Anda di halaman 1dari 16

Epilepsi

Untuk memenuhi tugas SP FP Nervous


Yang dibina oleh Ns. Retno Lestari, M.Kep

Oleh :
Wahyu Sukma Samudera
NIM. 125070218113015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Epilepsi dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ns.Retno Lestari M.Kep. selaku dosen pembimbing dan teman teman kelompok, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih.

Penulis

Kediri, 19 agustus 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi...............................................................................................................................6
2.2 Epidemiologi......................................................................................................................6
2.3 Etiologi...............................................................................................................................6
2.4 Faktor Resiko.....................................................................................................................7
2.5 Klasifikasi...........................................................................................................................7
2.6 Patofisiologi.......................................................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................9

2.8 Penatalaksanaan.............................................................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................12
Daftar Pustaka.......................................................................................................................13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi
otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa
gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem
otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering
terjadi pada pederita epilepsy.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna
narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin
mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan
terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara
131 orang mengidap epilepsi.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi
yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita,
yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di
antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di
antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health
Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004
Epilepsy.com).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi dari epilepsi ?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi dari epilepsi ?
1.2.3 Apa etiologi dari epilepsi ?
1.2.4 Apa faktor resiko dari epilepsi ?
1.2.5 Bagaimana klasifikasi dari epilepsi ?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi dari epilepsi ?
1.2.7 Apa pemeriksaan diagnostik epilepsi ?
1.2.8 Bagaimana Penatalaksanaan epilepsi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui definisi dari epilepsi
1.3.2 Mengetahui epidemiologi dari epilepsi
1.3.3 Mengetahui etiologi dari epilepsi
1.3.4 Mengetahui faktor resiko dari epilepsi
1.3.5 Mengetahui klasifikasi dari epilepsi
1.3.6 Mengetahui patofisiologi dari epilepsi
1.3.7 Mengetahui pemeriksaan diagnostik epilepsi
1.3.8 Mengetahui Penatalaksanaan epilepsi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Epilepsi terkadang disebut ayan atau sawan, berasal dari bahasa yunani (epilepsia)
yang berarti serangan. Epilepsi merupakan gejala-kompleks dari banyak gangguan susunan
saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan yaitu modifikasi fungsi otak yang
bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel-sel otak yang
bersifat spontan, singkron, berirama dan berkala serta dikarakteristikkan oleh kejang
berulang atau kehilangan kesadaran dan gangguan perilaku .Bangkitnya epilepsi terjadi
apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominant dari pada proses inhibisi. Epilepsi yang
sukar untuk mengendalikan secara medis, sebab mayoritas pasien dengan epilepsi adalah
bersifat menentang, kebanyakan yang sering terserang terlebih dahulu yaitu bagian kepala.
Sakit kepala sukar sekali untuk diperlakukan secara pharmakologis, walaupun obat
antiepileptic sudah secara optimal diberikan sekitar 30-40% penderita biasanya melakukan
operasi pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit untuk sementara, tetapi gejala akan
timbul sesekali.

2.2 EPIDEMIOLOGI
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak
dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap
munculnya bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup beragam: cedera otak, keracunan,
stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak. Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan, umur berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1-2%
dari populasi. Secara umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsi menunjukan pola
bimodal: puncak insidensi terdapat pada golongan anak dan usia lanjut.

2.3 ETIOLOGI

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah


epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi
pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat pre- atau antenatal. Dalam
klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari
kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan
prognosis yang baik dan yang buruk.
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas
pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak
jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik
yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pascaawitan.
Definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai
prediksi sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12
bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang,
Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya
bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan
pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena
gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan
36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko
untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus
menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.

2.4 FAKTOR RESIKO


Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi
yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita,
yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di
antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di
antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health
Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004
Epilepsy.com).
9

2.5 KLASIFIKASI
Klasifikasi Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain:
1. Epilepsi Grand Mal
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari
neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak
dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
2. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan
kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita
merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah
kepala, terutama pengedipan mata.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regional setempat pada
korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak.
Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.

2.6 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor penyebab terjadinya kejang

Ketidakseimbangan neurotransmitter eksitatori dan inhibitori

Perbedaan potensial

10

Sel-sel memberikan muatan listrik yang abnormal, berlebihan , secara


berulang dan tidak terkontrol

Terjadi pelepasan impuls yang tidak di inginkan

Status epileptikus

Gangguan
pernafasan

Suplai O2 ke otak

Hipoksia otak

Kejang parsial

Kejang
Respon psikologis :

umum

ketakutan, respon
penolakan,
Kejang terjadi
berulang

Respon

depresi,

pasca

penurunan nafsu

kejang

11

Dx : koping
individu tidak
efektif

Gangguan
perilaku,
sensasi
dan
persepsi

Respon fisik :
Penurunan

konfusi , sulit

kesadaran

bangun, sakit
kepala, sakit otot

Resiko cedera
Nyeri akut
Defisit perawatan
diri

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Evaluasi penderita dengan gejala yang bersifat paroksismal, terutama dengan faktor
penyebab yang tidak diketahui, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
dapat menggali dan menemukan data yang relevan. Diagnosis epilepsi didasarkan atas
anamnesis dan pemeriksaan klinik dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan EEG dan
radiologis.penderita atau orang tuanya perlu diminta keterangannya tentang riwayat adanya
epilepsi dikeluarganya. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan antara lain:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini menapis sebab-sebab terjadinya bangkitan dengan menggunakan
umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada usia lanjut auskultasi didaerah leher
penting untuk menditeksi penyakit vaskular. Pada anak-anak, dilihat dari pertumbuhan yang
lambat, adenoma sebasea (tuberous sclerosis), dan organomegali (srorage disease).
Elektro-ensefalograf
Pada epilepsi pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi
bangkitan. Gelombang epileptiform berasal dari cetusan paroksismal yang bersumber pada

12

sekelompok neuron yang mengalami depolarisasi secara sinkron. Gambaran epileptiform


anatarcetusan yang terekam EEG muncul dan berhenti secara mendadak, sering kali
dengan morfologi yang khas.
Pemeriksaan pencitraan otak
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang
bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri. Disamping itu juga dapat
mengidentifikasi kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil, malformasi
vaskular tertentu, dan penyakit demielinisasi.
Diagnosis Banding
- Kejadian paroksismal
Diagnosis banding untuk kejadian yang bersifat paroksismal meliputi sinkrop, migren, TIA
(TransientIschaemic Attack),paralisis periodik,gangguan gastrointestinal, gangguan gerak
dan breath holding spells. Diagnosis ini bersifat mendasar.
-

Epilepsi parsial sederhana

Diagnosis ini meliputi TIA, migren, hiperventilasi, tics, mioklonus, dan spasmus hemifasialis.
TIA dapat muncul dengan gejala sensorik yang dibedakan dengan epilepsi parsial
sederhana. Keduanya paroksimal, bangkitan dapat berupa kehilangan pandangan sejenak,
dan mengalami penderita lanjut usia.
-

Epilepsi parsial kompleks

Diagnosis banding ini berkaitan dengan tingkat kehilangan kesadaran, mulai dari drop
attacks sampai dengan pola prilaku yang rumit.secara umum diagnosis ini meliputi sinkrop,
migren, gangguan tidur, bangkitan non epileptik, narkolepsi, gangguan metabolik dan
transient global amnesia.

2.8 PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosa ditetapkan maka tindakan terapeutik diselenggarakan. Semua
orang yang menderita epilepsi, baik yang idiopatik maupun yang non-idiopatik, namun
proses patologik yang mendasarinya tidak bersifat progresif aktif seperti tumor serebri, harus
mendapat terapi medisinal. Obat pilihan utama untuk pemberantasan serangan epileptik
13

jenis apapun, selain petit mal, adalah luminal atau phenytoin. Untuk menentukan dosis
luminal harus diketahui umur penderita, jenis epilepsinya, frekuensi serangan dan bila sudah
diobati dokter lain. Dosis obat yang sedang digunakan. Untuk anak-anak dosis luminal ialah
3-5 mg/kg/BB/hari, sedangkan orang dewasa tidak memerlukan dosis sebanyak itu. Orang
dewasa memerlukan 60 sampai 120 mg/hari. Dosis phenytoin (Dilatin, Parke Davis) untuk
anak-anak ialah 5 mg/kg/BB/hari dan untuk orang dewasa 5-15 mg/kg/BB/hari. Efek
phenytoin 5 mg/kg/BB/hari (kira-kira 300 mg sehari) baru terlihat dalam lima hari. Maka bila
efek langsung hendak dicapai dosis 15 mg/kg/BB/hari (kira-kira 800 mg/hari) harus
dipergunakan.
Efek antikonvulsan dapat dinilai pada follow up. Penderita dengan frekuensi
serangan umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding dengan penderita yang
mempunyai frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan follow up dapat dilaporkan hasil yang
baik, yang buruk atau yang tidak dapat dinilai baik atau buruk oleh karena frekuensi
serangan sebelum dan sewaktu menjalani terapi baru masih kira-kira sama. Bila
frekuensinya berkurang secara banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu dinaikan
sedikit. Bila frekuensinay tetap, tetapi serangan epileptik dinilai oleh orangtua penderita atau
penderita epileptik Jackson motorik/sensorik/march sebagai enteng atau jauh lebih
ringan, maka dosis yang digunakan dapat dilanjutkan atau ditambah sedikit. Jika hasilnya
buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah dengan antikonvulsan lain.

Terapi Pengobatan Epilepsi :


Obat pertama yang paling lazim dipergunakan:
(seperti: sodium valporat, Phenobarbital dan phenytoin). Ini adalah anjuran bagi penderita
epilepsi yang baru. Obat-obat ini akan memberi efek samping seperti gusi bengkak, pusing,
jerawat dan badan berbulu (Hirsutisma), bengkak biji kelenjardan osteomalakia.

Obat kedua yang lazim digunakan: (seperti: lamotrigin, tiagabin, dan gabapetin)
Jika tidak terdapat perubahan kepala penderita setelah mengunakan obat pertama, obatnya
akan di tambah dengan dengan obatan kedua.
Lamotrigin telah diluluskan sebagai obat pertama di Malaysia.
14

Obat baru yang diperkenalkan tidak dimiliki efek samping, terutama dalam hal kecacatan
sewaktu kelahiran.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Epilepsi merupakan gejala-kompleks dari banyak gangguan susunan saraf pusat
(SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan yaitu modifikasi fungsi otak yang bersifat
mendadak dan sepintas. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang
tua bahkan bayi yang baru lahir. Obat pilihan utama untuk pemberantasan serangan
epileptik jenis apapun, selain petit mal, adalah luminal atau phenytoin

15

Daftar Pustaka

Harsono.2007.Epilepsi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sidharta, Priguna M.D.,Ph. D.1999. Neurology klinis dalam praktek umum, Dian Rakyat,
Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai