Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

Laporan Kasus dan Referat

FAKULTAS KEDOKTERAN

Januari 2016

UNIVERSITAS HASANUDDIN

OS SELULITIS PRESEPTAL

Oleh:
Ahmad Widyatma
C 111 10 142
Residen Pembimbing:
dr. Andi Asriani
Supervisor Pembimbing:
dr. Junaedi Sirajuddin, Sp.M(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
1

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama

: Ahmad Widyatma

NIM

: C111 10 142

Judul Kasus dan Referat

:OS Selulitis Preseptal

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Januari 2016

Supervisor

Pembimbing

dr. Junaedi Sirajuddin, Sp.M(K)

dr. Andi
Asriani

PENDAHULUAN
Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut dan edema. Infeksi yang
terjadi umumnya berasal dari persebaran dari infeksi lokal sekitar seperti sinusitis, dari
infeksi okular eksogen, atau mengikuti trauma terhadap kelopak mata.
Selulitis preseptal dan selulitis orbita memiliki manifestasi klinis yang

mungkin

mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan. Selulitis preseptal hanya
melibatkan jaringan lunak di anterior septum orbital dan tidak melibatkan struktur di dalam
rongga orbita. Selulitis preseptal dapat menyebar ke posterior septum orbita dan berprogresi
selulitis orbita dan abses orbital atau subperiosteal. Infeksi pada orbita sendiri dapat
menyebar secara posterior dan menyebabkan meningitis atau trombosis sinus kavernosus.
Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pediatrik dengan 80% pasien
berusia di bawah 10 tahun dan kebanyakan di antaranya berusia di bawah 5 tahun. Pasien
dengan selulitis preseptal memiliki kecenderungan lebih muda disbanding pasien yang
menderita selulitis orbita.
Selulitis orbita merupakan penyebab tersering proptosis pada anak- anak sehingga
perlu dilakukan pengobatan segera.2 Mengingat selulitis preseptal dapat berkembang menjadi
selulitis orbita jika tidak ditangani dengan tepat, maka mengenal penyakit ini dan
menatalaksana dengan tepat merupakan suatu poin penting yang baik jika dimiliki oleh
dokter. Untuk itu, presentasi kasus mengenai selulitis preseptal ini diselenggarakan.1

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku/Bangsa
Alamat
No. Reg
Tanggal Pemeriksaan
Pemeriksa

: Ny. M
: 47 tahun
: Perempuan
: Islam
: Indonesia
: Maros
: 052252
: 05 Januari 2016
: dr. S

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin

: Bengkak pada kelopak bawah mata kiri


: Dialami sejak 4 hari yang lalu. Awalnya kelopak mata bawah

terasa gatal dan bengkak, bengkak terasa nyeri juga disertai rasa sakit kepala. Tidak ada
penurunan penglihatan. Mata merah (+), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (+).
Riwayat operasi pengangkatan benjolan pada tepi atas hidung 1 bulan yang lalu. Tapi
benjolan kembali muncul. Riwayat demam-demam (+) sejak 1 minggu yang lalu, Riwayat
sakit gigi (-). Riwayat menggunakan kaca mata (-), Riwayat penyakit mata lain
sebelumnya (-). Riwayat penyakit sistemik (-). Riwayat penyakit mata dalam keluarga (-)
Foto Klinis (5 januari 2016) :

Foto Kontrol 9 januari 2016 :

C. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
No.

Pemeriksaan

1.

Palpebra

OD

OS

Edema (-)

Inferior : Edema,
hiperemis (+)
krusta (+)

2.

Apparatus lakrimalis

Epifora(-), pus (-)

Epifora (+), pus (-)

3.

Silia

Sekret (-)

Sekret (+)

4.

Konjungtiva

Hiperemis (-)

Hiperemis (+)

Bola Mata

Normal

Normal

6.

Mekanisme Muskular
- OD
- OS

7.

Kornea

Jernih

Jernih

8.

Bilik Mata Depan

Normal

Normal

9.

Iris

Coklat,kripte (+)

Coklat,kripte (+)

10.

Pupil

Bulat,sentral

Bulat,sentral

11

Lensa

Jernih

Jernih

Palpasi
No.

Pemeriksaan

OD

OS

1.

Tensi okuler

Tn

Tn

2.

Nyeri tekan

(-)

(+)

3.

Massa tumor

(-)

(-)

4.

Glandula
preaurikuler

Pembesaran (-)

Pembesaran (-)

onometri
Visus

: PalpasiTOD: Tn, TOS: Tn


: VOD = 20/60 F
VOS = 20/50 F

Tes Anel

: tidak dilakukan pemeriksaan


5

Campus Visual
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Color Sense
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Light Sense
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Penyinaran Oblique :
No.

Pemeriksaan

OD

OS

1.

Konjungtiva

Hiperemis (-)

Hiperemis (+)

2.

Kornea

Jernih

Jernih

3.

BMD

Normal

Normal

4.

Iris

Coklat, kripte (+)

Coklat, kripte (+)

5.

Pupil

Bulat, sentral

Bulat, sentral

6.

Lensa

Jernih

Jernih

Slit Lamp :
- SLOD : Konjungtiva hiperemis (-), injeksi konjungtiva (-), kornea jernih,
BMD normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa jernih.
-

SLOS

: Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), kornea jernih,

BMD normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa jernih
D. RESUME :
Seorang perempuan usia 47 tahun datang ke Poliklinik Mata RS Unhas dengan keluhan
bengkak pada kelopak bawah mata kanan yang dialami sejak 4 hari yang lalu. Awalnya
kelopak mata bawah terasa gatal dan kemudian bengkak, lalu terasa nyeri juga disertai
rasa sakit kepala. Mata merah (+), air mata berlebih (+), kotoran mata berlebih (+).
Pada pemeriksaan fisis, di inspeksi didapatkan pada bagian OS inferior palpebra
terdapat edema, krusta (+), nyerti tekan (+). Visus VOD = 20/60 F dan VOS = 20/50 F.
SLOS : Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), kornea jernih, BMD normal,
Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral, RC (+), lensa jernih.
E. DIAGNOSIS :
OS Selulitis Preseptal
F. TERAPI :
Cefadroxyl 500 mg 2x1
Asam Mefenamat 3x500 mg
Polydex EDMD 1 tetes/4jam
Cytrol zalf 1 gs/8jam
6

Metilprednisolon 4 mg 3x1

G. PROGNOSIS :
Qua ad vitam
Qua ad sanam
Qua ad visam
Qua ad cosmeticum

: Bonam
: Bonam
: Bonam
: Dubia ad Bonam

TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI MATA
ORBITA
Rongga orbita secara skematis digambarkan Sebagai piramida dengan empat dinding
yang Mengerucut ke posterior. Dinding medial orbita kiri dan kanan terletak parallel dan
dipisahkan oleh hidung. Pada setiap orbita, dindinglateral dan medialnya membentuk sudut45
derajat, menghasilkan sudut siku antara kedua dinding lateral. Bentuk orbita dianalogikan
sebagai buah pir, dengan nervus opticus sebagai tangkainya.

Diameter lingkar anterior

sedikit lebih kecil dari pada diameter regio di bagian dalam tepian sehingga terbentuk bingkai
pelindung yang kokoh. Volume orbita dewasa kira-kira 30 mL dan bola mata hanya
menempati sekitar seperlima bagian rongga. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya.

Batas anterior rongga orbita adalah septum orbitale, yang berfungsi sebagai pemisah
antara palpebra dan orbita. Orbita berhubungan dengan sinus frontalis diatas, sinus maksilaris
di bawah, serta sinus ethmoidalis dan sfenoidalis di medial. Dasar orbita yang tipis mudah
rusak oleh trauma langsung pada bola mata, mengakibatkan timbulnya fraktur "blowout"
dengan herniasi isi orbita ke dalam antrum maksilaris. Infeksi pada sinus sfenoidalis dan
etmoidalis dapat mengikis dinding medialnya yang setipis kertas (lamina papyracea) dan
mengenai isi orbita. Defek pada atapnya (mis., neurofibromatosis) dapat berakibat terlihatnya
pulsasi pada bola mata yang berasal dari otak.

Struktur Bola Mata


KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebral (suatu
sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva palpebralis
melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat eral ke tarsus. Di tepi superior dan
inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan
membungkus ringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices danmelipat
berkali-kali. Adanya lipatanJipatan ini memungkinkan Bola mata bergerak dan memperbesar
9

permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks


temporal superior.) Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di
bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal,lunak, dan mudah bergerak (plica semilunaris)
terletak di kantus internus dan merupakan selaput pembentuk kelopak mata dalam pada
beberapa hewan kelas rendah. Struktur epidermoid kecil semacam daging (caruncula)
menempel secara superfisial ke bagian dalam plica semilunaris dan merupakan zona transisi
yang mengandung baik elemen kulit maupun membrane mukosa.
Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar Krause dan Wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause
berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas
tarsus atas.
SKLERA & EPISKLERA
Sklera adalah pembungkus fibrosa peiindung mata di ba- gian luar, yang hampir
seluruhnya terdiri atas Kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan
dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus Di posterior. Pita-pita
kolagen dan jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk
lamina cribrosa, yang di antaranya dilalui oleh berkas akson nervus opticus. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastic halus, episklera, yang
mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan berpigmen coklat pada
permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang membentuk lapisan luar ruang
suprakoroid. Pada tempat insersi musculi recti, tebal sklera sekitar 0,3 mm; di tempat lain
tebalnya sekitar 0,5 mm. Di sekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh arteria ciliaris
posterior longa dan brevis, dan nervus ciliaris longus dan brevis. Arteria ciliaris posterior
longa dan nervus ciliaris longus melintas dari nervus opticus ke corpus ciliare di sebuah
lekukan dangkal pada permukaan dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Sedikit posterior
dari ekuator, empat vena vorticosa mengalirkan darah keluar dari koroid melalui sklera,
biasanya satu di setiap kuadran. Sekitar 4 mm di sebelah posterior limbus, sedikit anterior
dari insersi tiap-tiap musculus rectus, empat arteria dan vena ciliaris anterior menembus
sklera. Persarafan sklera berasal dari saraf-saraf ciliaris.
Struktur aksesori dari mata termasuk alis mata, kelopak mata ( palpebra ),
konjungtiva,apparatus lakrimalis dan otot mata ekstrinsik
10

Gambar 1. Mata dan struktur aksesori dari mata


Alis mata
Alis mata adalah rambut pendek dan kasar yang terdapat pada margin supraorbita.
Alis mata membantu menghalangi mata dari sinar matahari dan mencegah keringat
menetes dari dahi mencapai mata.
Kelopak mata ( Palpebra )
Kelopak mata atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan kekeringan pada permukaan bola
mata (4). Secara anterior, mata diproteksi dengan kelopak mata atau palpebra yang mobile.
Palpebra dipisahkan oleh fissure palpebralis dan bertemu pada sudut medial dan lateral
dari mata yaitu komisura lateral dan medial ( kanti ). Pada kantus medial terdapat
karunkula lakrimalis yang terdiri dari kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang
memproduksi sekresi berminyak keputihan yang sering terkumpul di kantus medial
terutama sewaktu tidur.
Palpebra terdiri atas tujuh struktur utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan
kulit, muskulus protraksi, septum orbital, lemak orbital, muskulus retraksi, tarsus dan
konjungtiva
a) Kulit
Kulit palpebra merupakan yang paling tipis dibandingkan dengan bagian dari
tubuh yang lainnya dan uniknya tidak mempunyai lapisan lemak subkutaneus

(7,8)

. Di

kedua palpebra superior dan inferior, jaringan pretarsal melekat pada jaringan
disekitarnya dimana jaringan preseptal ini lebih longgar dan membentuk ruangan
potensial untuk akumulasi cairan.
11

b) Muskulus orbikularis okuli


Muskulus orbikularis okuli adalah protractor utama pada palpebra. Kontraksi
muskulus ini diinervasi oleh nervus fasialis , N VII, menyebabkan penyempitan pada
fissure palpebralis sehingga menutup palpebra. Muskulus orbikularis okuli terbagi
atas bagian pretarsal, preseptal dan orbital. Pretarsal dan preseptal adalah bagian
integral terhadap pergerakan involuntari palpebra ( berkedip ), dimana bagian orbital
terlibat pada penutupan palpebra secara kuat.
c) Septum orbital
Septum orbital adalah jaringan fibrous yang tipis dan keluar dari periosteum. Pada
palpebra superior, septum orbital bersatu dengan aponeurosis levator 2-5mm diatas
perbatasan tarsus superior. Pada palpebra inferior, septum orbital bersatu dengan
fascia kapsulopalpebral atau dibawah perbatasan tarsus inferior. Akibat penuaan,
kedua septum orbital di palpebra superior dan palpebra inferior akan melemah.
Penipisan septum dan kelemahan muskulus orbikularis okuli berkontribusi terhadap
heniasi anterior lemak orbita pada palpebra diusia lanjut.
d) Lemak orbital
Lemak orbital terdapat pada daerah posterior terhadap septum orbital dan anterior
terhadap aponeurosis levator ( palpebra superior ) atau fascia kapsulopalpebral
( palpebra inferior).
e) Muskulus levator palpebra
Muskulus levator palpebra bersama dengan aponeurosisya serta muskulus tarsal
superior ( muskulus Mullers ) merupakan retraktor untuk palpebra superior dimana
fascia kapsulopalpebral dan muskulus tarsal inferior merupakan retraktor untuk
palpebra inferior

