Anda di halaman 1dari 8

Lembar Tugas Mandiri ASAM NUKLEAT (13 April 2016)

Nama

: Thareq Kemal Habibie

NPM / Prodi

: 1406552963 / Teknik Kimia

Kel / MK

: Kel. HG - 10 / Biologi Molekular

Topik Materi

: Fungsi dan Aplikasi Asam Nukleat

Outline :

Abstrak
Pembahasan
o Fungsi Asam Nukleat
o Aplikasi Asam Nukleat
Kesimpulan
Daftar Pustaka

ABSTRAK
Asam nukleat merupakan sebuah substansi kimia yang membawa informasi genetik
sel. Fungsi utama asam nukleat adalah pembawa kode genetik. Asam nukleat dibagi
menjadi dua yaitu DNA dan RNA. Dalam DNA mengandung instruksi genetik yang
menentukan perkembangan biologis dari seluruh bentuk kehidupan sel. RNA merupakan
hasil dari transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga RNA sebagai polimer yang jauh
lebih pendek jika dibandingkan DNA. DNA fingerprint merupakan salah satu aplikasi yang
memanfaatkan asam nukleat dalam bidang medis atau forensik.
Kata kunci : Aplikasi, Asam Nukleat, DNA, Fungsi, RNA
PEMBAHASAN
Fungsi Asam Nukleat
Asam nukleat adalah biopolimer yang berbobot molekul tinggi dengan unit
monomernya mononukleotida yang diikat bersama oleh ikatan kovalen. Asam nukleat terdiri
dari Asam Ribonukleat (RNA) dan Asam Deoksiribonukleat (DNA) yang kedua jenis asam
nukleat ini mengandung unsur unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan fosfor. Asam
nukleat terdapat pada semua sel hidup bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetik,
kemudian menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas
bagi masing masing sel.
Salah satu fungsi utama dari asam nukleat telah disinggung sebelumnya, yaitu
sebagai tempat menyimpan dan mentransfer informasi genetik. Fungsi utama asam nukleat
yang lain yaitu sebagai pertahanan, regulasi, dan katalis.
A. Asam Nukleat sebagai Katalis (Enzim Polimerase)
Enzim merupakan suatu protein yang bertugas sebagai katalis dalam suatu reaksi
metabolisme di dalam tubuh makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana hingga ke
tingkat yang lebih kompleks. Enzim tidak ikut bereaksi dalam reaksi yang dikatalis, akan
tetapi enzim dapat mempercepat reaksi yang terjadi.
Dalam proses sintesis protein, terdapat dua enzim polimerase yang berperan
penting, yaitu enzim DNA polimerase dan enzim RNA polimerase. Kedua jenis enzim ini
memiliki keakuratan dan kespesifikan yang tinggi dalam pengkopian dan pengekspresian
genom. Baik enzim DNA polimerase maupun enzim RNA polimerase, keduanya memiliki
sistem pengecekan ulang. Pada reaksi pertama, kedua enzim berperan sebagai katalis.
Sedangkan pada reaksiyang kedua, melakukan pengecekan ulang, apakah produk yang

dihasilkan benar. Proses dua langkah ini menurunkan laju kesalahan dengan 1 kesalahan
tiap 100 juta reaksi pada polimerase.
DNA Polimerase
DNA polimerase pertama kali ditemukan
pada tahun 1957 oleh Arthur Kornberg. Enzim
ini merupakan enzim sentral yang berperan
dalam proses replikasi DNA dan reparasi
DNA. Secara garis besar, enzim ini
mengkatalisasi reaksi pembentukan DNA
dalam sintesis protein.
DNA polymerase memiliki dua peran
penting dalam proses replikasi DNA, yaitu:
1. Elongasi atau pemanjangan rantai
menentukan
kecepatan
berlangsungnya reaksi polimerisasi
(nukleotida per detik), yang dinyatakan
sebagai prosesivitas yaitu jumlah
nukleotida yang ditambahkan sebelum
enzim DNA polimerase ini melepaskan
dirinya dari rantai cetakan.
2. Proofreading
merupakan
aktivitas
mengenali kekeliruan pengkopian dan
memperbaikinya.
Ciri utama DNA polimerase adalah pada
proses replikasi, DNA polimerasi hanya bisa
menempel pada gugus OH (hidroksi) dimana
Gambar 1. Proses Elongasi dan
Proofheading DNA Polimerase
gugus OH hanya terdapat pada ujung 3
sedangkan ujung 5 adalah ujung fosfat. Ciri
kedua DNA polimerase adalah tidak bisa mensintesis atau menempelkan DNA
ke pasangannya jika tidak ada primer (lokomotif). Sifat dari DNA polimerase:
Hanya bisa mensintesis DNA dari arah 5-3.
RNA Polimerase
Enzim ini berperan dalam proses pembentukan RNA berupa mRNA, rRNA,
dan tRNA dari DNA sebagai cetakannya. RNA polimerase bekerja melalui tiga
tahap pada proses yang disebut sebagai transkripsi (pembentukan RNA).
Peran enzim RNA polymerase dalam proses transkripsi yaitu:
1. Tahap awal: RNA polymerase membuka pilinan double helix DNA yang
terjadi di sitoplasma sebagai langkah awal dalam transkripsi. Pilinan ini
akan dipulihkan kembali ketika proses transkripsi telah selesai
2. Tahap inisiasi: menyalin gen. Pengikatan RNA polymerase terjadi pada
tempat tertentu yaitu tepat didepan gen yang akan ditranskripsi. Tempat
pertemuan antara gen (DNA) dengan RNA polymerase disebut promoter.
3. Tahap elongasi: Enzim RNA polymerase bergerak sepanjang molekul
DNA, membuka double heliks dan merangkai ribonukleotida ke ujung 3
dari arah 5.
4. Tahap terminasi: Terdisosiasinya enzim RNA polymerase dari DNA dan
RNA dilepaskan sehingga terbentuk RNAm yang baru.
B. Asam Deoksiribonukleat (Deoxyribonucleic acid)
Biasa disebut dengan DNA, memiliki bentuk double helix yang mengandung instruksi
genetik yang menentukan perkembangan biologis dari seluruh bentuk kehidupan sel.
DNA berbentuk polimer panjang nukleotida, yang mengkode barisan residu asam amino
dalam protein denga menggunakan kode genetik, sebuah kode nukleotida triplet. DNA
2

adalah biomolekul yang berupa rangkaian asam nukleat yag terdapat dalam inti sel
(nucleus) pada sel eukariotik sedangkan pada sel prokariotik DNA tersebut berada di
sitoplasma. Satu asam nukleat terdiri dari satu molekul gula ribosa, satu basa nitrogen
dan fosfat. Satu asam nukleat dengan asam nukleat yang lain dirangkai dengan ikatan
fosfodiester. DNA berfungsi untuk menyimpan informasi genetik pada suatu organisme
(Yuwono, 2008) serta untuk mensintesis protein.
Beberapa fungsi penting dari DNA antara lain: sebagai pembawa dan penyimpang
materi genetika, sebagai mengontrol aktivitas hidup secara langsung maupun tidak
langsung, sebagai autokatalis (yaitu kemampuan DNA untuk menggandakan diri /
replikasi), dan sebagai heterokatalis (yaitu kemampuan DNA untuk dapat mensintesis
senyawa lain) contohnya sintesis protein.
Fungsi DNA sebagai Pembawa dan Penyimpan Materi Genetik
DNA sebagai bentuk kimiawi gen merupakan pembawa informasi genetik
makhluk hidup. DNA membawa instruksi bagi pembentukan ciri dan sifat makhluk
hidup. DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat
meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke
generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui replikasi.
Fungsi DNA sebagai Autokatalis
Pada replikasi DNA, rantai DNA baru dibentuk berdasarkan urutan nukleotida
pada DNA yang digandakan. Pada dasarnya, proses replikasi memanfaatkan fakta
bahwa diantara dua rantai DNA, salah satunya adalah konjugat dari rantai satunya
lagi. Salah satu teori yang menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang
diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA dari
rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang
baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut
bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya. Proses replikasi
memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal
dengan nama DNA polimerase.
Fungsi DNA sebagai Sintesis Protein
Peran asam deoksiribonukleat atau DNA dalam sintesis protein adalah
sebagai cetak biru. Ini adalah panduan untuk struktur protein yang diproduksi. Tanpa
DNA, ribosom dalam sel yang diberikan tidak akan tahu apa yang harus dimasukkan
kedalam asam amino. DNA memiliki fungsi yang sama pada sel prokariotik dan
eukariotik, meskipun ada perbedaan halus.
Penggunaan DNA selama sintesis protein berlangsung dalam tahap yang
disebut sintesis asam amino pertama. Tahap kedua disebut transkipsi, dan tahap
akhir adalah dimana ribosom menerjemahkan informasi ke dalam protein.
Sebuah protein yang disebut helikase membagi terpisah kedua polimer DNA
dalam sintesis protein. Salah satu helai akan berisi cetak biru protein sel yang
dibutuhkan. Untaian ini akan disalin ke RNA (mRNA) ketika mRNA diatur sehingga
terdiri dari asam amino berlawanan dengan mereka yang hadir di bagian DNA yang
disalin. mRNA kemudian mengambil informasi ke ribosom. Ribosom akan
memproses mRNA sehingga menerjemahkan kode asam amino menggunakan
kebalikan dari mereka pada mRNA, sehingga kembali rantai akan kembali ke bentuk
aslinya. Dari sini, ribosom membuat protein. Organisme tidak mampu mensintesis
semua asam amino. Sel prokariotik akan mengkonversi DNA dalam sintesis protein
langsung ke mRNA.
Jenis DNA dibedakan oleh pembentukan dan struktur heliks yaitu:
DNA-B adalah bentuk yang umumnya diamati pada kromsom. DNA-B adalah
heliks tangan kanan dengan 10 pasangan basa per putaran. DNA-B direplikasi
dan digunakan dalam transkripsi dan translasi RNA, DNA-B dapat terdenaturasi,
yang berarti ikatan hidrogennya dihilangkan.
3

DNA-A juga merupakan heliks tangan kanan. DNA-A memiliki 11 pasangan basa
per putaran.
DNA-Z adalah jenis DNA yang merupakan heliks tangan kiri. DNA-Z memiliki 12
pasangan basa per putaran, sehingga membawa sebagian besar gen antara
setiap pergntian. DNA-Z berperan dalam transkripsi RNA, yang merupakan
proses sintesis protein untuk menciptakan mRNA.

Gambar 2. Struktur DNA-A, DNA-B, dan DNA-Z

C. Asam Ribonukleat (Ribonucleic acid)


Biasa disebut RNA adalah suatu rangkaian nukleotida yang saling terikat seperti
rantai. RNA merupakan hasil dari transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga RNA
sebagai polimer yang jauh lebih pendek jika dibandingkan DNA. Berbeda dengan DNA
yang umumnya dijumpai dalam inti sel, kebanyakan dari RNA terdapat dalam sitoplasma,
khususnya di ribosom.
RNA dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu RNA genetik dan RNA
non-genetik.
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yaitu sebagai pembawa
keterangan genetik. RNA genetik hanya ditemukan pada makhluk hidup tertentu
yang tidak memiliki DNA, misalnya virus. Dalam hal ini fungsi RNA menjadi sama
dengan DNA, baik sebagai materi genetik maupun dalam mengatur aktivitas sel.
RNA non-genetik tidak berperan sebagai pembawa keterangan genetik sehingga
RNA jenis ini hanya dimiliki oleh makhluk hidup yang juga memiliki DNA.
Berdasarkan letak dan fungsinya, RNA non-genetik dibedakan menjadi mRNA,
tRNA, dan rRNA.
RNA memiliki beberapa fungsi:
Menerjemah setiap triplet atau kodon merupakan fungsi dari mRNA atau
messenger RNA atau RNA duta. mRNA adalah versi RNA dari gen yang
meninggalkan inti sel dan bergerak ke sitoplasma dimana protein dibuat. Selama
sintesis protein, organel yang disebut ribosom bergerak sepanjang mRNA,
membaca urutan basisnya, dan menggunakan kode genetik untuk
menerjemahkan setiap triplet, atau kodon, menjadi asam amino yang sesuai.
mRNA merupakan RNA yang urutan basanya komplementer (berpasangan)
dengan salah satu urutan basa rantai DNA. RNA jenis ini merupakan
polinukleotida berbentuk pita tunggal linier dan disintesis oleh DNA di dalam
nukleus. Panjang pendeknya mRNA berhubungan dengan panjang pendeknya
rantai polipeptida yang akan disusun. Urutan asam amino yang menyusun rantai
polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di dalam molekul
mRNA yang bersangkutan. mRNA bertindak sebagai pola cetakan pembentuk
polipeptida. Adapun fungsi utama mRNA adalah membawa kode-kode genetik
dari DNA di inti sel menuju ke ribosom di sitoplasma. mRNA ini dibentuk bila
diperlukan dan jika tugasnya selesai, maka akan dihancurkan dalam plasma.
Mentransfer kode genetik merupakan fungsi utama dari RNA dimana kode
genetik tersebut berguna untuk pembentukan protein dari inti ke ribosom. Tanpa
RNA tidak akan terbentuk protein. RNA ini disebut dengan tRNA atau RNA
4

transfer. RNA transfer (tRNA) merupakan RNA terpendek yang bertindak


sebagai penerjemah kodon dari mRNA. Selain itu, tRNA berfungsi mengikat
asam-asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke
ribosom. Pada tRNA terdapat bagian yang berhubungan dengan kodon yang
disebut antikodon dan bagian yang berfungsi sebagai pengikat asam amino.
Sebagai tempat translasi kode genetik yaitu fungsi dari rRNA atau RNA Ribosom
adalah molekul utama penyusun ribosom. RNA ini berupa pita tunggal, tidak
bercabang, dan fleksibel. rRNA dan protein secara bersama membangun
subunit-subunit ribosom yang terdiri dari subunit kecil dan subunit besar untuk
kemudian bergabung membentuk ribosom fungsional ketika dua subunit terikat
pada mRNA saat translasi. rRNA berfungsi sebagai tempat translasi kode
genetik karena seperti yang telah disebutkan bahwa rRNA adalah komponen
utama penyusun organel ribosom.
Untuk mendegradasi mRNA atau sebagai regulasi adalah fungsi dari miRNA
atau RNA mikro. miRNA dibentuk dari sebuah RNA precursor yang membentuk
satu atau lebih struktur hairpin double-stranded, dimana keduanya diikat oleh
ikatan hidrogen. Setelah dipotong-potong, maka salah satunya disebut sebagai
miRNA. miRNA akan membentuk molekul kompleks dengan satu atau lebih
protein dan selanjutnya akan mendegradasi mRNA yang menjadi target atau
menghentikan translasinya. Jika mRNA dengan miRNA komplementer
sepanjang untaian mRNA, maka Mrna nantinya akan terdegradasi. Sedangkan
bila mRNA dengan miRNA tidak komplementer, maka translasi mRNA akan
dihentikan.
Untuk pertahanan sel adalah fungsi dari RNAi atau RNA interference. RNAi
memiliki tugas penting yaitu mengendalikan aktivitas sel, serta menghentikan
proses transkripsi sehingga tidak berlanjut ke proses translasi. RNAi berperan
penting dalam sistem pertahanan terhadap informasi genetik asing (virus),
mengatur proses perkembangan, dan dalam sejumlah aspek ekspresi gen
lainnya. Kode genetik yang dibawa RNA tidak diterjemahkan (translasi) menjadi
protein oleh tRNA. Ini terjadi karena sebelum sempat ditranslasi, mRNA
dicerna/dihancurkan oleh suatu mekanisme yang disebut sebagai RNAi.
Prinsip dasar dari RNA Interferen adalah masuknya dsRNA (double strand RNA)
ke dalam sitoplasma yang akhirnya membungkam ekspresi gen ditingkat antara
transkripsi dan translasi protein.
Aplikasi Asam Nukleat
1. Bidang Rekayasa Genetika
Pembuatan Insulin dan Kloning
Kloning adalah suatu cara atau teknik yang
menggunakan sel somatik makhluk hidup
untuk membentuk turunan baru baik dari satu
induk maupun dua induk yang turunannya
memiliki materi genetik yang sama sifat baik
dari segi hereditas maupun penampakannya
yang prosesnya merupakan suatu bentuk
reproduksi aseksual.
Insulin adalah hormon alami berupa hormon
polipeptida yang diproduksi oleh organ
pankreas (sel-sel beta), yang berfungsi dalam
mengatur metabolisme karbohidrat tingkat gula
darah (glukosa) dalam tubuh.
Fungsi lain dari insulin adalah:
Merangsang terjadinya sintesis asam
lemak, dimana asetil ko-enzim A dikonversi menjadi asam lemak (lipogenesis).
Gambar 3. Cara pembuatan insulin dengan
pendekatan kloning

Meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel.


Mengurangi terjadinya pemecahan lipid (lipolisis)
Memodulasi transkripsi dan merangsang pemindahan protein, sintesis DNA,
pertumbuhan sel, dan penggandaan sel yang terkait fungsi tumbuhan.
Salah satu proses pembuatan insulin adalah pendekatan kloning gen, dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pancreas
manusia.
a. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak
dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase ditambahkan pada
mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
b. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetakan untuk membentuk DNA
berantai tunggal.
c. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
d. Enzim DNA polymerase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal
menjadi rantai ganda, disebut DNA komplementer (c-DNA), yang
merupakan gen penghasil insulin
2) Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong
kromosom secara khusus menggunakan enzim restriksi.
3) Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel
bakteri dengan menggunakan enzim restriksi yang lain. Sementara itu, di
dalam serangkaian tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin
manusia (dalam bentuk c-DNA) disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid
yang terbuka tersebut.
4) Memasang gen penghasil insulin ke dalam cincin plasmid. Mula-mula, ikatan
yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini
sehingga dihasilkan molekul DNA rekombinan / plasmid rekombinan yang
bagus.
5) Memasukkan plasmid rekombinan kedalam bakteri E. coli. Di dalam sel bakteri
ini plasmid engadakan replikasi.
6) Mengultur bakteri E. coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid rekombinan
penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E. coli yang
merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
singkat.
2. Bidang Medis
a. Terapi Gen
Terapi gen adalah proses DNA
rekombinan di mana sel-sel yang diambil
dari
pasien,
diubah
dengan
menambahkan gen, dan diganti pada
pasien. Gen-gen kemudian memberikan
kode genetik untuk protein pasien kurang.
Sel non-reproducktif digunakan dalam
terapi gen, sehingga tidak ada sisa-sisa
gen disisipkan ke generasi berikutnya.
Gambar 4. Terapi Gen Ex Vivo dan In Vivo
a) Terapi Gen Ex vivo
Sel dari sejumlah organ atau
jaringan (seperti kulit, system hemopoietik, hati) atau jaringan tumor dapat diambil
dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama pembiakkan, sel
itu dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit itu. Kemudian diikuti dengan
reinfusi atau reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel

penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun
yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakan
menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel
penerima.
b) Terapi Gen In Vivo
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo,
sebab pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu terapi gen somatik, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan
kata lain dengan memberikan gen tertentu baik secara local maupun sistemik.
Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang
membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan
target terapi gen, sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah.
Akibatnya, sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector virus
maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat
bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. System penghantar gen in
vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik dalam sel target.
Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu
tetap terekspresi walaupun ada perubahan kondisi.
b. Deteksi / Diagnosis Penyakit
Salah satu fungsi asam nukleat sebagai deteksi penyakit telah diterapkan dalam
mendeteksi seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV). Dengan metode yang
digunakan adalah Polymerase Chain Reaction (PCR) RNA. PCR merupakan suatu
teknik perbanyakan (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik
yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida. Primer yang digunakan sebagai
pembatas daerah yang diperbanyak adalah DNA untai tunggal yang urutannya
komplemen dengan DNA templatenya. PCR memungkinkan adanya perbanyakan
DNA antara dua primer, hanya di dalam tabung reaksi, tanpa perlu memasukkannya
ke dalam sel (in vivo).
Berikut
adalah
tiga
tahap
bekerjanya PCR (Polimerase Chain
Reaction) dalam satu siklus:
1) Tahap
peleburan
/
melting/denaturasi PCR. Tahap ini
berlangsung pada suhu tinggi, 94
96C,
ikatan
hidrogen
DNA
terputus (denaturasi) & DNA
menjadi
berberkas
tunggal.
Biasanya pada tahap awal PCR ini
dilakukan memakan waktu cukup
lama (sampai 5 menit) untuk
memastikan semua berkas DNA
terpisah.
Pemisahan
ini
menyebabkan DNA tidak stabil dan
siap menjadi templat (cetakan)
bagi primer. Durasi pada tahap ini
sekitar 12 menit.
2) Tahap penempelan / annealing
Gambar 5. Skema Polymerase Chain Reaction
PCR. Primer menempel pada
bagian DNA templat yang komplementer urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu
antara 4560C. Penempelan ini bersifat spesifik. Suhu yg tidak tepat
menyebabkan tidak terjadinya penempelan atau primer menempel di sembarang
tempat. Durasi pada tahap ini 12 menit.
7

3) Tahap pemanjangan / elongasi PCR. Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis
DNA-polimerase yang dipakai. Dengan Taq-polimerase, proses ini biasanya
dilakukan pada suhu 72C. Durasi normal pada tahap ini yaitu 2 menit.
3. Bidang Hukum / Forensik
Fingerprint untuk Identifikasi Korban
Ilmu forensik merupakan terapan berbagai ranah keilmuan (multi disiplin) yang
penting untuk menentukan identitas korban maupun pelaku, tanda, sebab dan cara
kematian, serta perkiraan waktu kematian. Semakin pesatnya perkembangan
teknologi memungkinkan para ahli forensik mampu memecahkan suatu kasus lebih
cepat, ini dikarenakan penerapan teknologi DNA. Salah satu pemeriksaan yang
penting dan hasilnya bisa didapat dengan cepat adalah tes sidik DNA (DNA
Fingerprint). Tes sidik DNA dalam kasus forensik dilakukan untuk tujuan identifikasi
korban maupun pelaku.
DNA fingerprinting, atau dapat disebut juga dengan DNA typing, DNA profiling,
genetic fingerprinting, genotyping, atau identity testing yang memiliki pengertian dalam
bidang genetika adalah suatu metode mengisolasi dan mengidentifikasi unsur-unsur
variabel dalam yang merupakan urutan pasangan basa DNA. Metode yang dilakukan
untuk menganalisis DNA fingerprint yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR) sama
seperti yang digunakan untuk mendeteksi penyakit.
4. Bidang Pangan
Sertifikasi Makanan
Makanan jadi seperti pada bakso sangat rawan tercampur dengan boraks
ataupun daging non halal. Hal ini akan membahayakan umat Islam yang memang
dilarang mengkonsumsi daging non halal. Upaya awal untuk mendeteksi daging babi
dalam
bakso dengan menggunakan teknik (Polymerase Chain Reaction) PCR
dilakukan dalam skala laboratorium.
KESIMPULAN

Asam nukleat terdiri dari Asam Ribonukleat (RNA) dan Asam Deoksiribonukleat (DNA)
yang kedua jenis asam nukleat ini mengandung unsur unsur karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan fosfor.
Asam nukleat memiliki empat fungsi utama yaitu penyimpan, pembawa dan penerjemah
kode genetik, regulasi (miRNA), katalisator (DNA dan RNA polimerase), serta pertahanan
yang dilakukan oleh RNA interferens.
DNA polimerase merupakan enzim yang membantu dalam pembentukan DNA dalam
proses replikasi. Sedangkan RNA polimerase merupakan enzim yang membantu dalam
pembentukan RNA dalam proses transkripsi.
Aplikasi asam nukleat (DNA dan RNA) banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti
bidang rekayasa genetika (kloning), bidang medis (deteksi penyakit), bidang forensik
(identifikasi korban), bidang pangan (deteksi boraks). Dimana sebagian aplikasinya
menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

DAFTAR PUSTAKA
Yuwono, Triwibowo. 2011. Biologi Molekular Edisi 5. Jakarta: Erlangga
Lodish, H., Berk, A., Zipursky, S L., Matsudaira, P., Baltimore, D., & Darnell, J. (2000).
Molecular cell biology (4th ed.). New York: W. H. Freeman.
Nelson, David L. Lehninger Principles of Biochemistry. New York : W.H Freeman and
Company.
Alberts B. (1994). Biologi Molekuler Sel. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
8

Anda mungkin juga menyukai