Anda di halaman 1dari 5

RANCANG BANGUN

CISCO LEARNING ROUTING NETWORK TESTBED


Wingga Latu Ayu Hidayat
Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia
Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih - Sukolilo, Surabaya - 60111
E-mail : wingga@elect-eng.its.ac.id
HTU

Abstrak Pada tahun 2011 ini jumlah pengguna


Internet di Indonesia diperkirakan telah mencapai 45 juta
pengguna dengan berbagai macam background pengguna itu
sendiri. Routing dan switching yang menjadi teknologi dasar
terbentuknya Internet dirasa sangat perlu untuk dipelajari,
apalagi di lingkungan akademik seperti di ITS ini, dan Cisco
merupakan vendor perangkat jaringan terbesar didunia
sebagai penyedia perangkat Internet, diperkirakan hampir
85% perangkat Internet dunia telah menggunakan Cisco, hal
itulah yang menjadikan landasan dasar bagi penulis untuk
membuat tugas akhir ini.
Pada tugas akhir ini dilakukan pembangunan testbed
jaringan yang berbasiskan device Cisco, diharapkan dengan
adanya testbed jaringan ini para Mahasiswa khususnya bisa
belajar tentang teknologi routing & switching yang berupa
mengkonfigurasi, mengoperasikan dan troubleshooting
jaringan skala menengah guna menambah keterampilan
dalam bidang jaringan dan sebagai bekal untuk terjun
menjadi profesional dibidang jaringan komputer.
Untuk performansi dalam testbed dirasa tidak begitu
penting tetapi disini juga akan dilaporkan hasil dari
pengukuran performasi testbed yang meliputi throughput,
jitter, delay dan packet loss sebagai acuan implementasi pada
jaringan yang nyata. Dari hasil pengukuran didapatkan
bahwa rata rata throughput routing RIP adalah 86,35 Mbps
lebih besar jika dibandingkan dengan routing EIGRP dan
OSPF. Jitter routing EIGRP palign besar, didapat rata rata
sekitar 1,173 ms dan selisih rata rata dari packet loss
sebesar 0.01 %.
Kata Kunci : Cisco Testbed, Routing, CCNA, CCNP, CCIE
PENDAHULUAN
Telekomunikasi komputer pada saat ini semakin
berkembang, oleh karena itu diperlukan resource jaringan
yang handal pula. Routing sebagai proses utama dalam
pertukaran data antara dua network atau lebih dipengaruhi
oleh topologi dan tipe koneksi dimana penentuan dari
karakteristik jaringan ini sangat dipengaruhi oleh pemilihan
protokol routing yang disesuaikan dengan kebutuhan
topologi jaringan.
Testbed sebagai sarana belajar jaringan komputer yang
kurang lebih hampir sama dengan jaringan yang
sesungguhnya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
infrastruktur nyata untuk proses belajar. Routing dan
switching merupakan teknologi dasar yang membangun
jaringan komputer dan Internet, tanpa kedua teknologi diatas
tidak akan ada yang namanya Internet, melihat pentingnya
penguasaan akan pengetahuna tentang teknologi routing dan

