Anda di halaman 1dari 21

Berat Bayi Lahir Rendah

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Bertahun-tahun lamanya bayi
baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi
premature. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak
memuaskan. Lama kelamaan ternyata bahwa morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada maturitas bayi itu.
(2)
Gruenwald mengatakan bahwa bila digunakan definisi yang lama, 30% - 40% dari
bayi perempuan sebenarnya telah mempunyai masa gestasi 37 38 minggu. Selain
itu negeri yang masih berkembang batas 2.500 gram sebagai bayi premature
mungkin terlalu tinggi, karena berat badan lahir rata-rata yang lebih rendah. (2)
Untuk mendapat keseragaman pada Kongres European Perinatal Medicine ke II di
London (1970) telah diusulkan definisi yang berikut : (3)
Bayi kurang bulan ialah bayi dengan maka kehamilan kurang dari 37 minggu (259)
Bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259 sampai 293)
Bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih
(294 hari atau lebih)
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan di atas, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi golongan, yaitu : (3)
Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi
terakhir disebut premature oleh organisasi kesehatan sedunia (WHO). Premature
juga sering digunakan untuk menunjukan imaturitas. Bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari 1000 gram juga disebut sebagai neonatus
imatur. Secara histories, premature didefinisikan dengan berat badan lahir 2500
gram atau kurang tetapi sekarang bayi yang beratnya 2500 gram atau kurang pada
saat lahir, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dianggap premature
dengan masa kehamilan pendek menurut umur kehamilannya mereka mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterine (disebut juga sebagai kecil untuk umur
kehamilannya (SGA)) atau keduanya. Prematuritas dan retaradasi pertumbuhan
intrauterine (disebut juga sebagai kecil untuk umur kehamilannya (SGA)) atau
keduanya. Prematuritas dan retaradasi pertumbuhan intrauteri (IUGR) dihubungkan
dengan kenaikan morbiditas dan mortalitas neonatus. Idealnya definisi berat badan
lahir rendah untuk populasi individu harus didasarkan pada data yang sehomogen
mungkin, baik secara genetic maupun lingkungan. (1)

B. Epidemiologi
Masa gestasi bayi prematur ialah kurang dari 37 minggu atau 259 hari. Di negeri
maju angka kejadian kelahiran bayi prematur ialah sekitar 6-7%. Di negara sedang
berkembang, angka kematian ini lebih kurang 3 kali lipat. Di Indonesia kejadian bayi
prematur belum dapat dikemukakan disini, tetapi angka di RSCM jakarta berkisar
antara 22-24% dari semua bayi yang dilahirkan pada 1 tahun. (2)
Selama tahun 1991 7,1% kelahiran hidup di Amerika Serikat yang beratnya kurang
dari 2500 gr, frekuensi untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dari frekuensi
untuk bayi kulit putih. Sejak tahun 1981 frekuensi BBLR telah naik terutama karena
adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika
Serikat mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka BBLR yang
lebih besar dari 10% kontribusi IUGR bertambah dan kontrfrekuensi BBLR telah naik
terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR
di Amerika Serikat mengalami IUGR dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka
BBLR yang lebih besar dari 10% kontribusi IUGR bertambah dan kontribusi
prematuritas berkurang. Di Negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70%
bayi BBLR adalah IUGR. Bayi dengan IUGR mempunyai morniditas dan mortalitas
lebih besar daripada bayi dengan pertumbuhan umur yang tepat. (2)
C. Etiologi
Salah satu cara yang efektif untuk menurunkan angka kematian perinatal ialah
mencegah terjadinya prematuritas. Sampai sekarang pengetahuan mengenai
etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Penyebab terjadinya kelahiran
prematur biasanya tidak diketahui.15% dari kelahiran prematur ditemukan pada
kehamilan ganda (di dalam rahim terdapat lebih dari 1 janin). (3)
Menurut besarnya penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi : (3)
Faktor ibu
a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisis dan psikologis, penyakit lainnya
ialah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau tindakan opertif dapat
merupakan factor etiologi prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan
pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah
ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.
c. Keadaan social ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
perkawinan yang sah.
Factor janin
Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi BBLR.
Table 1. factor yang meliputi etiologi retardasi pertumbuhan janin intrauterine (1)

Factor janin
Kelainan kromosom (trisomi autosomal)
Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan, sifilis)
Disautonomia familial
Radiasi
Kehamilan ganda
Aplasia pancreas
Factor plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
Luas permukaan berkurang
Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasit)
Infark
Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)
Plasenta yang lepas
Sindrom Plasenta yang lepas
Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
Factor ibu
Toksemia
Hipertensi, penyakit ginjal atau keduanya
Hipoksia (dipegunungan, penyakit jantung sianotik, penyakit paru)
Malnutrisi atau penyakit kronik
Anemia sel sabit
Obat (narkotik, alcohol, rokok, antimetabolik)
Factor percobaan
Iskemia uterus ibu tikus besar
Iskemia plasenta janin domba dan kera
Mengambil protein induk tikus besar marmot dan babi
Hiperinsulinemia induk tikus besar

Tabel 2. kemungkinan etiologi kelahiran premature (1)


Amnionitis
Cacat bawaan
Eritroblastosis fetalis
iatrCacat bawaan
Eritroblastosis fetalis
Iatrogen
Inkompetensi serviks
Plasenta previa
Polihidramnion
Preeklamsia
Ketuban pecah dini

Penyakit ibu yang berat


Kehamilan ganda
Infeksi saluran kemih
Tidak diketahui

Faktor resiko yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah:
(4)
Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun)
Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur
Golongan sosial-ekonomi rendah
Keadaan gizi yang kurang
Penyalahgunaan obat.
D. Factor yang berhubungan dengan prematuritas dan berat lahir rendah
Sangat sulit memisahkan factor yang berhubungan dengan KMK dan SMK secara
sempurna. Kira-kira 1/3 diantara bayi berat lahir rendah termasuk KMK yang masa
gestasinya dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dengan demikian bayi yang
kecil terutama disebabkan oleh retardasi pertumbuhan intrterutama disebabkan
oleh retardasi pertumbuhan intrauterine sedangkan yang lainnya termasuk SMK.
Pada umumnya bayi premature (SMK) disebabkan oleh tidak sanggupnya uterus
menahan janin, gangguan selama hamil, lepasnya plasenta lebih cepat dari
waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi hamil, lepasnya
plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya
kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Retardasi pertumbuhan intrauterine
berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta,
dengan pertumbuhan dan perkembangan janin, atau dengan keadaan umum dan
gizi ibu. (2)
Hubungan yang jelas tampak antara KMK dengan SMK adalah keadaan social
ekonomi yang rendah. Dalam kelompok keluarga ini kejadian ibu yang menderita
kekurangan gizi, anemia, komplikasi kehamilan, dan riwayat reproduksi yang tidak
memuaskan (ketidaksuburan yang relative, keguguran, lahir mati, prematuritas dan
berat lahir rendah) relative tinggi. Factor yang kurang jelas hubungannya adalah
perkawinan yang tidak sah, kehamilan remaja, jarak dua kehamilan yang terlalu
dekat, dan ibu yang sebelumnya telah melahirkan 4 anak.(3)
Walaupun telah diterangkan perbedaan sistematik tentang pertumbuhan janin
dalam hubungan dengan ukuran/besarnya ibu, kelahiran, berat badan saudaranya,
keadaan social ekonomi dan ibu yang perokok akan tetapi berapa besar variasi
berat lahir antara subkelompok yang disebabkan oleh perbedaan diluar janin dan
factor genetic dalam pertumbuhan tidak diketahui. (3)
E. Gejala klinis
Berat badan kurang dari 2500 gr, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau
lamanya masa gestasi itu. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktifitas
bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat,

kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intracranial. Seringkali


terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam.
Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat
berubah sesuai dengan perubahan posisi. Edema ini seringkali berhubungan dengan
perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi
pernapasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun
demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau selalu di atas 60/menit,
harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit membrane hialin (sindrom
gangguan pernafasan idiopati) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam
hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologis thoraks. (3)
Gambaran fisik bayi prematur: (2,5,6)
Ukuran kecil
Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg)
Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya)
Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan)
Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput
Rambut yang jarang
Telinga tipis dan lembek
Tangisannya lemah
Kepala relatif besar
Jaringan payudara belum berkembang
Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur cenderung belum
memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup bulan)
Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
Pernafasan yang tidak teratur
Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki )
Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
E. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan. Pemeriksaan
yang biasa dilakukan pada bayi prematur: (5,6)
Rontgen dada untuk melihat kematangan paru-paru
Analisa gas darah
Kadar gula darah
Kadar kalsium darah
Kadar bilirubin.
F. Penyakit bayi prematur
Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada
beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini
disebabkan oleh factor pembekuan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk
pada penyakit membrane hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada
bayi premature lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena
factor kematangan hati. (1)
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit yang ada
hubungannya dengan prematuritas. (2,3,5)

Sindrom gangguan pernafasan idiopatik


Disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk
membran hialin yang melapisi alveolus paru. (3)
Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada prematur karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik. (3)
Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan diventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena
anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin
pada paru. Sayang sekali sering tidak mungkin membedakan dispnue yang
disebabkan oleh perdarahan otak ini dengan yang disebabkan oleh sindrom
gangguan pernafasan idiopatik. Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi.
(3)
Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada bayi prematur dan disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam
konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian
setelah bayi bernafas dengan udara biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami
vasodilatasi yang selanjutnya akan disusul dengan proliferasi pembuluh darah rah
baru secara tidak tidak teratur. Kelainan ini biasanya teratur. Kelainan ini biasanya
terlihat pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg dan telah mendapat
oksigen dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 40%). Stadium akut penyakit ini dapat
terlihat pada umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina.
Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru secara tidak teratur pada ujung
vena. Kumpulan pembuluh darah baru ini tampak sebagai perdarahan. Akhirnya
sebagian kapiler baru ini tumbuh ke arah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya
akan terjadi edema pada retina dan retina dapat terlepas dari dasarnya dan
keadaan ini merupakan keadaan yang ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat
masa retrkeadaan yang ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa
retrolental yang terdiri dari jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan
mikroftalmus, kamar depan yang menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur serta
visus menghilang.selain itu dapat pula disertai retardasi mental dan cerebral palsy.
(3,5)
Pengobatan pada stadium dini dapat dicoba dengan memberikan ACTH atau
kortikosteroid. Hal yang paling penting ialah pencegahannya, yaitu (1) pada bayi
BBLR penggunaan okksigen tidak melebihi 40% dan hal ini dapat dicapai dengan
memberikan oksigen melalui corong dengan kecepatan 2 liter/menit, (2) tidak
menggunakan oksigen untuk mencegah timbulnya apnoe atau sinosis, (3)
pemberian oksigen pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg harus berhatihati dan sebaiknya PaO2 selalu dimonitor. (2)
Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi
cukup bulan. Hal ini disebabkan factor kematangan hepar sehingga konjugasi
bilirubbin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. (3)
Patologi prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterine
Sebab utama kematian premature dan bayi cukup bulan adalah asfiksia, trauma

lahir (terutama di otak) cacat bawaan, penyakit membrane hialin, septikimia dan
perdarahan intraventrikuler. Prematuritas sendiri tidak menyebabkan kematian.
Kejadian tertentu resiko neonatus berbeda menurut berat badan , masa kehamilan
dan berat untuk kehamilan. (3)
Masalah klinis yang sering dijumpai pada bayi prematur adalah sindrom gawat
nafas (penyakit membran hialin, perdarahan paru, sindrom aspirasi, pneumonia
kongenital, pneumothoraks), apnea berulang, hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, anemia, edema, gejala neurologik yang berhubungan dengan
anoksia otak, instabilitas sirkulasi, hipotermia, sepsis yang disebabkan oleh bakteri
dan koagulasi intravascular diseminata. Keadaan lain yang memperburuk bayi
premature adalah malas minum, berat badan tidak bertambah untuk waktu yang
cukup lama, sering menderita apnea, anemia, perdarahan, dan asidosis metabolic.
(4)
Walaupun anomali bawaan atau infeksi congenital tidak dimasukkan ke dalam
kelompok bayi yang tidak sesuai dengan masa gestasinya, kelompok ini masih
berbentuk heterogen. Bayi ini cenderung mempunyai masalah yang berhubungan
dengan masa gestasinya dari pada dengan berat lahirnya. Bayi premature yang
termasuk golongan kecil untuk masa kehamilan mempunyai kejadian penyakir
sindrom membrane hialin yang lebih rendah daripada bayi premature murni. Hal ini
mungkin disebabkan oleh stryang termasuk golongan kecil untuk masa kehamilan
mempunyai kejadian penyakir sindrom membrane hialin yang lebih rendah daripada
bayi premature murni. Hal ini mungkin disebabkan oleh stress kronik dalam uterus
sehingga mempercepat matangnya paru. Masalah yang ditemukan pada bayi
dengan berat yang tidak sesuai dengan masa gestasi adalah asfiksia perinatal,
hipoglikemia, hipotermia, perdarahan paru, aspirasi mekonium, enterokolitis
nekrotikans, polisitemia, dan penyakit yang berhubungan dengan anomali bawaan,
sindawaan, sindrom, atau infeksi. Prognosis tergantung dari etiologi retardasi
pertumbuhan dan pengelolaan dini terhadap penyakit yang harus segera ditolong.
Lingkaran kepala yang kurang dari 10 persentil pada waktu lahir dan pemeriksaan
neurologik yang tidak normal pada masa neonatus mungkin disebabkan oleh
pertumbuhan yang tidak baik, mikrosefali yang baru timbul kemudian dan oleh
deficit neurologik pada bayi berat lahir rendah. (2,3)
Perdarahan yang berhubungan dengan trauma, asfiksia, infeksi atau defek
mekanisme pembekuan darah sering ditemukan dalam derajat berat pada BBLR.
Yang sering juga ditemukan adalah ekimosis subkutan, perdarahan subependimal
dan intraventrikular. Factor yang turut berperan pada keadaan tersebut diantaranya
adalah meningginya fragilitas kapiler, arteri, dan jaringan kapiler vena dalam
jaringan germinal paraventrikular yang mudah rusak, serta meningginya tekanan
vaskular. Pada bayi prematur yang sangat kecil sering terjadi syok dan kolaps
mendadak selama minggu pertama, yang disebabkan oleh perdarahan
intraventrikuler. Hal ini jarang terjadi pada 0 gram atau masa gestasi lebih dari 34
minggu. Perdarahan yang tidak terlalu berat mungkin berhubungan dengan letargi,
kejang, apnoe atau hematokrit yang mendadak turun. Kadang-kadang sukar untuk
mendeteksi perdarahan kecil subependimal dan intraventrikular. Bayi premature
yang termasuk kecil untuk masa kehamilan sering menderita perdarahan paru dan
keadaan ini akan meninggikan mortalitasnya. (1)
Penyakit membrane hialin paling sering ditemukan dan menyebabkan mortalitas

yang tinggi pada bayi dengan masa gestasi yang pendek. Angka kematian menurun
dengan meningkatnya umur kehamilan. Jarang terjadi pada bayi besar yang lahir
pada waktunya kecuali bayi yang lahir dengan bedah sesar dan bayi dari ibu
penderita diabetes mellitus. (1)
Cacat bawaan lebih sering ditemukan pada bayi berat lahir rendah dari pada bayi
lahir rendah dari pada bayi lahir hidup lainnya. Angka kejadian cacat bawaan
meninggi pada bayi SMK dan KMK, kejadiannya yang paling tinggi adalah pada bayi
dengan pertumbuhan intrauterine yang terlambat. Frekuensi kejadian defek septum
ventrikel paling tinggi pada bayi dengan berat kurang dari 2500 gram dan masa
gestasinya kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan bayi yang lebih besar
dengan masa gestasi cukup. Bayi dengan anomaly kromosom (misalnya trisomi 21,
trisomi 18) dan bayi dengan infeksi rubella bawaan cenderung mempunyai kejadian
yang tinggi untuk menderita penyakit jantung bawaan dan biasanya termasuk bayi
KMK. Bayi dengan ileus mekonium, obstruksi usus, gastroskizis, dan omfalokel
sering lahir premature terutama bila disertai hidramnion. (1)
Paten duktus arteriosus yang menetap sampai bayi berumur tiga hari sering didapat
pada bayi berat lahir rendah terutama bayi dengan penyakit membrane hialin.
Diperkirakan 21% diantara bayi berat lahir rendah menderita kelainan tersebut
yang kejadiannya berbanding terbalik dengan berat lahir dan masa gestasi.
Sejumlah 79% bayi yang menderita paten duktus arteriosus tanpa disertai sindrom
gawat nafas yang berat menunjukkan penutupan PDA secara spontan. (1)
Kejadian hipoglikemi pada bayi berat lahir rendah berkisar antara 5-6% dan
frekuensi kejadian tertinggi dijumpai pada bayi premature dan cukup bulan yang
tidak sesuai dengan masa gestasi. (1)
Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat premature
yang mendapat cairan glukosa yang berlebihan secara intravena tetapi mungkin
juga terjadi pada bayi berat lahir rendah lainnya. (1)
Apnea berulang ditetapkan sebagai pengehentian pernapasan lebih dari 20 detik
atau penghentian yang cukup lama untuk menyebabkan terjadinya sianosis atau
bradikardi. Kejadiannya terbanyak pada bayi dengan berat kurang dari 1500 gr.
Kejadiannya terbanyak pada bayi dengan berat kurang dari 1500 gram atau kurang
dari 32 minggu kehamilan. (3)
Enterokolitis nekrotikans sering terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah,
kejadian tertinggi pada bayi dengan berat kurang dari 1500 gram tetapi juga dapat
ditemukan pada bayi cukup bulan dengan berat normal. (2)
Fibroplasia retrolental terjadi pada bayi premature yang mendapat terapi oksigen
dengan konsentrasi tinggi. Peninggian tekanan oksigen arteri dapat mengakibatkan
vasokonstriksi arteri yang berat dan dapat menimbulkan hipoksia yang akan
merusak retina yang imatur. Retina bayi yang dapat pengobatan dengan oksigen
harus diperiksa pada waktu bayi sembuh dari penyakitnya, pada saat pulang dan 3
bulan sesudah pulang. Kadang-kadang diperlukan tindakan operasi untuk
memperbaiki retina yang rusak berat. Oksigen dosis tinggi biasanya diberikan pada
sindroma gawat napas, apnea, hipoksemia, atau sianosis. Dengan memantau
tekanan oksigen arteri berulang-ulang, maka kejadian penyakit tersebut serta
kebutaan sebagian atau seluruhnya dapat dikurangi secara bermakna. Belum
diketahui kadar atau lamanya peninggian tekanan oksigen (pO2 ) arteri yang
menimbulkan gangguan tersebut, akan tetapi dianjurkan agar tekanan oksigen

arteri dipertahankan antara 50-80 mmHg. Factor yang sangat berperan untuk
terjadinya kelainan tersebut adalah imaturitas. Resiko rudapaksa otak karena
hipoksia sebagai akibat pemberian oksigen yang cukup banyak walaupun resiko
terjadinya fibroplasia retrolental tidak dapat dihindari. (2)
Kejadian kernikterus akibat hiperbilirubinemia pada bayi premature yang dilakukan
bedah mayat adalah sebesar 2-20%. Tingginya frekuensi kejadian ini mungkin
disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna, seperti pemberian analog
vitamin K dosis tinggi pada ibu selama persalinan atau kepada neonatus atau
karena pemakaian sulfisoksazol sebagai kemoprofilaksis. Bayi dengan berat lahir
yang sangat rendah menunjukan resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
kernikterus, khususnya bila bayi tersebut menderita meningitis. Pada bayi imatur
kadar bilirubin 10 mg/dl sudah dapat memnimbulkan kernikterus. (3)
Pada umumnya bayi premature relative kurang mampu untuk bertahan hidup oleh
karena struktur anatomic atau fisiologik yang imatur dan juga fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan fungsi tersebut diatas
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur suhu badannya, fungsi
paru, keadaan gizi, pengeluaran bahan yang tidak dipakai lagi oleh tubuh, fungsi
imunologik, detoksikasi, dan ekskresi bahan racun dari tubuh. Hal ini tidak terjadi
dalam kandungan yang karena sifatnya melindungi segala sesuatu yang
berhubungan dengan bahaya yang akan menimpa janin. Fungsi nafas bayi imatur
masih terbatas karena berkurangnya perfusi alveolus pada ventilasi dan
berkurangnya luas permukaan surfaktan lipid yang aktif untuk mencegah kolaps
alveolus. Bertambahnya resistensi aliran udara disebabkan oleh kurang
berkembangnya saluran nafas dan jaringan paru serta menetapnya cairan dalam
paru. Kesanggupan bayi untuk mengurangi hilangnya panas tubuh oleh karena
kedinginan tergantung dari luas permukaan tubuh. Berkurangnya cadangan
glikogen hati dan miokard memungkinkan bayi imatur dapat mengatasi asfiksia
sedang. Aliran darah ginjal, filtrasi glomerulus dan fungsi tubulus menurun. Sirkulasi
kardiopulmunal berfungsi pada tingkat peralihan antara janin dan orang dewasa.
Meningkatnya pirau melalui duktus arteriosus dapat terjadi sebagai akibat stress,
hipoksia, atau polisitemia dan menimbulkan sirkulasi yang berkurang ke alat vital.
(1)
G. Perawatan
Tindakan yang dilakukan pada bayi imatur saat lahir sama dengan pada bayi cukup
bulan yang normal, seperti membersihkan jalan nafas, mengusahakan pernafasan
pertama, dan terus menerus, perawatan tali pusat, perawatan mata dan
sebagainya. Perawatan khusus diperlukan untuk menjaga agar aliran udara dapat
dengan lancar keluar masuk paru serta mencegah terjadinya aspirasi cairan
lambung. Disamping itu supaya dipikirkan pula terhadap : (1)
Perlunya pemantauan dan perawatan bayi imatur dalam incubator
Perlunya pemberian oksigen
Perhatian terhadap perincian minuman bayi
Pencegahan infeksi
Pemeriksaan fisik dan laboratorium hanya dilakukan kalau dianggap perlu sekali
agar bayi tidak menderita hipoksia. Ikut sertanya orang tua merawat bayinya secara
teratur da aktif sangat dianjurkan. Selama bayi dirawat, ibu diberi petunjuk

bagaimana memandikan bayi, merawat tali pusat, cara menyusui bayi, serta
manfaat pemberian air susu ibu bagi anak maupun untuk ibu sendiri, dan petunjuk
lain sehingga di rumah ibu tidak mendapat kesukaran merawat bayinya. Dijelaskan
pula agar ibu membawa bayi ke posyandu/puskesmas/ rumah sakit/ fasilitas
pelayanan lain untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Hubungan
antara ibu dan anak menjadi kurang baik bila bayi dipisahkan dari ibunya sejak
neonatus, misalnya akan berpengaruh terhadap tingkah laku dan kelainan fisik
seperti pertumbuhan terhambat, anak diabaikan ,anak terlantar dan sindrom
deprivasi. (3)
Perawatan bayi dalam incubator
Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembapan agar
bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat
diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila incubator
dibersihkan. Kemampuan bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih
besar bila mereka dirawat pada atau mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu
ini ditetapkan dengan mangatur suhu permukaan yang terpapar radiasi,
kelembapan yang relative, dan aliran udara sehingga produksi panas (yang diukur
dengan konsumsi oksigen) sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan
suhu lingkungan yang lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu
incubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen
terjadi minimal sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya
sekitar 36,5 C 37 C. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan
kematangan bayi. Dalam keadaan tertentu bayi yang sangat premature tidak hanya
memerlukan incubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan
pleksigrtidak hanya memerlukan incubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi
juga memerlukan pleksigrtidak hanya memerlukan incubator untuk mengatur suhu
tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksigrtidak hanya memerlukan incubator untuk
mengatur suhu tubuhnya tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau
topi maupun pakaian. Mempertahankan kelembapan nisbi 40-60% diperlukan dalam
membantu stabilisasi suhu tubuh yaitu dengan cara sebagai berikut : (3, 6,7)
Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang rendah
Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan nafas terutama pada
pemberian oksigen dan selama pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea
Mengencerkan sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan cairan insensible
dari paru
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan sirkulasi yang tidak
memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi hiperoksia yang dapat
menyebabkan fibroplasias retrolental dan fibroplasias paru. Bila mungkin pemberian
oksigen dilakukan melalui tudung kepala, dengan alat CPAP (continous positive
airway pressure) atau dengan pipa endotrakeal untuk pemberian konsentrasi
oksigen yang aman dan stabil. Pemantauan tekanan oksigen (pO2) arteri pada bayi
yang mendapat oksigen harus dilakukan terus menerus agar porsi oksigen dapat
diatur dan disesuaikan sehingga bayi terhindar dari bahaya hipoksia maupun
hiperoksia. Dalam pemantauan oksigen yang efektif dapat pula digunakan elektroda
oksigen melalui kulit secara rutin diklinik. Analisis gas darah kapiler tidak cukup

untuk menetapkan kadar oksigen dalam pembuluh darah arteri. Seandainya tidak
ada incubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur dengan memberikan
diatur dengan memberikan diatur dengan memberikan diatur dengan memberikan
sinar panas, selimut, lampu panas, bantalan panas, dan botdan botol air hangat,
disertai dengan pengaturan suhu dan kelembapan ruangan. Mungkin pula
diperlukan pemberian oksigen melalui t melalui topeng atau pipa intubasi. (3, 4)
Bayi yang berumur beberapa hari/minggu harus dikeluarkan dari incubator apabila
keadaan bayi dalam ruangan biasa tidak mengalami perubahan suhu, warna kulit,
aktifitas atau akibat buruknya. (1)
Makanan bayi premature
Yang harus dicegah pada pemberian minum adalah kelelahan, regurgitasi, dan
aspirasi. Biasanya keadaan tersebut dapat dicegah bila pemberian minum dilakukan
oleh perawat yang sudah terlatih dan berpengalaman. Makanan melalui mulut
harus dihentikan pada bayi dengan gawat nafas, hipoksia, sirkulasi yang tidak
memuaskan, sekresi yang berlebihan, sepsis, depresi susunan saraf pusat,
imaturitas atau bayi dengan tanda penyakit berat. Bayi demikian memerlukan
pengobatan parenteral untuk mendapatkan kalori, cairan, dan elektrolit. (3)
Bayi premature yang besar sering diberi susu botol atau air susu ibu. Pada
umumnya bayi tersebut lebih senang dengan susu botol. Dalam keadaan khusus
bila perlu ASI dimasukkan dalam botol susu. Dengan susu botau air susu ibu. Pada
umumnya bayi tersebut lebih senang dengan susu botol. Dalam keadaan khusus
bila perlu ASI dimasukkan dalam botol susu. Dengan susu botol, usaha bayi untuk
menghisap berkurang karena sifat dot yang kecil lunak dengan lubang yang besar
akan mempermudah pengisapan. Proses pemberian makanan melalui mulut
memerlukan pengisapan yang kuat, kerjasama antara menelan dengan penutupan
epiglottis dan uvula dari laring maupun dengan saluran hidung serta gerak esofagus
yang normal. Proses yang sinkron inn ini biasanya baru timbul pada bayi dengan
masa gestasi lebih dari 34 minggu. (2,3)
Bayi yang lebih kecil dan lemah harus diberi minum melalui pipa lambung, biasanya
dipakai pipa plastic lunak no 5 French dengan ukuran luarnya dan diameter
dalamnya kira-kira 0,05 cm dengan ujung yang bulat dan tidak menyebabkan luka,
disertai dengan 2 lubang pada kedua sisinya. Pipa dimasukkan melalui hidung atau
mulut sehingga ujung pipa yang panjangnya 2,5 cm ada dilambung. Ujung pipa
yang bebas kemudian diletakkan dalam air. Apabila timbul gelembung pada setiap
ekspirasi berarti pipa ada ditrakea dan harus diperbaiki, kemudian dimasukkan
kembali ketempat yang sebenarnya. Ujung pipa yang bebas dihubungkan dengan
tabung suntik kemudian susu yang telah ditentukan banyaknya dimasukkan ke
dalam tabung suntik tersebut dan dibiarkan turun perlahan menurut gaya berat.
Pipa tersebut diganti setiap 2-4 hari dengan pipa steril lainnya melalui lubang
hidung sebelahnya atau melalui mulut. Kadang-kadang pipa yang menetap
dilambung dapat menimbulkan iritasi dan pipa lambung hanya boleh dimasukkan
melalui mulut dan pipa tersebut harus dikeluarkan segera sesudah bayi minum. (3)
Perubahan minum dengan botol atau ASI dilakukan bertahap, selanjutnya diberikan
sepenuhnya susu botol atau ASI bila bayi cukup kuat mengisap dan tidak tampak
lelah. Pemberian makanan melalui pipa ke lambung atau ke jejunum hanya
dianjurkan pada bayi berat lahir rendah bila kebutuhan kalori melalui botol/ASI tidak