(7)

. Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra yang diinervasi

oleh nervus okulomotorius.


f) Tarsal
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat
yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan tarsus inferior. Sudut
lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligamen
palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia
tipis dan padat pada tepian atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum
orbital.
g) Konjungtiva

12

Konjungtiva terdiri dari epitelium tidak berkeratinisasi. Ia membentuk lapisan


posterior dari palpebra dan mengandung sel goblet yang mensekresi musin dan
gladula lakrimalis aksesorius yaitu Wolfring dan Krause.
Margin palpebra adalah penyatuan antara permukaan mukosa konjungtiva, ujung dari
orbikularis dan epitelium kutaneus. Batas mukokutan margin palpebra dikenal sebagai
garis kelabu. Panjang margin palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Di sepanjang
margin ini terdapat bulu mata dan kelenjar dimana memberikan proteksi pada permukaan
okular
Pasokan darah ke palpebra datang dari arteria lakrimalis dan oftalmika melalui
cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis diantara arteri palpebralis
lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang terletak didalam jaringan areolar
submuskular (6). Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan venavena yang mengangkut pergi darah dari dahi dan temporal.
Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi pertama dan kedua dari nervus
trigeminus ( N V ). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratroklearis, infratroklearis dan
nasalis eksterna kecil adalah cabang-cabang dari divisi oftalmika nervus kelima. Nervus
infraorbitalis, zigomatikofasialis dan zigomatikotemporalis merupakan cabang dari divisi
maksilaris nervus kelima.

Gambar 2. Anatomi palpebra superior dan inferior

13

Gambar 3. Muskulus orbikularis. A-Muskulus frontalis, B-Muskulus supercilii korugator,


C-Muskulus procerus, D-Muskulus orbikularis okuli ( orbital ), E-Muskulur
orbikularis okuli ( preseptal ), F-Muskulus orbikularis okuli ( pretarsal ), GTendon kantus medial, H-Tendon kantus lateral

Gambar 4. Anatomi margin palpebra


Apparatus lakrimalis
Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesori,
kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Air mata mengalir dari lacuna
lakrimalis melalui punktum superior dan inferior dan kanlikuli ke sakus lakrimalis yang
terletak di dalam fosa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus

14

dan bermuara ke datam meatus inferior dan rongga nasal, lateral terhadap turbinatum
inferior

Gambar 5. Apparatus lakrimalis

Inflamasi orbita
Penyakit inflamasi pada orbita dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Inflamasi orbita akut dan inflamasi terkait
a. Selulitis preseptal
b. Selulitis orbita dan abses intraorbital
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
f. Trombosis sinus kavernosus
2. Inflamasi orbita kronik
a. Inflamasi spesifik
-

Tuberkulosis
Sifilis
Actinomikosis
Mukormikosis
Infeksi parasit

b. Inflamasi non spesifik


-

Penyakit inflamasi orbita idiopatik


Sindroma tolosa Hunt
Periostitis orbital kronik

15

Selulitis Preseptal
Peradangan periorbital diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan beratnya. Salah satu
landmark anatomi utama dalam menentukan lokasi penyakit adalah septum orbital. Septum
orbital adalah membran tipis yang berasal dari periosteum orbital dan memasukkan ke dalam
permukaan anterior dari lempeng tarsal kelopak mata. Septum memisahkan kelopak mata
superficial dari struktur orbital yang lebih dalam, dan membentuk penghalang yang
mencegah infeksi pada kelopak mata dari meluas hingga ke orbit
Selulitis preseptal adalah infeksi umum dari kelopak mata dan jaringan lunak
periorbital yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Infeksi bakteri ini
biasanya diakibatkan dari penyebaran lokal dari sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi
okular eksternal, atau trauma kelopak mata.
Selulitis preseptal cenderung lebih ringan dibandingkan selulitis orbita (selulitis
postseptal), yang dapat terjadi melalui mekanisme yang sama. Selulitis preseptal berbeda dari
selulitis orbital dimana hanya terbatas pada jaringan lunak anterior septum orbital. Selulitis
preseptal dapat menyebar ke posterior septum dan berkembang membentuk subperiosteal dan
orbital abses. Infeksi di orbita dapat menyebar ke posterior dan menyebabkan trombosis sinus
kavernosus atau meningitis.
Selulitis preseptal adalah infeksi pada jaringan subkutan di anterior septum orbital.
Selulitis preseptal harus dibedakan dengan selulitis orbita karena meskipun memiliki gejala
yang hampir serupa, penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin terjadi dari kedua
keadaan tersebut berbeda. Perlu diingat bahwa selulitis preseptal seringkali berkembang
menjadi selulitis orbital karena vena- vena fasial tidak memiliki katup sehingga proses
peradangan seringkali meluas ke posterior.

Epidemiologi
Menurut Statistik Pusat Penyakit Nasional, pada tahun 1995 sekitar 5.000 pasien
rawat inap di Amerika Serikat didiagnosis peradangan pada kelopak mata.
Selulitis preseptal merupakan penyakit primer pada anak-anak, dengan sekitar 80%
dari pasien dibawah umur 10 tahun dan sebagian besar diatas usia 5 tahun. Pasien dengan
selulitis preseptal cenderung terjadi pada usia muda dibandingkan dengan pasien dengan
selulitis orbital.

16

Etiologi
Infeksi saluran pernapasan atas, terutama sinusitis paranasal, biasanya mendahului
selulitis preseptal. Dalam 2 seri kasus besar, hampir dua pertiga dari kasus selulitis dikaitkan
dengan infeksi saluran pernapasan atas. Satu setengah dari kasus-kasus ini berasal dari
sinusitis.
Organisme yang paling umum adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus spesies, dan anaerob, yang mencerminkan organisme yang sering
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi kelopak mata eksternal. Darah dan
hasil kultur cenderung negatif.
Sebelum pengenalan Haemophilus influenzae tipe b (Hib) vaksin polisakarida, pada
tahun 1985, H influenzae adalah organisme yang paling umum diisolasi pada kultur darah.
Satu studi sebelum pengenalan vaksin mencatat bahwa hasil kultur darah lebih mungkin
untuk menjadi positif (42%) jika pasien memiliki infeksi saluran pernapasan atas dan yang
aspirasi subkutan lebih mungkin untuk menjadi positif (44%) jika pasien memiliki trauma
kelopak mata atau infeksi okular eksternal.
Sejak vaksin mulai digunakan secara luas, tingkat Haemophilus kultur darah-positif
telah menurun; penelitian telah melaporkan bahwa tingkat setiap kultur darah positif sekarang
kurang dari 4%. Alasan bahwa tarif untuk bakteremia untuk semua organisme telah turun
tidak jelas.
Sebuah penelitian secara khusus melihat selulitis periorbital dan orbital sejak
munculnya vaksin juga menemukan bahwa tingkat selulitis Hib yang terkait turun, dari
11,7% menjadi 3,5%. Jumlah kasus per tahun dari semua patogen juga menurun,
menunjukkan bahwa H influenzae mungkin memegang peranan fasilitatif dalam patogenesis
selulitis.
Jalur masuk infeksi sendiri dapat dibagi menjadi:

Infeksi eksogen, misalnya seperti trauma atau gigitan serangga


Penyebaran infeksi jaringan sekitar seperti sinusitis, dakriosistisis, atau hordeolum
Infeksi endogen, berasal dari penyebaran infeksi dari tempat yang jauh seperti saluran
napas atas melalui rute hematogen.

Faktor risiko
Kejadian sebelumnya dengan selulitis preseptal dapat berupa lesi kelopak mata baru
sebagai berikut:
17

Hordeolum
Chalazion
gigitan serangga
Trauma terkait lesi
Lesi yang disebabkan oleh prosedur pembedahan baru-baru ini di dekat kelopak mata
Lesi yang disebabkan oleh prosedur oral
Dakriosistitis
Infeksi saluran pernapasan atas, terutama sinusitis, [8] dapat terjadi bersamaan dengan

selulitis preseptal atau mungkin baru saja terjadi. Banyak penyakit sistemik telah dilaporkan
dengan selulitis preseptal bersamaan, termasuk yang berikut:

Varicella
Asma
Poliposis nasal

Neutropenia
Manifestasi klinis
Pasien mungkin mengalami perubahan suhu tubuh yang ringan hingga moderate.
Meskipun sudah dikemukakan bahwa selulitis orbital menyebabkan respon demam dan
leukositosis yang lebih tinggi dibanding selulitis preseptal ,secara luas diyakini bahwa respon
tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan 2 kondisi satu dengan lainnya. Pasien
mungkin mengeluhkan berikut :

Rasa sakit
Konjungtivitis
epifora
Penglihatan kabur
Selulitis preseptal bermanifestasi sebagai edema inflamasi pada kelopak mata dan

kulit periorbital tanpa melibatkan orbita dan struktur di dalamnya. Maka itu,,karakteristik dari
penyakit ini adalah pembengkakan periorbital akut, eritema, dan hiperemia pada kelopak
mata tanpa adanya gejala- gejala proptosis, kemosis, gangguan visus, dan gangguan gerakan
bola mata.
Tanda-tanda selulitis preseptal termasuk eritema periorbital dan edema (kadangkadang begitu parah sehingga pasien tidak dapat membuka mata).
Gejala meliputi pembengkakan dan nyeri hebat yang meningkat dengan gerakan bola
mata atau pada penekanan. Gejala lainnya dapat berupa demam, mual, muntah, prostrasi, dan
terkadang kehilangan penglihatan. Tanda yang sering dijumpai pada selulitis orbital adalah
18

pembengkakan kelopak mata yang kemerahan dan keras seperti kayu, kemosis konjungtiva
yang dapat mengalami protrusi dan menjadi nekrotik, dbola mata mengalami proptosis aksial,
terdapat restriksi dari gerakan okular, dan pada pemeriksaan fundus didapati kongesti vena
retinal dan tanda papilitis atau papiloedema. Dapat juga ditemui disfungsi saraf optic.
Pemeriksaan Fisik
Karena selulitis orbita dan selulitis preseptal masing-masing dapat terjadi dengan
peradangan kelopak mata, penting untuk melakukan pemeriksaan mata lengkap. Waspada
adanya tanda tanda penyakit sistemik, terutama pada anak-anak.
Kelopak mata dan adneksa okular harus diperiksa untuk mencari tanda-tanda trauma
lokal. Servikal, submandibular, atau limfadenopati preauricular dapat terjadi. Sebuah kelenjar
getah bening preauricular lunak dapat memberi kesan adanya konjungtivitis adenoviral.
Konjungtivitis dapat terjadi, dan kualitas drainase konjungtiva perlu diperhatikan.
Tes Penglihatan dan reaksi pupil pada semua pasien yang terjadi peradangan kelopak
mata, sebagai bukti bahwa terjadi kemampuan bergerak yang terbatas atau gangguan
penglihatan menunjukkan bahwa peradangan telah menyebar ke orbita. Defek aferen pupil
menunjukkan kompresi saraf optik, dan bedah drainase harus segera dilakukan.
Resistensi terhadap retropulsion dan proptosis mungkin terhadi keterlibatan orbital.
Sebuah speculum kelopak mata mungkin diperlukan untuk memeriksa mata dan gerakan
okular. Fundus okular harus diperiksa dengan hati-hati untuk melihat tanda-tanda
pembengkakan saraf optik dan pembengkakan vena

Pemeriksaan Penunjang
Hasil kultur darah yang positif kurang dari 10% dari kasus selulitis preseptal.
Sebelum pengenalan vaksin Hib, kultur darah positif dengan hampir sepertiga dari pasien.
Kultur darah jarang diperlukan pada selulitis preseptal dan bahkan orbital, kecuali dicurigai
adanya sepsis.
Sel darah putih (WBC) cenderung meningkat. Satu studi menunjukkan hitungan WBC
rata-rata 14.700 sel / uL pada pasien tanpa bakteremia dan 20.400 sel / uL pada pasien
dengan bakteremia. Pada umumnya diyakini bahwa jumlah WBC tidak dapat digunakan
untuk membedakan selulitis preseptal dari selulitis orbital. Sampel dari discharge
konjungtiva, lesi kelopak mata, dan materi kantung lakrimal harus dikirim untuk kultur

19

Imaging
Temuan hasil pemeriksaan yang membenarkan pemeriksaan radiologi termasuk nyeri
pada gerakan mata, pupil aferen defek, gerakan ekstraokular terbatas, dan resistensi pada
retropulsion.
Suatu computed tomography (CT) scan dapat menggambarkan tingkat keterlibatan
orbital tetapi tidak diperlukan pada semua pasien dengan selulitis preseptal. [16]
ultrasonografi Orbital dapat menjadi alat yang berguna untuk membantu dalam mendiagnosis
peradangan orbital, meskipun memerlukan pengamat yang berpengalaman dan peralatan
khusus yang mungkin tidak tersedia di sebagian besar institusi. USG Orbital sangat jarang,
jika pernah, diperlukan.

Sebuah CT scan yang tepat akan mencakup bagian aksial tipis melalui orbit dan sinus
dan baik benar bagian koronal atau rekonstruksi koronal. CT scan kepala juga diindikasikan
untuk gejala neurologis atau temuan neurologis hasil pemeriksaan.
CT temuan scan selulitis preseptal meliputi:

Pembengkakan kelopak mata dan jaringan lunak yang berdekatan preseptal


Obliterasi dari lemak jaringan atau jaringan lunak preseptal
Tidak adanya peradangan orbital

Staging
CT scan dapat menggambarkan tingkat keterlibatan orbital. Modifikasi sistem stadium
Chandler ini menjelaskan spektrum penyakit, sebagai berikut.:

Tahap I - selulitis preseptal


20

Tahap II - inflamasi edema orbital


Tahap III - abses subperiosteal
Tahap IV - abses Orbital
Tahap V - trombosis sinus kavernosus

Pertimbangkan pungsi lumbal pada semua neonatus dan pada pasien dengan tandatanda atau gejala meningitis. Abses kelopak mata harus diinsisi dan didrainase. Temuan
histologis biopsi menunjukkan edema dan leukosit polimorfonuklear menginfiltrasi bidang
jaringan.
Pengobatan
Diagnosis awal, pengobatan yang cepat, dan antibiotik ditingkatkan telah
menyebabkan berkurangnya okular dan SSP serius komplikasi pada pasien dengan selulitis
preseptal. Pengobatan melibatkan pengelolaan kondisi predisposisi, terapi antibiotik, dan
observasi dekat.
Terapi antibiotik awal adalah empiris, dan, dalam banyak kasus, patogen tidak akan
diidentifikasi. Mengingat faktor predisposisi, pilihan antibiotik harus diarahkan menuju
organisme yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas, terutama sinusitis. Organisme
tertentu termasuk Streptococcus pneumoniae, nontypeable H influenzae, Moraxella
catarrhalis dan. Dalam kasus akibat trauma fokus, pengobatan harus meliputi cakupan untuk
S aureus.
Obat-Obatan
Obat yang digunakan dalam pengobatan selulitis preseptal antara lain sebagai berikut:

Amoksisilin / asam klavulanat atau ceftriaxone intramuskular - Dipertimbangkan

untuk pengobatan rawat jalan pada pasien tertentu


sefalosporin generasi Kedua atau ketiga mungkin sebagai pilihan terapi empiris awal
penisilinase-resisten penisilin sintetik (misalnya, nafsilin, oksasilin) - Jika S. aureus
sebagai kausanya

Untuk pasien yang menggunakan antibiotic IV, perbaikan klinis setelah 48-72 jam
pemberian IV berarti percobaan 24 jam dari antibiotik oral dapat digunakan.

Drainase
21

Drainase diindikasikan hanya untuk abses kelopak mata dan biasanya tidak diperlukan
untuk selulitis preseptal tanpa komplikasi. Drainase juga diindikasikan pada dakriosistitis
akut.

Rawat jalan
Jika pasien rawat inap merespon terhadap empiris antibiotik dan dapat beralih ke
antibiotik oral, perawatan lebih lanjut dapat diberikan pada pasien rawat jalan.
Pada rawat jalan perawatan tindak lanjut, pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda
kekambuhan, termasuk demam, eritema, edema, nyeri, dan hilangnya daya pandang.
Selulitis preseptal ditatalaksana dengan terapi medikamentosa sedangkan selulitis
orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi- komplikasi berbahaya membutuhkan
tindakan bedah segera.Pengobatan selulitis preseptal menggunakan co-amoxiclav 500/125mg
setiap8 jam. Infeksi yang parah membutuhkan antibiotik IV. Pengobatan harus dimulai
sebelum organisme penyebab teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus mengatasi
stafilokokus, H. influenzae, dan bakteri anaerob. Selulitis pascatrauma, khususnya setelah
gigitan hewan, harus diberikan antibiotik untuk mengatasi basil gram negative dan gram
positif. Dekongestan hidung dan vasokonstriktor dapat membantu drainase PNS. Juga perlu
diberikan analgesia dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam. Konsultasi dengan
otorlaringologis sejak dini bermanfaat.
Sebagian besar kasus berespon cepat dengan pemberian antibiotik. Kasus yang tidak
berespon mungkin membutuhkan tindakan bedah seperti drainase melalui pembedahan. Pada
selulitis praseptal supuratif diindikasikan drainase melalui pembedahan sejak dini. MRI
bermanfaat untuk menentukan kapan dan dimana drainase harus dilakukan. Indikasi
pembedahan lainnya adalah terdapatnya abses intrakranial atau subperiosteal, dan gambaran
atipikal yang mungkin membutuhkan biopsi.

Pencegahan
Perawatan berikut dapat mencegah berkembangnya selulitis preseptal:

Antibiotik topikal dapat mencegah laserasi kelopak mata traumatis agar tidak menjadi

infeksi dan menyebabkan selulitis


pengobatan Adequate dari sinusitis bakteri dapat mencegah meluas ke jaringan sekitar

22

Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat. Komplikasi terdiri
dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi lainnya. Komplikasi okular biasanya adalah
kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan oklusi arteri retina sentral. Komplikasi orbital adalah
perkembangan selulitis orbital menjadi abses subperiosteal dan abses orbita. Abses
subperiosteal adalah penumpukan material purulen antara dinding tulang orbital dengan
periosteum, biasanya terdapat pada dinding orbita media. Biasanya abses subperiosteal
dicurigai bila terdapat manifestasi selulitis orbita dengan proptosis eksentrik. Namun,
diagnosis dipastikan dengan CT scan. Abses orbita merupakan penumpukan material purulen
di dalam jaringan lunak orbital. Secara klinis dicurgai dengan tanda- tandan proptosis parah,
kemosis, oftalmoplegia komplit, dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi lainnya berupa
abses parotid atau temporal, komplikasi intrakranial, dan septikemia general atau pyaemia.
Prognosis
Jika selulitis preseptal diidentifikasi dan segera diobati, prognosis untuk pemulihan
lengkap tanpa komplikasi sangat baik.
Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke orbit, yang dapat mengancam visi dan
mengakibatkan pusat sistem saraf (SSP) yang tersebar. Selulitis orbital yang tidak diobati
dapat menyebabkan perkembangan abses orbital atau dapat menyebar posterior menyebabkan
trombosis sinus kavernosus. Penyebaran sistemik bakteri dapat menyebabkan meningitis dan
sepsis.
Dalam sebuah studi dari pasien anak dengan infeksi intrakranial, kelompok berisiko
tinggi sebagai berikut :

Usia yang lebih tua dari 7 tahun


Subperiosteal abses
Sakit kepala dan demam terus berlanjut meskipun telah menggunakan antibiotik
intravena (IV)

Pasien yang immunocompromised atau diabetes memiliki kemungkinan lebih tinggi


terkena infeksi jamur, yang dengan cepat bisa menjadi fatal. Pengelolaan agresif, termasuk
pelajaran Imaging otak dan terapi IV awal, bersama dengan kecurigaan yang tinggi,
diindikasikan untuk pasien ini. Konsultasi otolaryngologist juga harus yang diperintahkan
jika infeksi jamur dicurigai adanya.

23

Selulitis orbita
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum
orbita. Selulitis orbita dapat berkembang menjadi abses subperiosteal atau abses orbital.
Etiologi
Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur seperti pada selulitis preseptal

Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata khususnya terkait
dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang- kadang terkait dengan tindakan

bedah seperti eviserasi, enukleasi, dan orbitotomi.


Persebaran infeksi sekitar, seperti sinusitis,

intraorbita.Merupakan rute infeksi tersering.


Infeksi endogen, jarang terjadi. Organisme penyebab hampir serupa dengan selulitis

infeksi

gigi,

dan

struktur

preseptal, ditambah dengan keterlibatan streptococcus pneumoniae.


Patologi
Penampakan patologik selulitis orbital mirip seperti inflamasi supuratif secara umum
kecuali dalam beberapa aspek, yaitu:
1. Karena tidak terdapat sistem limfatik, agen protektif terbatas pada elemen fagositik dari
jaringan retikular orbital
2. Karena ruang terbatas, tekanan intraorbital meningkat sehingga mengaugmentasi virulensi
infeksi menyebabkan nekrosis dini dan ekstensif terhadap jaringan
3. Umumnya, infeksi menyebar sebagai tromboflebitis dari struktur sekitar

Daftar Pustaka
1. Kwitko GM. Preseptal cellulitis. http://emedicine.medscape.com/article/121 8009
overview. 2012. Diakses: Maret 2013.
2. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor. Oftalmologi
Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007. p. 251-256.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7 ed.Elsevier, 2011.
24

4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age international,


2007. p. 377-378, 384-386.
5. Akcay E, Dereli G, Cagil N. Preseptal and orbital cellulitis. Journal Microbiologi and
Infection Disease.Vol 4,No.3. September 2014. P.123-127.

25

Anda mungkin juga menyukai