Anda di halaman 1dari 23

BAB IPENDAHULUAN

Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtivamenjadi
merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui
bagiankonjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terajadiakibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran
darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.Mata merah akibat melebarnya pembuluh
darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis,
atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksusarteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada
iritis dan glaukoma akut kongestif. Padakonjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial
yang melebar, maka bila diberi efinefrintopikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan
menjadi putih.
A.
Anatomi MataGambar 1. Anatomi Bola Mata
Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu :
1.
SkleraMerupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea
yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.
25
menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase
air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.

UveaJaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan
siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil dan badan siliar yang terletak di belakang
irismenghasilkan cairan bilik mata (aquous humor).3.

RetinaRetina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapisan
yangmerupakan lapisan neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
padasaraf optik dan diteruskan ke otak.Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian
retina berhubungan dengan badansel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik
yang memanjang sampai ke otak.Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap
sinar dan daerah ini disebut bintik buta.Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya
menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi
carian
yang
disebut
aqueous
humor
dan
bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfu
ngsimenjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar.Kotak mata pada tengkorak berfungsi
melindungi bola mata dari kerusakan. Selaputtransparan yang melapisi kornea dan bagian
dalam
kelopak
mata
disebut
konjungtiva.
Selaput
ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radan
gkonjungtiva disebut konjungtivitis.Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi
dengan cairan yang keluar darikelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di
bawah alis.Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata
berfungsisebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
mata.Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang.Konjungtiva terdiri atas tiga bagian :1.
Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus2.
Konjungtiva bulbi, yang menutupi sklera3.
Konjungtiva fornix, adalah tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi
Mata diperdarahi oleh arteri oftalmika, cabang dari arteri karotis interna, arteriinfraorbital,
dan arteri karotis eksternayang memperdarahi struktur disekitar mataArteri retina sentral,
cabang dari arteri oftalmika terletak inferior dari nervus optikus,arteri retina sentral berjalan
didalam selubung durameter bersama dengan nervus optikus hinggamencapai bagian
belakang bola mata, pada diskus optikus.Cabang lain dari arteri oftalmikusyaitu arteri siliari
posterior memperdarah koroid, yaitu bagian dari lapisan mata non-vascular.Arteri siliari
posterior
akan
beranastomosis
dengan
arteri
siliari
anterior
membentuk
suatu pleksus siliari. Konjungtiva diperdarahi oleh arteri konjungtiva posterior yang memperd
arahikonjungtiva bulbi dan arteri siliari anterior yang bercabang menjadi arteri episklera
(pleksussiliar) yang memperdarahi iris dan badan siliar, dan arteri perikornea yang
memperdarahi kornea.
Gambar 2. Vaskularisasi MataInjeksi Konjungtival
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival dapat
terjadiakibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.Injeksi
konjungtival ini mempunyai tanda-tanda:

Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior
melekatsecara longgar pada konjungtiva bulbbi yang mudah dilepas dari sclera.

Pembuluh darah didapatkan terutama di daerah forniks

Ukuraan pembuluh darah makin besar ke bagian perifer

Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara

Berwarna merah yang segar

Gatal

Tidak ada fotofobia

Pupil ukuran normal

Gambar 3 Injeksi KonjungtivaInjeksi siliar

Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau
injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, rada
ng jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitisInjeksi siliar ini mempunyai
tanda-tanda

Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival

Pembuluh darah tidak tampak

Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel
eratdengan jaringan perikornea.

Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks

Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.

Hanya lakrimasi

Terdapat fotofobia
Sakit tekan di sekitar kornea

Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler

Gambar 4 Injeksi Siliar


Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikangejala
bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:

Penglihatan menurun

Terdapat atau tidak terdapatnya secret

Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,Mata merah dapat dibagi
menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merahdengan visus terganggu akibat
keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yangmerah.
B.
Fisiologi
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kaliyaitu
waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor.
Pembiasanterbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh
pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar

6
Gambar 5. Fisiologi Masuknya Cahaya
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang
(sel basilus).
Sel konus berisi
pigmen lembayung dan sel
batang berisi
pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu ya
ng terdapat pada sel batang.Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi
kurang
terang,
sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedak
an warna,makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik
kuninghanya ada sel konus saja.Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin,
yaitu
suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsi
n akanterurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam
keadaangelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap
(disebut jugaadaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.Pigmen
lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabunganantara
retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah,hijau,
dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrumwarna.
Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.

7
BAB IIPEMBAHASANMATA MERAH DENGAN VISUS NORMALA.
Pterigium
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifatdegeneratif
dan invasif. Tumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasalataupun temporal
konjungtiva. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentralatau di daerah
kornea. Pterigium ini mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium ini akan
berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.

Gambar 6. Pterigium
Pterigium diduga disebabkan iritasi lama akibat debu, cahaya sinar matahari, danudara yang
panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatuneoplasma,
radang, dan degenerasi.Pengobatan tidak diperlukan karena bila dibedah sering bersifat
rekuren,
terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau
suatudekongestan tetes mata.Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea
atau bola mata.Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konseravatif atau dilakukan
pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat pterigium menimbulkan astigmatisme
iregular atauakibat bagian pterigium yang telah menutupi media penglihatan. Tindakan
pembedahanadalah suatu tindak bedah plastik.
8
B.
Pseudopterigium
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.Sering
pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehinggakonjungtiva
menutupi kornea. Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yangterdekat dengan
proses kornea sebelumnya. Beda dengan pterigium adalah selain dari padaletaknya tidak
harus pada celah kelopak atau fisura palbebra juga pada pseudoptergium inidapat diselipkan
sonde di bawahnya. Pada pseudopterigium selamanya terdapat anamnesisadanya kelainan
kornea sebelumnya, seperti tukak kornea.
C.
Pinguekula Iritans
Pinguekula iritans merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang umumditemukan pada
orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan
angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.

Gambar 7. Pinguekula
Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluhdarah
tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, makasekitar
bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar.Pinguekula tidak perlu
diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan, maka dapat diberika
obat-obat anti-radang.

9
D.
Perdarahan Subkonjungtiva
Perdarahan
subkonjungtiva
disebabkan
pecahnya
pembuluh
darah
kecil
konjungtiva.Perdarahan atau pecahnya pembuluh darah ini dapat terjadi akibat radang
konjungtiva
berat, batuk keras pada anakanak atau tusis quinta, kelainan pembuluh darah atau darah, dankekurangan vitamin C.

Gambar 8. Perdarahan Subkonjungtiva


Besarnya perdarahan subkonjungtiva ini dapat kecil atau luas di seluruhsubkonjungtiva.
Warna merah pada konjungtiva pasien merasa khawatir sehingga akansegera minta
pertolongan pada dokter. Warna merah akan berubah menjadi hitam setelah beberapa lama,
seperti pada hematoma umumnya.Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap
dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.
E.
Episkleritis dan Skleritis
Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan konjungtiva sebelah dalam yangterletak di
permukaan sklera. Sklera merupakan dinding bola mata yang terdiri atas jaringanikat kuat
yang tidak bening dan tidak kenyal dengan tebal kira-kira 1 mm. Sklera dibagian belakang

ditembus oleh saraf optik pada bagian yang disebut sebagai lamina kribrosa sklera.Pada
sklera terdapat insersi 6 otot penggerak mata.
Gambar 9. Episkleritis
Radang episklera dan sklera disebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap penyakitsistemik
seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, sel, dan lainnya.
Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran khusus,
yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah konjungti
va.Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas benjolan,
akanmemberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis
biladilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau
dilepasdari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit dapat berminggu-minggu
atau beberapa bulan. Kadang-kadang merupakan kelainan berulang yang ringan. Pada
episkleritis jarang terlibat kornea dan uvea.Keluhan pasien dengan episkleritis adalah yang
mata terasa kering, dengan rasa sakityang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang
kemotik.Pasien episkleritis umumnya pasien dengan bawaan penyakit reumatik.
Penyebabnyamungkin suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi.
Dapat sajakelainan ini terjadi secara spontan.Kadang-kadang penyebabnya adalah penyakit
alergi terhadap endotoksin, seperti pada tuberkulosis dan streptococ. Perempuan lebih sering
terkena dibanding dengan laki-laki.Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah
kortikosteroid tetes mata atausistemik atau dapat diberi salisilat.Episkleritis bersif residif
yang dapat menyerang tempat yang sama ataupun berbeda- beda dengan lama sakit umumnya
berlangsung 4-5 minggu.Penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya peradangan lebih
dalam sklera yangdisebut sebagai skleritis.F.
Skleritis
Skleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti uveitis dankeratitis
sklerotikan. Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sklera atau skleromalasia makadapat
terjadi perforasi pada sklera. Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sehingga seringdiduga
adanya selulitis orbita.Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada
perempuan. Skleritisterjadinya tidak lebih sering dibanding episkleritis, akan tetapi
penyebabnya hampir sama.Pada sekleritis terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga.
Kadang-kadangmengenai seluruh lingkaran kornea, sehingga terlihat sebagai
skleritis anular
kleritis sering berjalan bersama-sama dengan iritis atau siklitis dan koroiditisanterior. Bila
terjadi penyembuhan, maka akan terjadi penipisan sklera yang tidak tahanterhadap tekanan
bola mata sehingga terjadi stafiloma sklera yang berwama biru.Penyulit pada kornea dapat
dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadikekeruhan kornea akibat peradangan sklera
terdekat. Bentuk keratitis sklerotikan adalahkeratitis dengan bentuk segitiga yang terletak
dekat skleritis yang sedang meradang. Hal initerjadi akibat terjadi gangguan susunan serat
kolagen
stroma
komea.
Pada
keadaan
ini
tidak pernah terjadi neovaskularisasi ke dalam stroma komea. Proses penyembuhan kornea y
aitu berupa menjadi jernihnya kornea yang dimulai dan bagian sentral. Sering bagjan sentralk
ornea tidak terlihat pada keratitis sklerotikan.
G.
Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisandalam
kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur,chlamidia),
alergi, iritasi bahan-bahan kimia.Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:


Infeksi olah virus atau bakteri

Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang

Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau
sinar matahari.Klasifikasi Konjungtivitis berdasarkan etiologi, terdiri dari:1. infeksi ( bakteri ,
jamur , parasit, virus )2. imunologis (alergi)3. iritatif ( bahan kimia, suhu listrik, radiasi sinar
UV)4.
berhubungan
dengan
penyakit
sistemik Namun yang akan saya bahas pada tulisan ini adalah yang berkaitan dengan gejala
mata merahvisus normal, diantaranya :
Konjungtivitis akut

Konjungtivitis bakterial
o
Hiperakut (
N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis
.)
o
Akut (
Streptococcus pneumonia
dan
Haemophilus aegyptyus
.)
o
Subakut(
H influenza
dan
Escherichia coli)
o
Kronik (konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktusnasolakrimalis .)

Konjungtivitis akut viral


o
keratokonjungtivitis epidemic

demam faringokonjungtiva

keratokonjungtivitis herpetic

keratokonjungtivitis New Castle

konjungtivitis hemoragik akut

Konjungtivitis jamur

Konjungtivitis alergi

konjungtivitis vernal

konjungtivitis fliktenKonjungtivitis Kronis

TrachomaSecara garis besar, gambaran klinik yang ditemukan pada konjungtivitis


diantaranya:
a.
Subjekstif
Seperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,,gatal, kadang kabur, lengket waktu pagi.
b.
Objektif 1.
Injeksi Konjungtiva
Pelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelok-kelok,
merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila
konjungtiva bulbi digerakkan.
13
2.
Folikel
Kelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm.tonjolan ini
mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abukemerehan karena adanya
pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.
3.
Papil raksasa
(Coble-stone)
Cobble-stone
berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar.Pada

coble-stone
pembuluh darah berasal dari bawah sentral.
4.
Flikten
Tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva ataukornea,
berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis.
5.
Membran
Massa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruhkonjungtiva.
Paling
sering
menutupi
konjungtiva
tarsal.
Massa
puth
ini
dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran.Selain
massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dannekrosis konjungtiva,
sehingga sukar diangkat, disebut membran.
Gejala lainnya adalah:- mata berair - mata terasa nyeri- mata terasa gatal- pandangan kabur peka terhadap cahaya- terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Berikut ulasan mengenai masing

masing klasifikasi konjungtivitis berdasarkanetiologinya,Berikut ini akan diulas mengenai


gambaran klinis, alur diagnose dan terapi macam

macamkonjungtivitis sesuai dengan klasifikasi berdasarkan etiologi


Konjungtivitis Bakteri
a.
Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus,
Pneumokok,Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh
virus, misalnyaMorbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau
bahan kimia yanglain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes
Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone,
tanpaflikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya).
Dapatdisertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan
Konjungtivitis
Kataral
tergantung
kepada
penyebabnya.
Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin,
kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat
anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek. b.
Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di
bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua

kemungkinan penyebab, yaitu


infeksi golongan Neisseria
(gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia(klamidia okulogenital)
Gambaran Klinis
Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral.
KonjungtivitisPurulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya
pseudomembran sebagaimassa putih di konjungtiva tarsal
15
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.Penderita harus dirawat diruang isolasi.
Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline


atau
Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr


atau
Penisilin G 100.000IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi salinec.
Konjungtivitis Membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan
infeksidifteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta
infeksi pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih padakonjungtiva
tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitumembran
dan pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik,
diberikan antibiotik yang sensitif.Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam
dan injeksi penisillin sesuai umur, padaanak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000
unit/KgBB,
pada
orang
dewasa
diberi
injeksi penisillin 2 hari masingmasing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksindifteria, perlu diberikan
antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut
Konjungtivitis Virus
a). Demam Faringokonjungtival- Tanda dan gejalaDemam Faringokonjungtival ditandai oleh
demam 38,3-40

C, sakit tenggorokan, dankonjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering
sangat mencolok padakedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair
mata sering terjadi, dankadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah
limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).LaboratoriumDemam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan
kadang

kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh
tesnetralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis
secaraserologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah
halmudah dan jelas lebih praktis.
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yangtumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa
dansukar menular di kolam renang berchlor.TerapiTidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam
sekitar 10 hari.
b). Keratokonjungtivitis Epidemika- Tanda dan gejalaKeratokonjungtivitis epidemika
umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja,dan biasanya mata pertama lebih
parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyerisedang dan berair mata,
kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dankekeruhan subepitel
bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalahkhas. Edema
palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel
dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran
danmungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon.
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapatdi
pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh
tanpameninggalkan parut.
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakitt
enggorokan, otitis media, dan diare.LaboratoriumKeratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
(subgroubD dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel
dandiidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi
radangmononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil.PenyebaranTransmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jarijaritangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan
yangterkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi
saatujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu
dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran.
PencegahanBahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai
penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unitdose. Cuci tangan secara teratur diantara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alatalat yang menyentuh matakhususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi
harus dibersihkan denganalcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan
dikeringkan dengan hati-hati
TerapiSekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapagejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan

korneasehingga harus
superinfeksi bacterial.

dihindari.

Agen

antibakteri

harus

diberikan

jika

terjadi

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks


Tanda dan gejalaKonjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak
kecil, adalahkeadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral,
iritasi, bertahimata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi
epithelial tersendiriyang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus
epithelial
yang
bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang mu
ncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebu
ahnodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.
LaboratoriumTidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika
konjungtivitisnyafolikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika
pseudomembran, reaksinyaterutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat
nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi
Bouin dan pulasanPapanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya
sel

selepithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.Virus mudah diisolasi dengan


mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di ataskonjungtiva dan memindahkan
sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.
TerapiJika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunyasembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin
diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan
kainkering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus
topicalsendiri harus diberikan 7

10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vidarabine lima kali sehari, atau
idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1tetes setiap 2 jam di waktu
malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salepacyclovir 3% lima kali sehari selama
10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kalisehari selama 7 hari.Untuk ulkus kornea,
debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaianvidarabine atau
idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaankortikosteroid
dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex danmengkonversi
penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yangsangat panjang dan
berat.
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

EpidemiologiSemua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic


besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana
dalamtahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi
virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari).

Tanda dan GejalaMata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah,edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis.
Hemoragisubkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya,
dimulaidi konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien
mengalamilimfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis
anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus.

Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti sprei,alatalat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

TerapiTidak ada pengobatan yang pasti.E)


Konjungtivitis
New Castle
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hariKonjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang
yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi danhiperplasi, tampak
folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtivatarsal inferior. Pada
konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan padakonjungtiviis ini biasanya disertai
pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. SeringunilateralGejala subjektif : seperti
perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegahinfeksi
sekunder.3.
Konjungtivitis klamidia
a)
Inclusion
Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran initerdapat pada
orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi

gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut


Inclusionblenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin
b)
Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :1.
Stadium Insipiens atau permulaanFolikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior,
pada kornea di daerahlimbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.
Kelainan kornea akanlebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana
akan terlihattitik-titik hijau pada defek kornea.2.
Stadium akut (trakoma nyata)Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa
folikel matur berwarna abu-abu3.
Stadium sikatriksSikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
sepertigaris putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.4.
Stadium penyembuhantrakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu
dapatdiberikan juga sulfonamid oral.4.
Konjungtivitis menahun
a)
Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila
beradadilapangan terbuka yang panas terik.Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis
dengan tanda khas adanya cobble-stone dikonjungtiva tarsalis superior, yang biasanya
terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satumata. Sekret mata pada dasarnya mukoid
dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksisekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata. Pemakaian steroid jangka panjang dapat
sangatmerugikan. Kelainan kornea dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal. Bila
terdapat tukak maka diberi antibiotik dan sikloplegik. b)
Konjungtivitis Flikten
Etiologi

Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitastipe IV).

Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

Lebih sering ditemukan pd anak-anak


Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat
jugadijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal dan kornea. Penyakit ini dapat
mengenai duamata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh. Apabila
flikten timbul dikornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila
peradangannya berat,maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat
eksema kulit. Keluhan lainadalah rasa seperti berpasir dan silau.
Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salepKombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan m


engingat kemunginan terdapatinfeksi bakteri sekunder.
Konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi.
Etiologi
Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodihumoral
terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindromSteven Johnson,
suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orangdengan predisposisi
alergi obatobatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontakjugadapat terjadi reaksi
alergi.
Manifestasi Klinis
Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan
menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam
keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi
serta
papil besar
pada konjungtiva
tarsal yang
dapat menimbulkan
komplikasi
padakonjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

Gambar 6 Konjungtivitis Alergi


Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil.
ditemukaneosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.
Penatalaksanaan
-

Pada

pemeriksaan

darah

Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk


menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnyava
sokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikaldosis
rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahandiberikan
natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada
kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.Penggunaan steroid
berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus,katarak, hingga ulkus kornea
oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat.- Pada sindrom Steven Johnson,
pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatanumum. Pada mata dilakukan pembersihan
sekret, midriatik, steroid topikal, dan pencegahansimblefaron.
d)
Konjungtivitis sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaankonjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air
mata,kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau
hilangnyamikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun
lain, disebutsebagai sindrom sjogren.
Manifestasi Klinis

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat
gejalasekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak
kering, danterdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi,
hiperemis, menebaldan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada
forniks konjungtiva bawah.Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya.
Sebaiknyadiberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea
dan dapat
menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase
air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.
5.
Konjungtivitis kimia atau iritasia.
Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika,idox
uridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atauvehikel
toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalamsaccus
conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air
mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akancedera karena tidak
ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskankedalam saccus conjungtivae.Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa
neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atasmeng
hentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau samasekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-mingguatau berbulan-bulan
lamanya setelah penyebabnya dihilangkan. b.
Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke
saccusconjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah
pupuk,sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai
asamdan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebabutama
konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkansecara positif,
dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata
yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa
mengganggu secaramenahun.
1
-

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.Alkali
tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringandan menetap di
dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak
menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase
air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.
5.
Konjungtivitis kimia atau iritasia.
Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika,idox
uridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atauvehikel
toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalamsaccus
conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air
mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akancedera karena tidak
ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskankedalam saccus conjungtivae.Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa
neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atasmeng
hentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau samasekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-mingguatau berbulan-bulan
lamanya setelah penyebabnya dihilangkan. b.
Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke
saccusconjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah
pupuk,sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai
asamdan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebabutama
konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkansecara positif,
dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata
yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa
mengganggu secaramenahun.
1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.Alkali
tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringandan menetap di
dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak

Konjungtivitis kimia atau iritasia.

Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal


Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika,idox
uridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atauvehikel
toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalamsaccus
conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air
mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akancedera karena tidak
ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskankedalam saccus conjungtivae.Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa
neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atasmeng
hentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau samasekali tanpa
tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-mingguatau berbulan-bulan
lamanya setelah penyebabnya dihilangkan. b.
Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke
saccusconjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah
pupuk,sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai
asamdan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebabutama
konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkansecara positif,
dan
pengobatannya
non-spesifik.
Tidak
ada
efek
pada
mata
yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa
mengganggu secaramenahun.
1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.Alkali
tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringandan menetap di
dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak
selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkalitersebut
dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra danleokoma
kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali.Pada kejadian
manapun,
gejala
utama
luka
bahan
kimia
adalah
sakit,
pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya
dapat diungkapkan.Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garamsangat
penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Janganmemakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dinginselama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetikasistemik bila perlu.
Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yangcocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharonmungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat padakojungtiva dan kornea prognosisnya

buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatanmemadai dimulai segera, parut yang
terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.
27
BAB IIIKESIMPULAN
Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtivamenjadi
merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui
bagiankonjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva
terajadiakibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran
darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.Mata merah akibat melebarnya pembuluh
darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis,
atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksusarteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada
iritis dan glaukoma akut kongestif. Padakonjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial
yang melebar, maka bila diberi efinefrintopikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan
menjadi putih.Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:

Arteri konjungtiva posterior, memperdarahi konjungtiva bulbi

Arteri siliar anterior atau episklera, yang memberikan cabang:


o
Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior longus
bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yangmemperdarahi iris dan
badan siliar.
o
Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau
injeksi konjungtiva ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergis atau infeksi pada
jaringan konjungtiva.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas S, dkk.
Sari Ilmu Penyakit Mata
. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, 2003.2.
Vaughan, Daniel G et all,
Oftalmologi Umum.
Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.3.
Ilyas
S.
Ilmu
Penyakit
Mata.
Kedokteran UniversitasIndonesia, 2006.4.

Jakarta:

Balai

Penerbit

Fakultas

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umumdan
Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto, 20025.

PERDAMI,.
Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 20026.
www.eyepathologisyt.com/disease 7.
www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html

Anda mungkin juga menyukai