Anda di halaman 1dari 15

F.

PIL KONTRASEPSI
a. Efeksamping
b. Efek kerja kelebihan estrogen
Rendah, oleh karena tidak jarang efek itu berkurang dalam bbeberapa bulan. Akan tetapi,
kadang pemakaian pil terpaksa dihentikan, dan harus dianjurkan cara kontrasepsi lain. Ada
indikasi bahwa pemakaian pil dapat menimbulkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya tidak
menderita penyakit tersebut. Akan tetapi, biasanya hipertensi tidak tinggi, mempengaruhi
terutama tekanan sistolik, dan kembali kepada keadaan normal setelah pil dihentikan. Akan
tetapi, pengaruh terhadap mereka yang sudah menderita hipertensi, lebih nyata. Ada bukti-bukti
bahwa minum pil yang cukup lamadengan dosis estrogen yang tinggi dapat menyebabkan
pembesaran mioma uteri, akan tetapi biasanya pembesaran itu berhenti, jika pemakaian pil
dihentikan. Pemakaian pil kadang-kadang dapat menyembuhkan pertumbuhan endometrium
yang berlebihan dibawah pengaruh estrogen.
Rendahnya dosis estrogen

dalam pil dapat mengakibatkan spotting dan breakthrough

bleeding dalam masa intermenstruum.

Efek karena kelebihan progestagen


Progestagen dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,

bertambahnya nafsu makan isertai bertambah berat badan, akne, alopesia, kadang-kadang
mamma mengecil, fluor albus, hipomenorea. Bertambahnya berat badan karena progestagen
kiranya disebabkan oleh bertambahnya nafsu makan dan efek metabolic hormone. Akne dan
alopesia bisa timbul karena efek androgenic dari jenis progestagen yang dipakai dalam pil.
Progestagen dapat mengakibatkan mengecilnya mamma. Jika hal ini tidak disenangi oleh
akseptor, dapat diberikan kepadanya pil dengan estrogen lebih banyak.
Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada pil yang dengan progestagen dalam dosis
tinggi, mungkin disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan kandida albikans. Kadang-kadang
wanita yang minum pil dengan kelebihan progestagen menderita depresi. Ada alasan kuat bahwa
depresi itu timbul pada wanita yang sehat, akan tetapi pada wanita yang sebelumnya sudah
secara emosional tidak stabil.

Efek sampingan yang berat

Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli
paru-paru, dan thrombosis otak. Mengenai hal ini laporan-laporan dalam perpustakaan sering
kali bertentangan. Yang dapat dipakai sebagai pegangan adalah bahwa kemungkinan untuk
terjadinya trombo-emboli pada wanita yang minum pil, lebih besar apabila ada factor yang
memberikan pradisposisi, seperti merokok, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas.

Kontraindikasi
Tidak semua wanita menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi. Kontraindikasi

terhadap penggunaannya dapat dibagi dalam kontraindikasi mutlak dan relative.

Kontaindikasi mutlak
Termasuk disini tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen, penyakit-penyakit hati yang
aktif, baik akut mupun menahun, pernah mengalami tromboflebitis, trombo-emboli,

kelainan serebro-vaskular, diabetes mellitus dan kehamilan.


Kontraindikasi relative
Yang termasuk kontraindikasi relative ialah antara lain: depresi, migraine, mioma uteri,
hipertensi, oligomenorea dan amenorea. Pemberian pil kombinasi pada wanita yang
mempunyai kelainan tersebut diatas harus diawasi secara teratur dan terus menerus,

sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan.


Kelebihan dan kekurangan pil kombinasi
Kelebihan pil kombinasi antara lain ialah efektifitasnya dapat dipercaya (daya guna teoretis

hampir 100%, daya guna pemakaian 95-98%), frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid jadi
teratur, keluhan-keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang samasekali.
Kekurangan pil kombinasi antara lain ialah pil harus diminum tiap hari (sehingga kadangkadang merepotkan), motivasi harus kuat, adanya efek sampingan walaupun sifatnya sementara
(umpamanya mual, sakit kepala, muntah, buah dada jadi nyeri, dan lain-lain), kadang-kadang
setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten, untuk golongan penduduk
tertentu harganya lebih mahal.

