Psoriasis
I.1 Pengertian
Psoriasis merupakan penyakit kulit kronis inflamatorik dengan faktor genetik yang kuat,
dengan ciri gangguan perkembangan dan diferensiasi epidermis, abnormalitas pembuluh darah,
faktor imunologis dan biokimiawi, serta fungsi neurologis. Penyebab dasarnya belum diketahui
pasti. Dahulu diduga berkaitan dengan gangguan primer keratinosit, namun berbagai penelitian
telah mengetahui adanya peran imunologis.
I.2 Patofisiologi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronis umum yang melibatkan imunitas adaptif dan
bawaan. Ini adalah penyakit yang dimediasi kekebalan di mana perubahan inflamasi kulit
bergantung pada sel-sel kekebalan dan sitokinnya. Interaksi antara sel dendritik dermal, sel T
teraktivasi dari garis keturunan TH-1, TH-17 bersama dengan banyak sitokin dan faktor
pertumbuhan bertanggung jawab atas hiperplasia epidermal dan inflamasi dermal yang terlihat
pada kulit pasien psoriasis. Pembicaraan silang antara sistem kekebalan bawaan dan adaptif yang
dimediasi oleh sitokin termasuk TNF, interferon gamma, dan interleukin 1.
Gambaran histopatologisnya antara lain elongasi rete ridges, parakeratosis, serta infiltrasi
berbagai sel radang. Sel T CD 3+ dan CD 8+ dapat ditemukan di sekitar kapiler dermis dan
epidermis. Sel dendritik CD 11c+ biasanya ditemukan di dermis bagian atas. (Nestle dan Stern)
Invasi sel CD 8+ ke epidermis berkaitan dengan munculnya lesi kulit. Aktivasi sel T terutama
dipengaruhi oleh sel Langerhans. Sel T serta keratinosit yang teraktivasi akan melepaskan sitokin
dan kemokin, dan menstimulasi infl amasi lebih lanjut. Selain itu, kedua komponen ini akan
memproduksi tumor necrosis factor α (TNF α), yang mempertahankan proses infl amasi. Oleh
karena itu, psoriasis bukan hanya disebabkan oleh autoimunitas terkait sel limfosit T seperti teori
terdahulu, tetapi melibatkan proses yang lebih kompleks termasuk abnormalitas mikrovaskuler
dan keratinosit.
2) Terapi Sistemik
- Acitretin (Soriatane) adalah turunan asam retinoat dan metabolit aktif etretinat.
Retinoid mungkin kurang efektif dibandingkan metotreksat atau siklosporin saat
digunakan sebagai monoterapi. Acitretin lebih sering digunakan dalam kombinasi
dengan topical kalsipotrien atau fototerapi. Dosis awal yang direkomendasikan
adalah 25 atau 50 mg; terapi dilanjutkan sampai lesi teratasi. Lebih baik ditoleransi
bila diminum bersama makanan. Efek samping termasuk hipertrigliseridemia dan
efek mukokutan seperti: mata kering, mukosa hidung dan mulut, bibir pecah-pecah,
cheilitis, epistaksis, xerosis, kuku rapuh, dan kulit terbakar. Semua retinoid bersifat
teratogenik dan merupakan kehamilan kategori X. Acitretin tidak boleh digunakan
pada wanita yang berpotensi melahirkan anak kecuali: mereka menggunakan
kontrasepsi yang efektif selama terapi dan selama 3 tahun setelah penghentian obat.
- Methotrexate memiliki efek antiinflamasi karena efeknya pada ekspresi gen sel T dan
juga memiliki efek sitostatik. Ini lebih efektif daripada acitretin dan memiliki
kesamaan atau sedikit kurang efektif dibandingkan siklosporin. Metotreksat dapat
diberikan secara oral, subkutan, atau intramuskular. Dosis awal adalah 7,5 sampai 15
mg sekali seminggu, meningkat secara bertahap sebesar 2,5 mg setiap 2 sampai 4
minggu sampai respon; dosis maksimal adalah 25 mg mingguan.
b. Terapi non-farmakologi
Alternatif nonfarmakologis mungkin sangat bermanfaat dan harus selalu dipertimbangkan
dan dimulai bila perlu.
- Manajemen/ pengurangan stress; adanya stress terbukti meningkatkan keparahan dari
psoriasis.
- Penggunaan pelembab non-obat untuk membantu menjaga kelembapan kulit,
mengurangi pengelupasan kulit, mengontrol terkait scaling kulit (hilangnya lapisan
luar epidermis kulit) serta dapat mengurangi pruritus.
- Mandi dengan campuran oatmeal lebih lanjut dapat mengurangi pruritus dan dengan
perlakuan teratur dapat meminimalkan kebutuhan akan obat antipruritik sistemik.
- Menggunakan tabir surya dengan minimal SPF 30 atau lebih, digunakan teratur
karena sengatan matahari dapat memicu eksaserbasi psoriasis
- Meminimalkan terjadinya iritasi kulit akibat bahan-bahan kimia seperti sabun atau
detergen sehingga tidak boleh digunakan, pembersihan dilakukan dengan air hangat
menggunakan pembersih bebas lemak dan bebas pewangi.
- Pasien dengan komorbid seperti dislipidemia, obesitas, atau penyakit kardiovaskular,
disarankan untuk menghentikan konsumsi nikotin dan alkohol, kontrol diet, dan
meningkatkan aktivitas fisik.
(Dipiro, 2020)
Swamedikasi
1. Obat-obat Sintetis
Produsen : PT Meccaya
Bentuk Sediaan : Salep
Komposisi : Salicylic Acid, Benzoic Acid, Sulfur Praecipitatum
Indikasi : Untuk mengobati penyakit kulit seperti psoriasis,
panu dan kurap..
Penyimpanan : Simpan pada suhu diibawah 30° C. Jauhkan dari
jangkauan anak-anak.
Aturan Pakai : Oleskan 3x sehari secukupnya pada bagian yang sakit
dan gatal. Sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan
terlebih dahulu.
Efek samping : Iritasi dan dermatitis.
Kontraindikasi : Obat untuk pemakaian luar. Hindarkan kontak dengan
mata dan membran mukosa.
Golongan Obat : Obat Bebas
No. Registrasi : POM QD191716891
Daftar Pustaka
DiPiro Joseph T., Yee, Gery C., Posey, L. Michael., Haines, Stuart T., Nolin, Thomas D.,
Ellingrod, Vicki. 2020. Pharmacotheraphy: A Pathophysiologic Approach, Eleventh-
Edition. New York: McGraw Hill Education.