UT

switching diatas maka dari itu dibuatlah suatu testbed


jaringan yang berbasis Cisco device untuk sarana belajar
pada Mahasiswa agar lebih faham tentang dasar dasar
II. TEORI PENUNJANG
2.1 Cisco Systems, Inc
Cisco Systems, Inc merupakan perusahaan global dalam
bidang jaringan dan telekomunikasi yang bermarkas di San
Jose, California. Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 1984. Perusahaan ini mempekerjakan 51.480
pekerja.Produk dari perusahaan ini dapat ditemukan dari
ruang tamu sampai ke perusahaan yang bergerak untuk skala
internasional.Visi dari Cisco System.Inc (Cisco) yaitu
Merubah bagaimana cara hidup, bekerja, bermain dan
belajar, dan bagian dari Slogan dari Cisco adalah Selamat
datang kedalam dunia Jaringan (welcome to the human
network). Cisco adalah salah satu produk untuk Teknologi
Informasi nomor satu didunia, terutama untuk sytem,
perangkat keras jaringan serta telekomunikasinya.
2.2 Konsep Dasar Routing
Routing dari kata dasar route yang diserap dalam bahasa
indonesia sebagai rute, definisinya adalah rute dari paket IP
didalam
jaringan dengan
serangkaian
tugas untuk
mengirimkan paket IP dari router ke router sampai ke tujuan
akhir sebagaimana sudah ditentukan didalam bagian IP
Header. adalah mirip konsep routing antara jaringan IP
dengan system transportasi, disini kami akan menerangkan
bahwa konsep routing didalam jaringan IP juga mirip dengan
pengoperasian pengiriman mail. dan kami akan
membandingkan konsep routing IP dengan konsep konsep
system lainnya.

I.

2.3 RIP
Routing Information Protocol adalah sebuah protokol
routing yang pertama kalinya didesain oleh Xerox PARC
Universal Protocol dan digunakan di Xerox Network
Systems (XNS).
RIP adalah protokol routing yang menggunakan metode
distance vector, yang menggunakan hop-count sebagai
metric routing. Jumlah maksimum hop yang diijinkan
mencapai 15 dan holddown time mencapai 180 detik. Secara
default, setiap router RIP akan mentransmit update tabel
routing setiap 30 detik.
Ada tiga jenis mekanisme yang digunakan oleh RIP
untuk mencegah terjadinya pentransmisian informasi routing
yang salah, yaitu holddown timer, split horizon, dan route
poisoning.

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Holddown Timer
Mekanisme ini mencegah dan mengembalikan rute yang
menjadi tidak benar ketika router membroadcast update
regulernya.
Hold down akan memberi tahu router untuk menahan pada
setiap perubahan yang akan berefek pada rute yang baru
dihilangkan untuk beberapa waktu lamanya, hingga rute
yang baru benar-benar stabil dan ketika holddown timer
habis.
Split Horizon
Sangatlah tidak berguna ketika mengirim informasi
tentang sebuah rute kembali ke arah asal informasi itu
datang, karena itu split horizon dipakai untuk mencegah
update yang redundan dalam jaringan tersebut
Poison Reverse
Loop routing pada jaringan yang lebih besar bisa dicegah
dengan penggunaan poison reverse. Poison reverse update
membuat
router
menyebarkan
update
untuk
mengindikasikan sebuah rute sudah tidak tercapai dengan
menggunakan cost sampai 15. Lalu update ini dikirimkan
untuk menghapuskan rute yang tidak terpakai tersebut,
serta menempatkannya pada hold-down.
2.4 EIGRP
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
adalah routing protocol yang di adopsi oleh router Cisco atau
sering disebut sebagai proprierity protocol pada Cisco.
Dimana EIGRP ini hanya bisa digunakan sesama router
Cisco saja. EIGRP adalah protocol distance-vektor yang
classless dan yang sudah diitingkatkan (enhanced), yang
memberikan kita keunggulan yang nyata dibandingkan
protokol properti Cisco lainnya, yaitu IGRP. Keduanya
menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk
menggambarkan kumpulan dari router router yang
contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang
menjalankan routing prtotocol yang sama dan berbagi
informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask
kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita
menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman
(summarization). EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop
maksimum 255.
Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP :
1. Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul
modul yang bersifat protocol dependent
2. Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien
3. Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP)
4. Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing Update
Algoritma (DUAL)

menghitung jarak terpendek ke setiap tujuan. Peta jaringanya


akan disimpan dalam basis data sebagai hasil dari pertukaran
informasi antar router.
OSPF dapat menangani routing jaringan TCP/IP yang
besar dan membuat hirarki routing dengan membagi jaringan
menjadi beberapa area. Setiap paket yang dikirim dapat
dibungkus dengan authentikasi, namun protocol ini
membutuhkan kemampuan CPU dan memori yang besar.
2.5.1 Cara OSPF Membentuk Hubungan dengan Router
Lain
T

Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam


menjalankan pertukaran informasi routing, hal pertama yang
harus dilakukannya adalah membentuk sebuah komunikasi
dengan para router lain. Router lain yang berhubungan
langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan
router OSPF tersebut disebut dengan neighbour router atau
router tetangga. Langkah pertama yang harus dilakukan
sebuah router OSPF adalah harus membentuk hubungan
dengan neighbor router. Router OSPF mempunyai sebuah
mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan
dapat membuka hubungan. Mekanisme tersebut disebut
dengan istilah Hello protocol. Dalam membentuk hubungan
dengan tetangganya, router OSPF akan mengirimkan sebuah
paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau
ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya.
Paket kecil tersebut dinamai dengan istilah Hello packet.
Pada kondisi standar, Hello packet dikirimkan berkala setiap
10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan 30
detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet
berisikan informasi seputar pernak-pernik yang ada pada
router pengirim. Hello packet pada umumnya dikirim dengan
menggunakan multicast address untuk menuju ke semua
router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5).
Semua router yang menjalankan OSPF pasti akan
mendengarkan protocol hello ini dan juga akan mengirimkan
hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello
protocol dan pembentukan neighbour router terdiri dari
beberapa jenis, tergantung dari jenis media di mana router
OSPF berjalan.
T

III. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI


3.1 Perencanaan Sistem
Topologi testbed yang digunakan pada tugas akhir ini
seperti gambar dibawah yang terdiri dari 2 buah Cisco
Catalyst seri 2960, 3 Cisco Router seri 1800, 3 Cisco Router
seri 2800, 1 Tacacs+ Server dan 1 Server monitoring.

2.5 OSPF
Protocol ini termasuk dalam link-state protocol,
kelebihan utama dari protocol ini adalah dapat dengan cepat
mendeteksi perubahan dan mejadikan routing kembali
konvergen dalam waktu singkat dengan sedikit pertukaran
data. Routing ini membentuk peta jaringan dalam tiga tahap,
tahap pertama setiap router mengenali seluruh tetangganya,
lalu router saling bertukar informasi dan router akan

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Gambar. Desain Testbed


Tabel. Management IPAddress
Hostname

Interface

Debian
Ubuntu
Redhat
Fedora
CentOS
FreeBSD
OpenBSD
NetBSD
Juniper
Juniper

Vlan2
Vlan2
Fa0/0.2
Fa0/0.2
Fa0/0.2
Fa0/0.2
Fa0/0.2
Fa0/0.2
Eth0
Eth1

VLAN

IP

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

10.230.1.1/28
10.230.1.2/28
10.230.1.3/28
10.230.1.4/28
10.230.1.5/28
10.230.1.6/28
10.230.1.7/28
10.230.1.8/28
10.230.1.10/28
10.202.1.202

Untuk management IP Addressnya dapat dilihat pada


tabel diatas, semua IP Address masih dalam satu network.

Gambar. Web Resource Testbed


Untuk memudahkan user menggunakan testbed,
dibangunlah sebuah web resource yang beralamatkan pada
url http://b301.f1n4lstory.com. Web ini berisi mulai dari
tuntunan bagaimana cara menggunakan testbed, track
sertifikasi Cisco yang ada adalah CCNA, CCNP dan CCIE
dan untuk memudahkan belajar disediakan juga materi
materi yang dapat didownload sesuai dengan track /
teknologi yang akan dipelajari oleh user.
HTU

