Anda di halaman 1dari 5

1.

1PENGERTIAN NYERI
Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan
dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri
terjadi sebagai mekanisme perlindungan sehingga menyebabkan penderita
menghilangkan sumber nyeri atau menarik diri menjauhi sumber nyeri (Dorland,
2002). Definisi menurut Dorland Medical Dictionary mengidentifikasikan nyeri
sebagai sensasi lokal yang terjadi sebagai hasil stimulasi. Nyeri diperantarai
melalui struktur neural yang diciptakan dengan tujuan bahwa nyeri
mengindikasikan adanya mekanisme perlindungan terhadap kerusakan.
Dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan konsep nyeri telah berkembang.
Definisi menurut Dorland medical dictionary hanya menjelaskan satu jenis nyeri
yaitu nyeri yang terjadi sebagai hasil stimulus berbahaya pada struktur kutan
oleh agen lingkungan yang mempengaruhi nosiseptor eksteroseptor. Walaupun
nyeri merupakan hasil stimulus berbahaya, nyeri juga dapat terjadi karena
stimulus yang tidak berbahaya atau terjadi tiba-tiba tanpa stimulus. Sumber
stimulasi tidak selalu bersumber di luar tubuh.
Revisi konsep konstitusi nyeri dinyatakan dalam usulan definisi oleh
subcomittee On taxonomy of the international association for the study pain
sebagai sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berhubungan dengan kejadian atau potensial kerusakan jaringan yang dinyatakan
sebagai jejas. Berdasarkan definisi subcomittee On taxonomy of the international
association for the study pain, nyeri dipahami sebagai kehadiran status fisiologi
yang subjektif dibandingkan dengan aktivitas yang disebabkan stimulasi yang
berbahaya.
1.2 MEKANISME NYERI
Mekanisme nyeri dari rangsang nosiseptor aferen primer ke pengalaman
subjektif dibagi menjadi empat langkah: transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.

Jalur Input Nyeri (Okeson, 2005)

1. TRANSDUKSI
Transduksi merupakan aktivasi nosiseptor aferen primer. Nosiseptor
aferen primer dapat diaktifkan oleh stimulus termal, mekanik, kimia yang
berbahaya dan suhu dingin yang berbahaya. Nosiseptor aferen primer juga
dapat diaktifkan oleh substansi kimia endogen algesic yaitu, mediator
inflamasi.
Transduksi terjadi ketika stimulus berbahaya bereaksi pada ujung saraf
bebas reseptor nyeri yang terletak dalam berbagai macam jaringan, mengarah
ke aktivitas elektrik depolarisasi dan menghasilkan impuls saraf potensial
aksi. Potensial aksi dimulai dengan perubahan tiba-tiba keadaan istirahat
normal potensial membran negatif menjadi potensial membran positif lalu
diakhiri dengan perubahan kembali menjadi potensial negatif. Potensial aksi
bergerak sepanjang membran sel hingga mencapai akhir akson.
Keadaan istirahat pada membran sel disebut polarisasi yang cenderung
agak negatif. Polarisasi dipertahankan oleh keseimbangan antara ion natrium
pada bagian luar dan ion kalium pada bagian dalam. Ketika membran menjadi
depolarisasi, terjadi permiabilitas mendadak terhadap ion natrium mencapai
bagian dalam akson, melalui saluran khusus dalam membran sel yang disebut
saluran natrium. Pada waktu yang sama saluran khusus sensitif pada kalium

membuka, mengijinkan aliran keluar kalium. Setelah membran menjadi lebih


permiabel terhadap ion natrium, saluran natrium mulai menutup dan saluran
kalium membuka lebih dari biasanya. Karena difusi cepat ion kalium kembali
pada sel mempertahankan kembali keadaan istirahat potensial membran
negatif, disebut repolarisasi membran.
2. TRANSMISI
Proses kedua disebut transmisi yang mengarah pada aktivitas neural yang
membawa input nosiseptif ke dalam sistem saraf pusat untuk proses
selanjutnya.
Terdapat tiga komponen dasar sistem transmisi yaitu:
1. Saraf sensoris perifer yaitu neuron aferen primer (neuron orde 1), saraf
ini membawa input nosiseptif dari organ sensoris menuju serabut
spinal. Potensial aksi muncul pada saat ujung saraf bebas
mentransmisikan sinyal nyeri menuju sistem saraf pusat melalui
serabut saraf aferen primer. Badan sel pada neuron aferen primer yang
menghantarkan impuls menuju sistem saraf pusat terdapat dalam
ganglion saraf yang merupakan bagian sistem nyeri perifer. Serabut
saraf aferen melalui ganglion saraf kemudian memasuki sistem saraf
pusat melalui sinaps dengan neuron orde kedua.
2. Neuron orde kedua yang membawa input ke pusat yang lebih tinggi.
Neuron aferen orde kedua dalam tanduk dorsal spinalis dan tanduk
dorsal medula menyilang menuju sisi kontralateral dan naik menuju
talamus

