PEMICU 1 ELEKTROKIMIA
Garam Beryodium
Dosen : Dr.Ir. Dianursanti, MT.
Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
CITRA NOVIASARI
(1406569882)
JUSTIN EDGAR
(1406573854)
JOSHUA JESSE KARUBABA (1406559950)
KEVIN ANTONIO TITO
(1406568091)
SEKAR AYU CHADARWATI (----------------)
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I..................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................1
A.
Latar Belakang...........................................................................1
B.
Tujuan Pembelajaran....................................................................2
BAB II.................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................2
Tugas Pemicu.....................................................................................2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak isu isu mengenai penggunaan beryodium terkait ganguan akibat
kurang yodium (Gaky) Ganguan akibat kurang yodium (GAKY) yang
masih merupakan masalah gizi di indonesia. Menurut WHO dalam jurnalnya
Iodine status worldwide paling tidak 1,5 miliar penduduk yang tinggal
di 118negara (pada tahun 1990), mengalami risiko Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY). Di antara mereka 650 juta (12 persen dari total
pendudukdunia) menderita gondok endemik, 43 juta menderita kapasitas
mental terbatas akibat defisiensi yodium, termasuk 11 juta di antaranya
menderitakretin endemik.
Namun sekarang ini, sudah jarang didapati lagi kasus anak anak yang
terkena penyakit gondok, seperti di masa lalu. Kendati demikian, masih
banyak beredar pula bahwa ibu ibu rumah tangga ternyata masih belum
mengerti sepenuhnya bagai mana cara yang benar untuk menangani garam
beryodium ini, menyebabkan pemakaian garam beryodium tampak percuma
karena kandungan yodium tersebut hilang.
Berdasarkan hal tersebut, kami membuat makalah untuk pemicu kimia
analitik pertama ini mengenai penanganan garam beryodium dan metode
metode analisisnya. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai definisi
yodium, fungsi yodium, metode analisis (gravimetri, volumentri, dan
potensiometri) dalam penentuan kandungan yodium dalam garam. Selain itu
dalam makalah ini kami juga menjelaskan beberapa dasar teori yang berkaitan
dengan yodium dan metode analisis, sehingga pembaca akan lebih mudah
memahami maksud dari makalah ini.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pentingnya yodium dalam garam.
2. Memahami kasus kasus yang penanganan yang salah dalam pengunaan
garam beryodium.
3. Memahami metode metode analisis yodium dalam garam.
4. Memahami pengunaan kurva kalibrasi dalam penentuan keakuratan suatu
alat.
5. Memahami pengunaan jenis jenis elektoda dalam metode potensiometri
BAB II
PEMBAHASAN
Tugas Pemicu
1. Menanggapi masalah di atas, sikap apa yang harus dikembangkan sebagai
seorang sajarna lulusan Teknik Kimia UI yang paham mengenai sifat-sifat
bahan kimia, agar dapat meredakan keresahan masyarakat sekitar terhadap
isu yang berkembang.
Sebagai seorang sarjana lulusan Teknik Kimia UI, dapat memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mengatasi hilangnya
yodium dari garam. Hal tersebut dapat dihindari dengan cara menempatkan garam
yodium dalam wadah yang tertutup rapat. Hal ini dikarenakan jika garam yodium
dalam wadah terbuka atau dalam wadah tertutup yang masih berlubang akan
menyebabkan garam mudah menguap.
2. Dapatkah anda menjelaskan apakah yodium itu dari aspek kimianya dan
mengapa perlu ditambahkan ke dalam garam dapur?
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
2
Yodium merupakan suatu unsur dengan nomor atom 53 dan massa atom
126.9045. Yodium adalah unsur nonlogam berwarna abu-abu gelap atau ungu
kehitaman dan berkilau. Yodium juga merupakan halogen paling elektropositif
dan paling tidak reaktif. Yodium mudah menyublim pada pemanasan untuk
menghasilkan uap ungu.Yodium larut dalam beberapa larutan, seperti CCl 4 dan
sedikit larut dalam air.Yodium penting dalam garam dapur karena kekurangan zat
tersebut dapat mengakibatkan berbagai gangguan yang dikenal sebagai GAKY
(Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).
3. Setujukah anda dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penanganan
yang salah terhadap garam yodium dapat menghilangkan manfaatnya bahkan
berpotensi menghasilkan efek toksik pada makanan? Mengapa demikian? Hal
apa saja yang menurut anda merupakan kesalahan dalam penanganan garam
beryodium pada kehidupan sehari-hari?
Tidak setuju jika akan menjadi toksik, karena kesalahan penanganan yang
salah terhadap garam beryodium hanya akan menghilangkan ion yodium itu
sendiri. Namun manfaatnya akan hilang dikarenakan tidak adanya yodium. Tanpa
yodium yang memadai, kelenjar tiroid semakin membesar karena mencoba
memenuhi produksi hormon tiroid. Pasien dengan goiter besar mungkin
mengalami gejala tersedak, terutama ketika berbaring, dan kesulitan menelan dan
bernapas.
Kekurangan yodium sangat penting pada wanita yang sedang hamil atau
menyusui. Kekurangan yodium berat pada ibu telah dikaitkan dengan
keguguran, lahir mati, kelahiran prematur, dan kelainan bawaan pada bayi
mereka.
Kesalahan penangganan garam beryodium
o Menempatkan garam yodium dalam wadah terbuka
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
3
Perhitungan Gravimetri
Faktor Gravimetri adalah jumlah gram analit dalam 1 gram endapan
Faktor Gravimetri=
Analisis Volumetri
Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang
akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya
diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan untuk mengetahui
konsentrasi larutan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk
menitrasi,
dan
analit
merupakan
zat
yang
akan
ditentukan
konsentrasi/kadarnya.
Larutan titran harus diketahui komposisi dan konsentrasinya. Larutan
standar primer dibuat dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi
(standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan
yang diketahui dengan tepat volumnya. Apabila titran tidak cukup murni,
maka perlu distandardisasi dengan standar primer.
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
5
Pada saat volume reagen yang ditambahkan tepat sama dengan yang
diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis disebut sebagai
titik ekivalen, sedangkan volume dimana perubahan warna indikator nampak
oleh pengamat merupakan titik akhir. Selisih antara titik akhir dengan titik
ekivalen disebut kesalahan titrasi.
Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam 4
kategori, yaitu titrasi asam-basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan (meliputi
pembentukan
endapan
dengan
indikator
pengabsorpsi),
serta
titrasi
Mol x valensi
volume
K 2 Cr 2 O7 dalam suasana
N K2Cr2O7 =
( BMM ) K Cr O
2
V larutan
Na2S2O3
( N x V ) K 2 Cr2 O7
V Na 2 S 2 O3
N KIO3 =
( N x V ) Na2 S2 O3
V KI O3
Kadar KIO3 =
( N x V x Mr ) KI O3
berat sampel ( gr )
100%
5. Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan
potensiometri untuk mengukur kandungan yodium dalam air secara
instrumental, apa yang dapat anda jelaskan dengan metode ini?
Untuk mendeteksi kandungan iodium dapat dicari dengan mencari konsentrasi
ion iodat (I2
(aq)
+ IO3-
(aq)
2Hg(l) + 2Cl-(aq)
Ag | AgCl(jenuh), KCl(jenuh) ||
dengan setengah reaksi :
AgCl + eElektrode
Ag(s) + Cl-
Indikator:
Elektroda
yang
besar
kationnya
dalam
larutan.
Reaksi
kesetimbangannya adalah
Xn+(aq) + ne-
X(s)
0
1
aX
dan 0.0592
,
X
log
n
Eind =E
n+
dengan a X = X [ X ] ,
X = koefisien aktifitas
b. Jenis kedua
Elektrode logam kedua adalah elektrode logam yang sensitif terhadap
perubahan konsentrasi anion. Contohnya adalah elektrode raksa untuk anion
EDTA Y4-. Saat sedikit HgY2- ditambahkan ke larutan berisi Y4-, terjadi
setengah reaksi di elektroda raksa :
HgY2- + 2e-
Hg(l) + Y4-
1
a HgY
0.0592
log
2
0.0592
E=K
log
2
dengan aY , K =0,21
4
4+
Elektrode kaca
Larutan analit
eksternal
SCE || [H3O ] = a1 | Membran kaca | [H3O ] = a2, [Cl-] = 1.0 M, AgCl (satd) | Ag
E1
ESCE E j
E2
Elektrode referensi 2
Eb =E1E2
E Ag , AgCl
E Ag , AgCl
dan
ESCE
yang konstan, Ej
yaitu potensial total dari kedua ujung jembatan garam, dan Eb yaitu boundary
potential, yang bervariasi mengikuti pH larutan analit. Dua elektrode referensi
menyediakan kontak listrik dengan larutan sehingga perubahan dari boundary
potential dapat diukur.
Di permukaan kaca (kontak kaca dengan larutan analit dan kontak kaca
dengan larutan internal) terjadi reaksi
H+Gl-(s)
kaca 1
larutan analit
H+Gl-(s)
kaca 2
larutan internal
H+(aq) +Gl-(s)
larutan 1
H+(aq) +Gl-(s)
larutan 2
kaca
1
kaca 2
'
Eb =L 0.0592 pH ,
dimana
'
organic
aquaeous
dimana R adalah kelompok aliphatic massa molekul yang besar. Hubungan antara
potensial membran dan aktivitas ion kalsium didapat dari persamaan
Eb =E1E2 =
a
0.0592
log 1
2
a2
di mana a1 dan a2 adalah kegiatan ion kalsium dalam analit eksternal dan solusi
standar internal masing-masing. Karena aktivitas ion kalsium dari solusi internal
adalah konstan, maka:
Eb =N
0.0592
0.0592
log a1 =N
pCa
2
2
Eind =L
0.0592
0.0592
pX =L+
log ax
n
n
RT
log C
nF
(Persamaan Nernst)
Dengan menganalogikan persamaan diatas dengan persamaan umum y =
mx +c, diketahui bahwa log C berperan sebagai x (variabel bebas), E merupakan
y (variabel terikat), E0 sebagai konstanta,dan
2.303
RT
nF
menunjukkan slope /
dari slope mendekati -59.16, didukung dengan nilai R 2 yang mendekati 1, yang
berarti penyimpangan yang terjadi pada data sangat kecil.
Untuk menentukan kadar zat pada suatu sampel, maka nilai Esel pada
kurva dimasukkan kedalam persamaan Nernst sehingga akan didapatkan nilai log
[C]. Untuk mencari konsentrasi, maka [C] = 10log [C]
10. Walaupun dengan penggunaan buffer sejenis TISAB pembentuk kompleks ini
dapat dicegah. Hasil pengukuran potensial dapat dilihat pada Gambar 2.
Bagaimana anda menjelaskan penentuan konsentrasi Yodium pada sampel
larutan dengan metode adisi standar? Bandingkan hasil yang diperoleh pada
kedua cara di atas.
Metode adisi standar digunakan pada analit dengan volume tertentu, yang
belum diketahui konsentrasinya. Metode ini dilakukan dengan mengukur
potensial elektroda sistem sebelum dan sesudah larutan standar, dalam volume
yang bervariasi, ditambahkan ke dalam analit/sampel, yang dianalisis. Setelah itu,
campuran-campuran diencerkan hingga mencapai volume yang sama (volume
total), sekaligus matriks yang sama, untuk kemudian dicari nilai responnya dan
konsentrasinya setelah pengenceran. Konsentrasi kemudian diplot pada sumbu x
dan respon instrumen (tegangan) pada sumbu y untuk mengetahui konsentrasi
sampel sebelum penambahan larutan standar.
Perbedaan dari metode adisi standar dengan metode potensiometri biasa
terletak pada presisi. Presisi adalah ukuran kedekatan nilai data satu dengan yang
lainnya dalam suatu pengukuran pada kondisi analisis yang sama. Presisi dari
kedua metoda tersebut dinyatakan dalam %KV. Presisi dikatakan baik jika metoda
memberikan simpangan baku relative atau koefisien variasi (KV) persamaan
Horwitz 45%.Pada kalibrasi standar analit yang dianalisis terikat kuat oleh
senyawa organik terlarut (matrik). Dengan penambahan larutan standar pada
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
17
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini
biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air pada permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara (zat tak boleh
kepekaan tertentu
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung
penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
12. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal-hal apa sajakah yang
harus diperhitungkan/dipertimbangkan?
Hal-hal yang harus diperhatikan tentunya melibatkan beberapa hal, seperti
galat dari metode yang digunakan, kondisi alat dan bahan, praktikan dan beberapa
hal lain. Berikut ini akan dibahas kesalahan-kesalahan yang perlu diperhitungkan,
terutama kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil data menjadi kurang tepat.
Kesalahan sistematik pada alat dapat dikurangi dan dibetulkan dengan
kalibrasi. Kalibrasi berkala sangat diperlukan karena respon dari instrument (alat)
akan selalu berubah dengan berjalannya waktu akibat pemakaian, korosi, dan
kesalahan penggunaan alat. Kesalahan sistematik pada manusia dapat dikurangi
dengan kehati-hatian dan kedisiplinan. Praktikan dapat membaca petunjuk
penggunaan alat, teori, dan perhitungan secara sistematis untuk mengurangi
kesalahan. Kesalahan yang diketahui dari keterbatasan fisik (alat atau bahan)
dapat dihindari dengan pemilihan metode yang tepat.
Dalam menggunakan suatu metode dalam percobaan, harus diperhatikan
apabila metode tersebut berlaku secara umum atau hanya pendekatan untuk halhal tertentu saja. Seringkali, metode-metode ini menggunakan pendekatan, yang
tentu saja memiliki galat-galat, entah dalam proses percobaannya, ataupun dalam
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
20
1000 mL
1L
21,8 g H 2 SO 4
100 g reagen
1 mol H 2 SO 4
98 g H 2 SO 4
2,57 M
0,25mol H 2 SO 4
L
= 0,125 mol
1L
2,57 mol
0,04864 L = 48,64 mL
Kemudian encerkan 48,64 mL larutan hingga 500 mL
14. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu
43,31 mL larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na2C2O4 yang berasal
dari padatannya sebesar 0,2121 g. Diketahui BM Na2C2O4 adalah 134 g/mol
Reaksi yang terjadi adalah :
2MnO4- + 5 C2O42- + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
Rasio stoikiometrik (perbandingan mol bereaksi) dari MnO4- dan C2O4 2adalah
Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia
21
5 mol C 2 O 4
O
2 mol Mn 4
0,2121 g
134 g /mol
Ag/AgCl(jenuh/s)
2Ag+ + 2e- -> 2Ag
E0 = 0,8
E0 = 1,36
HCl (0.02M)/KCl(Jenuh)
Cl2 + 2e- -> 2Cl
E0 = 1,36
E0 = 0
E0= -2,92
E0 = 1,36
Hg2Cl2 (Jenuh)/Hg(l)
Cl2 + 2e- -> 2Cl
E0 = 1,36
E0 = 0,8
E0 = 0,8
16. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda menentukan besarnya konstanta
kesetimbangan
2Ag+ + Cu 2 Ag + Cu2+
Pada saat kesetimbangan, Konstantanya adalah
2+
Cu
+
Ag
K eq =
Cu
+ / Ag
Ag
E
E sel=E
Perlu diingat bahwa pada saat kesetimbangan, besar Esel akan sama dengan
nol, sehingga :
Cu2 +/Cu =0
Ag+ / AgE
E sel=E
Cu 2+ /Cu
+ / Ag
Ag
=E
E
Ag+
2+
Cu
0,0592
0
0
E AgE Cu=
log
2
2+
Cu
Ag+
0,0592
0
0
E AgE Cu=
log
2
2
2( E 0AgE0Cu )
log K eq =
0,0592
Maka secara umum nilai konstanta kesetimbangan dapat diperoleh dari data potensial
setengah reaksi, dengan rumus :
2( E 0kananE0kiri )
log K eq =
0,0592
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kami sebagai mahasiswa mahasiswi Teknik Kimia sebaiknya
membantu masyarakat dengan memberikan pencerdasan
mengenai penanganan garam beryodium.
Day, R. A dan Underwood, A., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Ke-6, Jarkarta:
Erlangga
Harmita., 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metoda dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol I, No 3.
ICCIDD/UNICEF/WHO. Global prebalence of Iodine deficiency disordes. MDIS
Working paper #1. Micronutrient Deficiency Information System, Geneva,
World Health Organization, 1993 (unpublished document available on request
from the Nutrition unit, WHO, Geneva)
Miller, J. N dan Miller, J. C., 2000, Statistics and Chemometrics For Analytical
Chemistry, Fourth Edition, England.
Lavagnini I, Magno F (2007). "A statistical overview on univariate calibration,
inverse
regression, and detection limits: Application to gas chromatography/mass
spectrometrytechnique". Mass spectrometry reviews 26 (1): 118.
Rohman. A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Skoog, West, and Holler. 2004. Fundamentals of Analytical Chemistry. Eight Edition.
Canada: Brooks/Cole, Thomson Learning.
Widiarto, Sonny. 2009. Kimis Analitik. [ONLINE]
http://staff.unila.ac.id/sonnywidiarto/files/2011/09/GRAVIMETRI.pdf
[Diakses 3 Oktober 2015]