Anda di halaman 1dari 26

PEMICU 1

Benarkah Yodium dalam Garam Rentan Terhadap Panas Masakan

Kelompok 8
Akbar Pandu

14066077786

Evan Libriandy

1406607722

Faracitra Akuwalifah

1406607861

Merissa Aulia

1406531731

Thareq Kemal

1406552963

Program Studi Teknik Kimia


Departemen Teknik Kimia

FTUI DEPOK
Oktober 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii
PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1
LATAR BELAKANG................................................................................................................ 1
TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................................................................... 2
ISI.......................................................................................................................................................... 3
NOMOR 1................................................................................................................................... 3
NOMOR 2................................................................................................................................... 4
NOMOR 3................................................................................................................................... 5
NOMOR 4................................................................................................................................... 6
NOMOR 5..................................................................................................................................10
NOMOR 6..................................................................................................................................11
NOMOR 7..................................................................................................................................13
NOMOR 8..................................................................................................................................14
NOMOR 9..................................................................................................................................14
NOMOR 10................................................................................................................................15
NOMOR 11................................................................................................................................17
NOMOR 12................................................................................................................................19
NOMOR 13................................................................................................................................20
NOMOR 14................................................................................................................................21
NOMOR 15................................................................................................................................22
NOMOR 16................................................................................................................................22
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 25

ii

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Hubungan keadaan geografi dan lingkungan dengan kejadian ganguan akibat kurang yodium
(Gaky) Ganguan akibat kurang yodium (GAKY) masih merupakan masalah gizi di indonesia.
Penyebabab utama timbunya secara epidemiologi kebutuhan yodium per orang,per hari hanya
1-2 ug per kilogram berat badan . Apabila tidak terpenuhi secara kontiyu dan berlangsung
lama maka akan menimbulkan gondok. Gondok dikatakan endemik apabila lebih dari 5%
penduduk atau anak sekolah berusia 6-12 th menderita gondok.masalah (GAKY) menurut
djokomoelyanto (1998) sering terjadi atau ditemukan di daerah pegunungan di mana
makanan yang dikonsumsi sangat tergantung pada produksi pangan setempat. pada kondisi
tanah yang miskin yodium.
Menurut WHO (1993), paling tidak 1,5 miliar penduduk yang tinggal di 118negara (pada
tahun 1990), mengalami risiko Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Di antara
mereka 650 juta (12 persen dari total pendudukdunia) menderita gondok endemik, 43 juta
menderita kapasitas mentalterbatas akibat defisiensi yodium, termasuk 11 juta di antaranya
menderitakretin endemik. Kasus-kasus kretin dan kapasitas mental terbatas tersebutterjadi
akibat defisiensi yodium pada masa fetus atau intrauterin.
Beberapa sifat yodium menurut Hetzel (1996) antara lain, yodium adalah salah satu
zat gizi mikro dengan bilangan atom 53 dengan bobot atom126,91. Kelarutan dalam air
sangat rendah tetapi molekul yodium berkombinasi dengan iodida membentuk poliyodida
menyebabkan yodiummudah larut dalam air. Yodium dalam tanah dan laut terdapat sebagai
iodida.Yodium alam mempunyai sifat mudah menguap bila terkena panas. Ion
iodidadioksidasi oleh sinar matahari menjadi unsur yodium elementer yaitu yodium bebas
yang mudah menguap di udara bebas, yang selanjutnya air hujan.
Yodium berperan penting dalam sintesa hormon tiroid. Tiroksin (T4) dan
Triiodotironin (T3) sangat penting dalam menentukan perkembangan fisik dan mental yang
normal pada hewan serta manusia, dalam pembentukan dan perkembangan otak, serta
pengaturan temperatur tubuh. Defisiensi padahormon tiroid akan menyebabkan retardasi
pertumbuhan dan kematangan pada hampir semua sistem organ.
1

TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran dalam pemicu 1 bertujuan untuk
1. Mempelajari dan memahami metode analisis kimia, yaitu gravimetri, volumetri, dan
potensiometri
2. Menerapkan metode analisis mana yang tepat dan sesuai dengan sampel yang ada

ISI
1.

Menanggapi masalah di atas, sikap apa yang harus dikembangkan sebagai

seorang sarjana lulusan Teknik Kimia UI yang paham mengenai sifat-sifat bahan
kimia, agar dapat meredakan keresahan masyarakat sekitar terhadap isu yang
berkembang?
Sikap yang harus dikembangkan oleh seorang lulusan sarjana Teknik Kimia UI yang
paham akan kekimiaan adalah dengan melakukan pencerdasan terhadap masyarakat akan
permasalahan yang terjadi, khususnya mengenai isu-isu terkait garam beryodium.
Pencerdasan dilakukan melalui sosialisasi kepada masyrakat dengan dasar-dasar pengetahuan
yang dimilikinya serta disampaikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat
umum yang awam terhadap kekimiawian.
Tabel 1. Ciri Fisik Yodium
Group

17

Melting point

113.7C, 236.7F, 386.9 K

Period

Boiling point

184.4C, 363.9F, 457.6 K

Block

Density (g cm-3)

4.933

Atomic number

53

Relative atomic mass

126.904

State at 20C

Solid

Key isotopes

127I

Electron configuration

[Kr] 4d105s25p5

CAS number

7553-56-2

Yodium berupakan salah satu unsur kimia yang tentunya memiliki titik didih, seperti
yang terlihat pada tabel. Disamping itu, yodium merupakan unsur haogen yang reaktif dan
memiliki sifat mudah menguap. Dengan proses pemasakan, pemanasan yang terjadi tentunya
dapat mempengaruhi kadar yodium yang ada dalam garam. Berdasarkan hal tersebut, seorang
sarjana lulusan Teknik Kimia dapat memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Solusi
yang dapat diberikan oleh sarjana Teknik Kimia adalah dengan memberikan saran dan
himbauan terhadap masyarakat mengenai proses pemasakan yang tepat untuk meminimalisir
kehilangan kandungan yodium dalam garam yang ditambahkan dalam masakan. Penambahan
garam sebaiknya dilakukan ketika makanan yang dimasak telah matang dan nyala api kompor
telah dimatikan.
Selain tata cara pemasakan yang tepat, pencerdasan yang penting selanjutnya adalah
mengenai peran yodium itu sendiri bagi seorang manusia. Akan menjadi percuma apabila
masyarakat tidak tahu betapa pentingnya manfaat yodium bagi manusia, ketidaktahuan akan
membuat masyarakat akan menyepelekan permasalahan tersebut. Kekurangan yodium
dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti gondongan, cacat mental, bahkan kanker.
3

Yodium memiliki peranan penting terhadap perkembangan anak. Karena pentingnya


yodium tersebut, kemudian yodium ditambahkan kedalam garam dapur yang hampir selalu
digunakan oleh ibu-ibu dalam memasak makanan. Masyarakat diberikan pemahaman untuk
teliti dalam memililih garam dengan melihat kemasan produk garam dapur yang mengandung
yodium atau tidak. Setelah masyarakat mengetahui dasar-dasar pemahaman mengenai
yodium, tentunya diharapkan masyarakat awam lebih aware dan menjadi masyarakat yang
cerdas dalam menanggapi isu-isu dan meresponnya dengan tepat namun tetap tenang.

2. Dapatkah anda jelaskan apakah yodium itu dari aspek kimianya dan mengapa perlu
ditambahkan ke garam dapur? Bagaimana proses yodisasi garam itu dilakukan?
Iod adalah padatan berkilauan berwarna hitam kebiru-biruan, menguap pada suhu
kamar menjadi gas ungu biru dengan bau menyengat. Iod membentuk senyawa dengan
banyak unsur, tapi tidak sereaktif halogen lainnya, yang kemudian menggeser iodida. Iod
menunjukkan sifat-sifat menyerupai logam. Iod mudah larut dalam kloroform, karbon
tetraklorida, atau karbon disulfida yang kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang
indah. Iod hanya sedikit larut dalam air.
Yodium pertama kali mulai ditambahkan ke dalam garam pada sekitar tahun 1920-an.
Hal ini dilakukan sebagai respon terhadap fakta bahwa banyak daerah dimana orang tidak
mendapatkan cukup asupan yodium dalam makanan mereka. Kurangnya yodium dapat
menimbulkan berbagai masalah antara lain penyakit gondok (pembengkakan kelenjar tiroid).
Kala itu, sekitar 90% orang yang menderita gondok diakibatkan karena kurangnya yodium.
Proses iodisasi garam, yaitu proses penambahan zat iodium berupa senyawa Kalium
Iodat (KIO3) atau Kalium Iodida (KI) dengan kadar 30 - 80 ppm ke dalam garam secara
mekanis. Pada saat garam dikeringkan dalam oven kandungan iodium akan berkurang. Maka
kandungan kalium iodat saat iodisasi dibuat berlebih yaitu sekitar 25% dari kandungan yang
seharusnya dibuat. Menurut UNICEF garam yang akan digunakan sebagai bahan baku garam
beriodium adalah garam yang putih, bersih, dan kering (kadar air maksimal 5%), ukuran
partikel tidak lebih besar dari 2 cm, dan memiliki berat jenis sama dengan air (Deperindag,
1990).

Proses iodisasi garam secara mekanis dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.

Cara kering (pencampuran padat - padat)

Pada proses ini garam dicampur dengan senyawa iodium dalam bentuk padat atau tepung.
Dengan cara ini sukar untuk mendapatkan campuran yang homogen mengingat
perbandingan yang begitu besar dan kehalusan masing-masing juga tidak sama.
2.

Cara basah kering (pencampuran padat cair)

Pada proses ini garam dicampur dengan cairan yang mengandung iodium dengan cara
diteteskan atau disemprotkan. Cara ini lebih menjamin homogenisasi hasil, tetapi
kandungan air dalam garam akan bertambah.
3.

Cara basah (pencampuran cair cair)

Pada proses ini pencampuran dilakukan pada saat proses kristalisasi, dimana iodium
bertambah pada proses kristalisasinya. Hasilnya dijamin merata tetapi membutuhkan biaya
yang lebih besar dan teknologi yang lebih tinggi (Anonim, 1979).