UTH

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

3.2 Metodologi Penelitian


Untuk metodologi penelitian dari tugas akhir ini berupa
perancangan, testbed dirancang untuk sarana belajar
teknologi routing & switching yang berbasis Cisco device.
Topologi yang digunakan adalah Mesh, dimana antara
Catalyst dan Router semua saling terhubung dengan kabel
utp baik cross maupun straight dengan menyesuaikan device
yang saling terhubung, untuk spesifikasi teknis yang berupa
hardware dan software dituliskan pada kebutuhan hardware
dan software pada bagian bawah.
Yang kedua implementasi testbed, testbed dibangun
setelah melakukan desain/perancangan topologi, Catalyst,
Router dan Server dikonfigurasi sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan, yang pada tugas akhir ini disesuaikan
dengan sertifikasi pada Cisco yang berupa track CCNA,
CCNP dan CCIE meskipun tidak semua teknologi dapat
tercover pada testbed karena keterbatasan fitur IOS dan
interface pada seri Cisco yang tersedia. Setelah dikonfigurasi
semuanya antara Catalyst, Router dan Server dihubungkan
dengan kabel utp baik cross maupun straight disesuaikan
dengan device yang terhubung. Cross untuk sesama device
misal Catalyst dengan Catalyst dan straight untuk berbeda
device misal Catalyst dengan Router.
Tujuan dari pembangunan testbed ini adalah sebagai sara
belajar jaringan komputer khususnya teknologi routing 7
switching yang berbasikan Cisco device, jadi disini user
dituntut untuk bisa belajar secara mandiri dengan mengacu
pada materi materi yang telah disediakan oleh Web
resource. Semua materi CCNA, CCNP dan CCIE terdapat
pada Web resource pada tab download. Untuk performansi
testbed dilakukan pengambilan data pada routing protocol
yang meliputi RIP, EIGRP dan OSPF dengan memberi
pembebanan pada testbed yang berupa trafik yang dimulai
dari 128 Kbps, 256 Kbps, 512 Kbps, 1024 Kbps dan 2048
Kbps. Dengan menggunakan software TFGen trafik di
generate dan dengan software Wireshark data dapat
dimonitoring yang kemudian disimpulakn hasilnya pada
analisa performansi.
3.3 Kebutuhan Hardware
Pada tugas akhir kali ini untuk kebutuhan hardwarenya
meliputi 2 Cisco Catalyst seri 2960, 3 Cisco Router seri
1800, 3 Cisco Router seri 2800, 1 Tacacs+ Server dan 1
Server untuk monitoring.
Cisco Catalyst berfungsi untuk proses switching, pada
testbed terdapat 2 Cisco Catalyst yang dihubungkan dengan 2
kabel cross utp pada port 23 dan 24 yang statusnya sebagai
trunk link. Untuk vlan managementnya adalah vlan 2 dan
untuk vlan accessnya dibuat muali dari vlan 10, 11, 12
sampai vlan 25, untuk konfigurasi kedua Catalyst tsb adalah
sama mulai dari default, management, vlan dan status
vtpnya.
Router Redhat, Fedora dan CentOS adalah router seri
1800 yang mempunyai konfigurasi default sama, terdapat 2
interface Fastethernet yaitu Fa0/0 dan Fa0/1 yang masing
masing interface terdapat sub interface sesuai dengan vlan
yang ada pada kedua Catalyst testbed.

generator untuk mengambil data throughput pada masing


masing router dan membuat rata rata troughputnya.
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil bahwa troughput
dari routing RIP lebih baik dari routing EIGRP dan OSPF,
dimana rata rata throughput routing RIP adalah 86,35
Mbps, rata rata trhoghput EIGRP adalah 75, 58 Mbps, dan
rata rata througput OSPF adalah 75.52 Mbps.
4.2 Jitter
2
1.5
RIP
1

EIGRP
OSPF

0.5
0
2

100

10 20 30 40 50 60

Gambar. Tabel Jitter


Dalam pengukuran jitter ini menggunakan paket udp
pada traffik generator TFGen, karena pada umumnya jitter
digunakan untuk perhitungan pada RTP (Real Time
Transport Protocol) pada aplikasi voice dan video selain pada
pengiriman paket data biasa.
Dari data didapatkan rata rata jitter pada routing RIP
adalah 0.557 ms, rata rata jitter routing EIGRP adalah
1,173 ms, dan rata rata jitter routing OSPF adalah 1.128
ms.
4.3 Delay
12
10
8

RIP

6
4
2
0

EIGRP

40

50

30

20

10

OSPF

De
fa
ul
t

IV. ANALISA
4.1 Throughput

3.4 Kebutuhan Software


Software yang digunakan pada tugas akhir ini adalah
Ping, TFGen dan Wireshark.
Ping adalah software yang digunakan untuk mencek
kondisi link jaringan antar host dan juga digunakan untuk
memonitoring jaringan.
TFGen adalah software berbasis sistem operasi
Windows yang digunakan untuk membangkitkan trafik udp
dan tcp atau disebut dengan traffic generator. TFGen
berjalan pada model client-server, server TFGen
membangkitkan traffic udp pada sisi client. TFGen ini bisa
digunakan untuk mengalisa jaringan komputer, karena bisa
menghasilkan data data yang digunakan untuk menganalisa
jaringan komputer, seperti throughput, delay dan packet loss.
Wireshark adalah salah satu software Network Analyzer
digunakan oleh Network Administrator untuk menganalisa
kinerja jaringannya. Wireshark mampu menangkap paket
paket data/informasi yang melewati dalam jaringan. Semua
jenis paket informasi dalam berbagai format protokol pun
akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa.

Router FreeBSD, OpenBSD dan NetBSD adalah router


seri 2800 juga memiliki konfigurasi default yang sama
ketiganya, terdapat 2 interface Fastethernet yaitu Fa0/0 dan
Fa0/1 yang masing masing interface terdapat sub interface
sesui dengan vlan yang ada pada kedua Catalyst testbed.
Router berfungsi sebagai proses routing, masing
masing router mempunyai IP address management begitu
pula dengan Catalyst juga mempunyai IP address
management yang masih satu network dengan keenam router
tersebut. Semua router saling terhubung pada Catalyst
menggunakan kabel straight utp.
Tacacs+ Server sebagai console login testbed, berjalan
diatas sistem operasi Linux Ubuntu 10.10, berfungsi sebagai
autentikasi pada remote testbed via Telnet/SSH, jadi user
harus melalui Tacacs+ Server ini jika menginginkan untuk
bisa mengakses testbed. Dan yang terakhir adalah Server
monitoring yang berjalan diatas sistem operasi Windows
yang berfungsi sebagai monitoring performansi pada testbed.

Gambar. Tabel Delay

80
RIP

60

EIGRP
40

OSPF

20
0
2

10 20 30 40 50 60 70 80 90

Gambar. Tabel Throughput


Pengukuran dilakukan dengan cara menjalankan
software TFGen pada Server monitoring sebagai traffik

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Round Trip Delay atau juga disebut Round Trip Time


adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah pulse atau paket
untuk mencapai tujuan tertentu dan kembali lagi keasal. Pada
pengukuran RTT ini dilakukan dengan cara melakukan
pengiriman paket ICMP dari Server moniroting menuju
router NetBSD pada routing RIP, EIGRP dan OSPF.
Jika dilihat pada tabel diatas bahwa RTT antara routing
RIP, EIGRP dan OSPF adalah mirip. Ukuran paket yang
lebih besar waktu pengiriman menyebabkan RTT lebih lama.
Nilai rata rata untuk semua routing protokol adalah

dibawah 12 ms. Maksimum RTT pada routing RIP adalah


9.055 ms, pada routing EIGRP adalah 10.432 ms dan pada
routing OSPF adalah 9.329 ms dengan ukuran paket yang
terkirim adalah 50000 bytes.
4.4 Packet Loss

tugas akhir, yaitu diperlukan penambahan resource baik


berupa hardware maupun software tidak hanya terpaku pada
satu vendor saja dalam hal ini Cisco, bisa ditambahkan juga
device dari Juniper, Alcatel maupun dari software software
yang opensource sekalipun sehingga testbed menjadi satu
kesatuan perangkat jaringan yang komplek. Yang kedua bisa
dialokasikan beberapa IP public yang diperuntukkan testbed
sehingga memudahkan user untuk mengakses dimanapun dan
kapanpun melalui Internet.

0%
0%
RIP
0%

DAFTAR PUSTAKA

EIGRP
OSPF

[1] Scott Empson, CCNA Portable Command Guide IPv6,


July 2008
[2] Krzysztof Nowicki, Rafa Marszewski, Appraisement of
Modifications in Dynamic Routing Protocols, Journal of
Applied Computer Science, Vol. 13. No 1, 2005
[3] IP Routing based on
http://www.cisco.com/en/US/tech/tk365/tsd_technology
_support_protocol_home.html
[4] Richard P. Draves,1 Allison Mankin,2 Brian D. Zill1,
Design Cisco Testbed, 2008
[5] Zeadally, I.Raicu, Routing on Cisco, IEEE Internet
Computing (2003) 51-57

0%
0%
2

10 20 30 40 50 60

Gambar. Tabel Packet Loss


Pada pengukuran packet loss kali ini dengan
menggunakan traffik udp pada traffik generator TFGen,
karena pada udp, kemungkinan recovery packet tidak ada
sehingga akan tercatat langsung hasil packet loss. Pada tabel
dapat dilihat pada pembebanan traffik 2 10 Mbps tidak
didapatkan packet loss sama sekali, namun mulai
pembebanan traffik sebesar 30 Mbps sampai 60 Mbps jika
dirata rata terdapat packet loss sebesar 0.01 0.02 %.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil desain, implementasi dan uji coba testbed
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Testbed jaringan ini diharapkan dapat menjadi sarana
acuan belajar tentang teknologi routing & switching
khususnya yang berbasis Cisco device.
2. Untuk mendesain sebuah testbed jaringan dengan resource
yang terbatas, dapat diperhatikan topologi yang akan
digunakan, dalam testbed kali ini topologi yang digunakan
adalah topologi Mesh, dimana antara satu perangkat
dengan perangkat yang lain saling terhubung, terutama
Catalyst dan Router.
3. Tidak semua teknologi routing & switching dapat
diimplementasikan pada testbed, hal ini disebabkan
terbatasnya resource yang ada sehingga hanya teknologi
yang tercover pada IOS dan Interface Cisco yang
digunakan testbed yang bisa diimplementasikan.
4. Dalam implementasi testbed faktor QoS bukan merupakan
faktor utama, tetapi perlu diperhatikan ketika implementasi
jaringan untuk keperluann nyata seperti sarana belajar,
instansi, bisnis dan terlebih infrastruktur yang menjadi
backbone utama untuk keperluan suatu instansi atau
negara.

BIODATA PENULIS
Wingga Latu Ayu Hidayat menempuh
penduidikan tingkat sarjana di Institut
Teknologi Sepuluh Nopember sejak
tahun 2006 pada jurusan Teknik Elektro.

HTU

Selain menjadi mahasiswa paling akhir di


angkatannya saat ini penulis juga sedang bekerja untuk salah
satu provider Internet dan Multimedia yaitu IM2 (
http://www.indosatm2.com) untuk informasi lebih lanjut bisa
menghubungi via email pada wingga@f1n4lstory.com
UTH

HTU

UTH

5.2 Saran
Dari hasil testbed yang telah diimplementasikan, penulis
memberikan beberapa saran untuk pengembangan testbed
yang sekiranya dapat dijadikan sarana belajar dan penelitian

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS

Anda mungkin juga menyukai