Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Kimia Analitik I

MODUL II

KONSEP DASAR ANALISIS KUALITATIF DAN


KUANTITATIF
Oleh
Nama : Irma Utami Siregar
Nim : 44 1418 001
Kelas : Pendidikan Kimia A
Kelompok : III (Tiga)
Rekan Kerja :
1. Sumitro Hida
2. Sri Rahayu Latif
3. Suliyana Ibrahim
4. Windi Makatemu
5. Setiawati S. Abas
6. Ririn S. Sabora

Jurusan kimia
Fakultas matematika dan ipa
Universitas negeri gorontalo
2019
PERCOBAAN II
A. Judul
Konsep dasar analisis kualitatif dan kuantitatif
B. Tujuan
Mahasiswa dapat menganalisis secara kuantitatif dan kualitatif suatu sampel
C. Dasar Teori
Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisis
Kualitatif yaitu analisis kimia yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau bahan
yang tidak diketahui, sedangkan analisis Kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut
penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sampel (contoh).
Ada dua aspek paling dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasi.
Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman pembentukan senyawa kompleks,
oksidasi reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik
menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfida, hidroksida karbonat sulfat
dan garam-garam lainnya dari logam(Lukum A.2005:2)

Kimia analitik sering digambarkan sebagai ilmu yang berfokus pada penggolongan
komposisi zat atau susunan zat baik secara kualitatif atau kuantitatif. Kimia analitik bukan
cabang yang terpisah dari kimia tetapi penerapan dari pengetahuan tentang kimia. Sebagai
contoh banyak mata pelajaran pengantar kimia termasuk analisis secara kualitatif untuk
mengidentifikasi ion-ion anorganik dan kuantitatif yang mencakup titrasi (Harvey.2000:35).

Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah.
Reaksi kering dapat diterapkan untuk za-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat digunakan untuk analisis semimikro dengan
hanya modifikasi kecil. Uji kering nampaknya kehilangan kepopulerannya dalam
lingkungan-lingkungan tertentu; namun seringkali uji ini benar-benar memberikan
informasi yang bermanfaat dalam waktu yang singkat dan pengetahuan bagaiman itu
dilakukan patut diketahui semua mahasiswa analisis kualitatif. Teknik-teknik yang berbeda
digunakan untuk reaksi basah dalam analisis makro, semimikro dan mikro.

Dalam analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang paling penting.warna
adalah hal yang paling penting,karena beberapa ion aanorganik dapat diketahui dari yang
warnanya yang spesifik.walau demikian kita tidak hanya dapat menarik kesimpulan secara
tepat.amatan visual berkaitan dengan warna sampel padatan juga penting.warna-warna
endapan yang dihasilkan dari reaksi dalam larutan kadang-kdang juga menunjukan identitas
dari endapan yang terbentuk (vogel.1990)

Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui kuantitas dari setiap
komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitif menghasilkan data numerik yang
memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis kuantitatif umumnya dinyatakan dalam satuan
volume, satuan berat maupun satuan konsentrasi dengan menggunakan metode analisis
tertentu. Metode analisis ini melibatkan proses kimia berupa gravimetri dan volumetri
sedangkan proses fisika proses fisika menggunakan prinsip interaksi materi dan energi pada
proses pengukurannya. Metode ini umumnya menggunakan peralatan moderen seperti
polarimeter, spektrofotometer, sehingga sering dikenal sebagai analisis instrumen(lukum
A.2005:2)

Pemisahan anion dan kation dalam suatu larutan dapat dilakukan dengan reaksi
pengendapan yaitu dengan prinsip analisa kualitatif. analisa tersebut kation mula-mula
dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan senyawa.pemisahan dan pengkajian lebih
lanjut dilakukan dalam tiap golongan.ada tidak kation adan anion dalam suatu larutan maka
kita dapat menggunakan suatu analisa, yaitu analisa kuantitatif.analisa kuantutatif mengacu
pada seperangkat prosedur labolatorium yang dapat digunakan untuk memindahakan dan
menguji adanya ion dalam larutan.analisa ini dikatakn kuantitatif karena adanya penentun
jenis ion yang ada dalam campuran.analisa tak harus menyatakan senyawa yang
menghasilkan ion atau banyak ion(kuantitatif).dibandingkan dengan seperangkat prosedur
labolatorium lainnya,analisa kuantitatif menggambarkan keseluruhan konsep
pertimbangan.dua kation yang larut membentuk endapan serupa dengan kelarutan yang
cukup berlainan dapat dipisahkan dengan pengendapan selektif,yang dilakukan dengan
pemilihan seksam dari konsentrasi anion yang diperlukan, yang sering kali dapat
dikendalikan dengan memanfaatkan pengaru ion sekutu. tetapan keseluruhan untuk
menambah sederet ligan disebut tetapan kestabilan (Nugraha.1998:67-70).

Beberapa penggolongan lain dari analisa kuantitatif dapat berdasar pada besarnya
contoh yang tersedia untuk analisa. Pembagian-pembagian ini tidak jelas nyata, tetapi
beralih secara tidak kentara dari satu ke yang lain dan berlangsung sebagai berikut. Jika
suatu contoh dengan berat lebih dari 0,1 gram tersedia, maka analisa dikatakan sebagai
makro; analisa semi makro dilakukan terhadap contoh dari mungkin 10 sampai 100 mg;
analisa mikro meliputi contoh dengan berat dari 1 sampai 10mg ; dan analisa ultra makro
menyangkut contoh setingkat 1 mikrogram (1μ = 10-8g). (Underwood198:.3-4)
1. Analisis anion dan kation
Dilihat dari segi muatannya, kation adalah ion yang bermuatan positif,ada juga
pengertian lain yaitu atom yang bermutan positif jika kekurangan elektron.Anion adalah
ion yang bermuatan negatif, dan bisa juga di artikan atom yang bermuatan negatif jika
kelebihan electron (Khusnul.2013).
2. Analisis Kation
Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama
kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan).
Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin
ada.Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik
dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan kevdalam
sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan
perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan
klorida dari ion-ion timbal (Pb2+),perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion ini
diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat
diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam setelah endapan dipisahkan
perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisah golongan
ini(Sandi.2013).

Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya


pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui
jenis anion / kation suatu larutan.Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation
yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium
karbonat.Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak (siregar.2013).
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut; golongan I, kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer.
Ion-ion golongan ini adalah timbel, merkurium I (raksa), dan perak. Selanjutnya, golongan
II, kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III), arsenik(V), stibium(III),
stibium(V), timah(II), timah (III) dan timah (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub
golongan II a dan keenam yang terakhir sub golongan Iib. Sementara sulfida dari kation
golongan IIa tidak dapat larut dalam amonium polisulfida,sulfida dari kation dalam
golongan IIb justru dapat larut. Untuk, golongan III, kation golongan ini tidak bereaksi
dengan asam klorida encer ataupun hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Namun, kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida, dalam suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel(II), besi(II), besi(III),
kromium(III), alumunium, zink, dan mangan(II). Pada golongan IV, kation golongan ini tak
bereaksi dengan reaggensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan
dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral.
Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium, dan barium.
Kemudian golongan V,kation –kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia
reagensia golongan sebelumnya. Merupakan golongan kation yang terakhir yang meliputi
ion-ion magnesium, natium, kalium, amonium, litium, dan hydrogen (Vogel.1985: 203-204)
3. Analisis Anion
Setelah dilakukan pengujian kation terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengujian
terhadap anion, relatif sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada
dalam larutan minimal (dapat diabaikan). Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan
sebagai berikut; golongan I (golongan sulfat): SO42- , CO32-, Cr2O42-, AsO32-, PO43-, SO32-
, BO33-. Anion-anion golongan ini mengendap dengan Ba 2+ dalam suasana basa,
golongan II ( golongan halida); Cl--, Br-, S2-. Anion golongan ini mengendap dengan Ag+
dalam larutan asam (HNO3), dan golongan III ( golongan nitrat); NO3-, NO2-, CH3COO-.
Semua garam dari golongan ini tidak larut.

Pengujian antara reaksi asam sulfat encer dan pekat merupakan salah satu cara
untuk mengetahui anion apa saja yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut di
sebabkan asam sulfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar
dari senyawanya. Sebagai contoh, larutan yang mengandung garam karbonat akan keluar
dan terurai menjadi air dan gas karbondioksida dengan bantuan asam sulfat yang
mendesak asam karbonat.

Analisis kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi ion atau unsur apa saja yang
ada dan terkandung dalam suatu bahan atau sampel. Cara identifikasi dilakukan dengan
memperhatikan terbentuknya endapan, perubahan warna, atau dari bau yang dihasilkan
(Stevensal, 2013).
D. Alat dan Bahan
1. Alat

No. Nama Alat Kategori Gambar Fungsi


Mengambil atau
1. Pipet tetes 1
memindahkan cairan
dalam skala kecil

2. Sikat tabung 1 Untuk membersihkan


tabung

3. Lemari asam 2 Sebagai tempat untuk


menyerap uap yang telah
di reaksikannya larutan
pekat dan ketika
melakukan pemanasan
untuk bahan – bahan yang
beracun agar uapnya tidak
terhirup
4. Lap/tisu 1
Untuk membersihkan alat
– alat yang selebum dan
sesudah dicuci

5. 1
Tabung Untuk mereaksikan
reaksi larutan
6. 1
Rak tabung Sebagai tempat
reaksi meletakkan tabung
reaksi

2. Bahan
No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia
1. Aquades Umum - Pelarut universal
- Tidak berbau, tidak
berasa, dan - Bersifat polar

tidakberwarna
- TD 100oC
- TB :0oC
2. NH4OH Khusus - Mudah larut dalam air
- Berbentuk cair
- Uap dapat memberi
- Berbau tidak sedap
rasa perih pada mata
- Tidak berwarna
- Bersifat racun
- TL : -78oC
- Dapat melepaskan gas
- TD : - 33oC
3. HCl Khusus - Bersifat racun
- Cairan tak berwarna
sampai dengan kuning - Larut dalam air

pucat - Bersifat polar

- Berbau tajam
- TD : -1010oC
4. CH3COOH Khusus - Densitas 1,049 gr/mol
- Cairan higrokopis tak
berwarna - Titik didih 1100oC

- Mempunyai bau tajam


5. BaCl2 Khusus - Tidak bereaksi dengan
- Tidak berbau
udara
- Tidak berwarna
- Berbentuk kristal
- Titik lebur 960oC
6. KI Khusus - berwarna putih - Larut dalam air
- titik didih 1330oC - Tidak bersifat reaktif
- pH 7 – 9 - Stabil dibawah suhu
- molekul berat 166,0028 normal dan tekanan
gr/mol - Zat pengoksidasi
kuat
7. K2CrO4 Khusus - Mudah bereaksi dalam
- Warna kuning
air
- Padatan
- Beracun
- Titik lebur 917oC
8. KSCN Khusus - Stabil dibawah
- Kristal tak berwarna
kondisi ruangan
- Tak berbau
standar
- TD : 500OC
- Bahaya jika tertelan
- TL : 173,2oC
9. K4[Fe(CN)6] Khusus - tidak beracun
- Tidak beracun
- tidak mudah terbakar
- Berbentuk Kristal
- tidak larut dalam
- Warna kuning
etanol eter
- Tak berbau
- pH 9,5
10. NaOH Khusus - Tidak mudah terbakar
- Berwarna putih
- Sangat larut dalam air
- Keras dan rapuh
dan melepaskan panas
- Titik lebur 318oC
ketika dilarutkan
- Zat padat putih
11. H3PO4 Khusus - Bersifat korosif pada
- Bersifat korosif pada
logam
logam
- Larut dalam etanol
- Bentuk cairan tak
berwarna - Lebih kuat dari asam
asetat dan asam
- Berat molekul 98
oksalat
gram/mol
- Titik leleh 21oC
12. NH3 Khusus - Larut dalam air
- Gas tak berwarna
- Lebih ringan
- Berbau tajam
dibandingkan dengan
- Titik didih -33,34oC
udara
- Titik lebur -77,73oC
- Gas ammonia bisa
diubah wujudnya
kedalam bentuk cair
13. Na2CO3 Khusus - Tidak larut dalam
- Padatan Kristal
etanol dan aseton
berwarna putih
- Larut dalam gliserol
- Titik lebur 870C
- Semua karbonat akan
- Tak berbau
cepat bereaksi dengan
-
asam kuat membentuk
garam karbonat

14. KNO2 Khusus - Larut dalam alkohol


- Tidak berwarna
dan air
- Titik lebur 440oC
- Berbahaya jika
- TD : 537oC
terkontaminasi dengan
kulit.
15. Na2HPO4 khusus - Berfungsi sebagai
- Berwujud bubuk putih
pereaksi endapan
- pH 8 dan 11
golongan V
- tidak berbau
- tidak berasa
16. AgNO3 Khusus - Larut dalam etanol
- padatan putih
dan aseton
- titik lebur 212oC
- Oksidtor kuat
- TD : 444oC
- Beracun
- Dalam di isolasi

17. CuSO4 khusus - Tidak tercampur


- Berwarna biru
- Abu-abu putih pada etanol
(anhidrat) - Bercampur di
- Densitas 3,603 gr/cm metanol
- Beracun dan
berbahaya
19. KCN khusus - Tidak mudah
- Bubuk Kristal putih
terbakar
- pH 11
- Tidak reaktif
- TD : 1638oC
dengan garam
peroksida
20. Titran Khusus - Larut dalam air
- Berwarna kuning
Kuning
21. HgCl2 Khusus - Tidak dapat
- Tidak berbau
terbakar
- Tidak berwarna
22. Pentanol Khusus - Larut dalam air
- Cairan tak berwarna
- Larut dalam aseton,
- TD : 137oC
eter dan alcohol
- TL : 79oC
- Stabil pada suhu
kamar
23. HNO3 Khusus - Bercampur/ larut
- Tak berwana
dalam air
- Cairan bening
- Cairan beracun
- TL : - 42oC
- Merupakan cairan
- TD : 83oC
reaktif
- Densitas 1,51 g/cm3
24. (NH4)2CO3 Khusus - Bahaya untuk mata
- Bubuk putih
- Larut dalam air panas
- Densitas 1,50 g/cm3
- Titik lebur 38oC
25. KClO4 Khusus - Pengoksidasi kuat
- Kristal padat
- Kelarutan terendah
- Tidak berwarna
dari pelarut polar
- Titik leleh 525oC
- Tiik didih 600oC

26. H2SO4 khusus - Larut dalam air


- Wujud cairan
- korosif
- Tak berwarna
- Massa molekul 98,08
gr/mol
27. CH3COONa Khusus - dapat digunakan untuk
- wujud serbuk putih
memproduksi
- sedikit asam terurai
- ester dengan alkali
pada 324oC
halida
- mudah larut dalam air
28. N- ester Khusus - sangat larut dalam air
- wujud Kristal kuning
- larut dalam alcohol
- tidak berbau
ester dan aseton.
- densitas 4,29gr/cm3
29. NH4Cl Khusus - Mudah larut dalam air
- Kristal putih
- Asam lemah
- Tak berbau
- Larut dalam ammonia,
- Titik lebur : 338oC
alcohol, methanol, dan
- TD : 530oC
gliseral
- Agak larut dalam
aseton
30. HClO4 Khusus - Asam kuat
- Tidak berwarna
- Pengoksidasi kuat
- Berwujud cair
- Tidak berbau - Korosif

31. K2Cr3O7 khusus - Tidak larut dalam


- Massa molar 294 g
alcohol
- Padatan Kristal merah
jinggah - Sangat beracun
- Korosif
- Tidak berbau
- Titik didih 500oC
32. H2C2O4 Khusus - Larut dalam air
- Berwarna putih
- Tidak berbau - Zat aditif
- Titik leleh 101,5oC - Pelarut senyawa
organik
33. Pb(NO3)2 Khusus - Larut dalam air
- Kristak tak bercampur
atau serbuk putih - Beracun
- Oksidator
- Titik lebuh 270oC
- Berbahaya bagi
lingkungan
34. KBr Khusus - Sangat larut dalam
- Padatan putih
dietil eter
- Tak berbau
- Mudah larut dalam air
- TL : 734oC
- TD : 1435oC
35. FeSO4 Khusus - Tidak bercampur pada
- Kristal putih, biru,
alcohol
hijau
- Berbahaya
- Tak brbau
- Tidak mudah terbakar
- Berbentuk padat
36. MgCl2 Khusus - Sedikit larut dalam
- Padatan Kristal putih
aseton, dan piridin
- Tidak berwarna
- TL : 714oC
- TD :1411oC
37. Ammonium Khusus - Mudah larut dalam
- Kristal tidak berwarna
molobdat air
- TD : 190oC
- Tidak larut dalam air
38. Ba(OH)2 khusus - Larut dalam air
- Padatan putih
- Tidak larut dalam
- TD : 780 oC
aseton
- TL : 78oC
39. Etil alkohol khusus
- Tidak berwarna Mudah menguap dan
- Bau khas terbakar
- Massa molar 46,06
gr/mol
40. HgCl Khusus - Larut dalam air
- Tidak berwarna
- Larut dalam alcohol,
- Padatan putih
aseton, dan etil asetat.
- Tidak berbau
E. Prosedur Kerja
1. Sampel A (identifikasi ion Cu2+) Kation Golongan II

Sampel A

Memasukkan setetes dalam


tabung reaksi

Sampel A1 Sampel A2 Sampel A3 Sampel A4 Sampel A5 Sampel A6

+ NH4OH +K4[Fe(CN)6] +NH3 +NaOH +KI +KSCN

Biru Biru Kompleks Biru Tua Biru Putih Hitam


Hitam

Cu2+
2. Sampel B (identifikasi ion SO42-) Anion

Sampel B

Memasukkan 1 pipet tetes


dalam tabung reaksi

Sampel B1 Sampel B1

+BaCl +HCl

Putih Tidak ada endapaan

SO42-
3. Sampel C (identifikasi ion Hg2+) Kation Golongan II

Sampel C

Memasukkan 1 pipet tetes


dalam tabung reaksi

Sampel C1 Sampel C2 Sampel C3

+NH3 +NaOH +KI

Putih Merah Merah


Kecoklatan

Hg2+
4. Sampel D (identifikasi ion Ni2+) Kation Golongan III

Sampel D

Memasukkan 1 pipet tetes


dalam tabung reaksi

Sampel D1 Sampel D2 Sampel D3

+NaOH +NH3 +KNO2

Putih Hijau Hijau Tidak ada endapan

Ni2+
5. Sampel E (identifikasi ion Mg2+) Kation Golongan V

Sampel E

Memasukkan setetes dalam


tabung reaksi

Sampel E1 Sampel E2 Sampel E3 Sampel E4 Sampel E5

+ NaOH +NH4OH +Titan Kuning +NH3 +(NH4)2CO3

Putih Putih Merah Putih Putih

Mg2+
6. Sampel F (identifikasi ion Sr2+) Kation Golongan II

Sampel F

Memasukkan 1 pipet
tetes dalam tabung reaksi

Sampel F1 Sampel F2 Sampel F3 Sampel F4


+H2SO4 + K2CrO4 +NH3 +NH4OH
↓ Putih ↓ kuning Tidak ↓Putih
mengedap

Larut

Sr2+
F. Hasil Pengamatan

K4[Fe(CN)6
SAMPEL NH4OH NH3 NaOH KSCN H2SO4 K2CrO4 BaCl2 KI HCl LOGAM
]

+
+
+ + Biru + +
A Biru - - - Cu2+
Biru Biru tua + Hitam Putih
kompleks
Hitam

+
- + Tidak SO42-
B - - - - - - -
Putih Putih mengend
ap

+ + + + Hg+
C - - - - - -
Hitam Merah Hijau Putih

+ + Ni2+
D - - - - - - - -
Hijau Hijau

E - - - - - - - - - - -
+ Tidak ada + +
F - - - - - - Sr+
Putih endapan Putih kuning
G. Pembahasan
Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar metode analisis atau
diklasifikasikan berdasarkan skala analisisnya Analisis kualitatif kation diklarifikasikan
suatu zat fokus kajiannya adalah unsur apa yang terdapat pada suatu sampel contoh. Pada
percobaan ini kami menggunakan empat sampel yaitu sampel A, B, C,dan D.
1. Sampel A (Cu2+)
Pada sampel yang pertama, yaitu sampel A, untuk mengidentifikasi sampel ini
dibutuhkan beberapa tabung reaksi. Tabung reaksi diisi dengan sampel dengan volume sebanyak
1 pipet. Sampel ditambahkan [Fe(CN)6]4- membentuk endapan berwarna merah bata. reaksi yang
terjadi adalah:

2Cu 2+ + [Fe(CN)6]4- → Cu2[Fe(CN)6]↓

kemudian ditambahkan dengan larutan amonia (NH3) dan membentuk endapan berwarna biru.
Dengan reaksi sebagai berikut

Cu2[Fe(CN)6]↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + [Fe(CN)6]4-

Pada tabung reaksi yang berbeda dituangkan sampel dengan volume satu pipet. Sampel
ditambahkan dengan KSCN menghasilkan endapan berwarna hitam, dengan reaksi sebagai
berikut:

Cu 2+ + 2SCN- → Cu(SCN)2↓

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada sampel A yaitu (Cu2+), dengan menganalisa
dan melihat endapan yang dihasilkan, maka sampel A termasuk kedalam Kation golongan II.

2. Sampel B (SO42-)
Pada sampel yang pertama, yaitu sampel A, untuk mengidentifikasi sampel ini
dibutuhkan beberapa tabung reaksi. Tabung reaksi diisi dengan sampel dengan
volume sebanyak 1 pipet. Sampel A ditambahkan dengan Ba2+ membentuk warna
putih. Reaksi yang terjadi adalah :
SO42-+Ba2+→ BaSO4↓
Dengan demikian, setelah melakukan beberapa percobaan pada sampel A, hasilnya
adalah sampel A mengandung atau termasuk logan anion.
3. Samp C (Hg2+)
Pada sampel yang ketiga, yaitu sampel C. untuk mengidentifikasi sampel C dilakukan
beberapa langkah-langkah pertama yaitu menuangkan sampel C yang tidak diketahui
kedalam tabung reaksi sebanyak satu pipet, kemudian menambahkan dengan
HCl,dengan reaksi :
HCl + Hg2+ → H+ + HgCl↓
menghasilkan endapan putih. Kemudian ditambahkan dengan NH3 menghasilkan
endapan hitam . namun ketika ditambahkan dengan NaOH tidak menghasilkan
endapan hitam. Selajutnya ketika ditambahkan dengan KI larutan menghasilkan
endapan hijau, setelah itu sampel C di reaksikan lagi dengan K2CrO4 menghasilkan
endapan merah. Kemudian ditambahkan dengan KCN menghasilkan endapan hitam.
Dan yang terakhir Na2CO3 menghasilkan endapan putih kekuningan.
Jadi pada percobaan yang telah dilakukan, telah di identifikasi bahwa sampel C
tersebut merupakan kation pada golongan I.

4. Sampel D (Ni2+)
Pada sampel yang keempat, yaitu sampel D. untuk mengidentifikasi sampel D
dilakukan beberapa langkah-langkah pertama yaitu menuangkan sampel D yang tidak
diketahui kedalam tabung reaksi sebanyak satu pipet, kemudian menambahkan
dengan NaOH menghasilkan endapan putih. Dengan reaksi :
NaOH + Ni2+→ Na+ + NiOH↓
Kemudian ditambahkan dengan NH3 menghasilkan endapan hijau. Setelah itu
ditambahkan KNO2 tidak terbentuk endapan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, telah diidentifikasi bahwa sampel D tersebut
merupakan kation golongan II.
5. Sampel E (Mg2+)
P ada sampel yang kedua, yaitu sampel E. untuk mengidentifikasi sampel E
dilakukan beberapa langkah-langkah pertama yaitu menuangkan sampel E yang tidak
diketahui kedalam tabung reaksi sebanyak satu pipet, kemudian menambahkan
dengan sedikit NaOH terbentuk endapan putih MgOH, dengan reaksi :
NaOH+Mg2+→ MgOH↓+ Na+
Kemudian ditambahkan NH4OH terbentuk endapan putih. Kemudian ditambahkan
NH3 menghasilkan endapan berwarna putih. Ditambahkan larutan ammonium
karbonat terbentuk endapan putih .
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa sampel E tersebut
termasuk kedalam kation golongan V.
6. Sampel F (Sr2+)
Pada sampel yang kedua, yaitu sampel F. untuk mengidentifikasi sampel F dilakukan
beberapa langkah-langkah pertama yaitu menuangkan sampel F yang tidak diketahui
kedalam tabung reaksi sebanyak satu pipet, kemudian menambahkan dengan sedikit
H2SO4 terbentuk endapan putih SrSO4, dengan reaksi :

H2SO4+Sr2+→ SrSO4↓+ H2O

Kemudian ditambahkan NH4OH terbentuk endapan putih Sr(COO)2 Dengan reaksi:


Sr2++(COO)2→Sr(COO)2↓. Kemudian ditambahkan K2CrO4 menghasilkan endapan
berwarna kuning dengan reaksi : Sr2++CrO42-→ SrCrO4↓.

Kemudian ditambahkan amoniak tidak terbentuk endapan. Ditambahkan larutan asam


sulfat H2SO4 encer terbentuk endapan putih SrSO4. Sampel ditambahkan kalium
kromat terbentuk endapan kuning. Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat
diidentifikasi bahwa sampel F tersebut termasuk kedalam kation golongan IV.
H. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
konsep analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu, analisis Kualitatif yaitu
analisis kimia yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau bahan yang tidak
diketahui, sedangkan analisis Kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut
penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sampel (contoh). Dengan analisis
kualitatif kita dapat menerka dengan pasti apa saja yang terkandung dalam sampel.

• Sampel A mengandung Cu2+ yang merupakan kation golongan II


• Sampel B mengandung SO42- yang merupakan anion
• Sampel C mengandung Hg2+ yang merupakan kation golongan I
• Sampel D mengandung Ni2+ yang merupakan kation golongan III
• Sampel E mengandung Mg2+ yang merupakan kation golongan V
• Sampel F mengandung Sr2+ yang mengandung kation golongan IV
DAFTAR PUSTAKA

Siregar. 2013, Analisis Kimia Kualitatif. :http://ayahkiasiregar.wordpress.com/20


12/12/02/165/ (diakses tanggal 15 oktober 2017)

Day, J.D. Underwood.1988. Analisis kimia kualitatif (edisi keempat). Jakarta :


Erlangga

Harvey, David.2000. Analytical Modern.

Khusnul.2012. Analisis anion kation. :http://wwkhusnul.blogspot.com/2012/03/an


alisis-anion-kation.html (diakses tanggal 15 oktober 2017)

Lukum, A. (2005). Bahan ajar dasar-dasar kimia analitik. Gorontalo : UNG

Nugraha. A, 1998. Analisis Kimia. vol 3, hal 67-70.


Sandi,fadly, konsep dasar analisis kualitatif :
http://fadlysandi19.blogspot.co.id/2013/10/konsep-dasar-analisis-kualitatif-
dan.html
Stevensal. 2012. Tahap-tahap analisis kualitatif kation.:

http://stevensal.blogspot.com/2012/12/tahap-tahap-analisis-kualitatif-
kation.html

Vogel, & G. Svehla.1985. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan
semimikro (terjemahan setiono). Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai