Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA SCROTALIS SINISTRA

KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, 1997, hal 700).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah
burut lipat paha pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman,
2002, hal 153).
Hernia scrotalis adalah hernia yang melalui cincin inguinalis dan turun ke kanalis
pada sisi funikulus spermatikus pada bagian anterior dan lateral, yang dapat mencapai
scrotum, hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect (Sachdeva, 1996, hal 235).
B. ETIOLOGI
Hernia scrotalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada setiap usia, prosentase lebih banyak terjadi
pada pria, berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung dan isi hernia,
disamping itu disebabkan pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian tekanan
di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia, jika kantung hernia
inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.
Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:
1. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan prosesus
2.
3.
4.
5.
6.

vaginalis.
Kerja otot yang terlalu kuat.
Mengangkat beban yang berat.
Batuk kronik.
Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.
Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen (TIA) seperti:

obesitas dan kehamilan.


(Sjamsuhidajat , Jong, 1997, hal 706; Sachdeva, 1996, hal 235).
C. PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke
daerah scrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei, pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam
beberapa hal seringkali kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu,
1

maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan
menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun
karena merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateral akuisita keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intra abdominal adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat,
mengejan pada saat defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk
ke dalam hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut
juga hernia scrotalis (Mansjoer, 2000, hal 314; Sjamsuhidajat, Jong, 1997, hal 704).
D. MANIFESTASI KLINIK
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,
benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila menangis,
mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul kembali, bila
terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inspeksi
ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan berdiri
palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan dicoba
mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking
pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis yang
melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari
tuberkulum pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus
pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
itu adalah hernia inguinalis medialis (Mansjoer, 2000, hal 314).
E. Penatalaksanaan
a) Medis
1) Pemeriksaan Diagnostik
Rontgen foto
Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas

Pemeriksaan darah lengkap: Hb yang rendah dapat mengarah pada


anemia/kehilangan darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan
pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi,peningkatan Ht
mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan
cairan.
Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi
EKG:penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal
membutuhkan prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
2) Farmakologi
Terapi obat analgetik
3) Pembedahan
Herniatomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan,kemudian diare posisi
kantong hernia dijahit,ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Henia plastic
Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis

interus

dan

memperkuat dinding belakang kanalis linguinalis

b) Keperawatan
1) Pre operatif

hernia yang terserat sering kali dapat dilakukan dengan

membaringkanpasien dengan kaki diangkat atau berbaring didalam bak air


hangat dan mendorongnaik maju hernia dengan arah rongga abdomen
kembali.
2) Post operatif
Kompres Es bila timbul nyeri akibat post operatif seperti peradangan
edema dan perdarahan

PATHWAYS KEPERAWATAN

Aktivitas mengejan saat bak atau bab, batuk kronis,


mengangkat benda berat, obesitas
Merangsang lokus minoris
Tekanan intra abdominal meningkat
Kanalis inguinalis tertekan oleh isi abdomen (usus)
Kanalis inguinalis terbuka, isi abdomen (usus) masuk ke dalam
kanalis inguinalis
Prosesus tidak mengalami obliterasi (tetap terbuka)
HERNIA INGUINALIS
lateralis

medialis
TIA kronik
Otot dinding
Trigonum hasselbach
melemah
Penonjolan ke belakang kanalis
inguinalis dan terpisah dari
vesikulus spermatikus

Penonjolan isi perut


di lateral pembuluh
epigastrik inferior
Melalui annulus inguinalis
Regangan mesentrium,
isi segmen masuk ke
Gangguan
kantung hernia
rasa nyaman
Nyeri

Obstruksi
usus

Funikulus spermatikus

Gangguan
Peristal
Kanalis
aliran isi Resiko
tic perubahan
usus
inguinalis
nutrisi
dan
tergang
vaskuler
gu
usus
Mual,
muntah,
Syamsuhidayat
& Jong, 1997
Hernia
Anoreksia, Pembesaran
strangulata Mansjoer,
skrotum
Diare 2000
Doenges, M.E., 1999

Kerusakan
Nyeri pada
TidakF.turun
ke KEPERAWATAN
FOKUS
neuromuskuler
daerah
skrotum
1. Pengkajian
spasme
otot.
inguinalis
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah
akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar

Gangguan
syaraf yang
terkompresi.
Mobilisasi
a. Aktivitas/istirahat
Fisik
Tanda dan
gejala: > atropi otot , gangguan dalam berjalan
riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia atau
retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
4

d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku, semakin
memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
(Doenges, 1999, hal 320 321)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi syaraf, spasme otot
Kriteria hasil:
1) Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2) mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3) mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik

Intervensi:
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor pencetus atau
yang memperberat
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap therapy.
2) Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi
lateral
Rasional

: Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien


untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada
bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari
tonjolan discus.

3) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan


Rasional : Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan
spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur
sekitar discus intervertebralis.
4) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional : memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan
otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapy
5

Rasional

: Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.

b. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot


Kriteria hasil:
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
Intervensi:
1) Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional : Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur
yang kurang hati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
2) Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas
yang disesuaikan dengan pasien
Rasional : Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan,
peka terhadap rangsang.
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional : Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4) Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional : Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
5) Berikan atau Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, pasif
Rasional : Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang,
memperbaiki mekanika tubuh.
c. resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
muntah, mual, gangguan peristaltic usus
Kriteria hasil:
1) Meningkatkan masukan oral.
2) Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:
1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan
intervensi yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
2)

Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan klien tujuan


masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional : Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai
kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk
beraktivitas.

3)

Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium


Rasional : Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang
akurat dan sesuai dengan kondisi klien.

4)

Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien
dalam melakukan personal hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam
5)

mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.


Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan

6)

mengurangi nafsu makan


Rasional :
Menentukan

intervensi

yang

meningkatkan masukan oral.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,J,L (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2

sesuai

D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process


Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.
Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis,
alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, EGC, Jakarta

FORMAT PENGKAJIAN DATA


PENGKAJIAN
Hari/tanggal
Jam
Sumber data

: Rabu 09 maret 2016


: 08.30
: Pasien dan keluarga

A. IDENTITAS
Biodata pasien :
Nama
Umur
Tanggal Lahir
Jenis kelamin
Alamat
Suku bangsa
Status pernikahan
Agama
Pekerjaan
Diagnose medic
No. rekam medic
Tanggal masuk rumah sakit
Tanggal pengkajian
Ruang rawat
B. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama : nyeri perut
Riwayat kesehatan sekarang

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. S
50 Tahun
10 November 1964
Laki - laki
Arso 08
jawa / indonesia
menikah
Islam
Petani
Hernia scrotalis sinistra
343662
07- 03 - 2016
09 - 03 - 2016
Ruang bedah pria

: pasien mengatakan nyeri perut disertai mual dan

muntah 5x sehari sebelum masuk rumah sakit,badan terasa lemah dan pucat
Kondisi saat dikaji P Q R S T
P : Banyak melakukan aktivitas mengangkat berat
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam
R : Perut bagian bawah sebelah kiri (kuadran kiri bawah)
S : Skala nyeri 6 (1-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul setiap 2 jam sekali
Riwayat kesehatan yang lalu :
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah dirawat sebelumnya dirumah sakit,terkecuali
datang ke puskesmas terdekat untuk berobat ketika sakit.pasien pun mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan.
Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan bahwa sebelumnya orang tuanya / bapak Tn. S pernah Mengalami
penyakit yang sama dengannya dan pernah dirawat di rumah sakit di jawa beberapa
tahun yang lalu.
C. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
- Pasien termasuk orang yang memiliki karakter baik dan mau terbuka kepada
-

perawat tentang penyakitnya


Hubungan pasien dengan orang lain baik
9

Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan nyaman ketika diajak


berkomunikasi oleh pasien yang bersama satu ruangan dengannya.

