Anda di halaman 1dari 5

TUGAS WIMAYA

: Tuliskan tentang sebuah kasus kreativitas beserta


penyelesaiannya secara
kreatif dalam bermasyarakat.

I Made Bayu Sastra Wiguna


114140066 / Teknik Lingkungan
Kelas J

BIOPORI
Pengalaman itu sesuatu yang unik. Jika diulangi lagi oleh orang lain atau bahkan
oleh pelakunya sendiri, mungkin hasilnya akan berbeda.

Orang jaman dulu, termasuk


Nenek Buyut Shinichi Kudo,
mengenal pantun "Kerikil
anak watu, dipikir karo
mlaku", alias yang penting
mulai kerjakan dulu, nanti
kelanjutannya
dipikirkan
sambil jalan. Entah apa
pepatah padanannya dalam
bahasa Indonesia, atau in
english.
Sewaktu
kecil,
Shinichi sering mendengar
pepatah tua itu. Namun
baru
benar-benar
memahami maknanya saat
mengerjakan
project biopori. Ceritanya pada tahun 2010 Shinichi bersama Haibara mengerjakan
project biopori sebagai acara inti kegiatan HUT serikat karyawan. Sebuah acara
yang dimulai dengan bekal pengetahuan serba sedikit tentang biopori.
Waktu itu Haibara ditunjuk menjadi ketua panitia HUT serikat karyawan. Seperti
biasa dia mengajak Shinichi untuk nimbrung, dan mencari sesuatu yang baru untuk
dikerjakan. Sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya. Novelty, itulah
semboyan yang pertama. Harus novel, harus baru, jangan mengulang apa yang
pernah dikerjakan para pendahulu. Akhirnya disepakatilah menggelar acara
pembuatan biopori massal di perusahaan. Haibara mengurus keseluruhan acara,
Shinichi khusus mengurusi banjir.

Ada orang yang meragukan acara biopori akan berhasil menarik minat para
karyawan. Disebutnya membuat biopori memerlukan kerja fisik, harus ngeborngebor tanah. Sedangkan acara HUT biasanya hanya jalan santai, terus karyawan
diminta duduk menikmati hiburan. Tidak perlu pake otot. Masukan yang bagus
untuk disiapkan antisipasinya oleh panitia. Caranya dengan berkoar-koar tentang
biopori jauh-jauh hari sebelum acara dimulai.
Panitia akan menggunakan semua media perusahaan secara maksimal. Dari mulai
mail moderator, papan pengumuman, sampai pemasangan spanduk. Bahkan nggak
tanggung-tanggung, Panitia bakalan langsung menghadirkan Pak Kamir Raziudin
Brata dari IPB selaku penemu biopori, untuk melakukan sosialisasi. Dengan publikasi
yang gegap gempita itu, Shinichi yakin para karyawan bakalan berminat mengikuti
acara biopori.
Biopori adalah lubang di permukaan tanah dengan diameter 10 cm, dan kedalaman
satu meter, yang harus rutin "diberi makan" berupa sampah organik seperti daundaunan dan sisa makanan. Sampah itu akan jadi makanan organisme tanah, yang
akan membuat lubang-lubang kecil di dinding lubang tersebut. Lubang-lubang kecil
tersebut dinamakan biopori, dan berperan membantu mempercepat proses
penyerapan air hujan ke tanah, karena penyerapan bukan hanya vertikal, tapi juga
horizontal melalui biopori. Biopori bermanfaat mencegah banjir dan membantu
memperbanyak cadangan air tanah, karena air hujan tidak langsung terbuang ke
sungai.

Penerapan biopori di rumah tangga sangat mungkin dilakukan karena sampah


organik dapat dengan mudah ditemukan di dalam rumah. Caranya dengan
memasukkan sampah rumah tangga organik ke dalam biopori, jenis sampah yang
sering menimbulkan bau tak sedap tersebut akan habis dimakan penghuni lubang

biopori. Pada saat hujan, biopori juga bermanfaat untuk mengurangi aliran air dari
halaman rumah satu ke halaman rumah lainnya, atau ke daerah lain yang lebih
bawah, yang bisa menyebabkan banjir.

