dengan tugas sama seperti sebelum jam makan siang
BAHAYA
Urutan kegiatan
Bahaya Potensial
Mengendalikan
mesin
pemintalan
benang
Fisik
Kimia
Debu
Biolog
i
---
---
Ergonomi
Psiko
Gangguan
kesehatan
yang mungkin
Risiko
kecelakaa
n kerja
Occupation
al astha
Jari
terjepit
mesin
----
---
PEMERIKASAAN FISIK
IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama
: Tn. S
2. Jenis kelamin : Laki - laki
3.Tanggal lahir :
21 agustus 1979 (umur : 31 tahun)
1. Tanda Vital
a. Nadi
b. Pernafasan
: 84 / menit
: 24/ menit
: 110 / 70mm Hg
: 36,4o C
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan
d. Bentuk badan
: 170 cm
Berat Badan
: Atletikus
: 67 Kg
:
:
:
Compos Mentis
Ya
tidak
Normal
Normal
Normal
Inguinal
Normal
5. Mata
a.
b.
c.
mata kanan
Persepsi Warna
Kelopak Mata
Konjungtiva
d.Kesegarisan / gerak
mata
e. Sklera
f.
Lensa mata
g. Bulu Mata
h.
bola
Penglihatan 3 dimensi
mata-kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak keruh
Normal
Normal
tidak keruh
Normal
Normal
Normal
Telinga kanan
Daun Telinga
Liang Telinga
- Serumen
Membrana Timpani
Test berbisik
Test Garpu tala Rinne
Weber
Swabach
Lain lain .
Telinga kiri
Normal
Normal
tidak ada
Intak
Normal
Normal
Normal
Normal
tidak ada
Intak
Normal
Normal
7. Hidung
a.
b.
c.
d.
e.
Meatus Nasi
Septum Nasi
Konka Nasal
Nyeri Ketok Sinus maksilar
Penciuman :
Normal
Normal
Normal
Normal
87654321 12345678
87654321 12345678
9. Tenggorokan
a.
Pharynx
b.
Tonsil
Ukuran
c.
d.
Palatum
Lain- lain
Normal
Kanan : To T1 T2 T3
Normal Hiperemis
Kiri : To T1 T2 T3
Normal Hiperemi
Normal
10. Leher
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Gerakan leher
Kelenjar Thyroid
Pulsasi Carotis
Tekanan Vena Jugularis
Trachea
Lain-lain : ..
11. Dada
a. Bentuk
b.
Mammae
c.
Lain lain
Keterangan
Normal
Terbatas
Normal
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Bruit
Tidak Normal
Deviasi
Keterangan
Simetris
Normal
Normal
Kanan
Asimetris
Tidak Normal
Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
Tidak Normal
Kiri
Perkusi
Sonor
Redup
Hipersonor
Iktus Kordis
:
Batas Jantung :
c.
Vesikular
tak ada
Sonor
Normal
Normal
Bronchovesikular
Ronkhi
Wheezing
Normal
Tidak Normal
Redup
Hipersonor
Bronchovesikular
Ronkhi
Wheezing
Sebutkan ....
Jantung
13. Abdomen
Keterangan
a. Inspeksi
b. Perkusi
c.
Auskultasi:
d.
Hati
e.
Limpa
f.
Ginjal
Bising Usus
Normal
Timpani
Normal
Normal
Normal
Kanan ;
Normal
Tidak
Normal
Kanan ;
g.
Ballotement
h.
c Genitalia Eksternal
d. Prostat (khusus Pria)
Kiri :
Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak
Kiri :
Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak
Kiri :
Normal
Tidak Normal
Normal
Kanan ;
14. Genitourinaria
a. Kandung Kemih
b. Anus/Rektum/Perianal
Tidak Normal
Redup
Tidak Normal
Teraba.jbpx
jbac
Teraba shoeffne ..
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal ............
Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Kanan
Normal
tidak normal
Normal
tidak normal
baik
tidak baik
tidak ada
ada
tidak ada
ada
/ ./ ...../ .....
baik
tidak baik
tidak ada
ada
Kanan
15b.Tulang / Sendi Ekstremitas bawah
- Gerakan
Normal
tidak normal
- Kekuatan otot
/ ./ ...../ .....
- Tulang
Normal
tidak normal
- Sensibilitas
baik
tidak baik
- Oedema
tidak ada
ada
- Varises
tidak ada
ada
- vaskularisasi
baik
tidak baik
- kelainan Kuku jari
tidak ada
ada
Pemeriksaan khusus : Pasien menolak dilakukan rotgen dan spirometri
Tidak Normal
Kiri
Normal
tidak normal
Norma l
tidak normal
baik
tidak baik
tidak ada
ada
tidak ada
ada
/ ./ ...../ .....
baik
tidak baik
tidak ada
ada
Kiri
Normal
tidak normal
/ ./ ...../ .....
Normal
tidak normal
baik
tidak baik
tidak ada
ada
tidak ada
ada
baik
tidak baik
tidak ada
ada
Normal
Tidak Normal
Normal
Tidak Normal
Normal
5 / 5/ 5 / 5
Kekuatan
(Fs motorik)
16. Refleks
a. Refleks Fisiologis patella,
lainnya .........
b Refleks Patologis: Babinsky
Normal
Tidak Normal
5/5/5/5
kanan
Normal
Tidak Normal
negatif
Positif
kiri
Normal
negatif
Gerakan abnormal :
tidak ada
tic
ataxia
lainya ..
Tidak Normal
Positif
lainnya
17. Kulit
Lokasi nya
a. Kulit
b. Selaput Lendir
c. Kuku
d.
Efloresensi dan
Normal
Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
Lain lain
DIAGNOSA KERJA
Asma bronkiale
DIAGNOSA OKUPASI
Asma bronkiale ec. Debu kapas
KATEGORI KESEHATAN
Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
Ad fungsionam
: dubia ad malam
: bonam
Jenis permasalahan
Medis & non medis
(okupasi, dll)
Rencana Tindakan
Laryngoscopy
immunologic assessment
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Asma di diagnose secara klinis berdasarkan siptom dan test fungsi paru, tetapi
varietas dari patofisiologi menuju akhir yang sama, ditandai dengan variasi obstruksi
pernapasan dan hiperresponsif dari bronchial. Inflamasi jalan napas merupakan
patofisiologi terjadinya asma. Pola respon ionflamasi terhadap molekul besar ataupun
kecil berbeda beda. Molekul besar mempengaruhi IgE yang menghasilkan reaksi
immediate, delayed atau dual respon. Molekul yang kecil bertindak sebagai hapten,
memerlukan konjugasi dengan protein lain sebelum menimbulkan respon imun.
Dalam beberapa kasus, gambaran accupational asthma mirip dengan
nonoccupational asthma. High and Low molekul dapat memicu infiltrasi dari sel
inflamasi seperti eosinofil, limfosit dan seol mast.
DIAGNOSIS
Pada banyak keadaan, anamnesa yang baik dapat meyimlulkan asma akibat
pekerjaan. Ketika mulai curiga ke arah penyebabnya, 2 hal utama yang diperhatikan
untuk dapat membantu diagnose yang spesifik :
-
penilaian airway respons ditempat kerja atau dugaan penyebab di tempat kerja
Exposure Assessment
10
Immunologic Assessment
PROGNOSA
Sayangnya, penelitian mengindikasikan bahwa sebagia besar pasien dengan
asma akibat kerja menyebabkan beberapa derajat kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki. Lebih dari 60 % dari suatu subjek gagal untuk sembuh, bahkan setelah
dipindahkan dari paparan. Tetap terpapar setelah muncul onset dari suatu symptom
dapat menimbulkan sakit asma yang berat, yang persisten bahkan setelah paparan
sudah dihilangkan. Penelitian membuktikan perlunya diagnosa dini, pindah dari
tempat yang terpapar, dan pengobatan yang tepat. Sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti perbedaan yang signifikan dalam prognosa antara yang laten dan non
laten,
11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. debu kapas dapat menimbulkan occupational asthma
2. perlunya diagnosa dan pemeriksaan fungsi paru, agar dapat menentukan
secara tepat gangguannya
3. perlu di terapi dengan baik karena dapt menimbulkan bahaya yang laten
maupun nonlaten bagi penderitanya
SARAN
1. minum obat teratur
2. beberapa lama jangan terpapar debu kapas dahulu.
3. lakukan pemeriksaan untuk paru agar dapat dimonitor perkembangannnya.
12
Daftar Pustaka
1.
2.
A. David, Wagner R. Gregory. Encyclopedia of occupational health and safety, Chap 10:
Respiratory System
3.
A. Lee Ivester. John D. Neefus. Encyclopedia of occupational health and safety, Chap 89:
Textile Goods Industry
4.
5.
Ron Balkissoon MD, DIH, MSc, FRCP (C), Lee S. Newman, MD, MA. Occupational
asthma. 12/19/1999. Disitasi dari www.medscape.com/medgenmed pada tanggal 8
oktober 2010-10-12
6. J. Paul Leigh, PhD; Patrick S. Romano, MD, MPH; Marc B. Schenker, MD, MPH;
and Kathleen Kreiss, MD. Costs of Occupational COPD and Asthma. 02/11/2002
. Disitasi dari www.medscape.com/index/list pada tanggal 8 oktober 2010
7. Morton Lippmann, PhD, Health effects of airborne particulate Mater. 6 December 2007.
The New England Journal Medicine. Disitasi pada 8 oktober 2010
13
14