Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KIMIA ANALITIK

PEMICU 1 ELEKTROKIMIA
Garam Beryodium
Dosen : Dr.Ir. Dianursanti, MT.
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.

CITRA NOVIASARI
(1406569882)
JUSTIN EDGAR
(1406573854)
JOSHUA JESSE KARUBABA (1406559950)
KEVIN ANTONIO TITO
(1406568091)
SEKAR AYU CHADARWATI (----------------)

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I..................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................1
A.

Latar Belakang...........................................................................1

B.

Tujuan Pembelajaran....................................................................2

BAB II.................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................2
Tugas Pemicu.....................................................................................2
1.

Menanggapi masalah di atas, sikap apa yang..................................2

2.

Dapatkah anda menjelaskan apakah.............................................2

3.

Setujukah anda dengan pernyataan yang menyatakan .......................3

4.

Dalam kegiatan analisis suatu komponen kimia, dahulu.....................4

5.

Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan............................6

6.

Dalam teknik potensiometri, digunakan..........................................7

7.

Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah...............................12

8.

Mengapa di beberapa literature dikatakan....................................13

9.

Dengan menggunakan teknik potensiometri langsung......................14

10.

Walaupun dengan penggunaan buffer sejenis TISAB........................15

11.

Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan.................................16

12.

Untuk mendapatkan hasil analisis yang .......................................18

13.

Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H2SO4 ..........................19

14.

Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila ..20

15.

Bagaimana anda menentukan nilai potensial .................................20

16.

Untuk sel berikut ini, bagaimana ...............................................22

BAB III PENUTUP...............................................................................23


Kesimpulan...................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA 24

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak isu isu mengenai penggunaan beryodium terkait ganguan akibat
kurang yodium (Gaky) Ganguan akibat kurang yodium (GAKY) yang
masih merupakan masalah gizi di indonesia. Menurut WHO dalam jurnalnya
Iodine status worldwide paling tidak 1,5 miliar penduduk yang tinggal
di 118negara (pada tahun 1990), mengalami risiko Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Di antara mereka 650 juta (12 persen dari total
pendudukdunia) menderita gondok endemik, 43 juta menderita kapasitas
mental terbatas akibat defisiensi yodium, termasuk 11 juta di antaranya
menderitakretin endemik.
Namun sekarang ini, sudah jarang didapati lagi kasus anak anak yang
terkena penyakit gondok, seperti di masa lalu. Kendati demikian, masih
banyak beredar pula bahwa ibu ibu rumah tangga ternyata masih belum
mengerti sepenuhnya bagai mana cara yang benar untuk menangani garam
beryodium ini, menyebabkan pemakaian garam beryodium tampak percuma
karena kandungan yodium tersebut hilang.
Berdasarkan hal tersebut, kami membuat makalah untuk pemicu kimia
analitik pertama ini mengenai penanganan garam beryodium dan metode
metode analisisnya. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai definisi
yodium, fungsi yodium, metode analisis (gravimetri, volumentri, dan
potensiometri) dalam penentuan kandungan yodium dalam garam. Selain itu
dalam makalah ini kami juga menjelaskan beberapa dasar teori yang berkaitan
dengan yodium dan metode analisis, sehingga pembaca akan lebih mudah
memahami maksud dari makalah ini.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


1

B. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pentingnya yodium dalam garam.
2. Memahami kasus kasus yang penanganan yang salah dalam pengunaan
garam beryodium.
3. Memahami metode metode analisis yodium dalam garam.
4. Memahami pengunaan kurva kalibrasi dalam penentuan keakuratan suatu
alat.
5. Memahami pengunaan jenis jenis elektoda dalam metode potensiometri

BAB II
PEMBAHASAN
Tugas Pemicu
1. Menanggapi masalah di atas, sikap apa yang harus dikembangkan sebagai
seorang sajarna lulusan Teknik Kimia UI yang paham mengenai sifat-sifat
bahan kimia, agar dapat meredakan keresahan masyarakat sekitar terhadap
isu yang berkembang.
Sebagai seorang sarjana lulusan Teknik Kimia UI, dapat memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mengatasi hilangnya
yodium dari garam. Hal tersebut dapat dihindari dengan cara menempatkan garam
yodium dalam wadah yang tertutup rapat. Hal ini dikarenakan jika garam yodium
dalam wadah terbuka atau dalam wadah tertutup yang masih berlubang akan
menyebabkan garam mudah menguap.
2. Dapatkah anda menjelaskan apakah yodium itu dari aspek kimianya dan
mengapa perlu ditambahkan ke dalam garam dapur?
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
2

Yodium merupakan suatu unsur dengan nomor atom 53 dan massa atom
126.9045. Yodium adalah unsur nonlogam berwarna abu-abu gelap atau ungu
kehitaman dan berkilau. Yodium juga merupakan halogen paling elektropositif
dan paling tidak reaktif. Yodium mudah menyublim pada pemanasan untuk
menghasilkan uap ungu.Yodium larut dalam beberapa larutan, seperti CCl 4 dan
sedikit larut dalam air.Yodium penting dalam garam dapur karena kekurangan zat
tersebut dapat mengakibatkan berbagai gangguan yang dikenal sebagai GAKY
(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).
3. Setujukah anda dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penanganan
yang salah terhadap garam yodium dapat menghilangkan manfaatnya bahkan
berpotensi menghasilkan efek toksik pada makanan? Mengapa demikian? Hal
apa saja yang menurut anda merupakan kesalahan dalam penanganan garam
beryodium pada kehidupan sehari-hari?
Tidak setuju jika akan menjadi toksik, karena kesalahan penanganan yang
salah terhadap garam beryodium hanya akan menghilangkan ion yodium itu
sendiri. Namun manfaatnya akan hilang dikarenakan tidak adanya yodium. Tanpa
yodium yang memadai, kelenjar tiroid semakin membesar karena mencoba
memenuhi produksi hormon tiroid. Pasien dengan goiter besar mungkin
mengalami gejala tersedak, terutama ketika berbaring, dan kesulitan menelan dan
bernapas.
Kekurangan yodium sangat penting pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Kekurangan yodium berat pada ibu telah dikaitkan dengan
keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, dan kelainan bawaan pada bayi
mereka.
Kesalahan penangganan garam beryodium
o Menempatkan garam yodium dalam wadah terbuka
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
3

Garam yodium dalam wadah terbuka ataupun jika dalam wadah


tertutup, masih ada lubang-lubangnya akan menyebabkan garam mudah
menguap. Yang benar adalah tempatkan garam beryodium ini dalam
wadah yang benar-benar tertutup.
o Menaburkan garam ketika proses masak memasak makanan
Dengan menaburkan garam beryodium ketika atau selama proses
memasak makanan akan menyebabkan yodium langsung menguap begitu
saja. Yang benar adalah, jika menginginkan rasa asin pada makanan,
gunakan dan tuangkan saja garam meja. Sehingga Yodium tidak ikut
termasak.
4. Dalam kegiatan analisis suatu komponen kimia, dahulu dikenal sebagai
metode yang klasik seperti gravimetri dan volumetri. Apa yang anda ketahui
tentang keduanya? Dapatkah anda menentukan kandungan yodium dalam
suatu larutan menggunakan kedua cara tersebut?
Analisis Gravimetri
Analisis gravimetri adalah metode kuantitatif yang berdasar pada
pengukuran massa unsur atau senyawa tertentu (analit). Pemisahan unsurunsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti
metode pengendapan, metode penguapan, dan elektrogravimetri. Metode
pengendapan adalah metode yang paling umum.
Untuk metoda gravimetri cara pengendapan, prinsipnya adalah mengubah
bentuk komponen yang diinginkan menjadi bentuk yang sukar larut. Reaksinya
adalah
aA + rR AaRr
Bentuk AaRr ini kemudian harus dapat dipisahkan secara sempurna,
dicuci, dikeringkan, dan ditimbang.
Endapan yang dikehendaki adalah:
o Mempunyai kelarutan yang kecil sekali
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
4

o Mudah dipisahkan dari larutannya secara filtrasi,


o Dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu yang
diketahui

Perhitungan Gravimetri
Faktor Gravimetri adalah jumlah gram analit dalam 1 gram endapan
Faktor Gravimetri=

mol analit dalamendapan x Mr analit


Mr endapan

Berat Analit = Berat Endapan x Faktor Gravimetri


% Analit = (berat Analit / berat sampel) x 100 %

Analisis Volumetri
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang
akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya
diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan untuk mengetahui
konsentrasi larutan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk
menitrasi,

dan

analit

merupakan

zat

yang

akan

ditentukan

konsentrasi/kadarnya.
Larutan titran harus diketahui komposisi dan konsentrasinya. Larutan
standar primer dibuat dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi
(standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan
yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni,
maka perlu distandardisasi dengan standar primer.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
5

Pada saat volume reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai
titik ekivalen, sedangkan volume dimana perubahan warna indikator nampak
oleh pengamat merupakan titik akhir. Selisih antara titik akhir dengan titik
ekivalen disebut kesalahan titrasi.
Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam 4
kategori, yaitu titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan (meliputi
pembentukan

endapan

dengan

indikator

pengabsorpsi),

serta

titrasi

kompleksometri (sebagian besar titrasi EDTA seperti titrasi spesifik).


Normalitas =

Mol x valensi
volume

Normalitas1 . Volume1 = Normalitas2 . Volume2

Penentuan Kadar Yodium dalam Garam


Kadar yodium dalam garam dapat diuji dengan metode titrasi iodometri, salah
satu titrasi redoks. Pada penentuan kadar yodium dalam garam, larutan garam
dalam air dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dalam suasana asam dan
menggunakan indikator amilum. Apabila larutan Na2S2O3 yang tersedia belum
baku, maka dilakukan standardisasi menggunakan

K 2 Cr 2 O7 dalam suasana

asam dan menggunakan indikator amilum.

Perhitungan standardisasi larutan Na2S2O3:

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


6

N K2Cr2O7 =

( BMM ) K Cr O
2

V larutan

Na2S2O3

( N x V ) K 2 Cr2 O7
V Na 2 S 2 O3

Perhitungan kadar KIO3:

N KIO3 =

( N x V ) Na2 S2 O3
V KI O3

Kadar KIO3 =

( N x V x Mr ) KI O3
berat sampel ( gr )

100%

5. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan yodium dalam air secara
instrumental, apa yang dapat anda jelaskan dengan metode ini?
Untuk mendeteksi kandungan iodium dapat dicari dengan mencari konsentrasi
ion iodat (I2

(aq)

+ IO3-

(aq)

-> I2(aq)) Konsentrasi ion iodat dapat ditentukan secara

potensiometri dengan menggunakan elektroda perak-perak iodat (Ag/AgIO3).


Elektroda Ag/AgIO3 dapat dibuat dengan melapisi kawat perak dengan perak
iodat (AgIO3). Pelapisan tersebut dapat dilakukan dengan mengelektrolisis kawat
perak dalam larutan iodat. Lama elektrolisis merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi karakteristik elektroda. Telah dilakukan penelitian mengenai
pengaruh lama elektrolisis terhadap karakteristik elektroda Ag/AgIO3.
Elektrolisis dilakukan pada potensial 0,75 hingga 0,85 volt selama 15, 20, 25,
30 dan 35 menit. Karakteristik elektroda dipelajari dengan mengukur besarnya
potensial sel dengan elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding. Hasil
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
7

penelitian menunjukkan bahwa karakteristik elektroda Ag/AgIO3 dipengaruhi


oleh lama elektrolisis. Lama elektrolisis optimum untuk pembuatan elektroda
Ag/AgIO3 adalah 30 menit. Elektroda tersebut mempunyai harga bilangan Nernst
51,6 mV/dekade dan waktu respon 4 menit. Kisaran konsentrasi iodat yang dapat
diukur adalah 10-3 M hingga 4.10-1 M dan batas deteksi sebesar 7,94.10-4 M.

6. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah


menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?
Elektroda Referensi: Elektroda yang sudah diketahui potensial
elektrodanya, besarnya tidak tergantung pada konsentrasi spesi yang akan diuji
dan besar potensialnya tetap walaupun arus yang mengalir kecil
1. Elektroda kalomel
Kalomel (Hg2Cl2) memiliki kelarutan yang tidak besar pada air.
Elektroda kalomel secara skematis dituliskan sebagai berikut :
Hg | Hg2Cl2(jenuh), KCl (x M) ||
dimana x adalah konsentrasi dari KCl (biasanya 0,1
M, 1 M dan jenuh (4,6 M)). Elektrode kalomel
jenuh (SCE) sering digunakan karena mudah untuk
dipersiapkan.
Potensial elektroda dari elektroda kalomel
jenuh adalah 0,2444 V (25oC), dengan setengah
reaksi :
Hg2Cl2(s) + 2e-

2Hg(l) + 2Cl-(aq)

Gambar 1. Elektrode Kalomel Jenuh

2. Elektroda Perak/Perak Klorida


Elektroda perak dibenamkan dalah larutan campuran KCl jenuh dan
AgCl jenuh. Potensial dari elektroda ini adalah 0,199 V (25 oC). Secara
skematis elektroda ini dituliskan sebagai :
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
8

Ag | AgCl(jenuh), KCl(jenuh) ||
dengan setengah reaksi :
AgCl + eElektrode

Ag(s) + Cl-

Indikator:

Elektroda

yang

Gambar 2. Elektrode Ag/AgCl


Sumber : glossary.periodni.com

besar

potensial elektrodanya sangat bergantung pada


konsentrasi spesi dalam larutan yang akan diuji. Elektroda indikator juga
selektif terhadap spesi-spesi tertentu
1. Elektroda Logam
a. Jenis pertama
Elektrode logam jenis pertama adalah logam
murni yang memiliki kesetimbangan langsung
dengan

kationnya

dalam

larutan.

Reaksi

kesetimbangannya adalah
Xn+(aq) + ne-

X(s)

0
1

Gambar 3. Plot persamaan elektrode


jenis pertama

aX
dan 0.0592
,
X
log
n
Eind =E
n+

dengan a X = X [ X ] ,

X = koefisien aktifitas

b. Jenis kedua
Elektrode logam kedua adalah elektrode logam yang sensitif terhadap
perubahan konsentrasi anion. Contohnya adalah elektrode raksa untuk anion
EDTA Y4-. Saat sedikit HgY2- ditambahkan ke larutan berisi Y4-, terjadi
setengah reaksi di elektroda raksa :
HgY2- + 2e-

Hg(l) + Y4-

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


9

1
a HgY

0.0592
log
2
0.0592
E=K
log
2

dengan aY , K =0,21
4

c. Elektroda logam inert


Beberapa konduktor inert merespon reaksi
redoks. Contohnya adalah potensial dari elektrode
platina dibenamkan dalam larutan berisi Ce(III) dan
Ce(IV) adalah
0
aCe
aCe

4 +/Ce 0.0592 log


Ce
E ind =E
3+

4+

Gambar 3. Plot persamaan elektrode


jenis kedua

2. Elektrode Membran Kaca

Kaca sendiri berfungsi sebagai membran pemisah antara larutan di dalam


elektrode kaca dan larutan analit. Bahan dari elektrode kaca sendiri berpengaruh pada
selektifitas ionnya. Misalkan pada kaca Corning 015, membran kaca ini memiliki
selektifitas ion H+ yang tinggi dalam pH< 9. Dalam menggunakan elektroda kaca,
kaca harus dihidrasi terlebih dahulu agar menjadi pH-sensitiSecara skematis,
elektroda kaca dapat dituliskan seperti beriku
Elektrode
Referensi 1

Elektrode kaca
Larutan analit
eksternal

Larutan referensi internal

SCE || [H3O ] = a1 | Membran kaca | [H3O ] = a2, [Cl-] = 1.0 M, AgCl (satd) | Ag
E1
ESCE E j
E2
Elektrode referensi 2

Eb =E1E2

E Ag , AgCl

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


10

Gambar 4. Sistem elektrode tipikal untuk mengukur pH,


menggunakan elektrode kaca

Potensial dari membran terdiri dari

E Ag , AgCl

dan

ESCE

yang konstan, Ej

yaitu potensial total dari kedua ujung jembatan garam, dan Eb yaitu boundary
potential, yang bervariasi mengikuti pH larutan analit. Dua elektrode referensi
menyediakan kontak listrik dengan larutan sehingga perubahan dari boundary
potential dapat diukur.
Di permukaan kaca (kontak kaca dengan larutan analit dan kontak kaca
dengan larutan internal) terjadi reaksi
H+Gl-(s)
kaca 1

larutan analit
H+Gl-(s)
kaca 2

larutan internal

H+(aq) +Gl-(s)
larutan 1

H+(aq) +Gl-(s)
larutan 2

, kontak antara kaca bagian luar dengan

kaca
1

, kontak antara kaca bagian dalam dengan

kaca 2

Reaksi di kedua permukaan ini menyebabkan kedua permukaan kaca


bermuatan negatif relatif terhadap larutan, menyebabkan potensial E1 dan E2. Posisi
dari kesetimbangan dari kedua reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi H + di kedua
permukaan kaca, di mana permukaan dengan disosiasi lebih besar terjadi akan lebih
negatif relatif terhadap permukaan sebelahnya. Perbedaan potensial ditentukan
rumus:
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
11

'

Eb =L 0.0592 pH ,
dimana

'

L =0.0592 loga 2 , a2 = konsentrasi H+ di larutan internal

Potensial total dari elektrode kaca ditentukan oleh rumus :


Eind =E b+ E Ag/ AgCl + Easy ,
Easy adalah potensial yang muncul akibat faktor luar reaksi seperti membran
yang rusak saat produksi, abrasi permukaan kaca, dan lain-lain.
Elektroda Membran Cair
Elektroda membran cairan menghasilkan potensial dari kedua larutan yang
mengandung analit dan liquid-ion exchanger. Bahan utama dalam pembentukan
membrane aktif adalah ion exchanger yang berisikan kalsium fosfat dialkil yang
tidak terlalur dalam air. Gambar dibawah menunjukan bahwa ion exchanger
dilarutkan kedalam campuran cairan organic yang dipaksa oleh gravitas untuk
menembus pori pori pada piringan hidrofobik.

Gambar 5.Diagram liquid-membrane Gambar. 6. Perbandingan liquid-membrane


electrode menggunakan ion
electrode untik Ca2+
kalsium
dengan glass pH electrode

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


12

Pada kedua gambar diatas, kesetimbangan disosiasi memiliki persamaan:


2+
+Ca
[ ( RO )2 POO]2 Ca
2 ( RO )2 POO
organic

organic

aquaeous

dimana R adalah kelompok aliphatic massa molekul yang besar. Hubungan antara
potensial membran dan aktivitas ion kalsium didapat dari persamaan
Eb =E1E2 =

a
0.0592
log 1
2
a2

di mana a1 dan a2 adalah kegiatan ion kalsium dalam analit eksternal dan solusi
standar internal masing-masing. Karena aktivitas ion kalsium dari solusi internal
adalah konstan, maka:
Eb =N

0.0592
0.0592
log a1 =N
pCa
2
2

di mana N adalah konstan.


Elektroda Membran Kristal
Permukaan membran kristal (permukaan yang kationik) selektif terhadap
anion. Mislakan, membran yang terbuat dari perak halida selektif terhadap ion
Klorida, Bromide, dan Iodida. Elektroda yang terbuat dari membram polikristalin
Ag2S dapat digunakan untuk pengukuran ion Sulfida. Dikedua jenis membran ini, ion
perak dapat bergerak relatif bebas untuk membawa muatan listrik melewati medium
solid. Campuran dengan PbS dengan Ag2S selektif dengan on Pb2+ sama juga halnya
dengan CdS dan CuS selektif terhadap Cd2+ dan Cu2+.
Membran yang terbuat dari irisan krital lantanum florida yang telah diselup
dengan europium (II) florida diletakan diantara larutan refrensi dan larutan yang akan
diuji, memiliki sensitifitas terhadap ion florida dengan konsentrasi dari 1 10 -6 molar.
Elektroda ini selektif untuk ion florida. Ion OH- dapat menggangu selektifitas ini.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


13

7. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pH meter/volt meter, sebuah


elektroda standar kalomel jenuh serta berbagai elektroda indikator untuk
beberapa jenis kation. Karena tim ahli akan menilai proposal ini, dapatkah
anda menjelaskan usulan tentang metode analisis untuk menentukan
kandungan yodium dalam air mineral dengan menggunakan peralatan yang
ada? Lengkapi dengan informasi yang cukup jelas, baik dari segi instrumentasi
maupun prinsip dasar teoritis tentang metode analisis ini.
Metode analisis yang dapat digunakan adalah potensiometri langsung (direct
potentiometry). Metode potensiometri dapat menentukuan aktivitas kation dan
anion dalam larutan analit. Metode ini hanya membutuhkan perbandingan
potensial sel dengan elektroda indicator di dalam larutan analit, terhadap potensial
ketika elektroda tersebut dicelupkan ke dalam larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara tepat (larutan standar). Untuk pengukuran, dapat
menggunakan pH meter.
Elektroda standar kalomel jenuh dapat digunakan sebagai elektroda standar
karena dapat menganilis larutan dan juga mudah untuk dipersiapkan. Elektroda ini
juga memiliki kelarutan yang tidak besar pada air. Sebagai elektroda indikator,
dapat digunakan elektroda ion-selective karena tidak hanya mereduksi kation,
namun juga mereduksi atau menyeleksi ion-ion tertentu.
Pada perhitungan, elektroda standar dianggap anoda dan elektroda indicator
dianggap katoda. Ecell diketahui melalui pengamatan terhadap voltmeter.
Sementara Ej, potensial junction, adalah potensial di ujung jembatan garam.
Dapat dihitung dengan persamaan:
Ecell =Eind E ref + E j
Untuk menghitung Eind dapat menggunakan rumus
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
14

Eind =L

0.0592
0.0592
pX =L+
log ax
n
n

Dimana L adalah konstanta dan ax adalah koefisien aktivitas konsentrasi kation.


8. Mengapa di beberapa literature dikatakan bahwa bila menggunakan teknik
potensiometri, kondisi pH sampel larutan yang akan dianalisis tidak boleh
terlalu asam? Mengapa diperlukan larutan yang mengandung elektrolit tinggi?
Bagaiman kalau banyak senyawa lain seperti ion besi ada dalam sampel yang
dianalisis?
Pada larutan yang terlalu basa, elektroda kaca merespon ion kation baik
dari H+ maupun ion logam alkali sehingga pembacaan pH menjadi tidak tepat
(error yang disebabkan negatif, pH yang dibaca lebih rendah dari seharusnya).
Pengaruh dari error ini adalah konsentrasi ion logam maupun komposisi dari
membran kaca.
Pada larutan yang sangat asam (pH < 0.5), elektroda kaca juga
menunjukkan galat, dengan pembacaan pH yang jauh lebih tinggi dari
seharusnya. Hal ini disebabkan oleh penempelan ion H+ yang terlalu banyak pada
permukaan elektrode, sehingga elektrode tidak bisa mendeteksi lagi penambahan
konsentrasi H+ pada larutan.
Jika digunakan elektroda logam jenis pertama, asam yang terlalu kuat
akan melarutkan elektroda sehingga tidak bisa dipakai. Larutan elektrolit tinggi
diperlukan karena besar perbedaan potensial sel tergantung pada aktivitas dari
spesi (ion). Larutan elektrolit tinggi memiliki aktivitas ion yang besar. Apabila
larutan elektrolit rendah digunakan, aktivitas ionnya juga rendah sehingga
potensial sel menjadi kecil dan pengukuran menjadi sulit dilakukan karena pada
konsentrasi kecil galat juga akan semakin besar

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


15

9. Dengan menggunakan teknik potensiometri


langsung, anda memperoleh data potensial
dari sampel dan larutan standar. Bila hasil
kurva kalibrasi E terhadap log konsentrasi
adalah seperti pada gambar 1, bagaimana
anda menentukan konsentrasi yodium dalam
Gambar 7. Penentuan konsentrasi
fluoride dengan pengukuran
Potensiometri Langsung

sampel? Apakah elektroda telah bekerja


dengan baik dalam sistem tersebut?
Hubungan antara log konsentrasi larutan
standar dengan respon potensial sel nya dapat
dijelaskan dengan persamaan Nernst.
E=Eo2.303

RT
log C
nF

(Persamaan Nernst)
Dengan menganalogikan persamaan diatas dengan persamaan umum y =
mx +c, diketahui bahwa log C berperan sebagai x (variabel bebas), E merupakan
y (variabel terikat), E0 sebagai konstanta,dan

2.303

RT
nF

menunjukkan slope /

kemiringan garis (m). Kemiringan kurva kalibrasi menunjukkan respons dari


elektroda ion selektif yang digunakan. Apabila ion yang terlibat hanya 1 buah
(seperti Na+), maka nilai m konstan sebesar -59.16. Angka m yang konstan ini
menjadi acuan apakah elektroda telah bekerja dengan baik (semakin mendekati
maka semakin baik dan intervensi ion minimum)
Nilai slope pada data diatas adalah -59.377, dengan nilai R 2 adalah
0.9999, maka akurasi elektroda pada kasus ini mendekati sempurna karena nilai

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


16

dari slope mendekati -59.16, didukung dengan nilai R 2 yang mendekati 1, yang
berarti penyimpangan yang terjadi pada data sangat kecil.
Untuk menentukan kadar zat pada suatu sampel, maka nilai Esel pada
kurva dimasukkan kedalam persamaan Nernst sehingga akan didapatkan nilai log
[C]. Untuk mencari konsentrasi, maka [C] = 10log [C]
10. Walaupun dengan penggunaan buffer sejenis TISAB pembentuk kompleks ini
dapat dicegah. Hasil pengukuran potensial dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagaimana anda menjelaskan penentuan konsentrasi Yodium pada sampel
larutan dengan metode adisi standar? Bandingkan hasil yang diperoleh pada
kedua cara di atas.
Metode adisi standar digunakan pada analit dengan volume tertentu, yang
belum diketahui konsentrasinya. Metode ini dilakukan dengan mengukur
potensial elektroda sistem sebelum dan sesudah larutan standar, dalam volume
yang bervariasi, ditambahkan ke dalam analit/sampel, yang dianalisis. Setelah itu,
campuran-campuran diencerkan hingga mencapai volume yang sama (volume
total), sekaligus matriks yang sama, untuk kemudian dicari nilai responnya dan
konsentrasinya setelah pengenceran. Konsentrasi kemudian diplot pada sumbu x
dan respon instrumen (tegangan) pada sumbu y untuk mengetahui konsentrasi
sampel sebelum penambahan larutan standar.
Perbedaan dari metode adisi standar dengan metode potensiometri biasa
terletak pada presisi. Presisi adalah ukuran kedekatan nilai data satu dengan yang
lainnya dalam suatu pengukuran pada kondisi analisis yang sama. Presisi dari
kedua metoda tersebut dinyatakan dalam %KV. Presisi dikatakan baik jika metoda
memberikan simpangan baku relative atau koefisien variasi (KV) persamaan
Horwitz 45%.Pada kalibrasi standar analit yang dianalisis terikat kuat oleh
senyawa organik terlarut (matrik). Dengan penambahan larutan standar pada
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
17

percobaan kalibrasi adisi standar dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi


akibat banyaknya senyawa kompleks.
Parameter analitik yang diperoleh yaitu untuk presisi pada metoda kalibrasi
standar memiliki % KV sebesar 6,52 % dan metoda adisi standar % KV sebesar
13,81 % serta nilai LOD pada metoda kalibrasi standar sebesar 0,01098 ppb
sedangkan nilai LOQ pada metoda kalibrasi standar sebesar 0,03268 pbb. Nilai
batas deteksi (LOD) merupakan nilai batas konsentrasi terendah dari analit yang
masih dapat terdeteksi. Nilai LOD yang diperoleh yaitu sebesar 0,01098 ppb
artinya batas konsentrasi terendah tersebut masuk dalam konsentrasi merkuri yang
dianalisis. Tetapi nilai tersebut bukan angka kuantitatif yang tepat dikarenakan
LOD belum dikuantifikasi secara presisi dan akurasi. Sedangkan batas kuantisasi
(LOQ) adalah jumlah terkecil dari analit yang terkandung dalam sampel yang
dapat dikuantifikasi secara presisi dan akurasi (Harmita, 2004).
11. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larukan
baku/standard an kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya
dan mengapa diperlukan dalam kegiatan ini?
1. Larutan Baku
Dalam titrasi, larutan baku (larutan standar) adalah larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya dan biasanya dijadikan titran (diletakan pada buret).
Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya, volumenya diukur dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di gelas erlenmeyer.

1.1 Larutan baku primer


Larutan baku primer adalah larutan yang mengandung zat padat
murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat. Larutan ini
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
18

pada metode gravimetri dapat digunakan


untuk menetapkan konsentrasi larutan lain
yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana,
setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3,
NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Gambar 8. Larutan K2Cr2 O7

Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini
biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air pada permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan

pernguraian parsial)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara (zat tak boleh

higroskopik, tidak dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida)


Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan

kepekaan tertentu
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen

yang besar
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung

1.2 Larutan baku sekunder


Larutan baku sekunder adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya
tidak diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
19

Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan


baku primer (biasanya melalui metode titrimetri). Contoh: AgNO3, KMnO4,
Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripad larutan baku primer


Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan

penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

12. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal-hal apa sajakah yang
harus diperhitungkan/dipertimbangkan?
Hal-hal yang harus diperhatikan tentunya melibatkan beberapa hal, seperti
galat dari metode yang digunakan, kondisi alat dan bahan, praktikan dan beberapa
hal lain. Berikut ini akan dibahas kesalahan-kesalahan yang perlu diperhitungkan,
terutama kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil data menjadi kurang tepat.
Kesalahan sistematik pada alat dapat dikurangi dan dibetulkan dengan
kalibrasi. Kalibrasi berkala sangat diperlukan karena respon dari instrument (alat)
akan selalu berubah dengan berjalannya waktu akibat pemakaian, korosi, dan
kesalahan penggunaan alat. Kesalahan sistematik pada manusia dapat dikurangi
dengan kehati-hatian dan kedisiplinan. Praktikan dapat membaca petunjuk
penggunaan alat, teori, dan perhitungan secara sistematis untuk mengurangi
kesalahan. Kesalahan yang diketahui dari keterbatasan fisik (alat atau bahan)
dapat dihindari dengan pemilihan metode yang tepat.
Dalam menggunakan suatu metode dalam percobaan, harus diperhatikan
apabila metode tersebut berlaku secara umum atau hanya pendekatan untuk halhal tertentu saja. Seringkali, metode-metode ini menggunakan pendekatan, yang
tentu saja memiliki galat-galat, entah dalam proses percobaannya, ataupun dalam
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
20

proses pengolahan datanya. Hal-hal ini tentunya perlu diperhitungkan secara


matang agar hasil analisis yang didapat bisa lebih tepat.
13. Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H2SO4 0,25 M yang berasal dari
asam sulfat pekat 21,8% (w/w) dengan densitas 1,1539 g/ml di laboratorium?
Molaritas H2SO4 =
1,1539 g H 2 SO 4
1 mL reagen

1000 mL
1L

21,8 g H 2 SO 4
100 g reagen

1 mol H 2 SO 4
98 g H 2 SO 4

2,57 M

Mol H2SO4 dibutuhkan = 0,5 L x

0,25mol H 2 SO 4
L

= 0,125 mol

Volume larutan H2SO4 pekat yang dibutuhkan = 0,125 mol H2SO4 x

1L
2,57 mol

0,04864 L = 48,64 mL
Kemudian encerkan 48,64 mL larutan hingga 500 mL

14. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu
43,31 mL larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na2C2O4 yang berasal
dari padatannya sebesar 0,2121 g. Diketahui BM Na2C2O4 adalah 134 g/mol
Reaksi yang terjadi adalah :
2MnO4- + 5 C2O42- + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O

Rasio stoikiometrik (perbandingan mol bereaksi) dari MnO4- dan C2O4 2adalah
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
21

5 mol C 2 O 4
O
2 mol Mn 4

Jumlah mol dari Na2C2O4 adalah =

0,2121 g
134 g /mol

Jumlah mol dari KMnO4 adalah =

0,2121 g Na2 C 2 O4 2 mol KMn O4


x
134 g
5 mol Na2 C2 O4
Na2 C2 O4
mol

6,33134 . 104 mol

Konsentrasi dari larutan KMnO4 adalah =

6,33134 .104 mol


=0,01462 M
3
43,31. 10 L

15. Bagaimana anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:


Ag/AgCl(jenuh/s), HCl (0.02 M/KCl (jenuh), Hg2Cl2 (jenuh)/ Hg(l)

Ag/AgCl(jenuh/s)
2Ag+ + 2e- -> 2Ag

E0 = 0,8

Cl2 + 2e- -> 2Cl

E0 = 1,36

E0 = E0 tereduksi E0 teroksidasi = 0,56


Esel = 0,56 - 0.059/2 log (0,1)2(0,1)2 /(1)2(1) = 0,678

HCl (0.02M)/KCl(Jenuh)
Cl2 + 2e- -> 2Cl

E0 = 1,36

2H+ + 2e- -> H2

E0 = 0

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


22

E0 = E0 tereduksi E0 teroksidasi = 1,36


Esel HCl = 1,36 - 0.059/2 log (0,02)2/(0,01)2(0,01)2 = 0,678
2K+ + 2e- -> 2K

E0= -2,92

Cl2 + 2e- -> 2Cl

E0 = 1,36

E0 = E0 tereduksi E0 teroksidasi = 4,28


Esel KCl = 4,28 - 0.059/2 log (0,1)2(0,1)2 /(1) (1)2 = 4,398
Esel = 4,398 1,224 =3,174

Hg2Cl2 (Jenuh)/Hg(l)
Cl2 + 2e- -> 2Cl

E0 = 1,36

Hg+2 + 2e- -> 2Hg

E0 = 0,8

E0 = E0 tereduksi E0 teroksidasi= 0,56


Esel Hg2Cl2 = 0,56 - 0.059/2 log (0,1)2(0,1)2 /(1) (1)2 = 0,678
Hg2+ +2e- -> 2Hg

E0 = 0,8

Esel Hg2+ = 0,8 - 0.059/2 log (1)2/(0,01)2 = 0,7705


Esel = 0,7705-0,678 = 0,0925

16. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda menentukan besarnya konstanta
kesetimbangan
2Ag+ + Cu 2 Ag + Cu2+
Pada saat kesetimbangan, Konstantanya adalah

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


23

2+
Cu

+
Ag

K eq =

Sel di atas dapat dituliskan dengan skema berikut :


Cu|Cu2+(xM) || Ag+(yM)|Ag
Besar potensial sel galvani dirumuskan sebagai Esel = Ekanan E kiri
(menggunakan data E reduksi). Dalam kasus ini, besar potensial sel adalah
menjadi
2+ /Cu

Cu
+ / Ag
Ag
E
E sel=E
Perlu diingat bahwa pada saat kesetimbangan, besar Esel akan sama dengan
nol, sehingga :
Cu2 +/Cu =0
Ag+ / AgE
E sel=E

Cu 2+ /Cu
+ / Ag
Ag
=E
E

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


24

Ag+

2+
Cu

0,0592
0
0
E AgE Cu=
log
2
2+

Cu

Ag+

0,0592
0
0
E AgE Cu=
log
2
2

2( E 0AgE0Cu )
log K eq =
0,0592
Maka secara umum nilai konstanta kesetimbangan dapat diperoleh dari data potensial
setengah reaksi, dengan rumus :
2( E 0kananE0kiri )
log K eq =
0,0592

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kami sebagai mahasiswa mahasiswi Teknik Kimia sebaiknya
membantu masyarakat dengan memberikan pencerdasan
mengenai penanganan garam beryodium.

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


25

2. Kekurangan yodium dapat menyebabkan kelenjar tiroid


membesar dikarena memproduksi banyak sekali hormone
tiroid.
3. Yodium yang mudah menguap sebaiknya disimpan pada
wadah tertutup dan tidak digunakan langsung pada saat
memasak.
4. Metode analisis dalam menentukan konsentrasi zat pada
suatu campuran dapat menggunakan metode gravimetric,
volumetric, dan potensiometri.
5. Kurva kalibrasi adalah metode umum untuk menentukan konsentrasi zat
dalam sampel tidak diketahui dengan membandingkan diketahui untuk satu
set sampel standar konsentrasi diketahui.
6. Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui
dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan untuk mengetahui konsentrasi
larutan analit.
7. Analisis gravimetri adalah metode kuantitatif yang berdasar pada pengukuran
massa unsur atau senyawa tertentu (analit). Pemisahan unsur-unsur atau
senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, seperti metode
pengendapan, metode penguapan, dan elektrogravimetri.
8. Metode potensiometri dapat menentukuan aktivitas kation dan anion dalam
larutan analit. Metode ini hanya membutuhkan perbandingan potensial sel
dengan elektroda indicator di dalam larutan analit, terhadap potensial ketika
elektroda tersebut dicelupkan ke dalam larutan yang telah diketahui
konsentrasinya secara tepat (larutan standar).
DAFTAR PUSTAKA
ATA.2015. Iodine Deficiency. Avaible at http://www.thyroid.org/iodine-deficiency/
[Accessed 21 September 2015]
Darsati, S. n.d. Analisis Gravimetri. [ONLINE]
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/19560323198101
2-SITI_DARSATI/analisis_grav_PowerPoint_Presentation.pdf [Diakses 3
Oktober 2015]
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
26

Day, R. A dan Underwood, A., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Ke-6, Jarkarta:
Erlangga
Harmita., 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol I, No 3.
ICCIDD/UNICEF/WHO. Global prebalence of Iodine deficiency disordes. MDIS
Working paper #1. Micronutrient Deficiency Information System, Geneva,
World Health Organization, 1993 (unpublished document available on request
from the Nutrition unit, WHO, Geneva)
Miller, J. N dan Miller, J. C., 2000, Statistics and Chemometrics For Analytical
Chemistry, Fourth Edition, England.
Lavagnini I, Magno F (2007). "A statistical overview on univariate calibration,
inverse
regression, and detection limits: Application to gas chromatography/mass
spectrometrytechnique". Mass spectrometry reviews 26 (1): 118.
Rohman. A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Skoog, West, and Holler. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry. Eight Edition.
Canada: Brooks/Cole, Thomson Learning.
Widiarto, Sonny. 2009. Kimis Analitik. [ONLINE]
http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/files/2011/09/GRAVIMETRI.pdf
[Diakses 3 Oktober 2015]

Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia


27

Anda mungkin juga menyukai