Kelebihan lain dari biopori adalah memperkaya kandungan air hujan. Bila sumber
air hanya berupa air hujan tanpa tambahan apa-apa berarti kandungannya hanya
H2O. Namun setelah diresapkan kedalam tanah lewat biopori yang mengandung
lumpur dan bakteri, air akan melarutkan dan kemudian mengandung mineralmineral yang diperlukan oleh kehidupan.
Untuk mempermudah proses pembuatan biopori dapat digunakan bor yang bisa
dipesan ke IPB Bogor. Caranya bor cukup ditancapkan ke tanah, diputar searah
jarum jam dengan memberi tekanan seperlunya, bor akan masuk ke dalam tanah.
Setiap masuk 20 cm, angkat bor dari dalam tanah maka tanah akan ikut terbawa
bersama mata bor dan bisa di buang. Begitu seterusnya sehingga didapatkan
sebuah lubang berdiameter kecil (10-30 cm) dan berkedalaman sekitar 1
meter. Untuk tanah yang banyak batu-batunya usahakan untuk terlebih dahulu
menyingkirkan batu-batu yang akan menghalangi bor menembus tanah.
Tantangan yang paling dikhawatirkan Shinichi justru adalah soal teknis banget,
yaitu pengadaan bor biopori. Bor itu harganya 175 ribu perbuah waktu itu. Dengan
jumlah karyawan yang delapan ratusan tentu butuh ratusan bor biopori, dus butuh
dana minimal belasan juta rupiah. Dana tambahan yang tidak biasa dalam acara
HUT serikat karyawan. Penjajakan untuk sewa bor ke Program Studi Ilmu Tanah IPB,
tempat Pak Kamir mengajar juga telah dilakukan. Namun mereka hanya punya bor
sebanyak 20 buah saja. Maka hari-hari Haibara dan Shinichi diisi dengan berpikir
keras untuk mencari jalan keluarnya. duniashinichi.blogspot.com

Titik terang justru muncul dari Sonoko, sekretaris Panitia HUT serikat karyawan yang
agaknya memiliki naluri bisnis yang kuat. Dia mengusulkan setelah acara selesai,
bor dilego ke karyawan yang berminat dengan harga 100 ribu saja. Alhasil usulan ini
adalah jalan keluar yang cantik. Panitia berhemat uang lebih dari setengah harga
bor, dan sosialisasi biopori ke karyawan akan berjalan lebih mantap, karena mereka
jadi punya bor biopori sendiri untuk dipakai di rumah. Sekali merengkuh dayung,
dua tiga pulau terlampaui.
Ada hal-hal menarik pada acara biopori ini. Shinichi yang lagi sibuk-sibuknya kuliah
di Jakarta tidak datang pada dua acara penting biopori. Yaitu pada acara sosialisasi
biopori yang nebeng pada pengajian rutin perusahaan, dan pada saat hari-H HUT
serikat pekerja. Parah banget yah!!!. Namun hal itu sulit dihindari, karena setiapkali
satu topik kuliah selesai, langsung diikutin ujian. Bukan model UTS yang ujian
beberapa kuliah disatukan pada satu waktu. Setidaknya itulah alasan yang
dikemukakan Shinichi.
Alhasil Shizuka dan Kobo selaku tim inti biopori pada hari-H harus bekerja keras
tanpa bantuan Shinichi. Untunglah ada Haibara yang siap membantu. Jika
mendengar mereka ngomel-ngomel tentang hal itu, Shinichi ketawa-ketawa saja,
mirip Shaun the Sheep cs sehabis melakukan kenakalan pada Pak Tani. Shizuka
dibantu oleh Ran bertanggungjawab mengorganisir sosialisasi biopori pada
pengajian bulanan, dan melakukan pembagian karyawan dalam kelompok-kelompok
kecil untuk membuat biopori pada hari-H. Ran juga mengurusi administrasi
penjualan biopori. Kobo sebagai seksi sibuk, bertugas mondar-mandir BandungBogor untuk mengurusi kehadiran Tim IPB, maupun mengurusi pembelian bor
biopori.
Kobo adalah karyawan baru, yang direkrut Shinichi untuk membereskan hal-hal
yang pada acara-acara terdahulu biasanya dilakukan sendiri oleh Shinichi yang kini
waktunya tersita oleh kuliah. Kobo bolak balik ke Bogor dari mulai saat penjajakan
untuk melibatkan IPB pada acara biopori, membeli bor, menjemput Pak Kamir,
sampai memastikan kesiapan tim juri untuk lomba membuat biopori. Pokoknya dia
harus jungkir balik di sela-sela waktu kerjanya yang padat. Sementara Shizuka
dengan telaten mengurusi administrasi terkait acara biopori, dan juga melakukan
briefing kepada karyawan menjelang hari H pelaksanaan acara biopori.
Uniknya sekalipun Shinichi tidak hadir pada acara HUT serikat karyawan, namanya
tercantum di berbagai pemberitaan pers, baik di media online maupun cetak yang
muncul seusai acara. "Menurut Shinichi acara biopori ini bertujuan untuk
mensosialisasikan.. bla bla bla..." begitulah tercantum pada berita-berita itu.
Disamping ada juga kata-kata dari Haibara selaku ketua panitia. Selidik punya
selidik, munculnya nama Shinichi berasal dari pers release yang dikeluarkan panitia.
Ternyata banyak media yang menggunakan pers release sebagai sumber berita.
Jadilah orang yang nggak berada di lokasi bisa membuat pernyataan pada pers.

Satu lagi item acara yang sangat disukai Shinichi adalah pada saat pemasangan
bendera kecil-kecil di lapangan depan, di setiap titik tempat biopori akan dibuat.
Panitia sengaja menancapkan ratusan bendera warna-warni pada tiang dari bambu
setinggi satu meter, beberapa hari sebelum acara. Tujuannya untuk menerbitkan
rasa penasaran karyawan ataupun tamu perusahaan. Mereka akan bertanya-tanya:
"Apa itu bendera kecil-kecil yang memenuhi lapangan rumput di depan
perusahaan?" "Ow, itu lokasi pembuatan lubang biopori pada hari sabtu yang akan
datang" begitulah kira-kira jawabannya. Pemandangan yang meriah oleh benderabendera kecil berbentuk segitiga, dengan warna-warna genjreng di halaman depan
perusahaan, adalah sesuatu banget bagi Shinichi. Yah, sesuatu banget bagi
Shinichi.
Gimana jalannya acara pada hari-H?. Shinichi yang sedang memerah otak
mengerjakan soal ujian, hanya tahu dari cerita orang-orang. Konon karyawan pada
antusias mengikuti jalannya acara pembuatan biopori. Tamu-tamu dari serikat
karyawan perusahaan lain juga tertarik untuk bikin acara serupa, pun tamu dari
wakil pemerintahan kota tertarik menjadikannya kebijakan. Namun berita yang
paling bagus bagi telinga Shinichi adalah bor biopori ludes terjual! Itu artinya
panitia tidak tekor! Semua biaya telah tertutup hasil penjualan bor biopori. Yang
lebih penting lagi keludesan menunjukkan sosialisasi biopori berhasil. Banyak
karyawan yang berminat melanjutkan pembuatan biopori di lingkungan rumahnya.
Legalah hati Shinichi.
Novelty lain yang berhasil digoalkan pada HUT ini adalah acara ngaliwet bareng di
lapangan belakang. Ngaliwet adalah tradisi lama di pedesaan tatar parahyangan
yang kini dihadirkan lagi di tengah-tengah karyawan usai membuat biopori.
Kelancaran acara biopori tentu tidak lepas dari susunan acara buatan Haibara yang
sangatsophisticated itu, dibuat sangat detail sampai hitungan menit, lengkap
dengan PIC tiap itemnya, dan pastilah dia cek sendiri kesiapan semua PIC sehari
sebelum pelaksanaan.
Perjalanan acara biopori membuat Shinichi merasakan bahwa peribahasa: "Kerikil
anak watu, dipikir karo mlaku" itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia
maupun Inggris. Pepatah itu jika dilihat dampaknya akan terasa sama dan
sebangun dengan peribahasa: "There's a will, there's a way". Dimana ada
komitmen, disitu akan terbuka jalan untuk mencapai tujuan. Intinya pada kemauan
kuat. Persiapan yang berlebihan itu tidak diperlukan, justru keberanian memulai
yang dibutuhkan (Undil - Nopember 2013)

Anda mungkin juga menyukai