Anda di halaman 1dari 8

1.

Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri, Revolusi Perancis


2. Munculnya rasa kebangsaan Indonesia berasal dari keinginan kuat rakyat Indonesia
untuk merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan 20, mulai muncul benih-benih rasa
kebangsaan atau nasionalisme bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, khususnya
Indonesia. Banyak faktor yang memicu munculnya rasa kebangsaan di Indonesia.
Salah satunya kenangan kejayaan masa lalu. Kenangan kejayaan masa lalu, khususnya
pada kejayaan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya serta kebesaran kerajaan-kerajaan
Islam. Pada masa Majapajit, mereka mampu menguasai seluruh Nusantara. Adapun
masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena maritimnya kuat.
3. Dampak
Salah satu dampak positif yang ditimbulkan dari nasionalisme adalah adanya sense of
belonging (Halliday, 1997). Yang dimaksud dari sense of belonging adalah ketika
seseorang/satu pihak merasa sebagai sebuah bagian dari suatu bangsa atau negara.
Munculnya sense of belonging mampu memperkokoh kesatuan di dalam suatu
bangsa/negara. Selain itu nasionalisme juga berdampak besar terhadap perkembangan
kesenian, olahraga, literatur, bahasa, dan aspek-aspek lainnya (Halliday, 1997).
Aspek-aspek tersebut merupakan cerminan dari identitas yang dimiliki oleh tiap
bangsa. Adanya perbedaan identitas antara bangsa satu dengan bangsa lainnya
menghasilkan keragaman kebudayaan di dunia.
Namun, nasionalisme juga memberikan dampak negatif. Dampak negatif yang
ditimbulkan dari nasionalisme adalah munculnya xenophobia dan chauvinisme
(Halliday, 1997). Xenophobia adalah kecenderungan seseorang/suatu pihak untuk
membenci kebudayaan bangsa lain. Sedangkan chauvinisme adalah paham yang
mengagungkan bangsa/negaranya sendiri dan memandang rendah bangsa/negara
lainnya. Adanya sifat-sifat seperti ini cenderung memicu terjadinya konflik dan
bahkan terjadi peperangan antar negara. Sebagai contoh adalah terjadinya Perang
Dunia II dipicu oleh ambisi dari negara-negara Blok Axis seperti Jerman yang

mengagungkan ras Arya, Italia dengan paham fasisme, dan Jepang dengan semangat
Hakko Ichiu dalam rangka mendirikan Asia Timur Raya. Dapat dikatakan bahwa
nasionalisme yang berlebihan justru menimbulkan perpecahan antar bangsa/negara.
4. Kondisi yang memengaruhi terciptanya demokrasi adalah adanya kesepakatan
bersama dalam masalah yang fundamental dan upaya yang memungkinkan kebebasan
politik tumbuh di tengah negara. Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno,
yakni demokrasi langsung, kemudian berkembang ke negara Eropa lainnya, dan
akhirnya ke Indonesia. Periode panjang pergerkan nasional yang didominasi oleh
muncuolnya organisasi modern digantikan periode revolusi nasional. Revolusi yang
menjadi alat tercapainya kemerdekaan merupakan kisah sentral sejarah indonesia.
Semua usaha untuk mencari identitas (jati) diri, semangat persatuan guna menghadapi
kekuasaamn kolonial, dan untuk membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya
membuahkan hasil dengan diproklamasikannya kemerdekaan indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945.
5. Di samping mayoritas beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa
pergaulan umum (Lingua Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya,
bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi
sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk
menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok
Indonesia.
6. Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak
masa Portugis. Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa,
dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan
rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya
menggalang persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat
diwujudkan dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi

menggunakan kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi


pemuda.
7. Secara umum, Pengertian Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang
melibatkan rakyat dalam sistem pemerintahan negara.
8. Komunikasi atau dalam bidang Pers sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke19, dan masuknya pers di Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
bangsa Indonesia. Wujud perkembangan pers dapat dilihat dalam bentuk surat kabar
maupun majalah. Awalnya surat kabar yang beredar hanya digunakan untuk orangorang asing tetapi karena untuk mengejar pelanggan dari masyarakat pribumi maka
muncul surat kabar yang di modali orang Cina tetapi menggunakan bahasa Melayu.
Peran media :
a. Melalui surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar
tersebut ternyata dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang
berkembang sehingga secara tidak langsung melalui surat kabar tersebut telah
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia.
b. Melalui Surat kabar/ majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas
pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini)
umum.
c. Pendidikan sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar
dan media masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis
pembaca yang dapat membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia.
d. Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk
memuat berita, wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan
ide dan pemikiran secara struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat
luas.
9.

10. Pengertian Nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat
suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan
cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan
adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Nasionalisme ialah
cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.

1) Ya. Setiap kelompok social selalu mengalami perkembangan dan perubahan, karena
kelompok sosial merupakan kelompok yang bersifat dinamis. Beberapa kelompok sosial
bersifat stabil, namun ada juga yang bersifat tidak stabil. Ketidakstabilan itu disebabkan
salah satunya oleh konflik. Kelompok social umumnya mengalami perubahan akibat
proses revolusi karena pengaruh dari luar. Keadaan tidak stabil pada kelompok social

dapat terjadi sebagai akibat konplik antar kelompok karena kurangnya keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan dalam kelompok tersebut. Ada golongan dalam kelompok
social yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lain, atau ada
kepentingan tidak seimbang, sehingga timbul ketidak adilan atau perbedaan paham atau
pandangan tentang cara mencapai tujuan kelompok.
2) Pengertian Masyarakat Multikultural
Kemajemukan masyarakat adalah keanekaragaman penduduk dalam kesatuan masyarakat
atau golongan-golongan atau kelompok-kelompok secara horizontal atau tidak bertingkat.
Perwujudannya adalah penggolongan penduduk atas dasar perbedaan-perbedaan yang
tidak menunjukkan tingkatan, ras, suku bangsa dan agama.

3) Karena apabila dalam suatu kelompok terdapat konflik yang melanda,diharapkan


kelompok tersebut dapat memahami berbagai cara menangani konflik sosial
sehingga dapat dicari alternatif pemecahan masalah dan tercapainya suatu
integrasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga usaha untuk berpikir cepat
dan bertidak terhadap suatu keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan
yang baik dan efektif harus dimiliki oleh masing-masing individu.
4) Di dalam dinamika kelompok, mungkin terjadi antagonisme antar-kelompok.
Apabila terjadi peristiwa tersebut, secara hipotesis prosesnya adalah sebagai
berikut:
a. Bila dua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotip.
b. Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi
sikap tindak bermusuhan tersebut.

c. Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama akan dapat menetralkan sikap
tindak bermusuhan.
d. Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotip yang semula negatif menjadi
positif.
5) Konflik terjadi karena adanya perbedaan atau kesalahpahaman antara individu
atau kelompok masyarakat yang satu dan individu atau kelompok masyarakat
yang lainnya. Konflik antar kelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk
mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau terjadi pemaksaan unsurunsur kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada pemaksaan agama,
dominasi politik, atau adanya konflik tradisional yang terpendam. Suatu contoh
adalah hubungan antara mayoritas dengan minoritas, dimana rekasi golongan
minoritas mungkin dalam bentuk sikap tidak menerima, agresif, menghindari, atau
asimilasi.
6) Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas
berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture)
yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat
homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial
antarindividu di masyarakat bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk
hidup berdampingan secara damai (peace co-exixtence) satu sama lain dengan
perbedaan yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan politiknya. Oleh karena itu,
dalam sebuah masyarakat multikultural sangat mungkin terjadi konflik vertikal
dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
Dalam multikulturalisme, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat
Indonesia) dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam
masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik
tercakup semua kebudayaan dari masing-masing suku bangsa yang sangat jelas
dan belum tercampur oleh warna budaya lain membentuk masyarakat yang lebih
besar.
7) Mengosumsikan perbedaan adalah Kita harus bisa menerima, bahwa kita bisa
berbeda menghadapi konstruksi dan situasi yang berbeda. Kita akan bebas
membayangkan pikiran dan perasaan kita dari perspektif yang lain. Selama kita
dapat menghubungkan perspektif dari hasil bayangan kita dengan perspektif orang
lain yang sebenarnya, maka barulah kita dapat melakukan empati.

8) 1. Primordialisme
Primordialisme artinya perasaan kesukuan yang berlebihan. Menganggap suku
bangsanya sendiri yang paling unggul, maju, dan baik. Sikap ini tidak baik untuk
dikembangkan di masyarakat yang multicultural seperti Indonesia. Apabila sikap
ini ada dalam diri warga suatu bangsa, maka kecil kemungkinan mereka untuk
bisa menerima keberadaan suku bangsa yang lain.
2. Etnosentrisme
Etnosentrisme artinya sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat
dan kebudayaannya sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang
meremehkan masyarakat dan kebudayaan yang lain. Indonesia bisa maju dengan
bekal kebersamaan, sebab tanpa itu yang muncul adalah disintegrasi sosial.
Apabila sikap dan pandangan ini dibiarkan maka akan memunculkan
provinsialisme yaitu paham atau gerakan yang bersifat kedaerahan dan
eksklusivisme yaitu paham yang mempunyai kecenderungan untuk memisahkan
diri dari masyarakat.
Karena paham tersebut dapat menimbulkan konflik yang menimbulkan
perpecahan dalam membangun masyarakat multicultural yang rukun
9) Toleransi merupakan sikap tenggang rasa atau saling menghargai dan
menghormati. Sedangkan empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk
larut dalam perasaan orang lain. Kedua sikap ini perlu dikembangkan dalam
kehidupan masyarakat multikultural agar dapat membentuk rasa tentram. Sikap
toleransi dan empati dapat diwujudkan secara nyata dengan sikap menghargai
budaya orang lain dan menjaga serta melestarikan budaya lokal.
10) Keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat yang multikultural
merupakan salah satu cirimasyarakat Indonesia yang seringkali dibanggakan.
Banyak yang belum menyadari bahwa di balikkemajemukan juga menyimpan
potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan berbangsa danbernegara
apabila tidak pandai-pandai dalam mengelolanya. Munculnya berbagai konflik
sekarangini merupakan bukti dari adanya perbedaan tersebut. Seseorang mengaku
sebagai anggota darisuatu suku bangsa karena dia dilahirkan oleh orangtua dari
suku bangsa tertentu atau berasal daridaerah tertentu. Berbeda dari berbagai jati
diri lainnya (misalnya status sosial) yang diperolehseseorang dalam berbagai
struktur sosial yang sewaktu-waktu dapat dibuang atau diganti, jati dirisuku
bangsa atau kesukubangsaan tidak dapat dibuang atau diganti. Jati diri suku
bangsa akantetap melekat dalam diri seseorang sejak kelahirannya. Walaupun jati

diri suku bangsa dapatdisimpan atau tidak digunakan dalam interaksi, ia tidak
dapat di buang atau dihilangkan.
Berikut ini adalah beberapa sikap kritis yang harus dikembangkan dalam
masyarakat yang beranekaragam, yaitu :
a.Mengembangkan sikap saling menghargai (toleransi) terhadap nilai-nilai dan
norma sosial yang berbeda-beda dari angota masyarakat yang kita temui,
tidak mementingkan kelompok, ras, etnik, atau kelompok agamanya sendiri
dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya.
b.
Meninggalkan sikap primodialisme, terutama yang menjurus pada
sikap etnosentrisme dan ekstrimisme (berlebih-lebihan).
c.Menegakkan supremasi hukum, artinya bahwa suatu peraturan formal harus
berlaku pada semua warga negara tanpa memandang kedudukan sosial, ras,
etnik dan agama yang mereka anut.
Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan

d.

wawasan

berbangsa

dan

bernegara

namun

menghindarkan

sikap

chauvimisme yang akan mengarah pada sikap ekstrim dan menutup diri akan
perbedaan kepentingan dengan masyarakat yang berada di negara-negara
lain.
e.Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi,
kompromi, dan adjudikasi.
f. Mengembangkan kesadaran sosial dan menyadari peranan bagi setiap
individu terutama para pemegang kekuasaan dan penyelenggara kenegaraan
secara formal.

Anda mungkin juga menyukai