Namun sebelum itu masih ada masalah yang perlu kita dudukkan dengan
seksama, yaitu apakah akhlak itu dapat dibentuk atau tidak? jika dapat dibentuk
apa alasannya dan bagaimana caranya? Dan jika tidak, apa pula alasannya dan
bagaimana selanjutnya?
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah
insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini bahwa
masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecendrungan
kepada kebaikan atau fithrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat juga
berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung kepada kebenaran. Dengan
pandangan seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun
tanpa dibentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini lebih lanjut
menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin sebagaimana terpantul dalam
perbuatan lahir. Perbuatan lahir ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan
batin. Orang yang bakatnya pendek misalnya tidak dapat dengan sendirinya
meninggikan dirinya, demikian sebaliknya.
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaandan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.
Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya datang dari
Ulama-ulama Islam yang cendrung pada akhlak. Ibnu Maskawaih, Ibn Sina, alGhazali dan lain0lain termasuk kepada kelompok yang mengatakan bahwa
akhlak adalah hasil usaha (muktasabah). Imam al-Ghazali misalnya mengatakan
sebagai berikut :
Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi
wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinyahadits nabi yang
mengatakan perbaikilah akhlak kamu sekalian .
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana
semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang
iptek. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat melalui
pesawat televise, internet dan lain-lain. Demikian pula produk obat-obat
terlarang, minuman keras, dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin
menggejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.
Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguhsungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana
pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia dibina
secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
B.
1.
Menurut aliran Nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang
sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampaknya begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia, da hal ini kelihatannyaerat
kaitannya dengan pendapat aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan
buruk sebagaimana telah diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai
atau kurang memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.
2.
Menurut aliran Empirisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu.
Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan
yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran. Dalam pada itu aliran
konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal,
yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan
yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social.
3.
Menurut aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu pembawaan sianak, dan faktor dari luar yaitu
pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi
dalam lingkungan social. Pendapat ini terdapat kesesuaian dengan ajaran islam.
Hal ini dapat dipahami dari ayat berikut yang artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.( Q.S. al-Nahl : 78)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik,
yaitu penglihatan, pendengaran dan hati sanubari. Potensi tersebut harus
disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran dan pendidikan. Hal ini sesuai
dengan yang dilakukan luqmanul Hakim kepada anaknya sebagai terlihat pada
ayat berikut yang artinya :
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada anak ada
dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati (rohaniah)
yang dibawa sianak sejak lahir, dan factor dari luar yang dalm ini adalh kedua
orang tua dirumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin
dimasyarakat. Melelui kerja sama yang baik antara tiga lembaga pendidikan
tersebut, maka aspek kognitif ( pengetahuan), efektif (penghayatan),
psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah manusia seutuhnya.
C.
Dari pemaparan di atas dapat ditarik garis besar tentang faktor faktor yang
mempengaruhi pembentukan akhlaq secara umum, yaitu:
1.
Manusia
2. Insting (Naluri)
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri
(instink). Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi
merupakan suatu pembawaan asli. Dalam bahasa Arab disebut garizah atau
fithrah dan dalam bahasa inggris disebut instinct.
Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak
dan kekayaan yang melimpah-limpah. (Q.S. Ali-Imran : 14)
c. Naluri Keibu bapakan (paternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika seorang ibu
tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuannya itu didorong oleh naluri
tersebut.
3.
Adat/Kebiasaan
a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah
merupakan suatu kesenangan, malahan kadang-kadang menimbulkan pusing.
Karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadilah
kebiasaan yang menyenangkan.
b. Bangun tengah malam mengerjakan shalat tahajjud, berat bagi orang yang
tidak biasa. Tetapi jika hal it uterus diulangi akhirnya akan menjadi mudah dan
terus menjadi kebiasaan yang menyenangkan.
4. Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang
tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya. Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifatsifat umum sampai kepada sifat-sifat khusus yang dapat dikemukakan sebagai
berikut :
5. Lingkungan
Salah satu faktor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu
masyarakat adalah lingkungan (milieu). Milieu adalah suatu yang melingkungi
a.
b.
1)
Lingkungan Alam
2)
Lingkungan pergaulan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Akhlaq adalah sebuah perangai manusia yang bisa dirubah atau dibentuk
untuk manjadi sebuah perangai yang baik, namun butuh waktu dan pembiasaan
diri dalam proses tersebut. Untuk itu perlu adanya beberapa hal yang menjadi
faktor faktor penunjang yang dapat membantu perubahan akhlaq atau perilaku
seseorang.
2.
Beberapa faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak Menurut 3
Aliran yakni aliran filsafat natifisme, empirisme, dan konvergensi memiliki
pandangan berbeda beda sperti terurai di atas. Namun penulis berpendapat
bahwa adanya korelasi yang sama pada aliran konvergensi, yakni pada dasarnya
perubahan akhlaq atau perilaku seseorang tidak hanya adanya faktor yang ada
pada dirinya sendiri atau internal melainkan juga adanya faktor dari luar yakni
eksternal.
3.
Ada 5 faktor yang menjadi pengaruh perubahan perilaku seseorang yakni
manusia itu sendiri, instinc, adat, keturunan, dan lingkungan. Dari hal tersebut
maka apabila seseorang ingin merubah suatu akhlaq pada dirinya maka hal yang
terpenting baginya adalah memperhatikan dan membiasakan 5 perkara yang
menjadi faktor penyebab perubahan akhlaq tersebut.