Memilih pil kombinasi

Pada prinsipnyaberbagai pil kombinadi mempunyai efektifitas yang sama, walaupun untuk
pil yang mengandung

20 g

estrogen hal itu mungkin sedikit kurang. Pil yang mengandung

progestagen kurang dari 50 g

juga lebih sering menimbulkan gangguan perdarahan,

sedangkan pil yang mengandung estrogen lebih dari 50 g dapat menimbulkan mual dan
sebagainya. Sebaiknya pada pemberian pil untuk pertama kali, dipakai pil yang mengandung 50
g

mestranol dan 1 mg norethindrone. Jika pasien mendapat banyak efek sampingan yang

disebabkan estrogen, seperti mual muntah dan buah dada menjadi tegang da nyeri, gantilah
pilnya dengan pil yang mengandung estrogen kurang dari 50 g . Jika terjadi break-through
bleeding, gantilah dengan pil yang berdosis estrogen yang lebih tinggi.

Cara pemakaian pil kombinasi


Ada pil kombinasi yang dalam satu bungkus berisi 21 (atau 22) pil dan ada yang berisi 28

pil. Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari satu pil terus menerus, dan
kemudian berhenti jika isi bungkus habis. Sebaiknya pil diminum pada waktu tertentu, misalnya
malam sebelum tidur. Beberapa hari setelah minum pil dihentikan, biasanya terjadi withdrawal
bleeding dan pil dalam bungkus kedua dimulai hari ke-5 dari permulaan perdarahan. Apabila
tidak terjadi withdrawal bleeding, maka pil dalam bungkus kedua mulai diminum, dan pilih pil
menurut hari yang ditentukan dalam bungkus. Keuntungan minum pil berjumlah 28 biji ialah
bahwa karena pil ini diminum tiap hari terus menerus, tidak mudah dilupakan. Jika lupa
meminumnya, pil tersebut hendaknya diminum keesokan paginya, sedang pil untuk hari tersebut
diminum pada hari yang biasa. Jika lupa meminum pil 2 hari berturut-turut, dapat diminum 2 pil
keesokan harinya dan 2 pil lusanya. Selanjutnya, dalam hal demikian, dipergunakan cara
kontrasepsiyang lain selama sisa hari dari siklus yang bersangkutan. Demikian pula hendaknya
jika mulai minum pil, digunakan cara kontrasepsi lain selama sedikitnya 2 minggu.petunjuk
umum untuk hal ini ialah : anggaplah bungkus pertama belum aman.
Sangat dianjurkan untuk memeriksakan sediaan apus (papanicolaon smear) dan pemeriksaan
mamma setahun sekali pada pemakai pil.

Pil sekuensial
Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial ini tidak seefektif pil kombinasi,
dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tertentu saja. Pada cara kontrasepsi ini
diminum pil yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang
mengandung estrogen dan progestagen untuk 5-7 hari.
Mini-pill (continuous low-dose progesterone treatment)
Pada tahun 1965 Rudell dkk. Menemukan bahwa pemberian progestagen (khlormadinon
asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg per hari) menyebabkan wanita tersebut menjadi infertile. Minipill bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ovulasi
kadang-kadang masih terjadi. Efek utamanya adalah terhadap lender serviks, dan juga terhadap
endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi. Mini-pill ini umumnya tidak
dipakai untuk kontrasepsi.
Postcoital contraception (morning after pill)
Pada tahun 1966 Morris dan Van Wagenen (Amerika Serikat) menemukan bahwa estrogen
dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak
dilindungi. Penyelidikan mereka lakukan pada wanita sukarelawan dan wanita yang diperkosa.
Kepada sebagian wanita-wanita tersebut diberikan 50 mg dietilstilbestrol (DES) dan kepada
sebagian wanita yang lain diberikan etinil-estradiol (EE) sebanyak 0,5 sampai 2 mg sehari
selama 4-5 hari setelah terjdainya koitus. Kegagalan cara ini dilaporkan dalam 2,4% dari jumlah
kasus. Kiranya dengan cara ini dapat dihalangi implantasi blastikista dalam endometrium.
Obat suntikan (Depo Provera)
Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi
parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini termasuk obat
depot. Noristerat juga termasuk dalam golongan ini.

