Obat yang mengandung antibiotik sering kali menjadi buah simalakama. Pada satu
sisi dipercaya dapat mempercepat proses penyembuhan. Di lain sisi, antibiotik diyakini akan
menimbulkan masalah kesehatan baru pada si kecil.
Obat antibiotika, umumnya banyak dipakai untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Obat-obatan seperti Penisilin, Chloramphenicol, Cephalosporin, Tetrasiklin (khusus
anak di atas 8 tahun) dan Quinolon (khusus anak besar), diberikan dokter bersama sejumlah
obat lain. Umumnya, dokter akan menyarankan untuk `meminumnya sampai habis, baik pada
resep maupun secara lisan.
Secara medis, antibiotik merupakan senyawa mikroorganisme seperti jamur atau
bakteri tertentu yang telah dijinakkan dan bila dimasukkan ke dalam tubuh dapat menjadi
penyembuh yang ampuh. Antibiotik berperang melawan bakteri-bakteri di dalam tubuh.
Namun perlu diingat, penggunaannya tidak boleh sembarangan. Bila dikonsumsi berlebihan
akan berisiko tinggi pada kesehatan.
Pembahasan
Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen
penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi mengingat
kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya.Namun pemilihan obat yang sesuai
dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan
menghindari timbulnya resistansi agen penginfeksi.
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri.Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai substansi
yang bahkan di dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan dan reproduksi
bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam,
namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh
karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam
organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:
1.
Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Ada antibiotik yang merusak
dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim, sehingga
menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini
menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan.
Dinding sel bakteri yang menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi bagian
dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin,
Ampicillin, Oxasilin.
a.
Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DDtranspeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan
melemahkan
dinding
sel
bakteri
Hal
ini
mengakibatkan
sitolisis
karena
c.
d.
e.
f.
Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal
yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan
Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)
terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.
g.
Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih
luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.
2.
a.
b.
c.
Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam
tipus.
d.
Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari
golongan Lincosamides adalah Clindamycin.
e.
3.
Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah
Macrolide,
Aminoglycoside,
Tetracycline,
Chloramphenicol,
Kanamycin,
Oxytetracycline.
a.
b.
c.
d.
4.
Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Dibawah dinding sel bakteri adalah
lapisan membran sel lipoprotein yang dapat disamakan dengan membran sel pada manusia.
Membran ini mempunyai sifat permeabilitas selejtif dan berfungsi mengontrol keluar
masuknya subtaansi dari dan kedalam sel, serta memelihara tekanan osmotik internal dan
ekskresi waste products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan replikasi DNA dan
sintesis dinding sel. Oleh karena itu substansi yang mengganggu fungsinya akan sangat lethal
terhadap sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan
meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga mengganggu kesetimbangan osmosis dan
menyebabkan kebocoran sel.
5.
a.
b.
c.
Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purinantagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri dengan
cara berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu
pembentukan glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.
Mekanisme Resistensi
d.
Farmakokinetika
Aminoglikosid diabsorbsi sangat buruk pada saluran gastrointestinal yang utuh.
Setelah suntikan intramuscular, aminoglikosid diabsorbsi dengan baik dan
mencapai konsentrasi puncak dalam darah antara 30-90 menit. Aminoglikosid
biasanya diberikan secara intravena 30-60 menit. Secara tradisional
aminoglikosid diberikan dalam 2 atau 3 dosis terbagi perhari bagi pasien-pasien
dengan fungsi ginjal normal
Aminoglikosid merupakan senyawa yang sangat polar dan tidak dapat
langsung memasuki sel. Sebagian besar aminoglikosid tidak dapat masuk ke
mata dan SSP. Aminoglikosid dibersihkan di ginjal, dan ekskresinya berbanding
langsung dengan klirens kreatinin. Waktu paruh normal dalam serum adalah 2-3
jam, namun meningkat dalam 24-48 jam pada pasien dengan kerusakan fungsi
ginjal yang signifikan. Aminoglikosid hanya mengalami klirens secara sebagian
dan tidak beraturan melalui hemodialisis (misalnya 40-60% untuk gentamicyn),
dan lebih efektif jika klirens melalui dialysis peritoneal
Penyesuaian dosis harus dilakukan untuk menghindari akumulasi obat dan
toksisitas pada pasien-pasien dengan insufisiensi fungsi ginjal. Bisa jadi dosis
obat dibiarkan konstan dan interval antar dosis dinaikkan, atau interval dibiarkan
konstan sementara dosisnya dikurangi. Berbagai monogram dan formula telah
dikembangkan untuk menghubungkan kadar serum kreatinin dalam dengan
penyesuaian pada regimen pengobatan.