3. Setujukah anda dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penanganan yang salah
terhadap garam yodium dapat menghilangkan manfaatnya bahkan berpotensi
menghasilkan efek toksik pada makanan? Mengapa demikian? Hal apa saja yang
menurut anda merupakan kesalahan dalam penanganan garam beryodium pada
kehidupan sehari-hari?
Kelebihan kadar yodium pada tubuh dapat memacu tiroiditis autoimun pada individu
yang rentan dan merangsang perkembangan timus.
Hipertiroid adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroid yang berlebihan dari kebutuhan tubuh (Almatsier, Sunita.2010). Hipertiroid Setelah
adanya hipertiroid sering kali diikuti dengan hipertiroidisme sebagai lanjutannya.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan
hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang
ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme adalah
kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar
tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin).
Hipertiroidisme adalah gangguan auto imun yang biasanya ditandai dengan produksi
autoantibodi yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Autoantibodi IgG ini, yang disebut
tyriod stimilating immunoglobulin, menstimulasi porduksi TH, namun tidak dihambat oleh
kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya dihambat oleh
5

kadar TH yang tinggi. Wanita yang berusia 20-an dan 30-an paling sering terdiagnosa
penyakit.

A. Penyebab hilangnya kandungan Yodium pada garam


o Senyawa yodium memiliki titik didih yang rendah dan sangat mudah menguap,
maka durasi waktu memanaskan garam tidak boleh terlalu lama agar kandungan
yodium pada garam bertahan. Solusi yang dapat dilakukan adalah ketika memasak,
berikan garam setelah makanan matang dan api kompor telah dimatikan.
o Garam beryodium yang terkena paparan sinar matahari langsung akan terpapar panas
matahari, sehingga kadar yodium akan hilang. Menyimpan garam dalam wadah
tertutup dan tidak terkena cahaya secara lansung adalah salah satu solusi yang dapat
dilakukan untukmempertahankan kadar yodium pada garam.
o Penyimpanan garam di tempat lembab dan panas juga dapat menghilangkan kadar
yodium pada garam. Hindari tempat yang lembab dan panas pada saat menyimpan
garam.
o Pencampuran garam beryodium dengan asam seperti cuka dan cabai dapat
mengurangi kadar yodium pada garam

Hindari penggunaan garam bersamaan

dengan bumbu dapur seperti cuka dan cabe.


o Peletakan garam beryodium pada udara terbuka. Pada kondisi ini dapat
menyebabkan yodium menguap dengan mudahnya.

4. Dalam kegiatan analisis suatu komponen kimia, dahulu dikenal sebagai


metode klasik seperti gravimetri dan volumetri. Apa yang anda ketahui dari
keduanya? Dapatkah anda menentukan kandungna yodium dalam suatu larutan
menggunakan kedua cara tersebut?
Apa yang anda ketahui dari keduanya?
Gravimetri
Metode gravimetri adalah suatu metode

analisis kuantitatif/jumlah untuk menetapkan

perhitugan berat unsur- unsur atau senyawa-senyawa berdasarkan pengendapan atau


penimbangan berat. Analit (senyawa yang ingin diketahui massanya) dapat ditentukan secara
langsung dengan penimbangan atau melalui endapan yang didapatkan melalui proses
pengenndapan dengan mereaksikan dengan pelarut yang sesuai,penguapan, atau dengan
eektrolisis. Endapan yang didapat kemudian dilakukan penimbangan dengan neraca.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar hasil analisis secara gravimetri mendekati kebenaran
diantaranya:
a.

Pemilihan pereaksi pengendap yang tepat sehingga endapan yang didapatkan hanya

unsur yang ditetapkan.


b.

Memilih pereaksi pengendap yang kelarutannya tinggi.

c.

Mengatur situasi dan kondisi lingkungan (pH).

d. Memperhatikan suhu pada waktu pengendapan.


e.

Penambahan pereaksi pembantu jika diperlukan, seperti larutan penyangga.

f.

Menambah pereaksi pengendapan berlebihan agar pengendapan sempurna dan

memperkecil kelarutan endapan

Volumetri
Metode titrimetri atau metode volumetri, adalah cara
analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri
reaksi kimia. Titrasi adalah proses pengukuran volume titran
yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen
adalah saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen pereaksipereaksi sama. Titik ekuivalen sulit diamati karena hanya
merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini
diatasi dengan pemberian indikator asam basa(Fenolftalein,
Bromtimol biru, fenol merah, dsb) yang membantu sehingga titik
akhir titrasi dapat diketahui.
Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode
analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur
atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
aA + bB -> hasil reaksi
dimana, A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan
B.

Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah


volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya
dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum
diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka
digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.
Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui
dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
NB =
Dimana :
NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
VB = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya
NA = konsentreasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
VA = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)
Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan
standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

mempunyai kemurnian yang tinggi

mempunyai rumus molekul yang pasti

tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang

larutannya harus bersifat stabil

mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti :

Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.

Reaksi harus berlangsung secara cepat.

Reaksi harus kuantitatif

Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas
perubahannya).

Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.

Dapatkah anda menentukan kandungna yodium dalam suatu larutan menggunakan


kedua cara tersebut?

Penentuan kadar Yodium menggunakan metode Gravimetri


Produk yang dibentuk dalam metode gravimetri adalah endapan yang berbentuk padatan
(solid) karena zat tersebut sudah terisolasi. Endapan yang dihasilkan kemudian akan ditimbang
dengan timbangan yang mempunyai ketelitian yang bagus dan dibandingkan dengan berat sampel
persentase berat analit yodium terhadap sampel garam. Hasil tersebut dinyatakan dengan persamaan
untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri. Faktor
gravimetric adalah jumlah berat analit dalam 1 gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan
dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit.

Penentuan kadar Yodium menggunakan metode Titrimetri atau Volumetri


Prinsip umum dari penetapan kadar iodium menggunakan metode titrimetri yaitu dititrasi
menggunakan Na-tiosulfat dalam keadan asam, kemudian ditambah indikator kanji.
Dibawah ini merupakan contoh dari hasil praktikum yang dilakukan untuk menetapkan
kandungan yodium pada garam dapur.
Prosedur Kerja
Objek yang digunakan berupa larutan garam dapur agar mudah menentukan kadar
iodiumnya. Berikut ini adalah prosesnya:
1. Menimbang 5-10 gram garam beriodin ke dalam Erlenmeyer(Warna masih normal)
2. Menambahkan aquades (Warna berubah menjadi kuning pucat), aquades berfungsi
untuk memastikan tidak ada zat pengganggu yang terkandung dalam pelarut yang
dapat mempengaruhi hasil.
3. Menambahkan KI 30% 5 ml
4. Menambahkan 2ml orthofosfat 85% (Memberi suasana asam), berfungsi untuk
mereduksi KIO3 dari KI berlebih dan menghasilkan I2 yang akan membentuk
kompleks berwarna biru.
5. Memeriksa pH sampai asam serta diaduk selama 2 menit
6. Menambahkan 2-3 tetes larutan kanji (Warna biru tua [positif terdapat iodin])
7. Menitrasi dengan larutan tiosulfat sampai tidak berwarna (Warna coklat)
9

8. Mencatat volume tiosulfat yang dibutuhkan (Warna Hilang, bening)


9. Mencatat untuk mengetahui kadar iodium yang terkandung dalam garam tersebut.
Hasil pengujian sampel harus dibandingkan dengan larutan standar. Berikut ini adalah
langkah-langkah pembuatan larutan standar:
1. Menimbang 0,1 gram KIO3 ke dalam labu takar 100 ml
2. Menambahkan aquades secukupnya lalu dikocok
3. Menggunakan pipet masing-masing 0,05 ml; 0,1 ml; 0,2 ml; 0,3 ml dan 0,4 ml
4. Memasukkan larutan ke dalam Erlenmeyer
5. Menambahkan 50 ml aquades dan 2 ml asam ortofosfat 85%
6. Mengaduk selama 2 menit
7. Menambahkan KI 30% 5 ml dan 2-3 tetes larutan kanji
8. Menitrasi dengan larutan ortofosfat sampai tidak berwarna
9. Mencatat volume tiosulfat yang dibutuhkan
10. Membuat kurva standar perbandingan

5. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan yodium dalam air secara instrumental, apa
yang dapat anda jelaskan mengenai metode tersebut?
Pada potensiometri, konsentrasi ion iodat dapat ditentukan dengan menggunakan
elektroda perak-perak iodat (Ag/AgIO3). Elektroda Ag/AgIO3 dapat dibuat dengan melapisi
kawat perak dengan perak iodat AgIO3. Pelapisan tersebut dapat dilakukan dengan
mengelektrolisis kawat perak dalam larutan iodat. Lama elektrolisis merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi karakteristik elektroda. Berdasarkan hasil penelitian,
elektrolisis dilakukan pada potensial 0.75 hingga 0.85 volt selama 15, 20, 25, 30, dan 35
menit. Karakteristik elektroda dipelajari dengan mengukur besarnya potensial sel dengan
elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karakteristik elektroda Ag/AgIO3 dipengaruhi oleh lama elektrolisis. Lama elektrolisis
optimum untuk pembuatan elektroda Ag/AgIO3 adalah 30 menit. Elektroda tersebut
mempunyai harga bilangan Nernst 51. 6 mV/decade dan waktu respon 4 menit. Perkiraan
konsentrasi iodat yang dapat diukur adalah 10-3 M hingga 4 x10-1 M dengan batas deteksi
sebesar 7.94 x 10-4 M.

10

6. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkan


menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?

Elektroda Ion-Selektif
Pada elektroda ion selektif sistem Elektrodanya
menggunakan suatu sistem penyekat khusus yang
memungkinkan adanya respon selektif terhadap ion
tertentu, dapat berupa membran gelas, kristal garam
tertentu maupun resin penukar ion.
Ion selektif elektroda (ISE) adalah elektroda
membran yang selektif merespon keberadaan ion lain
dalam larutan, juga spesifik menyelidiki keberadaan gas

dan ion dalam larutan. Ion yang paling umum digunakan yaitu ion selektif elektroda untuk
pH. Ion lain yang dapat diukur menggunakan ISE seperti, fluor, brom, kadmium, dan gas-gas
dalam larutan seperti NH3, CO2 dan NO2. Ion selektif elektroda memberikan respon potensial
tertentu pada ion yang spesifik. Untuk potensial standar digunakan potensial dari ion H+ yang
dipakai pada pH meter. Perbedaan potensial yang dihasilkan diantara dua elektroda akan
tergantung pada aktivitas ion yang spesifik dalam larutan. Aktivitas ion terkait pada
konsentrasi ion yang spesifik, sehingga memungkinkan untuk analisis ukuran ion yang
spesifik.
Polimer yang baik digunakan sebagai ion induk adalah:
1.

Polimer yang mempunyai gugus yang mampu menyumbangkan elektron.

Interaksi ini terjadi bila polimer mempunyai pasangan elektron bebas yang disediakan
oleh atom nitrogen, oksigen, sulfur atau klor.
2.

Polimer yang mempunyai rantai fleksibel sehingga atom dopan dapat dengan

mudah terikat pada polimer aktif.


3.

Polimer yang memiliki densitas energi kohesi yang tinggi dan suhu transisi gelas

(Tg) yang rendah.


Membran ion selektif adalah membran yang memiliki sifat yang sama dengan
membran permeabel selektif (hanya transfer glukosa, asam amino, dan gliserol) namun yang
ditranspor adalah ion-ion tertentu, sehingga dapat mengadakan pertukaran secara spesifik

11

sedangkan ion lain tidak. Membran pada elektroda selektif ion secara umum dibagi menjadi
2, yaitu membran kristal dan membran non kristal.
a. Membran kristal
1. Kristal tunggal, contoh LiF3 untuk F2. Poli kristalin atau Kristal campuran, contoh Ag2S untuk S2- dan Ag+
b. Membran NonKristal
1. Gelas, contoh gelas silikat untuk Na+ dan H+
2. Cairan, contoh cairan penukar ion untuk Ca2+ dan pembawa netral untuk K+
3. Cairan polimer, contoh poli vinil klorida untuk Ca2+ dan NO
Ion selektif elektroda yang paling umum digunakan (pH elektroda) bekerja dengan prinsip
dasar dari sel galvanik. Dengan mengukur potensial listrik yang dihasilkan oleh membran
pada ion tertentu dan dibandingkan dengan elektroda indikator. Kekuatan beda potensial yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi dari ion yang terukur (selektif). Rumus dasar yang
digunakan pada sel galvani yaitu :
Esel = EISE Eref
Perbedaan pada permukaan membran ISE ditentukan dari persamaan :
(

Dimana :
K = konstanta untuk menghitung semua potensial ion.

F = konstanta Faraday

R = konstanta gas

n = jumlah elektron yang berpindah

T = temperatur

a = aktivitas ion analit dalam larutan.

Dengan memplotkan potensial yang diukur versus log(a) akan diperoleh kurva linier.
Penggunaan elektroda selektif ion (ESI) untuk analisis kimia sangat luas karena dapat
diterapkan untuk ion-ion anorganik sederhana, asam animo, sampai molekul organik yang
kompleks. Kelebihan ESI adalah mudah diotomatisasi, prosedurnya sederhana, cepat dan bila
telah dikarakterisasi tidak memerlukan pemisahan lebih dahulu. selain itu sampel yang keruh
dan berwarna sampai batas tertentu tidak mengganggu analisis. Penentuan kadar sianida
dalam cuplikan memberikan banyak informasi di bidang industri, kedokteran, lingkungan,
dan pertanian.
12

7. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pH meter/ volt meter, sebuah


elektroda standar kalomel jenuh serta berbagai elektroda indikator untuk beberapa
jenis kation. Karena tim ahli akan menilai proposal ini, dapatkah anda menjelaskan
usulan tentang metode analisis untuk menentukan kandungan yodium dalam air
mineral dengan menggunakan peralatan yang ada? Lengkapi dengan informasi yang
cukup jelas, baik dari segi instrumentasi maupun prinsip dasar teoritis tentang metode
analisis ini.
Metode yang digunakan pada percobaan potensiometri. Pertama-tama praktikan harus
membuat parameter yang perlu menjadi catatan dalam analisis ini, seperti:

Ion yang dideteksi

: I-

Konsentrasi

: 1 ppm (asumsi)

Jumlah sampel

: 25/hari (asumsi)

Volume sampel

: tidak tentu

Akurasi yang diperlukan

: 5%

Sampel juga mengandung

: Na+, K+, Mg2+, Ca2+, Al3+, Fe2+, Fe3+, Cl-, NO3-

Langkah pertama yang diperhatikan adalah memilih elektroda selektif ion untuk I-. Elektroda
memberan pada LaF3 merupakan pilihan yang cukup efektif karena sistem ini tidak
terinterferensi adanya ion Cl-. Sementara elektroda pembanding Ag, AgCl dipakai sebagai
pembanding.
Hal kedua yang diperhatikan adalah pemilihan metode. Pengunaan metode dengan sistem
kurva kalibrasi merupakan metode yang efisien karena pemakaian metode standar adisi dan
metode titrasi akan memerlukan waktu yang cukup lama. Adanya gangguan ion lain juga
harus diperhatikan karena adanya zat lain yang bereaksi dengan ion I- dapat menjadi
pengganggu. Pengukuran potensial antara larutan standard an sampel harus dilakukan pada
temperature yang sama karena temperature dapat mempengaruhi slope kurva kalibrasi.
Adapaun langkah-langkah analisis ion I- adalah sebagai berikut:
1. Siapkan larutan standar ion I- dengan konsentrasi antara 0,1 ppm sampai 10 ppm
2. Siapkan larutan tisab
3. Encerkan larutan standar untuk setiap konsentrasi dengan penambahan larutan tisab
yang sama
4. Siapkan larutan yang akan diukur dalam beker glass
5. Masukkan elektroda kerja dan pembanding dalam larutan lalu hubungkan dengan
potensiometer
6. Catat nilai emf yang terbaca setelah didapatkan nilai yang stabil
13

7. Untuk nilai emf sederet larutan standar, buatlah grafik hubungan antara emf dengan
log kosentrasi
3. Baca emf larutan sampel, kemudian hitung kosentrasi larutan sampel.

8. Mengapa di beberapa literature dikatakan bahwa bila menggunakan teknik


potensiometri, kondisi pH sampel larutan yang akan dianalisis tidak boleh terlalu
asam? Mengapa diperlukan larutan yang mengandung elektrolit tinggi? Bagaimana
kalau banyak senyawa lain seperti ion besi ada dalam sampel yang dianalisis?
Jika kondisi pH sampel larutan yang akan dianalisis terlalu asam akan tmenimbulkan
potensial cairan penghubung antara larutan yang diukur dengan elektroda pembanding
sehingga meningkatkan pengukuran emf. Hal ini akan menyebabkan kesalahan pengukuran.
Elektrolit yang mengandung muatan besar menyebabkan terjadinya pembelokan pada nilai
yang rendah. Hal ini didasarkan bahwa pada konsentrasi rendah efek antar ion relative kecil
maka aktivitas mendekati konsentrasi, gaya tarik antar ion juga bertambah dan akan terjadi
deviasi.
Jika terdapat ion pengganggu, dalam hal ini adalah ion besi, praktikan dapat mengatasinya
dengan menambahkan zat pengompleks (complexing agent), yang akan membentuk
kompleks yang kuat dengan ion pengganggu. Contoh zat pengkompleks adalah EDTA (etelin
diamin tetra asetat) yang dapat membentuk kompleks yang kuat dengan Fe3+

9. Dengan menggunakan teknik potensiometri langsung, anda memperoleh data


potensial dari sampel dan larutan standar. Bila hasil kurva kalibrasi E terhadap log
konsentrasi adalah seperti pada Gambar 1. Bagaimana anda menentukan konsentrasi
Yodium dalam sampel? Apakah elektroda telah bekerja dengan baik dalam sistem
tersebut?
Untuk mengukur potensial suatu logam, praktikan harus menyiapkan elektroda pembanding
kalomel jenuh dan elektroda kerja. Elektroda kerja yang dipakai merupakan jenis elektroda
membrane cair berpendukung dengan matriks membran. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan ion I- dan dihubungkan dengan kabel pada alat potensiometer. Data yang
didapat adalah potensial suatu larutan dalam berbagai konsentrasi. Kemudian praktikan
membuat grafik hubungan antara E (mV) dengan log konsentrasi. Dari grafik, praktikan
menghitung nilai-nilai yang bertujuan untuk menganalisis slope, batas deteksi, dan rentang

14

pengukuran. Nilai slope atau kemiringan dihitung dengan persamaan garis regresi. Batas
deteksi diperoleh dari perpotongan garis lurus dari grafik kemiringan dengan nilai datar.
Dalam metode potensiometri langsung, nilai K didapatkan dengan memasukkan konsentrasi
ion pada larutan standar pada Persamaan dibawah ini.

Persamaan ini menunjukkan bahwa nilai pX dan pA berbanding lurus dengan aktifitas ion
Xn+ dan ion An-, bukan dengan konsentrasi. Karena pada metode potensiometri langsung nilai
pX dan pA dihubungkan dengan konsentrasinya, hubungan antara pX dan pA dengan Esel
tidak linear. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1, di mana untuk ion Ca2+, hubungan antara
potensial sel dan aktifitas adalah linear dengan kemiringan 29.58 mV, sedangkan hubungan
hubungan potensial sel dan konsentrasi tidak linear.

Grafik 1: Hubungan Konsentrasi dan Potensial Sel dan Aktifitas dan Potensial Sel Ion Ca2+
(Sumber: Skoog, Douglas A., dkk. Fundamentals of Analytical Chemistry, 8th Edition)

Kurva pada pemicu berbentuk linear sehingga dapat kita simpulkan elektroda bekerja kurang
baik pada kurva tersebut.
10. Bila digunakan potensiometri dengan metode adisi standar maka kesalahan
pengukuran karena adanya kemungkinan pembentukan kompleks ion lain dapat
dihindarkan. Walaupun dengan penggunaan buffer jenis TISAB pembentukan
kompleks ini dapat dicegah. Hasil pengukuran potensial dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagaimana anda menjelaskan penentuan konsentrasi Yodium pada sampel larutan
dengan metode adisi standar? Bandingkan hasil yang diperoleh pada kedua cara diatas

15

Metode adisi standar digunakan pada analit dengan volemu tertentu yang belum diketahui
konsentrasinya. Metode ini dilakukan dengan cara mengukur potensial elektroda sistem
sebelum dan sesudah larutan standar, dalam volume yang bervariasi, ditambahkan ke dalam
analit/sampel yang dianalisis, dalam hal ini adalah ion I-. Setelah itu, campuran-campuran
diencerkan hingga mencapai volume yang sama (volume total), sekaligus matriks yang sama,
kemudian dicari nilai respond an konsentrasinya setelah pengenceran. Setelah itu, praktikan
membuat grafik dengan konsentrasi sebagai sumbu x dan respon instrument (tegangan)
sebagai sumbu y untuk mengetahui konsentrasi sampel sebelum penambahan larutan standar.
Data yang didapat adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Data respon standard an analit


(sumber : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrofotometri-serapanatom/metode-adisi-standar/)

Grafik 2. Contoh kurva kalibrasi dalam metode adisi standar


(sumber : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrofotometri-serapanatom/metode-adisi-standar/)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode potensiometri langsung


digunakan saat konsentrasi larutan sampel diketahui, sementara metode adisi standar
digunakan saat konsentrasi larutan sampel.

16

11. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larukan baku/standard
an kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya dan mengapa diperlukan
dalam kegiatan ini?
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti.
Larutan baku biasanya ditempatkan pada alat yang namanya buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau
kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet seukuran/ gondok(pipet volumetri)
dan ditempatkan di Erlenmeyer.
o Larutan Baku Primer
Syarat agar suatu zat menjadi zat baku primer adalah:
1. memiliki tingkat kemurnian yang tinggi;
2. kering, tidak terpengaruh oleh udara/lingkungan(zat tersebut stabil);
3. mudah larut dalam air;
4. mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang
dilakukanpun harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan
larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu.
Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat{C2H2O4
2H2O), Boraks(Na2B4O710 H2O), asam benzoat(C6H5COOH).
o Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak harus zat
yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder ini konsentrasinya
ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer.
Sebagai larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau asam dari senyawa
anorganik misalnya NaOH, HCl. Larutan baku sekunder ini umumnya tidak stabil
sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu.

Kalibrasi adalah proses verifikasi bahwa suatu akurasi dari alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Metode kalibrasi ada 3, yaitu :
a.

Kurva kalibrasi

b.

Metode adisi standar

c.

Metode standard interval


17

Tahap pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan deret standar, yakni sejumlah
larutan standar (larutan yang mengandung zat yang diuji dalam berbagai konsentrasi yang
diketahui, berbeda-beda untuk tiap zat yang diuji, dibuat dari pengenceran stock solution).
Setelah itu, tegangan tiap larutan diukur dan diplot dengan sumbu y sebagai tegangan dan
sumbu x sebagai konsentrasi larutan standar. Setelah kurva terbentuk, maka persamaan kurva
y=mx+c akan digunakan untuk mengetahui konsentrasi sampel/analit yang telah diketahui
tegangannya. Melalui substitusi nilai tegangan analit terhadap y, maka x (konsentrasi analit)
akan diketahui.

18

12. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal-hal apa sajakah yang perlu
diperhitungkan/dipertimbangkan?
Dalam kegiatan analisis terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap
tahapan analisis memiliki hal yang harus diperhatikan agar diperoleh hasil analisis yang
akurat dan teliti. Tahapan analisis dalam ilmu kimia analitik adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan Analisis
Tahapan awal ini harus selalu dilakukan agar setiap proses analisis yang dilakukan
menjadi terarah. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, maka harus
diperhatikan beberapa hal berikut, yaitu:

Data dan informasi sampel yang akan dianalisis.

Metode analisis yang akan digunakan.

2. Tahap Pengambilan Sampel


Kegiatan pengambilan sampel dalam kajian ilmu kimia analitik disebut juga
sebagai sampling. Sampel yang diambil dalam tahapan ini harus mewakili
keseluruhan materi yang nantinya akan dianalisis. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah

Titik pengambilan sampel.

Jarak antara titik pengambilan sampel.

Penghomogenan terhadap sampel hasil sampling.

3. Tahap Persiapan Sampel untuk Dianalisis


Sampel yang diambil di alam terkadang perlu diubah menjadi bentuk lain terlebih
dahulu agar mudah dianalisis. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mempersiapkan sampel, yaitu:
a. Metode Pengeringan Sampel
Metode pengeringan ini dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang
terdapat dalam suatu sampel. Pengeringan ini biasanya dilakukan dengan

19

memanaskan sampel padatan pada suhu 100-110C sampai diperoleh berat


yang konstan.
b. Metode Pengukuran Berat (volume) Sampel
Untuk mengetahui berat dan volume sampel dapat dilakukan menggunakan
metode penimbangan. Metode ini penting sekali dilakukan ketika akan
mengidentifikasi sampel secara kuantitatif.
c. Metode Pelarutan Sampel
Metode pelarutan ini dilakukan untuk memudahkan proses analisis sampel
berbentuk padatan. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel harus
sesuai agar sampel dapat melarut secara sempurna.
4. Tahap Pengukuran Sampel
Tahapan pengukuran merupakan tahapan yang paling penting dalam melakukan
analisis kimia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam melakukan pengukuran
adalah sifat dari suatu zat yang akan dianalisis itu sendiri. Baik itu sifat kimia
maupun sifat fisikanya.
5. Tahap Perhitungan dan Pelaporan Data
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui kadar analit yang terdapat dalam suatu
sampel. Apabila hasil perhitungan sudah dapat dipertanggungjawabkan, maka
harus dilakukan pelaporan data.

13. Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H2SO4 0.25 M yang berasal dari asam
sulfat pekat 21.8 % (w/w) dengan densitas 1.1539 g/ml di laboratorium?
Dalam membuat larutan yang diinginkan dilakukan dengan cara pengenceran yaitu
menambahkan pelarut pada larutan dengan konsentrasi tinggi.

20

Ket:

M1=Molaritas larutan sebelum pelarutan


M2=Molaritas larutan sesudah pelarutan
V1=Volume larutan sebelum pelarutan
V2=Volume larutan sesudah pelarutan

Maka kita perlu menambahkan 48.64 ml air ke larutan asam sulfat pekat 21.8 % untuk
mendapatkan larutan yang dinginkan.

14. Tentukan Konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu 43.31
ml larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na2C2O4 yang berasal dari padatannya
seberat 0.2121 gram. Diketahui berat formula dari Na2C2O4 adalah 134 g/mol.
Reaksi yang terjadi antara lain:
KMnO4 + Na2C2O4 + H2SO4 K2SO4 + CO2 + Na2SO4 + MnSO4 + H2O (half reaction)
C2O42- 2CO2 + 2e-- (oksidasi)
8H+ + MnO4-- + 5e-- Mn2+ + 4H2O (reduksi)
MnO4-- adalah agen oksidator yang kuat, sementara reduktornya adalah C2O42

~ Konsentrasi KMnO4

21

15. Bagaimana anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:


Ag | AgCl(jenuh/s), HCl (0.02 M) || KCl (jenuh), Hg2Cl2(jenuh) | Hg(l)
Membuat reaksi setengah sel :
Reduksi :
Oksidasi :
Menentukan hasil reaksi :

Menghitung nilai potensial :


Nilai potensial sel pada reaksi tersebut sama dengan nilai potensal sel standardnya.
Hal ini disebabkan elektrolit 2Cl- pada reaksi oksidasi dan reduksi di atas saling
menghilangkan sehingga aktivitas molarnya tidak berpengaruh, yaitu :

16. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstan kesetimbangan
2Ag+ + Cu 2 Ag + Cu2+
Asumsi Cu dan Ag dalam fase solid karena pada suhu STP
Kc =
(berlaku hanya untuk fase gas dan larutan (aq))

Kc =
2 Ag+

+ Cu

2 Ag + Cu2+

reduksi

oksidasi

Eosel = Eoreduksi - Eooksidasi


= - (0,340 + (0,80)
= 0,46
Log K = Eosel (

Log K = 15.57
K = 1015.57

22

DAFTAR PUSTAKA

Anggi Putri. 2014. Unsur Halogen Karakteristik dan Sifat. [ONLINE] Available
at:http://www.sridianti.com/unsur-halogen-karakteristik-dan-sifat.html. [Accessed 22
September 15].
Add to My References

Hendrayana Taufik. 2006. Garam NaCL. [ONLINE] Available at: http://www.x3prima.com/2012/04/garam-nacl.html. [Accessed 17 September 15].

Afif Afida. 2012. Larutan Baku. [ONLINE] Available at: http://w-afif-mufidafk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68243-Love%20Kimia%20Love%20ChemistryLarutan%20Baku.html. [Accessed 25 September 15].

Iman Sumarno. 2002. Yodium Tidak Rusak atau Hilang dalam Pemasakan. [ONLINE]
Available at: http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1100397884. [Accessed
24 September 15].

Masykuri, M. 2009. Handout Kimia Analitik-4 : Potensiometri.


http://masykuri.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/11/HandOut2-Potensiometri.pdf (diunduh 20
September 2015).

Skoog, D, 2014. Fundamental of Analytical Chemistry. 9th ed. USA: Brooks/Cole.


Day, R.A. and Underwood, A. L, Quantitative Analytical Chemistry, Vol. 33, No. 2, 1961

Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI.
Underwood,A.L.1990. Kimia Analisa Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Vogel. 1994. Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Ismono. 1980. Cara-Cara Optik Dalam Analisa Kimia. ITB : Bandung.
23

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. UI : Jakarta. Hal 245-246.
Day, R.A. dan A. L. Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke V.
Penerbit Erlangga ; Jakarta .Hal. 461 -465.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi ke-IV. Penerbit EGC. Hal .
165 - 170.
Day, R. A dan A. L . Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.
Zulfikar. 2010. Volumetri. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/volumetri/ ( diakses tanggal 22 September 2015,
10:15 ).
Ravendi. 2013. ANALISIS KIMIA.
https://www.academia.edu/5727778/Analisis_Kimia ( diakses tanggal 21 September 2015,
20:25 )
Riezzati. 2014. Elektroda ion selektif.
https://www.academia.edu/9192548/Elektroda_ion_selektif ( diakses tanggal 21 September
2015, 19:32)

24

Anda mungkin juga menyukai