Mekanisme kerja
1. Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan Releasing
Factor dari hipotalamus.
2. Lender serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks
uteri.
3. Implantasi ovum dan endometrium dihalangi
4. Kecepatan transport ovum melalui tuba berubah.
keuntungan metoda depot ini ialah :
1.
2.
3.
4.
5.

Efektivitas tinggi
Sederhana pemakaiannya
Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun)
Reversible
Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak

Kekurangan metoda depot ialah :


1. Sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
2. Dapat menimbulakan amenorea. Obat suntikan cocok untuk ibu-ibu yang baru saja
bersalin dan sedang menyusui anaknya.
Waktu pemberian dan dosis
Depo provera sangat cocok untuk program postpartum oleh karena tidak mengganggu
laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan-suntikan. Depo provera tidak akan
mengganggu ibu-ibu yang menyusui anaknya dalam masa postpartum, karena dalam masa ini
terjadi emenorea laktasi. Untuk program postpartum, depo provera disuntikkan sebelum ibu
meninggalkan rumah sakit. Sebaiknya sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke 13
sampai dengan hari ke 5. Depo provera dsuntikkan dalam dosis 150 mg/cc sekali 3 bulan.
Suntikan harus intramuskulus dalam .

Amenorea sesudah minum pil (post pill amenorrhea)

98% wanita yang minum pil dapat haid disertai dengan ovulasi dalam 3 bulan setelah pil
dihentikan. Pada 2% yang lain haid mulai lagi kadang-kadang memerlukan waktu sampai 2
tahun.
Makin lama amenorea berlangsung, makin kecil kemungkinan bahwa keadaan menjadi
normal kembali. Walaupun lamanya minum pil dan umur yang bersangkutan memegang peranan
dalam timbulnya amenorea, namun ada juga yang menderita kelainan tersebut sesudah minum
pil tidak lebih dari 3 bulan. Mengenai sebab timbulnya amenorea sesudah meminum pil ada 2
kemungkinan yaitu pemakaian pil menghambat pengeluaran Releasing Factors dari
hipotalamus, sedang kemungkinan lain ialah bahwa sebabnya terletak pada ovarium. Perlu
dipikirkan pula bahwa amenorea sekunder itu mempunyai sebab-sebab lain diluar pemakaian pil.
Karena terjadinya postpill amenorea sangat tergantung pada fungsi endokrin alat-alat yang
bersangkutan, maka kita harus hati-hati dengan pemberian pil pada wanita yang mengalami
kelainan haid fungsional. Untuk dapat menentukan prognosis dan terapi post pill amenorerhea,
progesterone withdrawal test mempunyai arti penting. Jika hasilnya positif, maka prognosis
umumnya baik, dan dengan terapi dengan klomifen biasanya amenorea dapat diatasi. Jika
hasilnya negative,maka kelainan lebih mendasar yaitu terletak pada hipotalamus-hipofisis.
Diikhtiarkan agar pemberian Klomifen, HCG, HMG, LH-FSH Releasing Factors, hormonhormon dari hipofisis yang dihalang-halangi pengeluarannya karena perangsangan berlebihan
dapat dilepaskan. Apabila sebabnya terletak pada ovarium, maka dengan pemberian estrogen dan
progesterone dalam dosis tertentu dapat diusahakan perangsangan ovarium.
NORPLANT
Sinonim: alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), imlant, KB susuk.
Norplant adalah suatu alat kontasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukkan dibawah kulit. Jumlah
kapsul yang disusukkan ke dalam kulit adalah sebanyak 6 kapsul dan masing-masing kapsul
panjangnya 34 mm dan berisi 36 mg levonorgestrel. Setiap hari sebanyak 30 mcg levonogestrel
dilepaskan ke dalam darah secara difusi melalui dinding kapsul. Levonogestrel adalah suatu
progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini-pill atau pil kombinasi ataupun pada
AKDR yang bioaktif.