D. RIWAYAT SPIRITUAL
Pasien beragama muslim dan termasuk orang yang taat beribadah dan selalu
berdoa untuk kesembuhannya.
E. POLA KEBIASAAN SEHARI_HARI
1. Aspek fisik-biologis
Pola nutrisi makan dan minum
Frekuensi makan : 3x/hari di rumah (mandiri)
Frekuensi makan : 2x/ hari di rumah sakit (dibantu istri,anak dan keluarga)
Berat badan/tinggi badan : tidak dapat diukur karena bedrest
Jenis makan : nasi dan sayur mayur dan lauk
Nafsu makan : kurang baik
Mual (+)
Muntah 5x sehari sebelum masuk rumah sakit
Masalah pencernaan : tidak
Diit RS : nasi,sayur mayur
Kebutuhan pemenuhan saat makan : dibantu istri,anak dan keluarga
Frekuensi minum : 8-10 gelas / hari ketika di rumah (secara mandiri)
Pola eliminasi
Eliminasi bowel
Frekuensi : belum BAB sejak masuk RS
Warna : tidak diketahui
Kebutuhan ADL: dengan bantuan istri, anak, dan keluarga
Eliminasi bladder
Frekuensi : 5x/hari
Warna : kuning jernih
Gangguan eliminasi bladder : tidak ada
Penggunaan kateter : Iya
Kebutuhan pemenuhan ADL :dengan bantuan
Pola aktivitas dan latihan
Pekerjaan : Petani (berkebun)
Olahraga ; tidak pernah
Alat bantu yang digunakan : tidak ada
Kemampuan ambulasi : dengan bantuan istri,anak dan keluarga
Pola tidur dan istirahat
Lama tidur: 8-9 jam/hari saat dirumah
Lama tidur : 4-5 jam/hari saat dirumah sakit
Kesulitan tidur di Rumah sakit
Alasan : gelisah dan suasananya kurang nyaman
Pola kebersihan diri
Sebelum sakit : pasien mandi, gosok gigi, keramas, 2x/hari mandiri
Setelah sakit : pasien mandi, gosok gigi, keramas 2x/hari dengan bantuan istri,
anak dan keluarga

10

F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Pasien tampak lemah dan pucat
Kesadaran
: GCS
E = 4 V =5 M = 6 .
Jumlah 15 (compos metis)
Tanda-tanda vital : TD : 130/70
N : 85x/menit
S : 360C
RR : 22x/menit
Pemeriksaan sistematis :
Kepala
Bentuk : simetris, rambut pendek, beruban
Mata : bersih, sklera tidak ikterik, pupil isokor, konjungtiva merah
Telinga : simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan.
Hidung : fungsi pembau, tidak ada polip
Mulut : mukosa bibir lembab, kemampuan bicara baik
Leher : tekanan vena jugularis meningkat, tidak ada nyeri tekan
Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: bentuk simetris, pernafasan dada - Perut


: ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
: sonor
: suara nafas vesikuler

Jantung
Inspeksi : tidak terlihat vetus cordis
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: redup
Auskultasi : s1 + s2 normal

Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : peristaltic 10x/menit
Perkusi
Palpasi

: timpani
: supel, tidak ada massa

Ekstermitas
Atas : lengkap, tidak ada kelainan , tangan kiri terpasangg infuse RL 20 tpm.
Bawah : lengkap, tidak ada kelainan kaki,
Kulit : warna kuning pucat
11

Turgor : kembali <2detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
- Laboratorium :
LED
: 31-56 mm/jam (Tgl 07 Maret 2016)
DDR : (-)
-

LEUKOSIT :8.700/mm
Ro foto
: -

G. THERAPI
-

Infuse RL 20 tpm
Inj. Ranitidine 2x/hari 1 ampul
Paracetamol drip 3x /hari 500 mg.
Cetorolac 3x/hari 1 ampul melalui intravena
Cefotaxim 2x/hari 1 ampul melalui intravena

12

KLASIFIKASI DATA
Data subjektif

Data objektif

- Pasien mengatakan nyeri perut disertai

mual

- Pasien tampak meringis kesakitan

dan muntah 5x sehari sebelum masuk rumah sakit


- Pasien mengatakan kurang nafsu makan
- Pasien mengatakan ketika melakukan aktivitas
seperti mengangkat benda-benda yang berat pasien
cepat lelah dan merasa sakit dibagian perut
(kuadran kiri bawah).

P = Banyak melakukan aktivitas mengangkat berat


Q = Nyeri seperti tertusuk tusuk benda tajam
R = Perut bagian bawah sebelah kiri
S = Skala nyeri 6 (1-10)
T = Nyeri dirasakan hilang timbul setiap 2 jam sekali
Kesadaran compos mentis
Ekstremitas atas akral hangat
Terdapat benjolan pada scrotalis kiri
Pasien terlihat lemah
Pucat (+)
Aktivitasnya dibantu oleh istri,anak dan keluarga
TTV :
TD = 130/70 mmHg
N = 85x/menit
RR = 22x/menit
SB = 36
Hasil pemeriksaan laboratorium :
DDR
= (-)
LED
= 31-56 mm/jam
Leukosit

= 8.700/mm

ANALISA DATA
No
1.

