PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis seperti balon
dan mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan
untuk
mempertahankan
pengembangannya.
Paru
paru
dapat
(7)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Rongga thoraks atau cavitas thoracis berisi organ vital paru dan
jantung.(8) Paru-paru dan pleura mengisi sebagian besar rongga thoraks dengan
jantung di antaranya, sedangkan aorta descendens serta oeshophagus terletak
di belakang jantung. Pleura terbagi atas 2 lapisan, yaitu: pleura parietalis dan
pleura visceralis. Pleura parietalis merupakan selaput tipis dari membrana
serosa yang melapisi rongga pleura. Pada daerah yang menghadap
mediastinum, pleura ini beralih meliputi paru-paru sehingga disebut pleura
visceralis atau pleura pulmonalis. Pleura visceralis ini membugkus paru-paru
dan melekat erat pada permukaannya. Ruangan potensial antara kedua lapisan
pleura ini disebut cavitas pleuralis yang hanya berisi lapisan tipis cairan untuk
lubrikasi. (9)
Volume dan kapasitas paru-paru dapat diukur dengan menggunakan
alat yang disebut spirometer. Dengan menggunakan alat ini, volume paru
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
Volume residu yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200
mililiter.
Pernapasan berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada. Inspirasi
terjadi karena gerak otot pernapasan yaitu m.intercostalis dan diafragma yang
2
(8)
.
2.2
DEFINISI
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di
dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena (5).
(7)
.
Pneumotoraks spontan primer terjadi pada usia 20 30 tahun dengan
Yaitu
setiap
pneumotoraks
yang
terjadi
secara
tiba-tiba.
jenis
fistulanya,
maka
pneumotoraks
dapat
sama
dengan
tekanan
udara
luar.
Pada
(4)
(4)
luasnya
paru
yang
mengalami
kolaps,
maka
Gejala Klinis
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul
adalah (2,4,5) :
A. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali
sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin berat. Penderita
bernapas tersengal, pendek-pendek, dengan mulut terbuka.
B. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan
tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih
nyeri pada gerak pernapasan.
C. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
D. Denyut jantung meningkat.
E. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang
kurang.
F. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10%
pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.
2.4.2
Pemeriksaan Fisik
8
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) menunjukkan hasil
PaCO2 kadang meningkat. PaO2 normal/menurun, O2 dalam
darah menurun (hipoksemia).
B. Gambaran Radiologi
1. Foto Thoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks pada foto thoraks dapat ditegakkan
dengan melihat tanda-tanda sebagai berikut :
Gambar 2.5 Foto thoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps.
b. Untuk mendeteksi pneumotoraks pada foto dada posisi supine orang
dewasa maka tanda yang dicari adalah adanya deep sulcus sign.
Normalnya, sudut kostofrenikus berbentuk lancip dan rongga pleura
menembus lebih jauh ke bawah hingga daerah lateral dari hepar dan
10
lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura, maka sudut kostofrenikus
menjadi lebih dalam daripada biasanya. Oleh karena itu, seorang
klinisi harus lebih berhati-hati saat menemukan sudut kostofrenikus
yang lebih dalam daripada biasanya atau jika menemukan sudut
kostofrenikus menjadi semakin dalam dan lancip pada foto dada seri.
Jika hal ini terjadi maka pasien sebaiknya difoto ulang dengan posisi
tegak. Keadaan ini biasanya terjadi pada posisi supine di mana udara
berkumpul di daerah anterior tubuh utamanya daerah medial.
Gambar 2.6 Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai
deviasi mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan).
c. Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah
hilus atau paru menjadi kolaps di daerah hilus dan mendorong
mediastinum ke arah kontralateral. Jika pneumotoraks semakin
memberat, akan mendorong jantung yang dapat menyebabkan gagal
sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat ditangani akan menyebabkan
kematian pada penderita pneumotoraks tersebut. Selain itu, sela iga
menjadi lebih lebar.(6,10)
11
Gambar 2.7 Tension pnemothoraks kiri dengan gambaran pleural white lines
(panah biru) dengan pergeseran jantung dan medistinum kearah kanan
(panah merah), adanya gambaran deep sulcus sign (panah kuning) didasari
dengan penyakit hyaline membrane disease.