Mekanisme kerja
1. Mengentalkan lender serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma.
2. Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk
implantasi zygot.
3. Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
Kelebihan norplant antara lain cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen, perdarahan yang terjadi lebih ringan, tidak menaikkan tekanan darah,
resiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan dengan alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR).selain itu cara norplant juga dapat digunakan untukjangka panjang 5 tahun dan
bersifat reversible. Menurut data-data klinis yang ada dalam waktu satu tahun setelah
pengangkatan norplant, 80% sampai 90% wanita dapat menjadi hamil kembali.
Efek samping norplant antara lain adalah gangguan pola haid, seperti terjadinya spotting,
perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah(metrorrhagia), amenorea; mual-mual,
anoreksi, pening, sakit kepala, kadang-kadang terjadi perubahan pada libido dan berat badan,
timbulnya akne.. oleh karena jumlah progestin yang dikeluarkan kedalam darah sangat kecil,
maka efek samping tidak sesering pada pengguanaan pil KB.
Indikasi
1. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi
tidak berseia menjalani kontap atau menggunakan AKDR.
2. Anita-wanita yang tidak menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.
Kontraindikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kehamilan atau disangka hamil


Oenderita penyakit hati
Kenker payudar.
Kelainan jiwa (psikosis, varik
Riwayat kehamilan ektopik
Diabetes mellitus
Kelainan kardiovaskular.

Waktu pemasangan

Waktu pemasangan yang paling baik adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi
dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Keenam kapsul yang masingmasing mengandung 36 mg levonogestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau pada lengan
kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6 10 cm dari lipatan siku.
Pengangkatan ekstraksi
Pengangkatan norplant dilakukan atas indikasi:

Atas permintaan akseptor (seperti mau hamil lagi)


Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan

pengobatan biasa
Sudah habis masa pakainya
Terjadi kehamilan
G. ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) ATAU INTRA UTERIN DEVICE (IUD)
1. Mekanisme Keja IUD
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti.
Kini pendapat yang terbanyak bahwa IUD dalam Kavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang di sertai dengan sebukan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan
uterus pada pemakaian IUD
sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa .
Kar dan kawan-kawan selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan
uterus yang mengalami perubahan-perubahan pada pemakai IUD, yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun
sebelumnya terjadi nidasi. Penelitian lain menemukan sering adanya kontraksi
uterus pada pemakaian IUD, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini
disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada
perempuan tersebut.
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan
seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ionisasi ion logam atau bahan lain
yang terdapat pada IUD mempunyai pengaruh terhadap seperma. Menurut
penelitian, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu); yang
lambat laun aktifnya terus berkurang dengan lamanya pemakaian.
2. Jenis-jenis IUD
Hingga kini setelah terdapat berpuluh-puluh jenis IUD; yang paling
banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah IUD

jenis Lippes loop. IUD dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan
bentuk tertutup sebagai cincin. Termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan
linear antara lain adalah Lippes loop, Saf-T-coil, Dalkon Shield, Cu-7, Cu-T,
spring coil, dan Margulies spiral; sedangkan yang termasuk dalam golongan
bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin adalah: Ota ring, Antigon F, Ragab
ring, Cincin Gravenberg, Cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain.
3. Keuntungan-keuntungan IUD
IUD memiliki keuntungan bila di bandingkan dengan cara kontrasepsi
lainnya seperti:
Umumnya hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan demimian 1 kali
motivasi
Tidak menimbulkan efek sistemik
Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
Efektivitas cukup tinggi
Reversibel.
4. Efek Samping IUD
Perdarahan
Umumnya setelah pemasangan IUD terjadi perdarahan sedikit-sedikit
yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid,
perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor.
Keluhan yang sering terdapat pada pemakaian IUD ialah menoragia,
Spotting, dan metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak
dapat diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang
mempunyai ukuran lebih kecil. (Tietze & Lewitt, 1968). Jika perdarahan
sedikit-sedikit, dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan
konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakantindakat tersebut diatas, sebaiknya IUD diangkat dan digunakan cara
kontrasepsi lain.
Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang
dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan
jalan memberi analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya IUD
dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran yang lebih
kecil.
Gangguan pada suami
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu
bersanggama. Ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio
uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang terlalu panjang dipotong
kira-kira 2-8 cm dari porsio, sedangkan benang IUD terlalu pendek,
sebaiknya IUD-nya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami
akan hilang.
Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau selurruhnya. Ekpulsi


biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
Umur dan paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi dua
kali lebih besar daripada palitas 5 atau lebih; demikian pula pada
perempuan muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada pada
perempuan yang umurnya lebih tua.
Lama pemakaian: ekspulsi paling sering terjadi pada 3 bulan
pertama setelah pemasangan , setelah itu angka kejadiannya
menurun dengan tajam (Tietze).
Ekspulsi sebelumnya: pada perempuan yang pernah mengalami
ekspulsi,
maka
pada
pemasangan
yang
kedua
kalinya,
kecenderungan terjadinya ekspulsi lagi ialah kira-kira 50%. Jika
terjadi ekspulsi, pasangkanlah IUD dari jenis yang sama, tetapi
dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya (Tietze),
dapat juga diganti dengan IUD jenis lain atau dipasang 2 IUD.
Jenis dan ukuran: jenis dan ukuran IUD yang dipasang sangat
mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada Lippes loop, makin besar
ukuran IUD makin kecil kemungkinan terjadinya ekspulsi.
Faktor psikis: oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh
faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada
perempuan emosional dan ketakutan, dan yang psikisnya labil.
Kepada perempuan seperti ini penting di berikan penenangan yang
cukup sebelum dilakukan pemasangan IUD.
5. Komplikasi IUD
Infeksi
IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan di
sterilkan, yaitu tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi
infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya infeksi yang sub akut
atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD.
Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD saja yang
menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya
kontraksi uterus, IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus,
sehingga ahirnya sampai kerongga perut. Kemungkinan adanya
perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan
spekulum benang IUD tidak kelihatan. Dalam hal ini pada
pemeriksaan dengan sonde uterus atau mikrokuret tidak dirasakan
IUD dalam rongga uterus. Jika ada kecurigaan kuat tentang terjadinya
perforasi, sebaiknya dibuat foto rontgen, dan juka tampak difoto IUD
dalam rongga panggul, hendaknya dilakukan histerografi untuk
menentukan apakah IUD terletak didalam atau di luar kavum uteri.
Jika perforasi terjadi dengan IUD yang tertutup, IUD nya harus
dikeluarkan dengan segera oleh karena dikhawatirkan terjadinya
ileus, begitu pula untuk IUD yang mengandung logam. Pengeluaran

IUD dapat dilakukan dengan laparokskopi. Laparotomi hanya


dilakukan jika laparoskopi tidak berhasil, atau setelah terjadi ileus. Jika
IUD yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear dan
tidak mengandung logam, IUD tidak perlu dikeluarkan dengan segera.
Kehamilan
Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena IUD terletak antara selaput ketuban dan
dinding rahim. Angka keguguran dengan IUD ini situ tinggi. Jika
ditemukan kehamilan dengan IUD in situ yang benangnya masih
kelihatan, sebaiknya IUD dikeluarkan sehingga kemungkinan
terjadinya abortus setelah IUD itu dikeluarkan lebih kecil daripada jika
IUD dibiarkan terus berada dalam rongga uterus. Jika benang IUD
tidak kelihatan, sebaiknya IUD dibiarkan saja berada dalam uterus.
6. Kontra indikasi pemasangan IUD
a. Kontra indikasih relatif :
Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus.
Insufisiensi serviks uteri.
Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio
sesaria, enukleasi mioma, dan sebagainya.
Kelainan yang jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
b. Kontra indikasi mutlak :
Kehamilan
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genetalia
Adanya tumorganas pada traktus genetalis
Adanya metroragia yang belum disembuhkan
Pasangan yang tidak lestari.
7. Waktu Pemasangan IUD
Waktu haid berlangsung
Pemasangan IUD pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari
pertama atau pada hari-hari terahir haid. Keuntungan pemasangan
IUD pada waktu ini adalah:
a. Pemasangan lebih mudah karena pada waktu ini serviks agak
terbuka dan lembek.
b. Tidak terlalu nyeri.
c. Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak terlalu
dirasakan.
d. Kemungkinan pemasangan IUD pad uterus yang sedang hamil tidak
ada.
Sewaktu pospartum
a. Secara dini (immediate insertion) yaitu IUD dipasang pada
perempuan yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah
sakit.
b. Secara langsung (direct insertion) yaitu IUD dipasang dalam masa
3 bulan setelah paertus atau abortus.
c. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu IUD dipasang
sesudah masa 3 bulan setelah partus atau abortus, atau