Dosis harian Aminoglikosid dihitung dengan cara mengalikan dosi harian
maksimum dengan rasio perbandingan klirens kreatinin yang diperkirakan
terhadap klirens normal yaitu 120 mg/min, yang merupakan nilai tipikal untuk
pria dewasa normal dengan bobot 70 kg. Untuk wanita berusia 60 tahun dengan
bobot 60 kg dan serum kreatinin 3 mg/dL, dosis tepat untuk gentamicyn adalah
sekitar 50 mg/hari
Terdapat variasi individual yang patut dipertimbangkan dalam kadar
serum Aminoglikosid diantara pasien-pasien dengan nilai klirens kreatinin yang
diperkirakan sama. Oleh sebab itu, adalah wajib untuk mengukur kadar serum
obat untuk menghindari toksisitas berat khususnya apabila dosis tinggi diberikan
selama lebih dari beberapa hari atau jika fungsi ginjal berubah dengan cepat.
Untuk regimen tradisional dengan pemberian dosis dua atau tiga kali sehari,
konsentrasi serum puncak harus ditentukan dari sampel darah yang diambil
sekitar 30-60 menit setelah pemberian satu dosis dan konsentrasi trough dari
sampel yang diambil sebelum pemberian dosi berikutnya
e.
hari, pada dosis yang lebih tinggi, pada orang-orang lanjut usia dan dalam
kondisi insufisiensi fungsi ginjal. Penggunaan bersama diuretic loop (misalnya
furosemid) atau agen antimikroba nefrotoksik lain (missal vanomicyn atau
amphotericyn) dapat meningkatkan nefrotoksisitas dan sedapat mungkin
dihindarkan.
f.
Penggunaan Klinis
Aminoglikosid paling sering digunakan melawan bakteri enteric gramnegatif, khusunya ketika isolatnya resisten obat dan ketika dicurigai sepsis.
hampir selalu digunakan dalam kombinasi dengan antibiotic beta-laktam dalam
upaya untuk memperluas cakupan meliputi patogen-patogen gram positif yang
potensial dan untuk mendapatkan keuntungan sinergisme kedua klas obat ini.
Pemilihan aminoglikosid dan dosisnya sebaiknya tergantung pada infeksi yang
sedang dihadapi dan kerentanan dari isolate tersebut.
2.
Makrolid
Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan
ciri suatu cincin lakton (biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom) di mana terkait
gula-gula deoksi. Obat prototipnya adalah Eritromycin, yang terdiri dari dua
belahan gula yang terkait pada cincin lakton 14-atom, diambil dari Streptomyces
erytheus pada tahun 1952. Clartromycin dan artitromycin merupakan turunan
semisintesis eritromycin.
1)
Eritromicyn
Kimia
Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-gula
desosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat
langsung larut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu
4oC, namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20oC dan pada
suhu asam. Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan
garam.
Aktivitas Antimikroba
Eritromycin efektif terhadap organisme-oragnisme gram positif, terutama
pneumokokkus, sterptokokkus, dan corynebacteria, dalam konsentrasi plasma
sebesar 0,02 mg/mL. Selain itu mycoplasma, legionella, Chlamydia trachomatis,
C psittaci, C pneumonia, helicobacter, listeria, dan mycobacteria tertentu, juga
rentan terhadap ertromycin. Demikian pula organism-organisme gram negative,
seperti spesies neisseria, Bordetella pertussis, Batonella henselae, dan B
quintana (agen-agen penyebab pada penyakit catscratch dan angiomatosis
basiler), beberapa spesies rickettise, Tropenome pallidum, serta spesies
campylobacter. Sekalipun demikian, Haemophilus influenza agak kurang rentan.
Hambatan sintesis protein terjadi melalui ikatan ke RNA ribosom 50S. Sintesis
Farmakokinetika
Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengan
salut enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi
lebih baik. Garam lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral
yang paling baik diabsorbsi. Dosis oral sebesar 2 g/hari menghasilkan
konsentrasi basa ertromycin serum dan konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan
tetapi, yang aktif secara mikrobiologis adalah basanya, sementara
konsentrasinya cenderung sama tanpa memperhitungkan formulasi. Waktu
paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasien
dengan anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak
dapat dibersihkan melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan
diekskresikan dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang
diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi didistribusikan secara
luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal. Ertromycin diangkut oleh
leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Oabt ini melintasi sawar plasenta dan
mencapai janin.
Penggunaan Klinis
Eritromycin merupakan obat pilihan dalam:
a. Infeksi-infeksi corynebacterial (diphtheria, corynebacterial sepsis, erythasma)
b. Infeksi kuman Chlamydia pada pernafasan, neonates, okuler, atau genital
c. Mengobati pneumonia dalam komunitas.
d. Sebagai penggenti untuk individu yang alergi terhadap Penisiln, dalam infeksi
yang disebabkan oleh stapilokokkus, streptokokkus, dan pneumokokkus.
e. Sebagai profilaksis terhadap endokarditis dalam prosedur-prosedur dental
pada individu penyakit jantung valvular, sekalipun Clindamycin yang ditoleransi
dengan baik telah banyak menggantikannya.
Efek Samping
a. Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual, muntah dan diare sesekali
menyertai pemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh stimulitas langsung
pada motilitas usus.
Farmakokinetika
Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktu paruh
claritromycin (6 jam) yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycin
memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme
dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-hidroksiclaritromycin, yang juga
mempunyai aktivitas antibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama
ini dieliminsai dalam urine, dan pengurangan dosis dianjurkan bagi pasien-pasien
dengan klirens kreatinin dibawah 30 mL/menit.
Penggunaan Klinis
Keuntungan claritromycin dibandingkan eritromycin adalah lebih rendahnya
frekuensi intoleransi gastrointestinal dan lebih jarangnya frekuensi pemberian
dosis.
3)
Azitromycin
Kimia
Azitromycin merupakan senyawa dengan cincin makrolida lakton 15-atom yang
diturunkan dari eritromycin dengan penambahan suatu nitrogen yang dimetilasi
ke dalam cincin laktone eritromycin.
Aktivitas Antimikroba dan Penggunaan Klinis
Spektrum aktivitas dan penggunaan klinis identik dengan claritromycin.
Azitromycin aktif terhadap kompleks M avium dan T gondii. Azitromycin sedikit
kurang aktif dibandingkan eritromycin dan claritromycin terhadap satpilikokkus
dan sterptokokkus, namun sedikit lebih aktif terhadap H influenzae. Azitromycin
sangat aktif terhadap klamidia.
Farmakokinetika
Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan claritromycin terutama dalam sifat
farmakokinetika. Satu dosi Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi
serum yang lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 g/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat
melakukan penetrasi kesebagian besar jaringan dapat melebihi konsentrasi
serum sepuluh hingga seratus kali lipat. Obat dirilis perlahan dalam jaringanjaringan (waktu paruh jaringan adalah 2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh
eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-sifat yang unik ini memungkinkan pemberian
dosis sekali sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus.
Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik secara oral.
Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas, namun
memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan 14 atom), maka Azitromycin
tidak menghentikan aktivitas enzim-enzim sitokrom P450, dan oleh karena itu
tidak mempunyai interaksi obat seperti yang ditimbulkan oleh eritromycin dan
claritmycin.
3.
Tetrasiklin
Antibiotika golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin
kemudian ditemukan oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik
dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species Streptomyces lain.
Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga termasuk antibiotic golongan
tetrasiklin.
Mekanisme kerja
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protin bakteri pada ribosomnya. Paling
sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri
gram negatif; pertam yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua
ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan
ribosom 30S dan menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam
amino.
Efek Antimikroba
Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya
sama), namun terdapt perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing drivat
terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini.
Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik
dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
Spektrum antimikroba
Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman grampositif dan negatif, aerobik dan anaerobik. Selain itu juga aktif terhadap spiroket,
mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu.
Farmakokinetik
Absorpsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin
iserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus
halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali
minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH
tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain
yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium
yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
Distribusi
Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah
Efek samping
Penggunaan klinik
Infeksi basil
- Bruselosis: Pengobatan yang memuaskan didapat setelah 3 minggu dengan
golongan tetrasiklin. Untuk kasus berat dikombinasi dengan streptomisin.
-Tularemia: Terapi dengan tetrasiklin cukup baik meskipun streptomisin
adalah obat pilah utama penakit ini.
-Kolera: tetrasiklin adalah antibiotik paling efektif untuk kasus i ni. Dapat
mengurangi kebutuhan cairan infus sebanyak 50 %dari yang dibutuhkan.
- Sampar: stretomisin adalah pilihan utama untuk penyakit ini . namun bila
streptomisin tidak dapat digunakan maka dapat dipakai golongan tetrasiklin
- Infeksi kokus. Golongan tetrasiklin tida lagi diindikasikan untuk infeksi
staphylacoccus maupun streptococcus karena seing dijumpai resistensi. Adanya
resistensi strain Str.pneumoniaemembatasi penggunaannya untk penumonieae
akibat kuman ini.
Infeksi venerik.
Gonore: penisilin merupakan obat pilihan utama namun bagi paseien yang
alergi penisilin dapat diberikan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg atau
doksisiklin 2 kali sehari 100 mg selama 7 hari. Tetrasiklin mempunyai masking
effect terhadap infeksi sifilis sehingga menyulitkn diagnosis.
Sifilis: tetrasiklin merupakan obat pilihan ke dua setelah penisilin untuk sifilis
dengan dosis 4 kali sehari 500 mg per oral selama 15 hari. Juga efektif untuk
chancroid dan granuloma inguinal.
Akne vulgaris.
tetrasiklin dapat menghambat prouksi asam lemak dari sebum, dengan dosis 2
kali sehari 250 mg selama 2-3 minggu hingga beberapa bulan
Infeksi lain.
- Actinomycosis: Golongan tetrsiklin dapat digunakan jik penisilin G tidak dpat
diberikan pada pasien.
- Frambusia: respon penderita terhadapa golongan tetrasiklin berbeda-beda. Ada
yang hasilnya baik, dapula yang tidak memuaskan. Penisilin merupakan pilihan
utama untuk penyakit ini.
- Leptospirosis: walaupun tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk
penyakit ini, efektivitasnya tidak terbukti secara mantap.
- Infeksi saluran cerna: tetrasiklin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada
amubiasis intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu efektif
untuk disentri oleh strain shigella yang peka.
Penggunaan topikal
Hanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan tetrasiklin
efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada mata oleh gram-positif
dan gram negatif yang sensitif. Selain itu juga untuk profilaksis
oftalmianeonatorum pada neonatus.
jangka lama ini ialah timbulnya superinfeksi bakteri atau jamur yang sulit
dikendalikan.
interaksi obat
Klindamisin
a. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja klindamisin sama dengan eritromisin yaitu mengikat secara
ireversibel pada tempat sub unit 50S ribosom bakteri, sehingga menghambat
langkah translokasi sintesis protein.
b. Spektrum antibakteri
Spektrum antibakterinya menyeruapai linkomisisn hanya in vitro klindamisin
lebih aktif. Obat ini aktif terhadap S.aureus, D.pneumoniae, Str.pyogenes,
Str.anaerobic, Str.viridans dan Actinomyces israelli. Obat ini juga aktif terhadap
Bacteroides fragilis dan kuman anaerob lainnya.
c. Farmakokinetik
Klindamisin diserap hampir lengkap pada pemberiaan oral. Adanya makanan
dalam lambung tidak banyak mempengaruhi absorpsi obat ini. Klindamisin
palmitat yang digunakan sebagai preparat oral pediiatrik, tidak aktif secara in
vitro. Tetapi setelah mengalami hidrolisis akan dibebakan klindamisin yang aktif.
Klindamisin didistribusi dengan baik, ke berbagai cairan tubuh, jaringan dan
tulang, kecuali CSS walaupun sedang terjadi meningitis. Dapat menembus sawar
uri dengan baik. Kira-kira 90% klindamisin dalam serum terikat dengan albumin.
Hanya sekitar 10% klindamisin diekskresi dalam bentuk asal melalui urin.
Sejumlah kecil klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat
dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan klindamisin sulfoksid untuk
selanjutnya diekskresi melalui urin dan empedu.
d. Efek samping
Selain kulit kemerahan, efek samping yang paling serius yang dapat berakibat
fatal yaitu kolitis pseudomembranosa yang disebabkan pertumbuhan berlebihan
Clostridium difficile yang mengeloborasi toksin nekrotik. Reaksi lain yang jarang
Antagonis Folat
1)
Sulfonamida
Semua sulfonamida yang digunakan dalam klinik adalah analog struktural paminobenzoat (PABA) sintetik.
Sulfadiazin perak, suksinilsulfatiazol, sulfasetamid, sulfadiazin, sulfametoksazol,
sulfasalazin, sulfisoksazol.
a. Mekanisme kerja
Menjadi impermeabel terhadap asam folat, banyak bakteri harus tergantung
pada kemampuannya untuk mensintesis asam folat dari PABA, pteridin dan
glutamat.
Sebaliknya, manusia tidak dapat mensintesis asam folat dan folat didapat dari
vitamin dan makanannya.
Karena strukturnya mirip PABA, sulfonamida berkompetisi dengan substrat ini
untuk sintetase enzim dihidropteroat.
Hal ini menghilangkan kofaktor esensial sel terhadap purin, pirimidin dan
sintesis asam amino.
b. Spektrum Bakteri
Golongan sulfa termasuk kotrimoksasol (sulfametoksasol plus trimetoprim)
bersifat bakteriostatik.
Obat-obat ini aktif terhadap enterobakteria, klamidia, pneumocytis dan
nokardia.
c. Resistensi
Resistensi secara umum bersifat irreversibel dan mungkin disebabkan oleh tiga
kemungkinan.