d. Besarnya kolaps paru bergantung pada banyaknya udara yang dapat
masuk ke dalam rongga pleura. Pada pasien dengan adhesif pleura
(menempelnya pleura parietalis dan pleura viseralis) akibat adanya
reaksi inflamasi sebelumnya maka kolaps paru komplit tidak dapat
terjadi. Hal yang sama juga terjadi pada pasien dengan penyakit paru
difus di mana paru menjadi kaku sehingga tidak memungkinkan kolaps
paru komplit. Pada kedua pasien ini perlu diwaspadai terjadinya
loculated pneumothorax atau encysted pneumothorax. Keadaan ini
terjadi karena udara tidak dapat bergerak bebas akibat adanya adhesif
pleura. Tanda terjadinya loculated pneumothorax adalah adanya daerah
hiperlusen di daerah tepi paru yang berbentuk seperti cangkang telur.
(14)
12
13
kecil. Perlu diingat, pneumotoraks yang terdeteksi pada keadaan ekspirasi penuh
akan terlihat lebih besar daripada ukuran sebenarnya.(11)
Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan ini (4):
a. Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung mulai
dari basis sampai ke apeks.
14
c. Bila ada cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak permukaan cairan
sebagai garis datar di atas diafragma; yang biasa ditemui pada kasus
Hidropneumotoraks.
103
512
=
________
= 50 %
1000
2) Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah
dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah
15
dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian
dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh (2).
% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
x 10
3
__________________
3) Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas
hemitoraks (4).
16
17
CT-Scan dada
18
Daerah hiperlusennya
terdapat
garis-garis
trabekula
Garis Visceral
Pleura
Pneumothoraks
Daerah hiperlusennya
tidak
terdapat
vaskularisasi
(avaskular)
Garis pleura visceral
tampak lurus dan
cembung
terhadap
dinding dada
2.6 PENATALAKSANAAN
Tujuan
utama
penatalaksanaan
pneumotoraks
adalah
untuk
(2)
. Tindakan ini
20
21
22
berhubungan
dengan
daerah
submandibula,
23
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru yang terkena.
3.2 Dengan adanya udara dalam rongga pleura, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang
dengan maksimal sebagaimana biasanya ketika bernafas.
3.3 Pneumothoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatic.
Pneumothoraks spontan itu sendiri dibagi menjadi primer dan sekunder.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Ventilasi paru. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2007.
2. Hisyam, B. Budiono, Eko. Pneumothoraks spontan. Dalam : Sudoyo, Aru, W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti
(editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan
Departemen
Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
Kedokteran
Available
from
R.
Pneumothorax.
http://emedicine.medscape.com/article/827551.
25
Available
from
http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm.
6. Ekayuda, I. Pneumotoraks. Dalam : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2005.
7. Alhameed, F.M. Pneumothorax imaging. Available from www.emedicine.com.
8. Sjamsuhidajat, R. Dinding toraks dan pleura. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC. 1997.
9. Wibowo, Daniel, S. Paryana, Widjaja. Rongga thorax. Dalam : Anatomi
Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009.
10. Reed, James, C. Kelainan-kelainan rongga pleura. Dalam : Radiologi Thoraks.
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 1995.
11. Gaillard,
Frank.
Loculated
pneumothorax.
Available
from
http://www.radiopedia.org/cases/loculated-pneumothorax.
12. Felson, Benjamin. Pneumothorax. In : Chest Roentgenology. Philadelphia : W.
B. Saunders Company.
13. Radswiki.
Pneumomediastinum.
Available
from
http://www.radiopedia.org/cases/pneumomediastinum-4.
14. DSouza,
Donna.
Subcutannous
emphysema.
Available
from
Available
from
http://www.radiopedia.org/cases/subcutanous-emphysema.
15. Rao,
K,
K.
Loculated
hydropneumothorax.
http://www.radiopedia.org/cases/loculated-hydropneumothorax-1.
16. Dawes,
Laughlin.
Subpleural
bullae.
Available
from
http://www.radiopedia.org/articles/pulmonary-bullae.
17. Bourgoin P, Cousineau G, Hebert G, Lemire P. Computed Tomography Used
26