pemasangan IUD dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan


samasekali dengan paertus atau abortus. Bila pemasangan IUD
tidak dilakukan dalam waktu 1 minggu setelah bersalin, menurut
beberapa sarjana, sebaiknya pemasangan IUD ditangguhkan
sampai 6-8 minggu pospartum karena jika pemasangan IUD
dilakukan antara minggu ke-2 dan minggu ke-6 setelah paertus,
bahaya perforasi lebih besar.
Sewaktu Postabortum
Sebaiknya IUD dipasang segerah setelah abortus oleh karena dari
segi fisiologi dan pisikologi waktu itu adalah paling ideal. Namun,
pada keadaan ditemukannya septik abortion maka tidak dibenarkan
memasang IUD.
Sewaktu Melakukan Seksio Sesaria
Cara pemasangan IUD.
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas
meja ginekologi dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan
pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus. Spekulum dimasukan kedalam vagina dan serviks uteri
dibersihkan dengan larutan antiseptik(merkurorom atau tingtura
jodii).
Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri,
dan dimasukan sonde uterus kedalam uterus untuk menentukan
arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta fakum uteri. IUD
dimasukan kedalam uterus melalu ostium uteri eksternum sambil
mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks.
Insertor IUD dimasukan kedalam uterus sesuai dengan arah poros
kavum uteri smpai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah
ditentukan lebih dahulu.
8. Pemeriksaan Lanjut (follow Up)
Pemeriksaan sesudah IUD dilakukan 1 minggu sesudahnya, pemeriksaan
kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Tidak ada konsensus berapalama IUD jenis Lippes loop boleh terpasang
dalam uterus, akan tetapi demi efektivitasnya IUD kopper 7 atau kopper T
sebaiknya diganti tiap 2-3 thn.
9. Cara mengeluarkan IUD
Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD
yang keluar dari ostium uteri eksternum (oue) dengan dua cara yaitu:
dengan pinset, atau dengan cunam jika benang IUD tampak diluar oue.
Bila benang tidak tampak diluar oue, keberadaan IUD dapat diperiksa
melalui ultrasonografi atau foto rontgen. Bila IUD masih insitudalam kavum
uteri, IUD dapat dikeluarkan dengan pengait IUD. Kalau ternyata IUD sudah
mengalami translokasi masuk kedalam rongga perut (kavum peritonii)
pengangkatan
IUD
dapat
dilakukan
dengan
laparoskopi
atau
minilaporotomi bila benang IUD tidak terlihat, maka haltersebut
disebabkan oleh:

Akseptor menjadi hamil


Perforasi uterus
Eksplusi yang tidak disadari oleh akseptor
Perubahan letak IUD, sehingga benang IUD tertarik kedalamrongga
uterus.
H. KONTRASEPSI MANTAP (STERILISASI)
1) Kontrasepsi Mantap Pada Wanita (Tubektomi)
Tubektomi inilah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii
perempuan atau kedua vas diferens laki-laki, yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
Tindakan sterilisasi telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut
bahwa tindakan sterilisasi itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa.
Dahulu tindakan sterilisasi pada laki-laki di selenggarakan sebagai hukuman,
misalnya pada mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan ini
dilakukan secara suka reladalam rangka KB.
Dahuli sterilisasi dilakukan dengan jalan laporotomi atau pembedahan
vaginal. Sekarang, dengan alat-alat dan teknik baru, tndakan ini
diselenggarakan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di
rumah sakit. Akhir-akhir ini sterilisasi menjadi bagian yang penting dalam
program KB dibanya negara didunia. Di Indinesia sejak tahun 1974 telah
berdiri kumpulan yang sekarang bernama perkumpulan kontrasepsi mantap
indonesia (PKMI), yang membina perkembangan sterilisasi atau kontasepsi
mantap secara sukarela, tetapi secara resmi sterilisasi tidak termasuk
kedalam program nasional KB di Indinesia.
Keuntungan sterilisasi ialah :
Motifasi hanya dilakukan 1 kali saja, sehingga tidak diperlukan motifasi
yang berulang-ulang.
Efektivitas hampir 100%.
Tidak mempengaruhi libido seksualis
Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patien failure).
1. Cara pomeroy
Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengankat
bagian tengah tubuh sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu
dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satusamalain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4%.
2. Cara irving
Pada cara ini tuba dipotong antara 2 ikatan benang yang dapat diserap,
ujung proksimal tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung
distal ditanamkan kedalam ligamentum lantum. GAMBAR
3. Cara aldrige
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbria ditanam kedalam ligamentum latum.
4. Cara luchida

Pada cara ini tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) diatas simpisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan didaerah
ampulla tuba denga larutan adrenalis dalam air garam dibawah serosa tuba.
Akibat suntikan ini, mesosalping didaerah tersebut mengembung. Lalu,
dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan
dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm, tuba dicari dan setelah ditemukan
dijepit, diikat, lalu digunting. Tuba yang proksimal akan tertanam dengan
sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan
berada di luar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tambakau. Angka
kegagalan dari cara ini adalah 0.
5. Cara Kroenner
Bagian fimbria dari tuba dilakukan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping dibawah fimbria.
Jahitan ini diikat 2 kali, 1 mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba
proksimal darinjahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti
tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan kedalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan dari cara ini antara lain ialah:
Sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum protundum.
Angka kegagalan 0,19%.
2) Sterilisasi Pada Laki-Laki (Vasektomi)
Pada tahun-tahun terahir ini vasektomi untuk tujuan sterilisasi makin banyak
dilakukan dibeberapa negara seperti india, pakistan, amerika serikat, dan
korea untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia vasektomi
tidak termasuk kedalam program keluarga berencana nasional.
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh
seseorang yang telah mendapat latihan husus untuk itu. Selain itu, vasektomi
tidak memerlukan alat-alat yang banyak, dapat dilakukan secara poliklinis,
dan pada umumnya dilakukan dengan mempergunakan anestesia lokal.
1. Indikasi Vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
2. Kontraindikasi Vasektomi
Sebelumnya tidak ada kontraindikasi untuk vasektomi, hanya apabila ada
kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka
operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu.
Keuntungan vasektomi ialah:
Tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental.
Tidak menggu libido seksualis.
Dapat dikerjakan secara poliklinis.
3. Teknik vasektomi
Mula-mula kulit skrotum didaerah operasi disucihamakan. Kemudian,
dilakukan anestesi lokal dengan larutan xilokam 1% anestesia dilakukan
dikulit skrotum dan jaringan sekitarnya dibagian atas, dan pada jaringan
disekitar vasdiferens. Vas dicari dan stelah ditemukan lokasinya, dipegang
sedekat mungkin dibawah kulit skortum. Setelah itu, dilakukan sayatan

pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm didekat tempat vasdiferen. Setelah


vas kelihatan dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin betul,
bahwa yang dikeluarkan itu memang vas), vas dipotong sepanjang 1-2 cm
dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit tindakan diulangi pada
skortum disebelahnya.
Seorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betulbetul steril jika dia telah mengalami 8-12 ejakulasi setelah vasektomi.
Oleh karena itu sebelum hal tersebut diatas tercapai, yang bersangkutan
dianjurkan saat koitus: memakai cara kontrasepsi lain.
4. Komplikasi Vasektomi
Infeksi pada sayatan, rasa nyeri / sakit, terjadinya hematoma oleh karena
perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma. Kegagalan
fasektomi terjadi rekanalisasi sepontan, gagal mengenai dan memotong
vasdiferens tidak diketahui adanya anomali dari vasdiferens misalnya ada
2 vas di sebelah kanan atau kiri, poitus dilakukan sebelum resikula
seminalisnya betul-betul kosong.
Sterilisasi, pada laki-laki ataupun pada perempuan makin lama-makin
banyak dilakukan diseluruh dunia. Diantara mereka yang telah
menjalankan vasektomi ada yang kemudian ingin menjadi subur kembali
(vasdiferens nya disambung kembali). Ahir-ahir inidengan pembedahan
dengan micriscop (mikrosurgery) dalam presentasi tertentu rekanalisasi
tuba fallopii/vasdiferens dapat berubah baik dan perempuan/laki-laki
dapat menjadi subur kembali.

Anda mungkin juga menyukai