DATA

Masalah

Ds :
Pasien mengatakan nyeri perut
Do :
Pasien tampak meringis kesakitan
PQRST :
P = Pasien banyak melakukan aktivitas seperti mengangkat benda berat
Q = nyeri yang dirasakan pasien seperti tertusuk-tusuk benda tajam
R = Nyeri pada perut bawah sebelah kiri
S = Skala nyeri 6 (1-10)
T = nyeri hilang timbul setiap 2 jam sekali
TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 22x/menit
-

13

Gangguan rasa nyaman


(nyeri)

Etiologi
Adanya komprensi
syaraf (syaraf abdomen
terjepit)
Spasme otot

SB : 36

2.

Ds :

Resiko
-

Pasien mengatakan mual dan muntah 5x sehari sebelum masuk


rumah sakit

3.

Pasien tampak lemah dan pucat


Kesadaran compos mentis
Hasil Laboratorium :
DDR (-)
TTV :
TD = 130/70 mmHg
N = 60x/menit
RR = 16x/menit
SB = 36

kurang dari kebutuhan tubuh

Ds :
-

nutrisi

Gangguan peristaltic
usus

dengan faktor risiko:

Mual muntah

Penurunan
nafsu

Do :
-

perubahan

Pasien mengatakan cepat lelah dan merasa sakit di perut bagian


bawah (kuadran kiri bawah) ketika melakukan aktivitas seperti

makan (anoreksia)
Diare

Gangguan mobilisasi fisik

Gangguan

berhubungan dengan

neuromuskuler

kelemahan tubuh

mengangkat benda-benda yang berat


Do :
-

Pasien terlihat lemah


Aktivitasnya dibantu oleh istri,anak,dan keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d kompresi syaraf,spasme otot.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan faktor risiko : mual,muntah,penurunan nafsu makan,diare.
3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan tubuh.

14

RENCANA KEPERAWATAN

No.
1.

Diagnosa keperawatan
Gangguan Rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan kompresi
syaraf,spasme
otot
ditandai
dengan :
Ds :
Do :
-

Tujuan dan Kriteria


Hasil
setelah dilakukan
tindakan keperawatan

Intervensi
1. Kaji skala nyeri yang
dirasakan pasien setiap
2 jam sekali

Rasional
1.

selama 3x24 jam


diharapkan pasien tidak

Pasien mengatakan nyeri


perut

merasa nyeri lagi dengan

Pasien tampak meringis


kesakitan :
PQRST :
P =Pasien banyak
melakukan aktivitas
seperti mengangkat
benda berat
Q = nyeri yang dirasakan
pasien seperti tertusuktusuk benda tajam
R = Nyeri pada perut
bawah sebelah kiri
(kuadran kiri bawah)
S = Skala nyeri 6 (1-10)
T = nyeri hilang timbul
selama 2 jam sekali

1. Nyeri hilang dan

TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 22x/menit
SB : 36

Untuk
memudahkan
perawat
dalam
melakukan
tindakan
keperawatan
selanjutnya

Implementasi
1.

=
melakukan
aktivitas
Mengangkat benda berat
Q = Nyeri seperti tertusuk-tusuk
benda tajam
R = Perut bagian bawah sebelah kiri
S = Skala nyeri 6 (1-10)
T = Nyeri timbul setiap 2 jam sekali

2. Observasi TTV Pasien


2.

meringis kesakitan
lagi
3. Skala nyeri berkurang

3. Ajarkan pasien teknik


relaksasi napas dalam
apabila nyeri muncul

3.

dari rentang 6 turun


menjadi 3
4. TTV Normal :
TD : 120/80 mmHg
N : 60-100X/menit
RR : 24X/menit
SB : 36

4. Anjurkan
pasien
ataupun keluarga pasien
agar
mempertahan
posisi semi fowle

5. Kolaborasi
dengan
dokter dalam pemberian
therapy obat seperi :
Cetorolac 1 ampul
3x/hari,
Cefotaxim
1
ampul
2x/hari

Untuk mengetahui jika


ada perubahan yang
terjadi
pada
TTV
pasien
Untuk mengurangi dan
juga
mengalihkan
perhatian pasien dari
rasa nyeri
Agar pasien merasa
nyaman
dan
juga
menurunkan
spasme
otot pada bagian tubuh
tertentu

Untuk
membantu
dalam
proses
penyembuhan dan juga
meminimalis rasa nyeri
pasien
5.

15

merasa nyeri

pada perut
= Pasien masih terlihat
meringis kesakitan
P = melakukan aktivitas
Mengangkat

benda

berat
= Nyeri

seperti

tertusuk-tusuk benda
2.

4.
5.

masih

3.
4.

S = Pasien mengatakan

Kriteria Hasil :
terkontrol
2. Pasien tidak tampak

Mengkaji skala nyeri yang dirasakan


pasien setiap 2 jam sekali:

Evaluasi

Melakukan observasi TTV Pasien:


TD =130/70 mmHg
N = 85x/menit
RR = 22x/menit
SB = 36
Mengajarkan pasien teknik relaksasi
napas dalam apabila nyeri muncul
Respon :
Pasien mampu mengikuti dengan
baik dan benar apa yang di
instruksikan oleh perawat
Menganjurkan
pasien
ataupun
keluarga pasien agar mempertahan
posisi semi fowler

Melakukan
kolaborasi
dengan
dokter dalam pemberian therapy
obat seperi :

tajam
R = Perut bagian bawah
sebelah kiri
S = Skala nyeri 6 (1-10)
T = Nyeri timbul setiap
2 jam sekali
TTV :
TD =130/70 mmHg
N = 85x/menit
RR = 22x/menit
SB = 36
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi 1,2
3,4 dan 5

Cetorolac 1 ampul 3x/hari


Cefotaxim 1 ampul 2x/hari
2.

Resiko perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh dengan
faktor risiko :
Mual,muntah,penurunan
nafsu
makan,diare ditandai dengan :
Ds :
-

Pasien
mengatakan
mual
dan
muntah
sebanyak 5x sehari
sebelum masuk Rumah
sakit

Pasien terlihat lemah


dan pucat
Kesadaran
compos
mentis
Hasil Laboratorium :
DDR (-)
TTV :
TD = 130/70 mmHg
N = 60x/menit
RR = 16x/menit
SB = 36

Do :
-

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
3x24
jam
diharapkan
kebutuhan
nutrisi
pasien
dapat
terpenuhi dengan Kriteria
Hasil :Pasien tidak mual
dan muntah lagi :

1. Manajemen
nutrisi
2120 kkal/hari,protein
51-102
g/hari,dan
cairan 2550 cc/hari
2. Pasien tidak terlihat
lemah dan pucat lagi

1. observasi intake dan


output nutrisi pasien
setiap 2 jam sekali

2. Observasi TTV Pasien

1.

2.

3. Anjurkan pasien untuk


makan makanan yang
mengandung
kalori
seperti nasi,sayur dan
juga buah-buahan.

3.

4. Anjurkan pasien untuk


banyak minum air putih
minimal 8 gelas / hari

4.

5. Anjurkan pasien untuk


menjaga
kebersihan
mulut secara teratur dan
pantau
personal
hygiene pasien

5.

Untuk
membantu
perawat
dalam
menentukan intervensi
yang sesuai dengan
kebutuhan
nutrisi
pasien

Untuk mengetahui jika


ada perubahan pada
TTV Pasien

Agar kebutuhan kalori


pasien dapat terpenuhi
sesuai kebutuhan dan
juga
memudahkan
perawat
dalam
intervensi selanjutnya
yang dapat membantu
proses penyembuhan
Untuk
membantu
memenuhi kebutuhan
cairan pasien
untuk
membantu
meningkatkan
nafsu
makan dan memberi
kenyamanan sehingga
kebutuhan
nutrisi

16

1. Melakukan observasi intake dan


output nutrisi pasien setiap 2 jam
sekali
Intake :
Pasien mampu memakan makanan
seperti nasi dan sayur mayur
namun hanya sedikit , dan juga
pasien hanya mampu meminum air
putih 1 gelas setiap 2 jam sekali
Output :
Pasien muntah setiap habis makan
dengan konsistensi 200 ml dan
juga produksi urine pasien >300 cc
/2 jam sekali
2. Melakukan
observasi
Pasien :
TD = 130/70 mmHg
N = 85x/menit
RR = 22x/menit
SB = 36

TTV

3. Menganjurkan pasien untuk makan


makanan yang mengandung kalori
seperti nasi,sayur dan juga buahbuahan.
Respon :
Pasien dapat melakukan instruksi
perawat dengan baik dan benar dan
juga pasien memakan makanan
seperti nasi dan juga sayur mayur
4. Menganjurkan
pasien
untuk
banyak minum air putih minimal 8
gelas / hari
5. Menganjurkan
pasien
untuk
menjaga kebersihan mulut secara
teratur dan pantau personal
hygiene pasien :
Pasien melakukan instruksi perawat

Pasien

mengatakan

masih merasa mual dan


muntah
O = Pasien masih tampak
lemah dan pucat
TTV :
TD = 130/70 mmHg
N = 85x/menit
RR = 22x/menit
SB = 36
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5 dan 6

terpenuhi

3.

6. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
therapy
seperti :
Ranitidin 1 ampul
2x/hari
melalui
intravena
pemberian infus RL 2O
tpm.
1. Kaji tingkat

6.

Untuk
membantu
mengurangi rasa mual
dan muntah dan juga
membantu
dalam
proses penyembuhan

Setelah dilakukan

berhubungan dengan kelemahan

tindakan keperawatan

aktivitas pasien

seberapa mampu

tubuh
Ds :

selama 3x24 jam

setiap 2 jam sekali

pasien melakukan

melakukan aktivitas

aktivitas secara

seperti BAK,BAB,

diharapkan pasien dapat


Pasien mengatakan
cepat lelah dan sakit
pada perut bagian
bawah (kuadran kiri

beraktivitas secara
mandiri dengan kriteria

mandiri
2.

1.

Anjurkan pasien
untuk banyak

hasil :

bawah) ketika

2.

maupun keluarga

Anjurkan pasien
untuk menghindari

Pasien tidak lagi

3.

Untuk menghindari

penyembuhannya

penyakitnya seperti

lama
Kolaborasi dengan

yang berat

4.

dokter untuk
pemasangan

mengangkat benda-benda

proses

yang memperberat
4.

banyak mengejan serta

yang menyebabkan

benda yang berat

Menjurkan pasien untuk


menghindari terlalu

terjadinya cedera

mengangkat benda-

melakukan aktivitas

yang berat

Makan,minum secara
mandiri namun dengan
keluarga
O = Pasien masih tampak

3.
3.

terlalu banyak

mengangkat benda

belum mampu

lemah
A = Masalah belum teratasi
P = lanjutkan intervensi

pasien
2.

S = Pasien mengatakan

bantuan istri, anak, dan

penyembuhan

Do :

keluarga

untuk banyak beristirahat

bantuan perawat

benda-benda yang berat

oleh istri , anak, dan

Untuk membantu

Menganjurkan pasien

mandiri tanpa

seperti mengangkat

Pasien tampak lemah


Aktivitasnya dibantu

2.

dalam proses

beristirahat

Pasien mampu

pasien setiap 2 jam sekali

beraktivitas secara

melakukan aktivitas

1.
2.

Untuk mengetahui

6. Melakukan kolaborasi dengan


dokter dalam pemberian therapy
seperti :
Ranitidin 1 ampul 2x/hari
melalui intravena
pemberian infus RL 2O tpm.
1. Mengkaji tingkat aktivitas

Gangguan mobilisasi fisik

1.

1.

seperti menyikat gigi sebanyak


2x/hari dengan baik dan benar
namun
pasien
tidak
dapat
melakukan secara mandiri teapi
dibantu istri,anak dan keluarga

Melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk

4.

17

Untuk mengurangi

pemasangan kateterisasi

1,2,3,dan 4

kateterisasi dan juga

aktivitas Agar tidak

dan juga melakukan

melakukan

menyebabkan

pembedahan

pembedahan

komplikasi yang
memperberat
penyakit pasien

18

19

Anda mungkin juga menyukai