Anda di halaman 1dari 40

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Praktikum Kimia Dasar
“Identifikasi Kation Logam Berat”
Angelina Qomara Putri Purnomo, 22030121140081
1 PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
1.1.1 Analisis Kimia
Analisis kimia merupakan pemisahan suatu senyawa kimia
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, penetapan unsur-unsurnya
ataupun zat asing yang mungkin terkandung di dalamnya. Teknik
analisis kimia ini dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:1
1. Analisis kualitatif
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi elemen, spesies,
dan senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Analisis
kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau
tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.1
2. Analisis kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menentukan jumlah atau kadar
absolut maupun relatif dari suatu elemen dan spesies yang ada di
dalam sampel.1
3. Analisis struktur
Analisis ini digunakan untuk penentuan letak dan pengaturan
ruang tempat atom dalam suatu elemen atau molekul, serta
identifikasi gugus-gugus karakteristik ataupun gugus-gugus
fungsional dalam suatu molekul.1
Namun, dalam praktikum kali ini kita akan memakai teknik
analisis kualitatif. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, analisis
kualitatif atau sering disebut dengan identifikasi merupakan suatu
Kation Logam Berat

analisis yang bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa, atom,


ion, atau gugus fungsional dalam suatu bahan atau campuran bahan.2
Analisis kualitatif juga merupakan suatu proses dalam
mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam jumlah yang tidak
diketahui. Selain itu, analisis kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ion
dalam suatu larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita
menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan
pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini digunakan untuk mengetahui jenis
anion atau kation dalam suatu larutan.1
Dalam analisis kualitatif atau identifikasi ini memiliki tujuan
yaitu untuk mengetahui ion didalam logam. Hal ini, dapat dilakukan
dengan cara instrumental maupun dengan cara konvensional. Dengan
cara instrumental dapat dilakukan menggunakan cara AAS (atomic
absorption spectrometric atau spektrometri serapan atom). Cara ini
dilakukan jika sampel, kadar, ataupun jumlah zat yang diperiksa dalam
jumlah yang sangat kecil. Selanjutnya yaitu cara konvensional yang
dilakukan dengan cara mereaksikan zat yang diperiksa dengan
senyawa kimia lain, dengan cara nyala api, maupun dengan cara
mikroskopik. Cara ini biasanya dilakukan jika sampel atau kandungan
zat yang diperiksa ada dalam jumlah yang cukup.2
1.1.2 Identifikasi Kation secara Umum
Kation adalah ion yang bermuatan positif. Kation-kation
diklasifikasikan dalam lima golongan, berdasarkan sifat-sifat kation itu
terdapat beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut
reagensia golongan secara spesifik, dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-
golongan ini dengan pemeriksaan lebih lanjut. Selain merupakan cara
yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini juga
Kation Logam Berat

memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi. Reagensia yang


dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah:1
1. HCl (asam klorida)
2. H2S (hidrogen sulfida)
3. (NH4)2S (amonium sulfida)
4. (NH4)2CO3 (amonium karbonat)
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi
dengan reagen-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak.
Jadi boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfat dan karbonat
dari kation tersebut.7
1.1.3 Identifikasi Kation secara Khusus
Kation dapat berasal dari unsur dengan elektron yang telah
tereksitasi, seperti Ca2+, Na+, Ni2+, maupun senyawa bermuatan positif,
seperti NH4+. Untuk memudahkan penentuan, kation dikelompokkan
secara khusus menjadi lima golongan, namun golongan ini tidak ada
hubungannya dengan golongan pada tabel periodic, yaitu seperti
berikut:7
1. Golongan I : berisi kation yang tidak larut dalam HCl, yaitu Ag+,
Pb2+, dan Hg22+.
2. Golongan II : berisi kation yang larut dalam HCl, namun tidak larut
dalam bentuk sulfidanya dengan suasana asam. Kation yang
termasuk dalam golongan ini yaitu Hg2+, Cu2+, Bi3+, Cd2+, As3+,
As5+, Sb3+, Sb5+, Sn3+, Sn4+, dan Pb2+.
3. Golongan III : berisi kation yang larut dalam HCl dan senyawa
sulfida dalam suasana asam, namun tidak larut dalam amonium
sulfida dalam suasana netral maupun basa. Kation yang termasuk
dalam golongan ini yaitu Fe2+, Fe3+, Al2+, Cr3+, Zn2+, Co3+, Ni2+, dan
Mn3+.
Kation Logam Berat

4. Golongan IV : berisi kation yang larut dengan reagen pada


golongan I, II, dan III, namun tidak larut dalam (NH4)2CO3 dengan
keberadaan NH4Cl dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation
yang termasuk dalam golongan ini yaitu Ca2+, Sr2+, dan Ba2+.
5. Golongan V : berisi kation yang larut dengan reagen-reagen yang
menyebabkan kation golongan I sampai IV mengendap. Kation di
golongan ini yaitu Mg2+, Na+, K+, dan NH4+.
1.1.4 Analisis Alat Laboratorium
Menganalisis alat laboratorium yang akan digunakan bertujuan
untuk mengetahui fungsi atau kegunaannya dalam praktikum.
Beberapa alat laboratorium kimia sederhana yang akan digunakan
untuk praktikum kita pada KD ini yaitu antara lain:
1. Rak tabung reaksi
Peralatan laboratorium non-gelas yang berfungsi untuk
meletakkan atau menata beberapa tabung reaksi. Biasanya rak
tabung reaksi terdiri dari 12 lubang tempat tabung reaksi.1
2. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas dan dapat dipanaskan, digunakan untuk
mereaksikan zat kimia dalam jumlah sedikit.1
3. Penjepit tabung reaksi
Terbuat dari logam atau kayu, digunakan untuk memegang
tabung reaksi pada saat pemanasan.1
4. Tabung spiritus
Terbuat dari kaca, digunakan untuk pembakaran atau
pemanasan pada waktu mereaksikan zat-zat kimia.1
5. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, digunakan untuk membantu dalam
menuangkan cairan ke dalam tempat yang memiliki lubang mulut
kecil, seperti botol, buret, labu takar, dan sebagainya.1
6. Pipet tetes atau pipet paseur
Kation Logam Berat

Berbentuk silindris, terbuat dari kaca memanjang dengan


bagian ujung mengecil dan bagian pangkal dilengkapi dengan
karet penghisap. Alat ini digunakan untuk mengambil larutan
dalam jumlah yang sangat kecil.1
7. Pengaduk gelas
Terbuat dari gelas, digunakan untuk mengaduk zuatu campuran
atau larutan zat-zat kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Alat
ini juga digunakan untuk membantu penuangan atau dekantir
larutan dalam proses penyaringan.1
1.1.5 Analisa Bahan Praktikum
Sebelum praktikum dimulai instruktur telah menyediakan
berbagai bahan kimia di meja utama. Selanjutnya mahasiswa diminta
untuk mengambil bahan yang diperlukan dan meletakannya dalam
wadah yang sudah tersedia.3
Perhatikan dalam mengambil bahan serta berbagai kesalahan
yang bisa terjadi saat pengambilan bahan diantaranya volume cairan
yang diambil kurang dari yang seharusnya, memasukan kembali
bahan yang tersisa ke dalam botol zat murni sehingga dapat merusak
zat, dan lainnya.3
Mahasiswa harus menentukan jenis bahan yang diperlukan
sesuai dengan tujuan praktikum, mengetahui sifat zat dan wujudnya
(apakah zat berbahaya, mudah terbakar, beracun, mudah menguap,
dan lainnya), membaca label yang tertera pada botol dengan baik, dan
terampil mengambil bahan cair tanpa tercecer.3 Larutan yang perlu
diambil dalam praktikum saat ini adalah, sebagai berikut:
1. Perak nitrat (AgNO3)
Logam perak (Ag) merupakan logam yang banyak digunakan
oleh masyarakat untuk perabotan rumah tangga, perhiasan, dan
pembuatan gigi tiruan. Selain mempunyai banyak manfaat,
ternyata logam perak mempunyai dampak negatif. Dampak negatif
Kation Logam Berat

pada manusi antara lain pusing, mual, keram perut dampak kronis
terjadinya kerusakan organ jaringan seperti gangguan ginjal dan
liver. Logam Ag dapat diperoleh dari senyawa perak nitrat
(AgNO3), yang digunakan dalam banyak keperluan, seperti dalam
fotografi, untuk pembuatan cermin perak, dan sebagai reagen
dalam analisis. Keberadaan logam Ag pada tumbuhan dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, pembentukan tunas, dan
perkecambahan biji.6
2. Kalium sianida (KCN)
3. Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida atau sodium hidroksida berbentuk fisik
padat, berwarna putih, dan hodroskopis. Memiliki titik lebur
318,4C dan titik didih 1390C. NaOH mempunyai berat molekul
40 g/mol dan massa jenis 50% (m) 1.5253 g/mL. NaOH sangat
basa, keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila
dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab. Bersifat korosif dan mudah larut dalam air (20C) dan
dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter.4
4. Seng sulfat (ZnSO4)
5. Kalium kromat (K2CrO4)
6. Merkuri (II) asetat [Hg(O2CCH3)2]
7. Asam klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Asam klorida adalah asam kuat, dan merupakan komponen
utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan secara
luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti
keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat
korosif. Asam klorida ditemukan oleh Alkimiawan Persia Abu
Musa Jabbie bin Hayyan sekitar tahun 800. Dan kemudian
Kation Logam Berat

digunakan oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber, Priestley, dan


Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia modern.5
8. Kalium iodida (KI)
9. Ammonium hidroksida (NH4OH)
10. Timah (II) klorida (SnCl2)
11. Timbal (II) asetat [Pb(CH3COO)2]
12. Nikel (II) sulfat (NiSO4)
13. Asam sulfat (H2SO4)
14. Feri (III) klorida (FeCl3)
15. Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
16. Natrium tiosianat (NaSCN)
17. Kalium ferosianida (C6FeK4N6)
18. Bismut (III) nitrat [Bi(NO3)3]
19. Kadmium sulfat (CdSO4)
20. Akuades
Akuades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan
hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera
melarut di dalam akuades mencakup berbagai senyawa organik
netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula,
alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh
kecenderungan molekul akuades untuk membentuk ikatan hidrogen
dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil
aldehida dan keton. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang
bebas dari zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam
laboratorium. Akuades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untuk membersihkan alat-
alat laboratorium dari zat pengotor.4
1.2. Tujuan Praktikum
Kation Logam Berat

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengidentifikasi


kation yang terdapat dalam sampel dengan tepat dan dapat menunjukan
reaksi yang spesifik untuk setiap kation yang terdapat dalam sampel,
melakukan identifikasi beberapa kation logam berat dengan beberapa macam
reaksi, menggunakan metode analisisi kualitatif untuk mengamati perubahan
warna dan endapan yang ada di tiap reaksi, dan menggunakan analisa
kuantitatif dalam menakar larutan.
Kation Logam Berat

2 BAHAN DAN METODE


2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 ALAT:
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Penjepit
4. Pipet paseur
5. Corong
6. Tabung reaksi
7. Pengaduk gelas
2.1.2 BAHAN:
1. Perak nitrat (AgNO3)
2. Kalium sianida (KCN)
3. Natrium hidroksida (NaOH)
4. Seng sulfat (ZnSO4)
5. Kalium kromat (K2CrO4)
6. Merkuri (II) asetat [Hg(O2CCH3)2]
7. Asam klorida (HCl)
8. Kalium iodida (KI)
9. Ammonium hidroksida (NH4OH)
10. Timah (II) klorida (SnCl2)
11. Timbal (II) asetat [Pb(CH3COO)2]
12. Nikel (II) sulfat (NiSO4)
13. Asam sulfat (H2SO4)
14. Feri (III) klorida (FeCl3)
15. Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
16. Natrium tiosianat (NaSCN)
17. Kalium ferosianida (C6FeK4N6)
18. Bismut (III) nitrat [Bi(NO3)3]
Kation Logam Berat

19. Kadmium sulfat (CdSO4)


20. Akuades
2.2. Cara Kerja
2.2.1 Identifikasi Ion Ag+
1. Perlakuan 1: Memasukkan 5 tetes larutan perak nitrat ke dalam
tabung reaksi. Kemudian menambahkan 5 tetes larutan natrium
hidroksida. Mengamati perubahan yang terjadi.
2. Perlakuan 2: Menambahkan 5 tetes larutan perak nitrat ke dalam
tabung reaksi. Selanjutnya menambahkan 5 tetes larutan kalium
kromat. Mengamati perubahan yang terjadi.
3. Memasukkan 5 tetes larutan perak nitrat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 5 tetes larutan asam klorida. Kemudian menam-
bahkan ammonia 5 tetes hingga berlebih. Mengamati perubahan
yang terjadi.
2.2.2 Identifikasi Ion Pb2+
1. Memasukkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan asam klorida.
Mengamati endapan yang terjadi. Memanaskan endapan kemudian
mengamati perubahan yang terjadi.
2. Memasukkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan kalium kromat
encer. Mengamati endapan yang terbentuk. Kemudian, menam-
bahkannya dengan NaOH encer dan memanaskannya. Mengamati
perubahan yang terjadi.
3. Memasukkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan asam sulfat encer.
Mengamati endapan yang terbentuk. Kemudian, menambahkannya
lagi dengan 5 tetes ammonium asetat. Mengamati perubahan yang
terjadi.
2.2.3 Identifikasi Ion Cu2+
Kation Logam Berat

1. Memasukkan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat ke dalam tabung


reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes natrium hidroksida encer.
Mengamati perubahan yang terbentuk. Memanaskannya, lalu
mengamati perubahan yang terjadi.
2. Memasukkan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes amonium hidroksida.
Mengamati endapan yang terbentuk. Kemudian menambahkan lagi
amonium hidroksida secara berlebih sebanyak 10 tetes. Mengamati
perubahan yang terjadi.
3. Memasukkan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan kalium ferosian-
ida. Mengamati perubahan yang terjadi.
2.2.4 Identifikasi Cd2+
1. Memasukan 5 tetes larutan kadmium sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan natrium hidroksida encer.
Mengamati perubahan yang terjadi.
2. Memasukan 5 tetes larutan kadmium sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan ammonium hidroksida.
Mengamati perubahan yang terjadi. Kemudian menambahkan am-
monium hidroksida secara berlebih 10 tetes. Mengamati perubahan
yang terjadi.
3. Memasukan 5 tetes larutan kadmium sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan kalium sianida. Menga-
mati perubahan yang terjadi. Kemudian menambahkan larutan
kalium sianida secara berlebih 10 tetes. Mengamati perubahan
yang terjadi.
2.2.5 Identifikasi Ion Zn2+
1. Memasukan 5 tetes larutan seng sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan natrium hidroksida
sedikit demi sedikit melalui dinding tabung reaksi. Mengamati pe-
Kation Logam Berat

rubahan yang terbentuk. Kemudian menambahkan larutan natrium


hidroksida sampai berlebih. Mengamati perubahan yang terjadi.
2. Memasukan 5 tetes larutan seng sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan ammonium hidroksida.
Mengamati perubahan yang terbentuk. Kemudian menambahkan
ammonium hidroksida secara berlebih 10 tetes. Mengamati peruba-
han yang terjadi.
3. Memasukan 5 tetes larutan seng sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan kalium ferosianida.
Mengamati perubahan yang terbentuk. Kemudian menambahkan
larutan kalium ferosianida hingga keruh. Mengamati perubahan
yang terjadi.
2.2.6 Identifikasi Ion Hg2+
1. Memasukan 5 tetes larutan merkuri (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan NaOH. Menga-
mati perubahan yang terbentuk.
2. Memasukan 5 teteslarutan merkuri (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan ammonium
hidroksida tetes demi tetes. Mengamati perubahan yang terbentuk.
3. Memasukan 5 teteslarutan merkuri (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan KI sedikit demi
sedikit melalui dinding tabung reaksi. Mengamati perubahan yang
terbentuk. Kemudian menambahkan KI sampai berlebih 10 tetes.
Mengamati perubahan yang terjadi.
4. Memasukan 5 tetes larutan merkuri (II) asetat ke dalam tabung
reaksi. Menambahkannya dengan 5 tetes larutan timah (II) klorida.
Amati perubahan yang terbentuk. Dilanjutkan penambahan larutan
timah (II) klorida sampai berlebih. Mengamati perubahan yang ter-
jadi.
2.2.7 Identifikasi Ion Ni2+
Kation Logam Berat

1. Memasukkan 5 tetes larutan nikel sulfat ke dalam tabung reaksi.


Menambahkannya dengan 5 tetes larutan NaOH encer. Mengamati
perubahan yang terjadi.
2. Memasukkan 5 tetes larutan nikel sulfat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan ammonium hidroksida.
Mengamati endapan yang terbentuk. Kemudian menambahkan 5
tetes dimetilglioksim. Mengamati perubahan yang terjadi.
2.2.8 Identifikasi Ion Fe3+
1. Memasukkan 5 tetes larutan ferri klorida ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan NaOH. Mengamati pe-
rubahan yang terjadi.
2. Memasukkan 5 tetes larutan ferri klorida ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan natrium tiosianat. Menga-
mati perubahan yang terjadi.
2.2.9 Identifikasi Ion Bi3+
1. Memasukkan 5 tetes larutan bismut nitrat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan NaOH. Mengamati pe-
rubahan yang terjadi. Kemudian, memanaskannya. Mengamati pe-
rubahan yang terjadi.
2. Memasukkan 5 tetes larutan bismut nitrat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan kalium iodida. Menga-
mati perubahan yang terjadi. Memasukkan larutan kalium iodida
hingga berlebih sebanyak 10 tetes. Mengamati perubahan yang
akan terjadi.
3. Memasukkan 5 tetes larutan bismut nitrat ke dalam tabung reaksi.
Menambahkannya dengan 5 tetes larutan amonium hidroksida.
Mengamati perubahan yang terjadi. Memasukkan larutan amo-
nium hidroksida hingga berlebih sebanyak 10 tetes. Mengamati pe-
rubahan yang akan terjadi.
Kation Logam Berat

4. Memasukkan 5 tetes larutan bismut nitrat ke dalam tabung reaksi.


Mengencerkannya dengan 5 tetes larutan aquades. Mengamati pe-
rubahan yang terjadi.
Kation Logam Berat

3 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


3.1. Hasil Pengamatan
3.1.1 Identifikasi Ion Ag+
Tabel 1. Identifikasi ion Ag+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan AgNO3
(Perak Nitrat) + 5 tetes
NaOH (Natrium
Hidroksida)

Hasil reaksi :
AgNO3 + HCl Berwarna bening Warna: coklat keruh

AgCl ↓ + HNO3 Endapan: coklat

2. 5 tetes larutan AgNO3


(Perak Nitrat) + 5 tetes
larutan K2CRO4 (Kalium
Kromat)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
2AgNO3 + K2CrO4 → Warna: merah bata

Ag2CrO4 + 2 KNO3 Endapan: coklat

3. 5 tetes larutan AgNO3


(Perak Nitrat) + 5 tetes
larutan HCL (Asam
Klorida)
Hasil Reaksi :
AgCl + 2NH4OH →
Berwarna bening
Ag(NH3)2Cl + 2H2O Warna: putih susu
Endapan: putih
Kation Logam Berat

5 tetes larutan AgNO3


(Perak Nitrat) + 5 tetes
larutan HCL (Asam
Klorida) + 5 tetes larutan
NH4 (Ammonium Asetat)

Warna: putih bening


Endapan: tidak ada
3.1.2 Identifikasi Ion Pb2+
Tabel 2. Identifikasi Ion Pb2+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes Pb-asetat (Timbal
asetat) + 5 tetes HCl
(Asam Klorida) +
panaskan

Hasil Reaksi :
Pb(CH3COO)2 + 2 HCl
→PbCl2 + 2 CH3COOH (sebelum dipanaskan) (sesudah dipanaskan)
Tidak terjadi perubahan dan tidak
ada endapan

2. 5 tetes larutan Pb-asetat


(Timbal Asetat) + 5 tetes
larutan K2CrO4 (Kalium
Kromat)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
Pb(CH3COO)2+K2CrO4 Warna: kuning terang keruh
→PbCrO4+2CH3COOK Endapan: kuning
Kation Logam Berat

5 tetes larutan Pb-asetat


(Timbal Asetat) + 5 tetes
larutan K2CrO4 (Kalium
Kromat) + 5 tetes larutan
NaOH (Natrium
Hidroksida) + Panaskan
Warna: oranye keruh
Endapan: oranye keruh

(sesudah dipanaskan)
Warna: oranye bening
Endapan: oranye keruh
3. 5 tetes larutan Pb-asetat
(Timbal Asetat) + 5 tetes
larutan K2CrO4 (Kalium
Kromat)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
Pb(CH3COO)2 + H2SO4 Warna: putih keruh
→PbSO4 + 2 HNO3 Endapan: putih
Kation Logam Berat

5 tetes larutan Pb-asetat


(Timbal Asetat) + 5 tetes
larutan K2CrO4 (Kalium
Kromat) + 5 tetes larutan
C₂H₇NO₂ (Ammonium
Asetat)
Warna: putih susu
Endapan: putih keruh

3.1.3 Identifikasi Ion Cu2+


Tabel 3. Identifikasi Ion Cu2+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan CuSO4
(Tembaga Sulfat) + 5
tetes larutan NaOH
(Natrium Hidroksida) +
Panaskan

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
CuSO4 + 2NaOH → Warna: biru muda bening
Cu(OH) 2 + Na2SO4 Endapan: biru
Kation Logam Berat

(sesudah dipanaskan)
Warna: hitam keruh
Endapan: tidak ada
2. 5 tetes larutan CuSO4
(Tembaga Sulfat) + 5
tetes larutan NH4OH
(Ammonium Hidroksida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


CuSO4 + 2NH4OH →
Warna: biru muda keruh
Cu(OH)2 + (NH4)2SO4
Endapan: biru muda

5 tetes larutan CuSO4


(Tembaga Sulfat) + 5
tetes larutan NH4OH
(Ammonium Hidroksida)
+ 10 tetes berlebih
larutan NH4OH
(Ammonium Hidroksida)
Warna: biru muda bening
Endapan: tidak ada
3. 5 tetes larutan CuSO4
(Tembaga Sulfat) + 5
tetes K₄[Fe(CN)₆]
(Kalium Ferosianida)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
2CuSO4 + K4(Fe(CN)6) Warna: coklat tua
→Cu2(Fe(CN)6)↓+2K2S
Kation Logam Berat

O4 Endapan: coklat
3.1.4 Identifikasi Ion Cd2+
Tabel 4. Identifikasi Ion Cd2+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan CdSO4
(Kadmium Sulfat) + 5
tetes larutan NaOH
(Natrium Hidroksida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


CdSO4 + 2 NaOH→
Warna: putih keruh
Cd (OH)2 + Na2SO4
Endapan: putih
2. 5 tetes larutan CdSO4
(Kadmium Sulfat) + 5
tetes berlebih NH4OH
(Amonium hidroksida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


CdSO4+2NH3+2H2O→ Warna: putih bening
Cd(OH)2+ (NH4)2SO4 Endapan: tidak ada

5 tetes larutan CdSO4


(Kadmium Sulfat) + 5
tetes berlebih NH4OH
(Amonium hidroksida) +
10 tetes berlebih larutan
NH4OH (Amonium Warna: putih bening
Hidroksida) Endapan: tidak ada
Kation Logam Berat

3. 5 tetes larutan CdSO4


(Kadmium Sulfat) + 5
tetes larutan KCN
(Kalium Sianida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


CdSO4 + 2 KCN→ Warna: putih bening

Cd(CN)2 + K2SO4 Endapan: tidak ada

5 tetes larutan CdSO4


(Kadmium Sulfat) + 5
tetes larutan KCN
(Kalium Sianida) + 10
tetes berlebih larutan
Warna: putih bening
KCN (Kalium Sianida)
Endapan: tidak ada

3.1.5 Identifikasi Ion Zn2+


Tabel 5. Identifikasi Ion Zn2+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
Kation Logam Berat

1. 5 tetes larutan ZnSO₄


(Seng Sulfat) + 5 tetes
larutan NaOH (Natrium
Hidroksida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


ZnSO4 + 2 NaOH
→ Zn(OH)2 + Na2SO4 Warna: kuning keruh
Endapan: kuning
5 tetes larutan ZnSO₄
(Seng Sulfat) + 5 tetes
larutan NaOH (Natrium
Hidroksida) + 10 tetes
berlebih NaOH (Natrium
Hidroksida)

Warna: kuning bening


Endapan: tidak ada
2. 5 tetes larutan ZnSO₄
(Seng Sulfat) + 5 tetes
berlebih NH4OH
(Amonium hidroksida)

Hasil Reaksi :
ZnSO4+2NH3+2H2O→
Berwarna bening Warna: putih keruh
Zn(OH)2+(NH4)2SO4
5 tetes larutan ZnSO₄ Endapan: putih

(Seng Sulfat) + 5 tetes


berlebih NH4OH
(Amonium hidroksida) +
Kation Logam Berat

10 tetes berlebih larutan


NH4OH (Amonium
Hidroksida)

Warna: putih bening


Endapan: tidak ada
3. 5 tetes larutan ZnSO₄
(Seng Sulfat) + 5 tetes
larutan K₄[Fe(CN)₆]
(Kalium ferosianida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


2ZnSO4+K4[Fe(CN)6]
Warna: putih keruh
→Zn2[Fe(CN)6]+2K2S
Endapan: putih
O4

5 tetes larutan ZnSO₄


(Seng Sulfat) + 5 tetes
larutan K₄[Fe(CN)₆]
(Kalium ferosianida) +
10 tetes berlebih larutan
K₄[Fe(CN)₆] (Kalium Warna: hijau muda keruh
ferosianida) Endapan: putih

3.1.6 Identifikasi Ion Hg2+


Kation Logam Berat

Tabel 6. Identifikasi Ion Hg2+


No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan
C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
NaOH (Natrium
Hidroksida)
Berwarna bening
Hasil Reaksi :
Warna: bening
(C4H6O4Hg)
Endapan: oranye/tidak ada
+2NaOH→Hg2O+2NaN
O3+H2O
2. 5 tetes larutan
C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
NH4OH (ammonium
hidroksida)
Berwarna bening
Hasil Reaksi :
(C4H6O4Hg) + 2NH3 → Warna: bening

Hg(NH2)Cl + NH4Cl Endapan: tidak ada

3. 5 tetes larutan larutan


C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
KI (Kalium Iodida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


(C4H6O4Hg)
Warna: bening
+2KI→Hg2I2+2 KNO3
Kation Logam Berat

Endapan: oranye
5 tetes larutan larutan
C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
KI (Kalium Iodida) + 10
tetes berlebih KI (Kalium
Iodida)

Warna: bening
Endapan: tidak ada
4. 5 tetes larutan larutan
C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
SnCl₂ (timah klorida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening

(C4H6O4Hg) +SnCl2 +2
Warna: sedikit keruh
HCl → 2 Hg + SnCl4 + 2
Endapan: tidak ada
HNO3

5 tetes larutan larutan


C4H6O4Hg (Merkuri
Asetat) + 5 tetes larutan
SnCl₂ (timah klorida ) +
10 tetes berlebih larutan
SnCl₂ (timah klorida) Warna: sangat keruh
Endapan: tidak ada
Kation Logam Berat

3.1.7 Identifikasi Ion Ni2+


Tabel 7. Identifikasi Ion Ni2+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan NiSO₄
(Nikel Sulfat) + 5 tetes
larutan NaOH (Natrium
Hidroksida)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
NiSO4 + 2NaOH →
Ni(OH)2 + Na2SO4 Warna: biru keruh
Endapan: tidak ada
2. 5 tetes larutan NiSO₄
(Nikel Sulfat) + 5 tetes
larutan (NH4OH)
ammonium hidroksida

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
NiSO4 + 6 NH4OH Warna: biru bening
Ni(NH3)6 2+
Endapan: tidak ada

5 tetes larutan NiSO₄


(Nikel Sulfat) + 5 tetes
larutan (NH4OH)
ammonium hidroksida +
5 tetes larutan
dimetilglioksim
Warna: pink
Endapan: tidak ada
Kation Logam Berat

3.1.8 Identifikasi Ion Fe3+


Tabel 8. Identifikasi Ion Fe3+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan FeCl3
(ferri klorida) + 5 tetes
larutan NaOH (Natrium
Hidroksida)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
FeCl3 + 3 NaOH →
Warna: coklat/oranye
Fe(OH)3 + 3NaCl
Endapan: oranye
2. 5 tetes larutan FeCl3
(ferri klorida) + 5 tetes
larutan NaSCN (Natrium
Tiosianat)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
FeCl3 + 3 NaSCN →
Warna: coklat tua bening
Fe(SCN) + 3NaCl
Endapan: coklat
Kation Logam Berat

3.1.9 Identifikasi Ion Bi3+


Tabel 9. Identifikasi Ion Bi3+
No. Perlakuan Keterangan
Sebelum Sesudah
1. 5 tetes larutan Bi(NO3)3
(bismut nitrat) + 5 tetes
larutan NaOH (Natrium
Hidroksida) + panaskan

Hasil reaksi :
Bi(NO)3 + H2O →
(sebelum dipanaskan) (sesudah dipanaskan)
(BiO)NO3 + 2 HNO3
Warna: bening Warna: bening
Endapan: tidak ada Endapan: tidak ada
2. 5 tetes larutan Bi(NO3)3
(bismut nitrat) + 5
larutan KI (Kalium
Iodida)

Hasil Reaksi :
Berwarna bening
Bi(NO)3 + 3 KI →BiI3 ↓ Warna: kuning bening
+ 3KNO3 Endapan: kuning

5 tetes larutan Bi(NO3)3


(bismut nitrat) + 5
larutan KI (Kalium
Iodida) + 10 tetes larutan
berlebih KI (Kalium
Iodida) Warna: kuning sangat bening
Endapan: tidak ada
Kation Logam Berat

3. 5 tetes larutan Bi(NO3)3


(bismut nitrat) + 5 tetes
larutan NH4OH
(Ammonium Hidroksida)

Hasil Reaksi : Berwarna bening


Bi(NO3)3 + 3NH4OH → Warna: bening
Bi(OH)3 + 3NH4NO3 Endapan: tidak ada

5 tetes larutan Bi(NO3)3


(bismut nitrat) + 5 tetes
larutan NH4OH
(Ammonium Hidroksida)
+ 10 tetes berlebih
NH4OH (Ammonium
Warna: bening
Hidroksida)
Endapan: tidak ada
4. 5 tetes larutan Bi(NO3)3
(bismut nitrat) + 5 tetes
larutan aquades

Hasil Reaksi :
Bi(NO)3 + H2O → Berwarna bening
(BiO)NO3 + 2 HNO3
Warna: bening
Endapan: tidak ada
Kation Logam Berat

4 PEMBAHASAN
Praktikum ini membahas tentang identifikasi beberapa kation logam berat
dengan beberapa macam reaksi. Analisa kualitatif atau disebut identifikasi adalah
suatu analisa yang bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa, atom, ion,
atau gugus fungsional dalam suatu bahan atau campuran bahan. Percobaan
dilakukan secara konvensional yaitu dengan cara mereaksikan zat yang akan
diperiksa dengan senyawa kimia lain. Adapun ion-ion logam berat yang akan
diidentifikasi pada percobaan ini yaitu Ag+, Pb2+, Cu2+, Cd2+, Zn2+, Hg2+, Ni2+,
Fe3+ dan Bi3+.
4.1. Identifikasi Ion Ag+
Ion Ag+ merupakan kation golongan I dan bersifat konduktor sehingga
akanmembentuk endapan asam klorida encer atau garam klorida.Pada
percobaan pertama, dilakukan reaksi antara larutan perak nitrat dengan
larutan natrium hidroksida. Percobaan pertama dilakukan dengan
mencampurkan 5 tetes larutan perak nitrat dengan 5 tetes larutan natrium
hidroksida sehingga dari larutan berwarna bening menjadi larutan coklat
keruh dengan endapan berwarna coklat tua. Penambahan larutan NaOH pada
sampel AgNO3 menghasilkan endapan coklat tua perak oksida yang tidak
dapat larut dalam reagenesia berlebihan namun akan melarut dalam larutan
amonia dan asam nitrat.8
Persamaan reaksi yang terjadi:
2AgNO3 + 2NaOH → Ag2O + 2NaNO3 + H2O
Pada percobaan yang kedua dilakukan reaksi antara larutan perak
nitrat dengan larutan kalium kromat.Percobaan kedua dilakukan dengan
mencampurkan 5 tetes larutan perak nitrat dengan 5 tetes kalium kromat,
sehingga dari larutan berwarna bening menjadi larutan berwarna merah bata
dengan endapan berwarna merah bata juga.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:9
2AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 + 2KNO3
Kation Logam Berat

Pada percobaan yang ketiga dilakukan reaksi antara larutan perak


nitrat dengan larutan asam klorida dan ammonium hidroksida yang
berlebih.Percobaan ketiga dilakukan dengan mencampurkan 5 tetes larutan
perak nitrat dengan 5 tetes larutan asam klorida. Setelah diamati, maka terjadi
perubahan larutan menjadi berwarna putih keruh dan terjadi endapan
berwarna putih yang banyak. Hal ini terbukti dengan dasar teori bahwa
larutan perak akan menghasilkan endapan apabila bereaksi dengan asam
klorida encer. Endapan ini terbentuk karena ion Ag+ termasuk ke dalam
kation golongan I . Penambahan asam klorida encer menyebabkan kation Ag +
mengendap menjadi endapan berwarna putih perak klorida.10
Persamaan reaksi yang terjadi:
AgNO3 + HCl → AgCl putih + HNO3
Setelah itu, larutan di dekantir lalu ditambahkan kembali dengan 5
teteshingga berlebih ammonium hidroksida dan menghasilkan larutan yang
berwarna putih bening dengan endapan berwarna putih tetap sudah
berkurang.
Persamaan reaksi yang terjadi adalah:
AgCl + 2NH4OH → [Ag(NH3)2]Cl + 2H2O
4.2. Identifikasi ion Pb+
Ion timbal termasuk ke dalam kation golongan pertama.Percobaan
pertama dilakukan dengan mencampurkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat
dengan 5 tetes asam klorida encer. Kemudian diamati endapan yang
terbentuk. Larutan timbal asetat direaksikan dengan asam klorida encer akan
menghasilkan endapan putih dengan larutan tetap bening. Persamaan reaksi
yang terjadi adalah:
Pb(C2H3O2)2 + 2HCl → PbCl2 + 2CH3COOH
Penambahan HCl encer menyebabkan terbentuknya endapan putih
dalam dingin dan tak terlalu encer. Endapan larut dalam air panas, lalu
endapan membentuk kristal-kristal seperti jarum setelah dingin.11
Kation Logam Berat

Percobaan kedua dilakukan dengan mencampurkan 5 tetes larutan


timbal asetat ditambah dengan 5 tetes larutan kalium kromat. Kemudian
amati endapan yang terbentuk. Larutan timbal asetat direaksikan dengan
kalium kromat akan menghasilkan endapan kuning dengan larutan berwarna
kuning.
Pb(CH3COO)2 + K2CrO4 → PbCrO4 + 2CH3COOK
Kemudian hasil ditambahkan dengan NaOH encer dan
dipanaskan.Ketika PbCl2 dipanaskan, endapan akan larut. Sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna kuning dengan endapan berwarna
orange dalam senyawa Na2[PbO2].
PbCrO4 + 4NaOH → Na2[PbO2] + Na2CrO4
Percobaan ketiga dilakukan dengan mencampurkan 5 tetes larutan
timbal asetat dengan 5 tetes H2SO4 menghasilkan endapan putih dengan
larutan putih. Persamaan reaksi :
Pb(CH3COO)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2CH3COOH
Dengan penambahan H2SO4 encer terjadi endapan putih PbSO4, tidak
larut dalam pereaksi berlebih, larut dalam larutan amonium acetat. 11Setelah
diamati, kemudian ditambahkan larutan amonium asetat terhadap larutan Pb
asetat. Dan menghasilkan perubahan yaitu endapan menjadi berkurang.
Dengan persamaan reaksi :
PbSO4 + 2NH4.C2H3O2 → Pb(C2H3O2)2 + (NH4)2SO4
4.3. Identifikasi ion Cu+
Percobaan pertama, mereaksikan 5 tetes larutan tembaga (II) sulfat
dengan 5 tetes larutan natrium hidroksida lalu amati endapan yang terbentuk.
Larutan CuSO4 direaksikan dengan NaOH akan membentuk endapan biru
dengan larutan berwarna biru bening. Dengan persamaan reaksi :
CuSO4 + 2NaOH → Cu(OH)2 + Na2SO4
Dengan penambahan larutan NaOH terbentuk endapan biru Cu(OH) 2,
tidak larut dalam reagensia berlebihan, bila dipanaskan endapan berubah
menjadi hitam dari CuO. Setelah diamati, kemudian larutan tembaga (II)
Kation Logam Berat

sulfat yang telah direaksikan dengan NaOH dipanaskan. Sehingga terbentuk


endapan hitam dengan larutan menjadi bening. Setelah pemanasan,timbul
endapan berwarna hitam kemudian larutan mulai berubah warna dari biru
pekat menjadi bening disebabkan Larutan Cu(OH)2 teroksidasi menjadi
endapan CuO dan menghasilkan H2O.
Percobaan kedua, mereaksikan 5 tetes CuSO4 dengan 5 tetes NH4OH.
Endapan yang terbentuk dari reaksi tersebut adalah adanya endapan biru dan
larutan berwarna biru. Kemudian ditambahkan NH4OH berlebih pada larutan
sehingga menghasilkan perubahan yaitu endapannya menjadi lebih pekat.
Dengan persamaan reaksi :
CuSO4.Cu(OH)2+ (NH4)2SO4 +6NH3  2[Cu(NH3)4]SO4 + 2H2O
Percobaan ketiga, larutan CuSO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes lalu tambahkan larutan K4[Fe(CN)6] sebanyak 5 tetes, akan
menghasilkan larutan berwarna coklat dengan endapan coklat. Persamaan
reaksi :
2 CuSO4 + K4[Fe(CN)6  Cu2[Fe(CN)6] ↓ + 2 K2SO4
Endapan coklat
4.4. Identifikasi ion Cd+
Kation ini akan membentuk endapan dengan hidrogen sulfat dalam
suasana asam mineral encer. Dimana kation yang digunakan sehingga bisa
menghasilkan endapan hydrogen sulfat dalam suasana asam mineral adalah
kation golongan 2.
Percobaan pertama, 5 tetes larutan CdSO4 encer dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan NaOH mengasilkan larutan berwarna
bening dengan endapan putih senyawa Cd(OH)2.
Percobaan kedua, 5 tetes larutan CdSO 4 encer dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan ammonium hidroksida encer sedikit
demi sedikit sehingga terbentuk larutan bening dan terbentuk endapan putih.
Persamaan reaksi :
CdSO4 + 2NH4OH  Cd(OH)2↓ + (NH4)2SO4
Kation Logam Berat

Lalu tambahkan lagi 10 tetes ammonium hidroksida berlebih, maka


akan terbentuk larutan warna bening dengan endapan. Persamaan reaksi :
Cd(OH)2 + (NH4)2SO4 [Cd(NH3)4]SO4 + 2H2O
Percobaan ketiga, 5 tetes larutan CdSO4 encer dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan kalium sianida sedikit demi sedikit
sehinnga terbentuk terbentuk larutan putih keruh dan endapan putih dalam
senyawa Cd(CN)2. Persamaan reaksi :
CdSO4 + 2 KCN → Cd(CN)2 + K2SO4
Lalu tambahkan lagi 10 tetes kalium sianida berlebih, maka akan
terbentuk larutan warna putih keruh dengan endapan putih dalam senyawa
K2[Cd(CN)4].
4.5. Identifikasi ion Zn+
Reaksi-reaksi ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral, dimana kation yang digunakan sehingga bisa
menghasilkan endapan ammonium sulfida dalam suasana netral adalah kation
golongan III, yang termasuk kation golongan III adalah Zn (Seng), Ni
(Nikel), Al (aluminium), Fe (Besi) dan Co (Kobalt).
Percobaan pertama, larutan ZnSO4 ditambah larutan NaOH encer akan
menghasilkan larutan kuning bening dengan endapan berwarna kuning dalam
senyawa Zn(OH)2.Persamaan reaksi :
ZnSO4 + 2 NaOH → Zn(OH)2+ Na2SO4
Ketika Zn(OH)2 + Na2SO4 ditambahkan NaOH berlebih akan
menghasilkan larutan yang berwarna bening dan endapan berwarna putih.
Persamaan reaksi:
(OH)2 + 2 NaOH → Na2[ZnO2] + 2 H2O
Percobaan kedua, larutan ZnSO4 ditambah larutan NH4OH akan
menghasilkan larutan putih keruh dan endapan putih. Persamaan reaksi :
ZnSO4 + 2 NH3 + 2 H2O → Zn(OH)2 + (NH4)2SO4
Ketika Zn(OH)2 + (NH4)2SO4 ditambahkan dengan NH4OH secara
berlebih akan menghasilkan larutan yang berwarna bening dengan endapan
Kation Logam Berat

berwarna putih bertambah banyak dalam senyawa [Zn(NH 3)4](OH)2.


Persamaan reaksi:
Zn(OH)2 + 4 NH3 → [Zn(NH3)4](OH)2
Percobaan ketiga, larutan ZnSO4 ditambah kalium ferosianida akan
menghasilkan larutan putih kekuningan dengan endapan berwarna putih
dalam senyawa Zn2[Fe(CN)6]. Persamaan reaksi :
ZnSO4 + K4[Fe(CN)6] → Zn2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4
Ketika Zn2[Fe(CN)6] + 2 K2SO4 ditambahkan dengan larutan kalium
ferosianida sampai endapan larut maka akan menghasilkan larutan yang
berwarna putih keruh kekuningan dengan endapan menjadi berkurang.
Persamaan reaksi:
3 Zn2[Fe(CN)6] + K4[Fe(CN)6] → 2 Zn3K2[Fe(CN)6]2
4.6. Identifikasi ion Hg2+
Reaksi-reaksi ini membentuk endapan dengan asam klorida encer yang
disebut sebagai ion klorida, dimana kation yang digunakan sehingga bisa
menghasilkan endapan denganasam klorida encer yang disebut ion klorida
adalah kation golongan I. Adapun yang termassuk kation golongan I adalah
Pb (Timbal), Hg (Raksa), Ag (Perak).
Percobaan pertama, dilakukan reaksi antara Hg-asetat dengan larutan
natrium hidroksida dengan cara memasukan Hg-asetat sebanyak 5 tetes ke
dalam tabung reaksi yang telah disiapkan kemudian menambahkan 5 tetes
larutan natrium hidroksida. Setelah diamati, larutan Hg-asetat ditambah
larutan NaOH menghasilkan larutan bening dan endapan orange dalam
senyawa Hg2O. Persamaan reaksi:
Hg2(NO3)2 + 2 NaOH → Hg2O + 2 NaNO3 + H2O
Percobaan kedua, Hg-asetat direaksikan dengan ammonium hidroksida
dengan cara mamasukan 5 tetes Hg-asetat ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan dengan 5 tetes ammonium hidroksida. Setelah diamati, larutan
berwarna putih kekuningan dan endapan putih dengan persamaan reaksi:
Kation Logam Berat

Percobaan ketiga, Hg-asetat direaksikan dengan kalium iodide dengan


cara mamasukan 5 tetes Hg-asetat ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan dengan 5 tetes kalium iodide. Setelah diamati terdapat larutan
bening dan tidak terbentuk endapan. Dengan persamaan reaksi:
Hg2(NO3)2 + 2 KI → Hg2I2 + 2 KNO3
Ketika Hg2I2 + 2 KNO3 ditambahkan dengan KI berlebih akan
menghasilkan larutan bening dan tidak terbentuk endapan. Persamaan reaksi :
Hg2I2 + 2 KI → K2[HgI4] + Hg
Percobaan keempat, 5 tetes Hg-asetat direaksikan dengan 5 tetes
stanoklorida.Didapatkan larutan berwarna putih keruh dan tidak ada endapan.
Persamaan reaksi :
Hg2(NO3)2 + SnCl2 → 2 Hg + SnCl2
Ketika hasil ditambahkan dengan SnCl2 berlebih akan menghasilkan larutan
bening, tak ada endapan.
4.7. Identifikasi ion Ni+
Reaksi-reaksi ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral, dimana kation yang digunakan sehingga bisa
menghasilkan endapan ammonium sulfida dalam suasana netral adalah kation
golongan III, yang termasuk kation golongan III adalah Zn (Seng), Ni
(Nikel), Al (aluminium), Fe (Besi) dan Co (Kobalt).
Percobaan pertama, 5 tetes larutan nikel sulfat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan NaOH encer dihasilkan larutan putih
keruh dengan endapan putih kekuningan dalam senyawa Ni(OH)2. Persamaan
reaksi:
NiSO4 + 2NaOH Ni(OH)2 + Na2SO4
Kation Logam Berat

Percobaan kedua, 5 tetes larutan nikel sulfat dimasukkan ke dalam


tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan ammonium hidroksida encer
dihasilkan larutan putih keruh dengan endapan putih.
NiSO4 + 6 NH4OH → Ni(NH3)62+
Lalu tambahkan dimetil glioksim.Dimetil glioksim merupakan salah
satu reagen spesifik untuk logam nikel dan dapat membentuk kompleks
chelat dengan nikel untuk mendeteksi dan menentukan logam Ni dan
pemisahnya dari Co dan logam lain, membentuk endapan merah dengan
nikel, pemisahan Pd dari Sn, Au, Rh,dan Ir, mendeteksi Bi, sehingga
dihasilkan larutan merah muda dengan endapan warna merah muda pada
bagian atas dan endapan putih pada bagian bawah endapan. Hal tersebut
sudah sesuai dengan literature bahwa perubahan warna dan terbentuk
endapan tersebut berubah kondisi menjadi suasana netral dan membuktikan
bahwa campuran tersebut terdapat kation Ni2+. Persamaan reaksi:
Ni(NH3)62+ + (CH3)C2(NOH)2 →Ni8H14N4O4 + 4 NH3
4.8. Identifikasi ion Fe+
Reaksi-reaksi ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida
dalam suasana netral, dimana kation yang digunakan sehingga bisa
menghasilkan endapan ammonium sulfida dalam suasana netral adalah kation
golongan III, yang termasuk kation golongan III adalah Zn (Seng), Ni
(Nikel), Al (aluminium), Fe (Besi) dan Co (Kobalt).
Percobaan pertama, larutan besi (III) sulfat sebanyak 5 tetes ditambah
dengan larutan natrium hidroksida yang juga sebanyak 5 tetes akan
menghasilkan larutan yang berwarna orange (tidak keruh) dengan endapan
orange dalam senyawa Fe(OH)3. Persamaan reaksi:
FeCl3 + 3 NaOH → Fe(OH)3 + 3 NaCl
Adanya endapan berwarna orange menunjukkan keberadaan kation Fe3+.
Percobaan kedua, larutan besi (III) sulfat sebanyak 5 tetes ditambah
dengan larutan natrium tiosianat juga sebanyak 5 tetes akan menghasilkan
Kation Logam Berat

larutan yang berwarna merah kehitaman tanpa endapan dalam senyawa


Fe(CNS). Persamaan reaksi :
FeCl3 + 3 NaCNS → Fe(CNS) + 3 NaCl
Larutan besi(III) klorida muncul pewarnaan merah kehitaman,yang mungkin
disebabkan karenaterbentuknya suatu kompleks ditiosulfatobesi(III):
2S2O32-+Fe3+→[Fe(S2O3)2]-
Setelah didiamkan,warna akan hilang dengan cepat,sementara ion-ion
tetrationat dan besi(III) terbentuk:
[Fe(S2O3)2]-+Fe3+→2Fe2++S4O62-
Reaksi keseluruhannya dapat ditulis sebagai reduksi besi(III) oleh tiosulfat:
2S2O32-+2Fe3+→ S4O62-+2Fe2+
4.9. Identifikasi ion Bi+
Pada percobaan pertama, larutan bismuth nitrat sebanyak 5 tetes
ditambah larutan natrium hidroksida sebanyak 5 tetes, kemudian dilakukan
pemanasan.Dengan penambahan larutan NaOH : terbentuk endapan putih
Bi(OH)3 dalam keadaan dingin, Persamaan reaksi :
Bi(NO3)2 + 3 NaOH → Bi(OH)3 + 3 NaNO3
bila dipanaskan endapan menjadi kuning BiO.OH.11
Pada percobaan kedua, larutan bismuth nitrat sebanyak 5 tetes
ditambah larutan kalium iodide sebanyak 5 tetes, lalu ditambah lagi dengan
kalium iodide hingga berlebih. Dengan penambahan larutan KI : terbentuk
endapan hitam kecoklatan BiI3, larut dalamreagensia berlebihan, membentuk
garam komplek K[BiI4] yang berwarna kuning jingga.11
Pada percobaan ketiga, larutan bismuth nitrat sebanyak 5 tetes
ditambah ammonium hidroksida menghasilkan larutan menjadi bening dan
tidak ada endapan.
Pada percobaan keempat, larutan bismuth sebanyak 5 ml ditambah
larutan aquades menghasilkan larutan menjadi bening sedikit keruh.
Kation Logam Berat

5 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap logam
berat memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan golongannya tak
terkecuali pada kationnya. Dari berbagai macam perlakuan terdapat perbedaan
warna antara zat satu dengan lainnya meskipun bahan yang dicampurkan sama.
Perbedaan warna tersebut menandakan bahwa terjadi oksidasi pada kation logam
berat tersebut. Endapan yang terbentuk juga menandakan adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan satu dengan yang lain.
1. Suatu indikator diperlukan untuk mengidentifikasi suatu kation.
2. Identifikasi dapat dilihat dari perubahan warna larutan dan ada tidaknya
endapan pada larutan.
3. Ciri setiap kation berbeda dengan kation lainnya walaupun diberi
perlakuan yang sama.
Kation Logam Berat

DAFTAR PUSTAKA
1. Wardiyah. Praktikum Kimia Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(2016):2-15 p.
2. Yosua. Resume Kimia Analisis Kimia Dasar I. Teknik Bioproses Jurusan
Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Malang. 2013.
3. Eliyart, Chichi Rahayu. Deskripsi Keterampilan Dasar Laboratorium
Mahasiswa Teknik Pada Praktikum Kimia Dasar Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan. Universitas Ekasakti Padang. 6:1 (2021):32-35 p.
4. Sandi, Boy. Tanpa Tahun. Aldehid dan Keton. Diakses 7/9/2021. Universitas
Brawijaya.
5. Alifia Rizki. Pengaruh Asam. Fakultas Teknik. Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya. (2014):1-7p.
6. Muh. Shofi. Daya Hambat Perak Nitrat (Agno3)Pada Perkecambahan Biji Kacang
Hijau (Vigna radiata). Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata. Al-
Kauniyah:Journal of Biology, 10:2 (2017):99p.
7. Utami D. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Penentuan Kation dengan Analisis
Kualitatif Organik Institut Teknologi Bandung. 2015
8. Nurlina, Syahbanu I, Tamnasi M T, Nabela C, Furnata M D. Ekstraksi dan
Penentuan Gugus Fungsi Asam Humat dari Pupuk Kotoran Sapi. Jurnal Kimia
Khatulistiwa. 2017 ; 6(3) : 58-65
9. Wahyuni N. Modifikasi Kaolin dengan Surfaktan Benzalkonium Klorida dan
Karakteristiknya Menggunakan Spektrofotometer Infra Merah. Sains dan
Terapan. 2016 ; 4(1) : 1-14
10. Aziz I, Hendrawati, Suryani N. Pembuatan Pupuk dengan kalium Sulfat dari
Produk Samping Biodiesel dengan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas. Jurnal
Riset Sains dan Kimia Terapan. 2014 ; 4(2) : 375-382
11. Permata MY dkk. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Analisis Farmasi dan
Makanan. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 2019

Anda mungkin juga menyukai