melalui

jalur

spinotalamik

pada

saraf

servikal

dan

trigeminotalamik pada saraf trigeminal.


3. Interaksi antara neuron, talamus, korteks, dan sistem limbik serta input
nosiseptif yang mencapai pusat. Akson dari traktus spinotalamik dan
trigeminotalamik bersinaps dengan neuron orde ketiga dalam talamus.
Lalu neuron orde ketiga memproyeksikan impuls ke area yang berbeda

dalam serebral korteks sensoris dan sistem limbik otak. Impuls ini
menyebabkan dimensi motivasi dan emosional nyeri.

3. MODULASI
Proses ketiga meliputi pengalaman subjektif nyeri yang disebut modulasi.
Modulasi mengacu pada aktivitas neural sentral yang melemahkan dan
mengkontrol sinyal nyeri yang datang. Aktivitas dalam sistem modulasi nyeri
yaitu mengurangi aktivitas jalur transmisi nyeri yang merupakan respons dari
stimulus yang berbahaya. Sinyal nosiseptif yang menuju ke atas (asenden)
bersinaps di dalam otak tengah mengaktifkan pelepasan norepinephrine dan
serotonin, 2 neurotransmitter utama yang terlibat dalam jalur inhibitor yang
menuju ke bawah (desenden).
Sistem opioid endogen untuk modulasi nyeri juga dapat terjadi. Peptida
opioid endogen mengurangi transmisi nosiseptif dengan mencegah pelepasan
neurotransmitter eksitator substansi P dari terminal saraf aferen primer.
4. PERSEPSI NYERI
Proses terakhir meliputi pengalaman subjektif yang disebut persepsi nyeri.
Jika input nosiseptif mencapai korteks persepsi terjadi secara cepat
menginisiasi interaksi kompleks antara neuron dan pusat otak. Persepsi
merupakan hasil akhir proses nyeri yang terjadi ketika pesan nyeri mencapai
pusat yang lebih tinggi, penderitaan dan perilaku yang berhubungan dengan
nyeri dimulai.
Persepsi

nyeri

memiliki

dua

komponen

yaitu

dimensi

sensor-

diskriminator dan dimensi afektif. Dimensi afektif nyeri memberikan perasaan


yang tidak menyenangkan dan emosi yang bersamaan implikasi yang
berhubungan dengan nyeri.

MACAM NYERI
Berdasarkan Kemunculan Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
1.

Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi
yang dapat dideteksi dengan mudah. Nyeri akut merupakan suatu gejala
biologis yang merespon stimuli nosiseptor (reseptor rasa nyeri) karena
terjadinya kerusakan jaringan tubuh akibat penyakit atau trauma.Nyeri ini
biasanya berlangsung sementara, kemudian akan mereda bila terjadi
penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu.Contoh nyeri akut ialah nyeri akibat kecelakaan atau nyeri
pasca bedah.

2.

Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena
patofisiologik yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam
periode yang lama dan merupakan proses dari suatu penyakit. Nyeri kronik
berhubungan dengan kelainan patologis yang telah berlangsung terus
menerus atau menetap setelah terjadi penyembuhan penyakit atau trauma
dan biasanya tidak terlokalisir dengan jelas.Nyeri wajah atipikal adalah salah
satu nyeri kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa, Nike
Budhi Subekti; Editor edisi bahasa indonesia, Egi Komara Yudha. Ed. 3.
Jakarta : EGC.
Dorland,

W.A.N.

2000.

Kamus

Kedokteran

Dorland.

Edisi

29.

Diterjemahkan oleh : H. Hartanto, dkk. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC.
Guyton, A.C and J.E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 7.
Diterjemahkan oleh I. Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai