Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kita pasti sering mengkonsumsi

makanan dan minuman sebagai pemenuh kebutuhan fisik. Setiap makanan dan

minuman yang kita konsumsi nantinya akan masuk ke dalam sistem-sistem yang

ada dalam tubuh kita dalam bentuk ion-ion. Ion-ion tersebut nantinya kita kenal

sebagai kation dan anion.

Baik kation maupun anion dapat dianalisis di dalam laboratorium melalui

analisis kimia. Ion-ion dapat diidentifikasi dengan menggunakan satu atau lebih

reaksi kimia yang karakteristik atau spesifik. Identifikasi kation didasarkan pada

perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat tersebut.

Kation-kation ini secara umum diklasifikasikan dalam lima golongan.

Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-

reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Reagensia kualitatif yaitu

reagen yang pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi. Misalnya

dalam suatu sampel yang yang tidak diketahui akan diperiksa kation yang

terkandung di dalamnya.

Untuk mengetahui sampel apakah tersebut, maka perlu dilakukan

pemeriksaan pendahuluan, seperti uji nyala, warna ion dalam larutan ataupun

melalui reaksi kimia dan lain sebagainya. Bila beberapa ion ada dalam suatu larutan,

maka sebelum langkah identifikasi terhadap masing-masing ion tersebut, harus

terlebih dahulu dipisahkan satu persatu dengan menggunakan reaksi pemisah.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai identifikasi kation-kation, maka

dilakukanlah percobaan ini.


B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percobaan

Mengetahui cara analisis kulaitatif kation dan mengetahui pereaksi yang

cocok dalam penentuan kation

2. Tujuan percobaan

Untuk menentukan pereaksi yang cocok dalam penentuan kation dan

menentukan jenis berdasarkan analisis yang diakukan

C. Prinsip Percobaan

Penentuan jenis kation berdasarkan uji analisis kualitatif dengan

menggunakan reagen perak nitrat, tembaga sulfat, besi II sulfat, raksa klorida,

kalium kromat, kalium permanganat, natrium hidrogen fosfat, natrium hidroksida.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kation merupakan ion yang bermuatan positif. Kation dapat berasal dari

unsur dengan elektron yang telah tereksitasi, seperti Ca2+, Na+ , Ni2+; maupun

senyawa bermuatan positif, seperti NH4+ . Untuk memudahkan penentuan, kation

dikelompokkan menjadi lima golongan-golongan ini tidak ada hubungannya

dengan golongan pada tabel periodik yaitu (Utami, 2015: 3):

Golongan I : Golongan ini berisi kation yang tidak larut dalam HCl, yaitu

Ag+, Pb2+ dan Hg22+.

Golongan II : Golongan ini berisi kation yang larut dalam asam klorida,

namun tidak larut dalam bentuk sulfidanya dengan suasana asam.Kation yang

termasuk dalam golongan ini yaitu Hg2+, Cu2+, Bi3+, Cd2+, As3+, As5+, Sb3+, Sb5+,

Sn3+, Sn4+ dan Pb2+.

Golongan III : Berisi kation yang larut dalam asam klorida dan senyawa

sulfida dalam suasana asam, namun tidak larut dalam amonium sulfida dalam

suasana netral maupun basa. Kation yang termasuk dalam golongan ini yaitu Fe2+,

Fe3+, Al2+, Cr3+, Zn2+, Co3+, Ni2+ dan Mn3+.

Golongan IV: Berisi kation yang larut dengan reagen pada golongan I, II,

dan III, namun tidak larut dalam (NH4)2CO3 dengan keberadaan NH4Cl dalam

suasana netral atau sedikit asam. Kation yang termasuk dalam golongan ini yaitu

Ca2+, Sr2+ dan Ba2+.

Golongan V: Berisi kation yang larut dengan reagen-reagen yang

menyebabkan kation golongan I sampai IV mengendap. Kation di golongan ini

yaitu Mg2+, Na+, K+ dan NH4+(Utami, 2015: 3).


Adsorpsi adalah proses pemusatan molekul atau ion adsorbat secara fisika

atau kimia di atas permukaan adsorban sebagai akibat daripada ketidakseimbangan

gaya permukaan. Pendekatan sederhana untuk mendapatkan hubungan antara

konsentrasi kation teradsorpsi dengan konsentrasi kation di dalam larutan melalui

isoterma dapat memberikan parameter-parameter kuantitatif proses seperti

kapasitas adsorpsi dan afinitas kation oleh adsorban. Distribusi kation logam di

antara fasa cair dan fasa padat merupakan ukuran posisi keseimbangan dalam

proses adsorpsi, dimana sistem adsorpsi tersebut dapat dinyatakan dengan satu set

sifat termodinamika yang melibatkan pengukuran panas dan spontanitas reaksi

adsorpsi (Bahri, 2010: 7).

Analisis merupakan suatu bidang ilmu kimia yang mempelajari tentang

identifikasi suatu spesies,penentuan komposisi, dan elusidasi strukturnya.

Berdasarkan tujuannya, analisis kimia dapat diklasifikasikan menjadi

analisiskualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan

untukmengidentifikasi suatu spesies dan elusidasi struktur spesies tersebut

(Padmaningrum, 2010: 1).

Bila ditinjau dasar analisisnya maka dapat analisis digolongkan menjadi

analisis konvensional (analisis kimia) yang berdasarkan reaksi kimia dan analisis

modern (analisis instrumental) yang berdasarkan pengukuran sifat fisik suatu

spesies. Pada umumnya analisis konvensional relatif lama, langkah rumit,

sensitivitas rendah, berdasar reaksi kimia, jangkauan luas, konsentrasi analit

relative besar, tepat, teliti, praktis, tidak perlu dilakukan standarisasi. Sebaliknya

analisis modern dapat dilakukan secara lebih cepat, langkah sederhana, sensitifitas

tinggi, berdasar sifat fisika, jangkauan terbatas, konsentrasi mikro, runut, ketepatan

dan ketelitian bergantung metode, distandarisasi berdasar metode klasik

(Padmaningrum, 2010: 1).


Berdasarkan jumlah sampel, analisis dibedakan menjadi (Padmaningrum,

2010: 1):

1. Analisis makro : massa sampel > 0,1 g

2. Analisis semimikro : massa sampel 0,1-0,01

3. Analisis mikro : massa sampel 0,01-0,001 g

4. Analisis ultramikro/submikro : massa sampel < 0,001 g

Berdasarkan jumlah relatif konstituen penyusun sampel, analisis

dibedakan(Padmaningrum, 2010: 1):

1. Analit merupakan konstituen mayor utama bila konsentrasinya ± (100-1)%

2. Analit merupakan konstituen minor bila konsentrasinya (1± 0,01)%

3. Analit merupakan konstituen runut bila konsentrasinya < 0,01%

Hasil analisis kualitatif klasik berdasarkan sifat kimia & fisika zat cara

kering pada uji warna nyala pada kation yaitu:


Warna nyala Warna nyala pada
Kation Kation
pada bunsen Bunsen
Kuning Na Merah bata Ca
Violet K Merah pucat Sr
Merah
Li Hijau kekuningan Ba
kekuningan
Hijau Cu - -

(Padmaningrum, 2010: 3)

Pendekatan sederhana untuk mendapatkan hubungan antara konsentrasi

kation teradsorpsi dengan konsentrasi kation di dalam larutan melalui isoterma

dapat memberikan parameter-parameter kuantitatif proses seperti kapasitas

adsorpsi dan afinitas kation oleh adsorben. Distribusi kation logam diantara fasa

cair dan fasa padat merupakan ukuran posisi keseimbangan dalam proses adsorpsi,

dimana sistem adsorpsi tersebut dapat dinyatakan dengan satu set sifat

termodinamika yang melibatkan pengukuran panas dan spontanitas reaksi adsorpsi

(Mouta, 2008: 998).


Agar proses adsorpsi berjalan ekonomis, maka dapat dipilih mineral

lempung sebagai adsorban karena mineral ini mudah ditemui dan sebagai produk

lokal yang berlimpah. Lempung mempunyai peranan penting di lingkungan, dengan

menunjukkan aksi sebagai pemerangkap alami kation dan anion melalui proses

pertukaran ion, adsorpsi atau gabungannya. Lempung adalah hidrat alumino-silikat

yang mengikat berbagai kation atau anion penukar seperti Ca2+, Mg2+, H+, K+, Na+,

NH4+, SO42-, Cl-, PO43- atau NO3- di permukaannya (Bahri, 2010: 7).

Pengaruh kation terhadap aktivitas enzim β-glukosidase yang

dikarakterisasi menggunakan senyawa-senyawa FeCl3, MgCl2, BaCl2, dan MnCl2.

Penambahan 1 mM dan 5 mM masing-masing senyawa MgCl2, BaCl2, dan MnCl2

dapat meningkatkan aktivitas β-glukosidase, sedangkan penambahan 1 mM FeCl3

menurunkan aktivitas β-glukosidase sebesar 2%. Namun penambahan 5 mM

senyawa FeCl3 ternyata mampu meningkatkan aktivitas β-glukosidase hingga 60%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

menunjukan bahwa aktivitas enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri yang

diisolasi dari limbah rumput laut juga dapat ditingkatkan dengan penambahan 10

mM FeCl3, sedangkan penambahan 10 mM kation Zn2+ justru menurunkan aktivitas

enzim (Dini, 2017: 6).

Kation golongan pertamam membentuk klorida – klorida yang tak larut.

Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah

mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu

cuplikan; ion timbel yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen

sulfida dalam suasan asam bersama – sama kation golongan kedua(Munifah, 2013:

221-228).

Identifikasi anion dan kation dilakukan dengan menambahkan preaksi

tertentu ke dalam limbah cair kemudian diamati terjadinya reaksi kimia yang
dinyatakan oleh terbentuknya gas, endapan atau perubahan warna. Kadar CN-, dan

Cr6+ ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri Uv – vis,

sedangkan kadar Pb2+, Cr total, Cu2+, Fe2+, dan Zn2+ ditentukan dengan AAS

(Atomic absorption spectrophotometry) (Marwati dkk, 2004: 20).

Proses pemisahan ion logam menggunakan polieugenol bergugus aktif N

dan S telah dilakuan dengan teknik BLM. Polieugenol bergugus aktif N dan S

disintesis dari eugenol yang kemudian dipolimerkan menjadi polieugenol. Senyawa

polimer ini diasamkan untuk menjadi asam poli (eugenoksi asetat). Setelah

terbentuk asam dilakukan penambahan 4-metil-5-tiazoleetanol untuk membentuk

ester menjadi poli (metil tiazol etil eugenoksi asetat) (PMTEEA). Poliester hasil

sintesis diaplikasikan sebagai carrier untuk memisahkan ion logam Cu2+ , Cd2+ ,

dan Cr3+ dengan variasi rasa umpan pH = 5 dan Ph = 7 dalam membrane kloroform

menggunakan teknik Bulk Liquid Membrane (BLM) (Ulumudin Dkk, 2010:102).


B. Uraian Bahan

1. Asam klorida (Dirjen POM, 2014: 156)

Nama resmi : ACIDUM CHLORIDE

Nama lain : Asam klorida

Berat molekul : 36,46

Rumus molekul : HCl

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang.

Bobot jenis lebih kurang 1,18

Kelarutan : Diencerkan 2 bagian volume air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Bahan baku pereaksi HCl

Kegunaan : Bahan baku pereaksi AgNO3

2. Aquadest (Dirjen POM, 2014: 63)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : H2O

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Pelarut

3. Besi (II) Sulfat (Dirjen POM, 2014: 231)

Nama resmi : FERROSI SULFAS

Nama lain : Besi (II) sulfat

Berat molekul : 151,9

Rumus molekul : FeSO4

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat,

tidak berbau

Kelarutan : Perlahan-lahan larut hamper sempurna dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Bahan baku pereaksi FeSO4

4. Kalium kromat (Dirjen POM, 2014: 172)

Nama resmi : KALII CROMAS

Nama lain : Kaliumkromat

Berat molekul : 194,19

Rumus molekul : K2CrO4

Rumus struktur :

Pemerian : Massa hablur berwarna kuning

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Bahan baku pembuatan pereaksi K2CrO4

5. Kalium permanganat (Dirjen POM, 2014: 595)

Nama resmi : KALII PERMANGANAS

Nama lain : Kalium permanganat

Berat molekul : 158, 03

Rumus molekul : KMnO4

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, ungu tua, hamper tidak tembus oleh cahaya

yang diteruskan dan berwarna biru metalik

mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan, stabil di

udara

Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Bahan baku pembuatan pereaksi KMnO4

6. Natrium fosfat (Dirjen POM, 2014: 1717)

Nama resmi : SODIUM PHOSPATE

Nama lain : Natrium fosfat

Berat molekul : 141,96

Rumus molekul : NaHPO4

Pemerian : Kristal putih, tidak berwarna, Kristal transparan

Kelarutan : Tidak larut dalam alkohol, larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : sebagai pereaksi

7. Natrium hidroksida (Dirjen POM, 2014: 911)

Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM

Nama lain : Natrium hidroksida

Berat molekul : 40,00

Rumus molekul : NaOH

Rumus struktur :

Pemerian : Putih, praktis putih, keras rapuh, menunjukkan

pecahan hablur

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Bahan baku pembuatan pereaksi NaOH

8. Perak Nitrat (Dirjen POM, 2014: 1008)

Nama resmi : ARGENTII NITRAS

Nama lain : Perak nitrat

Berat molekul : 169,87

Rumus molekul : AgNO3

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau putih, bila dibiarkan

terpapar cahaya dengana danya zat organik menjadi


berwarnaabu-abu atau hitam, keabu-abuan, pH lebih

kurang 5,5

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air

mendidih, agak sukar larut dalam etanol, mudah

larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

Kegunaan : Bahan baku pereaksi AgNO3

9. Raksa (II) klorida (Dirjen POM, 2014: 1736)

Nama resmi : HYDRARGRYI BICHLORIDUM

Nama lain : Raksa (II) klorida

Berat molekul : 27,52

Rumus molekul : HgCl2

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau serbuk hablur putih,

tidak berbau berat

Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dalam 2,1 bagian air

mendidih, dalam 3 bagianetanol 95% P, dalam 2

bagianetanol 95% P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Bahan baku pereaksi HgCl2

Kegunaan : Bahan baku pembuatan pereaksi K2CrO4

10. Tembaga (II) Sulfat (Dirjen POM, 2014: 1740)

Nama resmi : CUPRI SULFAS

Nama lain : Tembaga (II) sulfat

Berat molekul : 159,61


Rumus molekul : CuSO4

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk putih atau keabuan, bebas dari sedikit warna

biru. Penambahan sedikit air, mengakibatkan

perubahan warna jadi biru

Kelarutan : Larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat kedap

Kegunaan : Bahan baku pembuatan pereaksi CuSO4


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, botol coklat,

botol semprot, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, labu tentu ukur, pipet tetes,

pot obat, rak tabung, sikat tabung, dan tabung reaksi

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, aquadest,

perak nitrat, tembaga sulfat, besi II sulfat, raksa klorida, kalium kromat, kalium

permanganat, natrium hidrogen fosfat, natrium hidroksida.

B. Cara kerja

1. CuSO4

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 12,5 gram CuSO4

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 100 ml

2. HgCl2

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 3,25 gram HgCl2

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 50 ml

3. KMNO4

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 0,33 gram KMNO4

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 100 ml

4. FeSO4

a. Disiapkan alat dan bahan


b. Ditimbang 4 gram FeSO4

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 50 ml

5. NaOH

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 4 gram NaOH

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 100 ml

6. K2CrO4

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 5 gram K2CrO4

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 50 ml

7. AgNO3

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 1,7 gram AgNO3

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 100 ml

8. Na2HPO4

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Ditimbang 6 gram Na2HPO4

c. Dicukupkan aquadest sebanyak 50 ml


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pereaksi NaOH
Sampel Kelarutan Warna
NaOH+Air Larut Jernih

2. Tabel analisis kualitatif kation yang diamati


No Sampel+pereaksi Reaksi Hasil kualitatif
1 X + HCl X Putih jernih, larut
2 X + NH3 X Putih keruh, sedikit larut
3 X + NaOH X Putih jernih keruh
4 Zn2+ + NaOH berlebih X Putih gelatin larut

3. Tabel analisis kualitatif kation yang sebenarnya


No Sampel + pereaksi Reaksi Hasil kualitatif
2+ Hg2++NH3 HgO.Hg
1 Hg + NH3 Putih
(NH)2NO3

B. Pembahasan
Kation merupakan ion yang bermuatan positif. Kation dapat berasal dari
unsur dengan elektron yang telah tereksitasi, seperti Ca2+, Na+ , Ni2+; maupun
senyawa bermuatan positif, seperti NH4+ . Untuk memudahkan penentuan, kation
dikelompokkan menjadi lima golongan-golongan ini tidak ada hubungannya
dengan golongan pada tabel periodik yaitu (Utami, 2015: 3)
Pada percobaan ini praktikan melakukan praktikum secara mandiri,
sampel yang diberikan asisten belum diketahui termasuk ion apakah sampel
tersebut, sampel yang diambil yaitu No.16. Hasil yang didapatkan yaitu berasal dari
golongan kation golongan IIIB dengan sampel Zn2+ dan menghasilkan endapan
putih gelatin larut dengan Zn2++NaOH berlebih.
Adapun hasil yang benar adalah sampel yang seharusnya dihasilkan adalah
Hg2+ + NH3 HgO.Hg(NH)2NO3
Adapun alasan perlakuan NaOH yaitu agar menghasilkan putih gelatin
larut, dan pada Hg2+ + NH3 dilakukan agar menghasilkan endapan putih.
Adapun faktor kesalahan yaitu kurang tepatnya pereaksi yang diberikan
praktikan pada sampel sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan tabel
tabulasi.
Adapun hubungan identifikasi kation dengan farmasi adalah untuk
mengetahui kandungan-kandungan zat kimia yang terdapat dalam sediaan obat-
obatan seperti dalam tujuan percobaan ini.
Adapun pada literatur yang didapatkan (Dirjen.POM.1979:1139) pada
sampel Hg2+ + NH3 menghasilkan endapan putih. Hal ini sudah sesuai dengan
percobaan dan literatur.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun hasil yang dapat disimpulkan yaitu kation yang digunakan pada

percobaan ini yaitu golongan III B dengan sampel Hg2+ + NH3 yang akan

menghasilkan endapan putih. Klasifikasi kation yang paling umum digunakan dan

didasarkan pada perbedaan kelarutan dari klorida, sulfidan dan karbonat kation

tersebut

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan alat dan bahan dapat diperbaharui dan dilengkapi agar proses

praktikum dapat berjalan dengan lancar.

2. Asisten

Diharapkan agar Asisten tetap selalu mendampingi Praktikan dalam proses

Praktikum, sehingga dapat meminialisir faktor kesalahan dalam sebuah percobaan

dan juga agar Asisten tetap semangat dalam membimbing praktikan di laboratorium
KEPUSTAKAAN

Bahri,Syaiful, Muh. Darina, Nurhayati dan Fitri Andiyani. Isoterma dan


Termodinamika Adsorpsi Kation Cu2+ Fasa Berair pada Lempung
Cengar Terpilar. Pekanbaru: Fakultas Teknik Universitas Riau. 2010.

Dini, I.R., I. Munifah. Produksi dan Karaterisasi Enzim Selulase Ekstrak Kasar
dari Bakteri yang Diisolasi dari Limbah Rumput Laut. Jurnal Teknologi
dan Industri Pertanian. 2014.

Dirjen POM. Farmakopi Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. 2014.

Fansuri, H., Prasetyoko, D. dan Muasyaroh, D. Effect of Initial hydrothermal


Temperatures to Zeolite Products In the Synthesis of Zeolites from Coal
Fly Ash, CR-Room Proceeding. Perth:Chemeca. 2009.

Mouta, E.R. Soares, M.R., Casagrande, J.C. Copper Adsorption as A Function of


Solution Parameters of Variable Charge Soils. J. Braz. Chem. Soc. 2008.

Munifah, I. Produksi dan karakterisasi enzim selulase dari limbah pengelolaan


rumput laut. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. 2014.

Oktaviani, Y. Pengaruh Temperatur Hidrotermal terhadap Konduktivitas Listrik


Zeolit Sintesis dari Abu Dasar Batubara dengan Metode Alkali
Hidrotermal.Padang: Universitas Andalas. 2015.

Padmaningrum, Regina Tutik.Dasar Analisis Kimia.Yogyakarta: UNY. 2010.

Pratama,Teguh Nugraha, Afdhal Muttaqin.Pengaruh Sumber Kation NaOH dan


KOH Terhadap Jenis Zeolit Sintetis dari Abu Dasar Batubara dengan
Metode Peleburan Alkali Hidrotermal. Padang: Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Andalas Kampus Unand. 2017.

Utami, Diastuti.Aplikasi Pohon Keputusan dalam Penentuan Kation dengan


Analisis Kualitatif Inorganik.Bandung: Institut Teknologi Bandung. 2015.

Anda mungkin juga menyukai