terpenuhi karena daya isap lemah, tidak ada koordinasi antara mengisap dengan
menelan, dan lambatmelalui botol/ASI tidak terpenuhi karena daya isap lemah,
tidak ada koordinasi antara mengisap dengan menelan, dan lambatnya
pengosongan lambung. Komplikasi pemberian makanan dengan pipa ke jejunum
adalah perforasi usus. (1)
Pemberian makanan dengan gastrostomi pada bayi premature tidak dianjurkan oleh
karena sering menimbulkan kematian. Gastrostomi hanya dilakukan untuk
mengatur tindakan bedah pada kelainan gastrointestinal tertentu. Pemberian
makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila
ada kontr Pemberian makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah
hanya diberikan bila ada kontr Pemberian makanan yang penuh atau sebagian
melalui pembuluh darah hanya diberikan bila ada kontr Pemberian makanan yang
penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya diberikan bila ada kontr
Pemberian makanan yang penuh atau sebagian melalui pembuluh darah hanya
diberikan bila ada kontraindikasi terhadap pemberian melalui mulut atau pipa. (1)
Makanan pertama
Prinsip utama pemberian makanan bayi premature adalah sedikit demi
sedikit,secara perlahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI
atau PASI akan mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi, dan hiperbilirubinemia.
Bayi dengan sindrom gawat nafas atau penyakit berat lainnya harus mendapat
kalori dari pemberian makanan, elektrolit dan cairan melalui pembuluh darah
karena pada keadaan demikian makanan melalui mulut memudahkan terjadinya
aspirasi. Bayi yang daya isapnya kuat dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum
melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram dan
kebanyakan juga yang lebih besar memerlukan minum pertama dengan pipa
lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan mengisap dan menelan.
(1)
Dianjurkan untuk memberikan minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5%
yang steril untuk bayi dengan berat kuarang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi
dengan berat antara 1000-1500 gram, dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih
dari 1500 gram. Bila pemberian pertama dimulai dengan 1 ml maka pemberian
berikutnya adalah setiap jam terutama dalam 8 jam pertama. Kemudian jumlahnya
dinaikkan sebanyak 1 ml pada setiap pemberian minum. Selanjutnya makanan
diberikan setiap 2 jam dengan kenaikan 2 ml setiap 2 kali pemberian sampai
mencapai 12 ml per kali minum. Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi
tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 1248 jam. Jumlah kalori yang telah dibakukan dalam susu formula yang
diperdagangkan adalah sebanyak 700 kkal/L. Jumlah ini cukup memuaskan untuk
pertumbuhan sebagian besar bayi premature. Kemudian banyaknya formula yang
diberikan ditambah sedikit demi sedikit sehingga pada umur lebih dari 2 minggu
mencapai 150 ml/kg/hari. Apabila bayi masih tampak lapar atau berat badan bayi
tidak bertambah, maka jumlahnya harus dinaikkan. (2,3)
Bagi bayi tertentu dengan kapasitas lambung yang kecil, tidak mungkin menaikkan
berat badannya dengan formula yang mengandung 700 kkal/L. Pada keadaan ini
perlu diberikan makanan yang lebih sering untuk meningkatkan jumlah kebutuhan
sehari-hari atau dengan menggunakan susu formula yang mengandung lebih

kurang 1000 kkal/L. Akan tetapi cara memberikannya harus berhati-hati oleh karena
susu formula yang kental dan hiperkalorik dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.
(3)
Jarak waktu pemberian ASI/PASI mungkin 1,2,3 jam tergantung dari besar kecilnya
bayi dan kapasitas lambung. Aliran susu ke lambung harus menurut gaya berat,
karena bila disemprotkan akan menyebabkan perut bayi membuncit, regurgitasi,
aspirasi, atau muntah. Pada hari-hari pertama pengosongan lambung bayi
premature lebih lambat, pengosongan lambung akan lebih cepat pada hari ke 3 dan
seterusnya. Cairan lambung harus dikeluarkan setiap kali akan memberikan minum
berikutnya. Seandainya yang keluar hanya udara dan sedikit lendir, jumlah
pemberian minum yang direncanakan dapat diteruskan. Apabila yang keluar
melebihi 10% dari jumlah cairan yang diberikan sebelumnya, maka jumlah yang
akan diberikan dikurangi dengan yang dikeluarkan. Selanjutnya jumlah ASI/PASI
yang diberikan dinaikkan sedikit demi sedikit. Berat bayi premature ini mungkin
tidak akan bertambah dalam 7-10 hari. Dalam hal ini untuk menaikkan berat
badannya mungkin diperlukan masukan yang mungkin mencapai 130-150 kkal/kg
atau lebih. Sebaliknya bayi yang minum kuat memerlukan volume dan kalori yang
lebih tinggi sehingga beratnya akan cepat naik dalam beberapa hari. (3)
System enzim pencernaan bayi dengan masa gestasi lebih dari 28 minggu sudah
cukup matur untuk mencernakan dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat. Lemak
kurang dapat diabsorpsi karena kurangnya garam empedu. Lemak dari ASI dan
lemak tidak jenuh lebih mudah diabsorbsi dibandingkan dengan lemak susu sapi.
Kenaikan berat badan bayi yang berat lahirnya kurang dari 2100 gram harus cukup
baik bila diberikan ASI atau susu yang mendekati komposisi ASI yang mengandung
40% kasein dan 60% whey dengan masukan protein sebanyak 2,25-2,75 g/kg/24
jam. Di dalamnya harus tercakup semua asam amino yang diperlukan bayi
premature seperti tirosin,sistin, dan histidin. Bayi yang lebih tua dan bayi dengan
pertumbuhan yang cepat dapat menerima jumlah protein yang tinggi dan umumnya
cukup aman. Walaupun demikian pemberian protein sebanyak 4,5 g/kgBB/24 jam
mungkin berbahaya, walaupun pertumbuhan liniernya lebih baik. Hal ini disebabkan
karena susu formula dengan kadar protein tinggi dapat menyebabkan : (1)

Aminogram plasma yang tidak normal


Konsentrasi nitrogen urea, amonia, dan natrium dalam darah meningkat
Asidosis metabolik (formula susu sapi)
Perkembangan saraf yang tidak baik
Walaupun jumlah susu formula telah cukup mengandung semua vitamin yang
diperlukan untuk pertumbuhan, akan tetapi volume susu yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan belum tentu dapat memenuhi kebutuhan vitamin dalam
beberapa minggu. Oleh sebab itu bayi berat lahir rendah harus diberi tambahan
vitamin. Selain itu b harus diberi tambahan vitamin. Selain itu beberapa bayi
memerlukan jenis vitamin tertentu dan sebagian metabolisme fenilalanin atau
tirosin memerlukan vitamin c. (1)
Pada bayi premature absorbsi lemak berkurang dan banyak lemak yang hilang
melalui tinja. Agaknya hal ini berhubungan dengan berkurangnya absorbsi vitamin
D, vitamin yang larut dalam lemak lainnya, serta kalsium. Bayi dengan berat lahir

yang sangat rendah cenderung untuk menderita rakitis. Jumlah vitamin D yang
diberikan tidak boleh lebih dari 1500 IU/24 jam. Pemberian folat perlu untuk
pembentukan DNA dan produksi sel baru. Jumlah eritrosit dan serum berkurang
pada minggu pertama dan tetap rendah sampai 2-3 bulan. Oleh sebab itu tambahan
asam folat diperlukan, walaupun tidak akan memperbaiki pertumbuhan atau
menaikan konsentrasi haemoglobin. Defisiensi vitamin E akan mengakibatkan
meningkatnya hemolisis dan timbulnya anemia bila hemolisisnya berat. Vitamin E
berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah peroksidasi asam lemak tak jenuh
ganda (poly-unsaturated) dalam membrane sel darah merah. Kebutuhan vitamin E
yang mungkin disebabkan karena kadar asam lemak ini dalam membran meninggi.
(1)
Anemia fisiologik pada bayi berat lahir rendah disebabkan oleh supresi eritropoesis
pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume
darah sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh karena itu
anemia pada bayi berat lahir rendah terjadi lebih dini. Kehilangan darah pada janin
atau neonatus akan memperberat anemianya. Persediaan zat besi pada neonatus
termasuk bayi dengan berat lahir sangat rendah biasanya mencukupi sampai berat
badannya menjadi 2 kali berat lahir. Pemberian tambahan zat besi pada bayi
dengan resiko terhadap defisiensi vitamin E (umumnya bayi dengan masa gestasi
kurang dari 34 minggu) akan memperberat hemolisis dan mengurangi absorbsi
vitamin E. Oleh karena itu vitamin E diberikan terlebih dahulu pada saat bayi
mencapai berat badan dua kali lipat dari berat lahir, kemudian dimulai pemberian
zat besi sebanyak 2 mg/kg/24 jam. Bayi premature yang mendapat makanan cukup
akan berhajat dengan konsistensi semisolid sebanyak 1-6 kali sehari, jika jumlahnya
bertambah banyak dan berbentuk air, harus dicari penyebabnya dan diawasi.
Seharusnya bayi premature tidak boleh muntah maupun regurgitasi. Bayi yang baru
selesai minum tampaknya tenang. Namun beberapa saat sebelum minum bayi akan
melakukan gerakan tertentu yang menandakan ia lapar. (2,3)
Kebutuhan cairan
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan dan
penyakit bayi. Diduga kehilangan cairan melalui tinja dari janin yang tidak
mendapat makanan melalui mulut, sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai
dengan kehilangan cairan insensible, cairan yang dikeluarkan ginjal, dan
pengeluaran cairan yang disebabkan keadaan lainnya. Kehilangan cairan insensible
berhubungan tidak langsung dengan masa gestasi. Bayi premature yang sangat
imatur (berat lahir kurang dari 1000 gr mendapat makanan melalui mulut, sangat
sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensible, cairan
yang dikeluarkan ginjal, dan pengeluaran cairan yang disebabkan keadaan lainnya.
Kehilangan cairan insensible berhubungan tidak langsung dengan masa gestasi.
Bayi premature yang sangat imatur (berat lahir kurang dari 1000 gram)
memerlukan sebanyak 2-3 ml/kg/jam yang sebvam) memerlukan sebanyak 2-3
ml/kg/jam yang sebagian disebabkan oleh kulit yang tipis,kekurangan jaringan
subkutan, dan oleh luasnya permukaan tubuh. Kehilangan air insensible meningkat
ditempat udara panas, selama terapi sinar, dan pada kenaikan suhu tubuh.
Kehilangan air tersebut akan berkurang bila bayi diberi pakaian, incubator sebelah
dalam ditutupi pleksiglas, bernafas dengan udara lembab, atau pada bayi yang

mendekati cukup bulan. Bayi premature yang besar (2000-2500 gram) akan
kehilangan air insensible ini sebanyak 0,6-0,7 ml/kg/jam bila dirawat dalam
incubator. (1)
Pemberian cairan juga diperlukan agar zat yang larut dalam air kemih seperti urea,
elektrolit dan fosfat dapat dikeluarkan. Jumlahnya berbeda-beda menurut makanan
yang diberikan, tingkat anabolik dan katabolik nutr dapat dikeluarkan. Jumlahnya
berbeda-beda menurut makanan yang diberikan, tingkat anabolik dan katabolik
nutrisinya. Formula yang pekat, alimentasi yang seluruhnya melalui pembuluh
darah akan memerlukan air yang lebih banyak agar hasil katabolisme yang
meningkat dapat dikeluarkan melalui air kemih. Beban zat yang terlarut dalam
ginjal (renal solute loads) berkisar antara 7,5-30 mOsm/kg. Bayi baru lahir,
terutama BBLSR, kurang mampu memekatkan air kemih oleh sebab itu perlu
ditambah cairan agar bayi dapat mengeluarkan zat yang tidak diperlukan tubuhnya.
(1)
Jumlah cairan yang dianjurkan untuk neonatus yang memerlukan susu botol atau
cairan melalui pembuluh darah adalah 60-70 ml/kgBB pada hari pertama, dinaikkan
menjadi 100-120 ml/kgBB pada hari k 2-3, pada hari ke 4-5 mencapai 150 ml/kgBB
dan selanjutnya dapat mencapai 160-180 ml/kgBB/hari. Volume cairan yang
diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan setiap bayi. Yang perlu selalu
dipantau pada bayi premature adalah berat badan yang harus ditimbang setiap
hari, pengeluaran air kemih dan berat jenisnya serta kadar nitrogen urea serum
dengan elektrolit. Dengan pemantauan ini dapat diketahui secara dini kelainan
hidrasinya. Pemeriksaan tersebut diperlukan oleh karena pengamatan klinis dan
pemeriksaan fisis saja sukar menentukan derajat hidrasi premature. Kehilangan
cairan yang meningkat seperti pada glikosuria, poliuria pada nekrosis tubular akut
dan diare akan menyebabkan bayi menjadi dehidrasi karena ginjal tidak sanggup
menahan air dan elektrolit yang keluar. Sebaliknya jumlah cairan yang berlebihan
memudahkan terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan duktus arteriosus
paten. (1)
Nutrisi parenteral total
Apabila makanan melalui mulut tidak mungkin diberikan dalam waktu lama,
alimentasi intravena total akan cukup memberikan cairan, kalori, elektrolit dan
vitamin untuk membantu partumbuhan bayi. Cara ini bermanfaat untuk
menyelamatkan bayi dengan sindrom diare tak terkendali atau reseksi usus yang
luas. Cairan diberikan melalui kateter yang dimasukkan kedalam pembuluh darah
vena pusat atau perifer. (1)
Tujuan alimentasi parenteral adalah untuk memberikan cukup kalori yang bukan
protein (nonprotein calories) agar bayi berkesempatan menggunakan sebagian
besar protein untuk pertumbuhan. Cairan yang diberikan harus mengandung bahan
yang setara dan senilai protein (hidrolisat kasein, fibrin daging sapid an asam amino
sintetik) sebanyak 2,5 g/dl glukosa hipertonik 10-25 g/dl, elektrolit, elemen bioinorganik dan vitamin dalam jumlah yang diperlukan. Untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya asidosis dianjurkan memakai campuran asam amino yang
berbentuk kristal. Untuk memenuhi kebutuhan nonprotein sebanyak 100-120
kkal/kgBB/24 jam diperlukan pemberian glukosa saja pada hari pertama sebanyak
10-15 g/kgBB/24 jam dan dinaikkan sedikit demi sedikit sampai mencapai 25-30

g/kgBB/24 jam. Apabila yang digunakan vena perifer sebaiknya diberikan larutan
dengan konsentrasi glukosa kurang dari 12,5 g/dl. Emulsi lemak seperti intrasi
glukosa kurang dari 12,5 g/dl. Emulsi lemak seperti intralipid (11 kkal/g) dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan kalori tanpa menilai tekanan osmotiknya.
Dengan demikian pemberian glukosa konsentrasi tinggi melalui vena sentral atau
perifer dapat dikurangi dan biasanya dapat mencegah timbulnya kekurangan asam
lemak esensial. Elektrolit, elemen bio-inorganik dan vitamin yang diperlukan
ditambahkan kedalam cairan intravena rumatan. Pemeriksaan klinis dan biokimia
harus dilakukan setiap hari agar isi cairan intravena dapat diatur dengan seksama.
Pemberian cairan dilakukan perlahan-lahan dan terus menerus. Semua cairan harus
dicampur oleh seorang ahli farmasi yang berpengalaman dengan memakai laminar
flow hood. Pemberian nutrisi parenteral total intravena lebih dari 100 kkal/kg/24 jam
akan menaikkan berat bayi sebanyak 15 g/kg/24 jam dengan balans nitrogen positif
sebesar 150-200 mg/kg/24 jam. Bila berat badan tidak naik dengan cara diatas
harus dipikirkan kemungkinan sepsis atau penyakit berat lainnya. Kenaikan berat
badan dapat pula dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung campuran
asam amino 2,5 g/kg/24 jam, glukosa 10 g/dl dan intralipid 2-3 g/kg/24 jam. (1,2)
Komplikasi alimentasi intravena yang paling sering menimbulkan masalah adalah
sepsis, kejadian ini dapat dikurangi dengan perawatan kateter yang sangat teliti
serta mempersiapkan cairan infus secara aseptic. Kuman penyebab yang paling
sering ditemukan dibangsal neonatus. Rumah sakit Cipto Mangunkusumo adalah
kuman gram negatif. Mikroorganisme lainnya adalah Staphylococcus aureus dan
candida albican. Saat bayi diketahui menderita infeksi, kateter beserta cairan harus
diangkat dan diganti dengan yang baru dan steril kemudian diberi pengobatan yang
kalau mungkin sesuai dengan penyebabnya. Komplikasi lain adalah trombosis,
ekstravasasi cairan dan kadang-kadang salah posisi kateter (tidak terletak dalam
vena). Pemberian cairan melaui vena perifer sering menimbulkan flebitis, kulit
terkelupas dan infeksi superficial. Komplikasi metabolic meliputi : (1)
hiperglikemia karena pemberian glukosa konsentrasi tinggi yang dapat
mengakibatkan terjadinya diuresis osmotic, dehidrasi dan azotemia.
hipoglikemia oleh karena penghentian cairan glukosa yang mendadak
hiperlipidemia dan mungkin pula hipoksemia akibat pemberian cairan lipid
hiperamonemia yang mungkin disebabkan oleh tingginya kadar amonia dalam
hidrolisat fibrin daging sapi atau kekurangan arginin dalam hidrolisat kasein
kelainan kimia hati
asidosis hiperkloremik terjadi pada bayi yang mendapat asam amino sintetik kecuali
kalau susunan asam anionik, asam amino kationik dan berbagai garam lainnya
berimbang.
Meningkatnya kadar asam amino darah yang tidak normal mungkin menambah
berat keadaan bayi. Kekurangan asam lemak mungkin terjadi apabila dalam cairan
intravena tidak dipakai emulsi lemak. Pemantauan kimiawi dan fisiologik secara
menerus terhadap bayi yang mendapat alimentasi intravena harus dilakukan secara
teratur karena sering menderita komplikasi yang berat. (2)

Suplementasi intravena pada pemberian makanan peroral

Glukosa, campuran asam amino, atau emulsi lemak dapat diberikan melalui vena
perifer secara tersendiri atau terkombinasi apabila bayi berat lahir rendah tidak
cukup mendapat kalori kalau hanya diberikan makanan per oral. Bayi dengan berat
kurang dari 1500 gram dan mendapat suplementasi cairan intravena yang
mengandung nitrogen akan menaikkan beratnya kembali dan serangan apnea pun
berkurang. Tambahan berat, panjang dan lingkaran kepala seperti yang terjadi
dalam kandungan dapat dicapai dengan memberikan campuran hidrolisat protein,
glukosa, dan intralipid secara intravena. Kejadian aspirasi dapat dikurangi dengan
memberikan campuran makanan seperti diatas, disertai pemberian makanan
dengan volume kecil peroral. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah
hiperglikemia, azotemia, hipermetioninemia dan hiperglisinemia. (1)
Pencegahan infeksi
Bayi premature sangat rentan terhadap innfeksi. Prosedur pencegahan infeksi
adalah sebagai berikut : (1)
1. mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke tempat rawat bayi
2. mencuci tangan dengan zat antiseptic/sabun setiap sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi
3. melakukan tindakan untuk mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan
semua benda yang berhubungan langsung dengan bayi
4. mencegah kontaminasi udara disekitar bayi
5. mencegah jumlah bayi yang terlalu banyak dalam satu ruangan
6. membatasi kontak langsung dan tidak langsung dengan petugas ruangan dan
bayi lainnya
7. melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
Hubungan antara bayi dan keluarga harus tetap dilaksanakan agar perkembangan
bayi tidak terganggu. Sedangkan bahaya infeksi dapat dikurangi dengan cara
mematuhi peraturan pencegahan infeksi. (1)
Pencegahan transmisi infeksi dari satu bayi ke bayi lainnya sukar dilakukan karena
pada bayi cukup bulan maupun bayi premature sering tidak tampak manifestasi
klinis infeksi dini. Terhadap bayi yang dirawat namun lahir di luar Rumah Sakit,
dugaan terhadap infeksi harus selalu ada. Untuk membuktikannya bayi tersebut
diawasi dengan teliti selama tiga hari. Kalau terjadi epidemic diruang rawat bayi
sejumlah perawat tertentu dan ruangan isolasi harus digunakan serta tindakan
aseptic dan antiseptic yang sudah dilaksanakan setiap hari lebih ditingkatkan lagi.
(2)
Keberhasilan dalam merawat bayi baru lahir umumnya dan bayi premature
khususnya dapat dicapai dengan memuaskan apabila tersedia tenaga perawat yang
cekatan, terlatih, berpengalaman dalam jumlah yang memadai, serta tersedia
fasilitas lainnya seperti laboratorium, alat radiology,EKG,USG, alat resuscitator.(1)
Obat
Bersihan ginjal untuk sebagian besar bahan yang dikeluarkan air kemih kurang
pada bayi beru lahir, lebih-lebih pada bayi prematur. Untuk mencapai hasil yang
memuaskan dan tidak merugikan bayi, pemberian obat yang mudah diekskresi
ginjal seperti penisilin, gentamisin dan kanamisin waktu antara 2 pemberian dibuat

lebih lama misalnya 12 jam. Obat yang didetoksikasi dihati atau yang memerlukan
konjungasi kimia sebelum diekskresi ginjal, harus pula diberikan dengan hati-hati
dan dalam jumlah dan cara pemberian obat antibiotic kepada neonatus yang
menderita infeksi harus dipertimbangkan untuk setiap bayi, oleh karena dapat
menimbulkan bahaya seperti (1) infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
resisten terhadap obat yang diberikan, (2) merusak atau menghambat kerja bakteri
yang menghasilkan sejumlah vitamin yang diperlukan bayi seperti vitamin K dan
tiamin, (3) merusak/mengganggu proses metabolic yang bermanfaat misalnya
peranan sulfisoksazol dalam hiperbilirubinemia. Walaupun obat dipasaran dikatakan
aman untuk dipakai akan tetapi penggunaannya terhadap penyakit neonatus harus
sangat berhati-hati terutama untuk premature. Dalam jumlah tertentu obat seperti
oksigen, sulfisoksazol, kloramfenikol, novobiosin, cukup aman diberikan kepada bayi
cukup bulan akan tetapi berbahaya untuk bayi premature. (1,2)
Kadar beberapa immunoglobulin bayi premature pada waktu lahir berbeda
bermakna dengan ibu saat bersalin atau bayi cukup bulan, kadar ini akan terus
merendah selama bulan pertama. Pemberian rutin gamaglobulin profilaktik belum
memberikan hasil yang memuaskan. (1,2)
Memulangkan bayi
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol
maupun dengan putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara
10-30 g/hr dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Bayi harus tidak menderita
apnea atau bradikardia dan tidak memerlukan oksigen atau obat yang diberikan
melaui pembuluh darah. Mata bayi yang mendapat oksigen harus diperiksa untuk
melihat ada tidaknya fibroplasia retrolental dan tekanan darah bayi yang
dimasukkan kateter ke dalam tali pusatnya harus diperiksa untuk mengetahui ada
tidaknya hipertensi vascular ginjal. Bila ada dugaan bayi menderita anemia, kadar
haemoglobin dan hematokrit harus diperiksa. Biasanya bayi premature dipulangkan
dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah yang berat sudah
diatasi. Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan
dan perkembangannya serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul
kemudian dan kalau mungkin mengobati/mencegah berlanjutnya proses penyakit
yang dideritanya. (1)
Perawatan dirumah
Sebelum pulang ketika ibu masih dirawat di rumah sakit, sudah harus diajarkan cara
merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan, merawat tali pusat, mengganti
popok, memberi ASI/PASI. Kalau mungkin petugas social yang berpengalaman
dalam merawat bayi mengunjungi rumah bayi tersebut sekurang-kurangnya 1 kali
untuk melihat dari dekat bagaimana si ibu merawat bayinya dan kalau perlu
memberi nasehat mengenai kesalahan atau kekurangannya. (1,3)

H. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gram adalah 95% tetapi

bayi berat kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian lebih tinggi.
Perawatan bayi dengan berat badan yang sangat rendah di ruang gawat darurat
neonatus telah dapat memperpanjang umurnya, kematiannya diduga karena
diplasia bronkopulmonal, enterokolitis nekrotikans atau infeksi sekunder. Angka
kematian bayi berat lahir rendah yang berhasil dipulangkan dari rumah sakit selama
2 tahun pertama lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Kebanyakan sebab kematiannya
diduga karena infeksi yang pada hakekatnya dapat dicega. Selain itu terdapat
peninggian kejadian gagal tumbuh, sindrom kematian bayi mendadak, anak
terlantar, ikatan antara ibu bayi (terutama bayi premature) yang tidak memuaskan.
(1,6)
Kelainan anatomic bawaan yang didapat pada bayi BBLR kira-kira 3-7%. Bayi berat
lahir rendah yang tidak mempunyai cacat bawaan, kerusakan susunan saraf pusat,
berat lahir yang sangat rendah atau retardasi pertumbuhan intrauterine, selama
tahun kedua akan mengalami pertumbuhan fisis yang mendekati pertumbuhan bayi
cukup bulan dengan berat sesuai dengan masa gestasi. Keadaan inirine, selama
tahun kedua akan mengalami pertumbuhan fisis yang mendekati pertumbuhan bayi
cukup bulan dengan berat sesuai dengan masa gestasi. Keadaan ini terjadi lebih
dahulu pada bayi premature dengan ukuran yang lebih besar. (1,3)
Selama tahun kedua bayi BBLSR tidak akan mampu mencapai pertumbuhan seperti
bayi dengan berat badan yang mendekati bayi cukup bulan, terutama yang
menderita penyakir kronis berat, jumlah makanan yang diberikan tidak mencukupi,
atau bila perawatannya tidak memadai. Pada umumnya makin imatur dan makin
rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadinya kecerdasan yang
kurang dan gangguan neurologik. Lingkaran kepala yang kecil waktu lahir mungkin
berhubungan dengan ciri neurologik yang buruk. Kejadian retardasi perkembangan
neurologik dan mental pada bayi dengan berat lahir yang sangat rendah berkisar
antara 10-20% termasuk serebral palsi 3-5% cacat pendengaran dan penglihatan
yang sedang sampai berat 1-4% dan kesukaran belajar 20% IQ global rata-rata
sebesar 90-97 dan 76% di antaranya dapat mengikuti sekolah normal. (1)
Ibu golongan social ekonomi yang rendah cenderung melahirkan bayi berat lahir
rendah yang perkembangannya kurang baik walaupun ada di lingkungan yang baik.
Bayi berat lahir rendah yang cukup bulan jarang menderita cacat neurologik berat.
Walaupun demikian kejadian disfungsi serebral ringan meningkat (hiperaktif,
perhatian terhadap sesuatu berkurang, kesukaran belajar) gambaran
elektroensefalografi abnormal dan kemampuan berbicara tidak sempurna bila
dibandingkan dengan bayi cukup bulan sesuai masa gestasi. Masalah tingkah laku
dan kepribadian mungkin lebih sering ditemukan pada anak yang lahir premature
dari pada yang lahir cukup bulan. Berapa besar pengaruh lingkungan yang
mengganggu pertumbuhan abnormal neonatus yang disebabkan oleh perawatan
terpisah, kurang baiknya hubungan ibu-bayi serta kekhawatiran orang tua dengan
sikap memberi perlindungan yang berlebihan, belum diketahui dengan pasti.
Walaupun demikian bila bayi sudah dianggap tidak memerlukan perawatan lebih
lanjut di Rumah Sakit, bayi harus dipulangkan secepatnya. Bila masih perlu dirawat
disarankan agar orang tua mengunjungi bayinya lebih sering.(1)
I. Pencegahan
Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai

melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan


pemeriksaan selama kehamilan. Statistik menunjukkan bahwa perawatan kehamilan
yang dini dan baik bisa mengurangi angka kejadian prematuritas, kecil untuk
kehamilan dan angka kesakitan akibat persalinan dan pada masa baru lahir. (5,7)

BAB III
KESIMPULAN
1. Prematuritas adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu.
2. Penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi faktor ibu seperti penyakit yang
berhubungan langsung dengan kehamilan, usia keadaan social ekonomi, dari factor
janin seperti hidramnion, kehamilan ganda.
3. Gambaran fisik bayi premature ukuran kecil, berat badan lahir rendah, kulitnya
tipis, vena di bawah kulit, lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak
keriput, rambut yang jarang, telinga tipis dan lembek, tangisannya lemah, kepala
relatif besar, jaringan payudara belum berkembang, otot lemah dan aktivitas
fisiknya sedikit, refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk, pernafasan
yang tidak teratur, kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki - laki ),
labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
4. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran fisik dan usia kehamilan,
pemeriksaan yang dilakukan roentgen, analisa gas darah, kadar gula darah, kadar
kalsium darah, kadar bilirubin.
5. Penyakit yang berhubungan dengan prematuritas seperti sindrom gangguan
pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikuler , fibroplasia
retrolental, hiperbilirubinemia
6. Perawatan pada bayi premature mencakup perlunya pemantauan dan perawatan
bayi imatur dalam incubator, perlunya pemberian oksigen, perhatian terhadap
perincian minuman bayi, pencegahan infeksi
7. Prognosis pada bayi premature saat ini harapan hidup bayi dengan berat 15012500 gram adalah 95% tetapi bayi berat kurang dari 1500 gram masih mempunyai
angka kematian lebih tinggi.
8. Salah satu langkah terpenting dalam mencegah prematuritas adalah mulai
melakukan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin dan terus melakukan
pemeriksaan selama kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI,
Jilid I, Gaya Baru, Jakarta, 1999, hal 224-237.
2. Behrman, R., M.D., Vaughn III. V.C., M.D., Prematuritas da retardasi pertumbuhan

intrauteri : dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bag. I, EGC, Jakarta, 1992, hal 561572.
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Perinatologi dalam Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Buku 3, Infomedika, Jakarta, 2000, hal 1051-1054.
4. Maharani, Tanaya Vidia. Prematuritas. Available at
:http://naya.web.id/2007/01/25/prematuritas/. Published on September 2, 2008.
5. Clark, David A MD. Prematurity. Available at :
http://www.stjohnsmercy.org/healthinfo/pediatric/hrnewborn/prematur.asp.
Published on September 2, 2008.
6. Furdon, Susan A, MS. Prematurity. Available at : http://as.emedicine.com/html/
prematurity.asp. Published on October 16, 2006.
7. Saling, Erich MD FRCOG, Jrgen Lthje MD, Monika Schreiber MD. PrematurityPrevention-Program Institute of Perinatal Medicine, Berlin, Germany. Available at :
http://www.saling-institut.de/html. Published on November 11, 2006
8. Berkow, Robert MD. High-Risk Newborn Prematurity. Available at :
http://www.healthsystem.virginia.edu/uvahealth/peds_hrnewborn/prematur. cfm.
Published on Desember 1, 2007
Graham, E. M, . Prematurity. Available at :
http://www.hmc.psu.edu/childrens/healthinfo/pq/prematurity.htm. Published on
Maret 21, 2007

Anda mungkin juga menyukai