DI
LEMBAGA FARMASI PUSKESAD (LAFIAD)
(BANDUNG, 28 NOVEMBER – 23 DESEMBER 2022)
DISUSUN OLEH:
Zulkifly Nurdiansyah
N014221027
DI
LEMBAGA FARMASI PUSKESAD (LAFIAD)
(BANDUNG, 28 NOVEMBER – 23 DESEMBER 2022)
Zulkifly Nurdiansyah
N014221027
Disetujui oleh:
Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. Drs. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt.
NIP. 19610606 198803 2 002 NIP. 19480727 197903 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga kami selaku penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian kegiatan serta proses penulisan Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) Farmasi Industri di Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD) Bandung. Laporan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Industri ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar.
Perjuangan yang panjang untuk menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Burhanuddin Taebe, M.Si.,
Apt. selaku pembimbing Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi Industri dan Ibu Dra.
Ermina Pakki, M.Si., Apt. selaku Koordinator Praktik Kerja Profesi Apoteker Farmasi
Industri Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan laporan ini banyak kendala yang penulis hadapi, namun
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya selaku
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Apt. Djoko Erwiyanto S.Si selaku kepala instalasi Lembaga Farmasi Angkatan Darat
yang telah memberikan kesempatan kami melaksanakan PKPA
2. Ibu Prof. Dr. rer. nat. Marianti A. Manggau, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin; Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt.
Selaku Wakil Dekan I; Ibu Prof. Dr. Sartini, M.Si., Apt. selaku
Wakil Dekan II; dan Ibu Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM Sc., M.Si., Ph D.,
Apt.selaku Wakil Dekan III.
3. Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt. selaku ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. selaku Koordinator Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) Farmasi Industri.
5. Bapak Mayor Ckm Martohap P. Lumban Raja, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Pembimbing
Lapangan di Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD) yang telah membimbing kami
saat melaksanakan PKPA.
iii
6. Bapak Randi Kristiana, S.Si., Apt. selaku Kepala Instalasi Pendidikan di Lembaga
Farmasi Puskesad (LAFIAD) mengarahkan kami dalam PKPA Farmasi Industri.
7. Bapak Letda Suhamim selaku Kepala Urusan Pendidikan di Lembaga Farmasi
Puskesad (LAFIAD) mengarahkan dan menerima keluh kesah kami selama PKPA
Farmasi Industri.
8. Seluruh Pemateri yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan ilmunya selama ber PKPA di Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD).
9. Rekan-rekan peserta Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Industri di
Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD).
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan laporan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan laporan ini kedepannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada
kita semua.
Zulkifly Nurdiansyah
iv
DAFTAR ISI
v
III.2 Bagian Perencanaan Produksi........................................................................ 13
III.3. Bagian Pengendalian Persediaan................................................................... 13
III.2 Bagian Pengendalian Persediaan...................................................................... 13
III.3. Penyimpanan...... ...................... .................................................................... 13
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 16
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 18
V.1 Kesimpulan..................................................................................................... 18
V.2 Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19
LAMPIRAN.......................................................................................................... 20
vi
DAFTAR GAMBAR
Gamba Halama
r n
1.
2.
3.
4.
5.
6.
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampira Halama
n n
1.
2.
3.
4.
5.
6.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
I.2. Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi Industri yang dilaksanakan di
Lembaga Farmasi PUSKESAD (LAFIAD) bertujuan agar calon apoteker:
1. Memahami gambaran umum tentang penerapan CPOB pada Industri khususnya
di Lembaga Farmasi PUSKESAD (LAFIAD).
2. Mengetahui dan memahami bagaimana sistem PPIC dalam pengadaan,
perencanaan dan pelaksanaan, di Lembaga Farmasi PUSKESAD (LAFIAD).
BAB II
TINJAUAN UMUM
3
4
Pada tahun 1997 dimulai pembangunan sarana fasilitas Lafi Puskesad sesuai
dengan RIP yang sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, Lafi Puskesad telah
berhasil mendapatkan 4 sertifikat CPOB untuk sediaan antibiotik β-laktam,
selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh 1 sertifikat CPOB untuk sediaan serbuk
injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni 2006
diperoleh 5 sertifikat CPOB untuk fasilitas non β- laktam yaitu sediaan tablet biasa
non-antibiotika, tablet salut non-antibiotika, kapsul keras non-antibiotika, serbuk
oral non-antibiotika dan cairan obat oral non-antibiotika. Terhitung hingga tahun
2019, Lafi Puskesad memiliki 4 sertifikat CPOB yang terdiri dari, Sertifikat CPOB
untuk Sediaan Tablet dan Tablet salut Non- β-laktam, Sertifikat CPOB untuk
Sediaan Kapsul Keras Non- β-laktam, Sertifikat CPOB untuk Sediaan Cairan Obat
Luar Non- β-laktam, Sertifikat CPOB untuk Sediaan Cairan Oral Non- β-laktam.
Pada tahun 2022 Lafi berhasil mendapatkan Sertifikat CPOB untuk Sediaan Tablet
Antibiotik Penisilin dan Turunannya.
1. Visi
Menjadi lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan obat bermutu,
aman, dan berkhasiat bagi TNI, PNS, dan keluarganya serta masyarakat
umum.
2. Misi
a. Mampu memenuhi kebutuhan obat Dukkes (Dukungan Kesehatan)
dan Yankes (Yayasan Kesehatan) TNI AD;
b. Mampu bersaing dengan industri farmasi lain dalam memenuhi
kebutuhan obat nasional;
c. Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan obat
sehingga menghasilkan produk yag bermutu;
d. Pengelolaan manajemen sumber daya secara efektif, efisien, dan akuntabel.
II.I.4 Sertifikat CPOB dan registrasi obat Lembaga Farmasi Angkatan Darat
1. Kemampuan LAFI dalam produksi obat
Berikut kemampuan LAFI sesuai dengan fasilitas produksi dan
sertifikasi produksi yang dimiliki LAFI di antaranya yaitu :
a. Mampu memproduksi sediaan bentuk Tablet/Kaplet & Kapsul Keras obat
Gol Betalaktam Non Injeksi.
b. Mampu memproduksi sediaan bentuk Tablet/Kaplet, Kapsul Keras, COD
(Cairan Obat Dalam),& COL (Cairan Obat Luar) obat Gol Non
Betalaktam Non Injeksi
c. Mampu memproduksi sediaan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga) : Desinfektan, Hand Sanitizer/handrub, Hand Soap, dll) (sejak
pandi COVID-19).
2. Sertifikat CPOB
a. Tahun 1971, sukarela-GMP-WHO, selanjutnya tahun 1988,2001-2006,
2012,2018 berturut-turut mendapat setifikat CPOB-1,CPOB II, 2006-CPOB
III, CPOB IV dan CPOB V.
b. Tahun 1992, audit ditjen POM DEPKES RI tidak memennuhi spesifikasi
CPOB
c. Tahun 1997, terjadi pembahruan pabrik oleh Departemen Pertahanan RI.
THP I : -laktam, Wastu dan Utility, THP II: Non Betalaktam dan ged
7
3. Registrasi Obat
Dalam melaksanakan proses produksi, Lafi Puskesad selalu
berpedoman pada CPOB. Hal tersebut telah dibuktikan dengan diperolehnya
sebelas buah sertifikat CPOB (Lampiran 2) untuk produk sediaan berikut:
II.2.2 Personalia
Pada industri farmasi, tentunya memiliki persyaratan personalia yang harus
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas dalam
pembuatan obat yang benar. Seluruh personel harus memahami prinsip CPOB yang
menyangkut tugasnya serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan.
Personel Kunci harus memenuhi persyaratan kualifikasi yang ditetapkan dalam
regulasi nasional dan sebaiknya selalu hadir untuk melaksanakan tanggung
jawabnya sesuai dengan Izin Industri Farmasi.
II.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke- bets
dan untuk memudahkan pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk.
II.2.5 Produksi
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan
izin pembuatan dan izin edar.
1. Produksi hendaklah dilakukan dan disupervisi oleh personel yang kompeten
2. Seluruh penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan
karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan,
pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur
atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatSeluruh bahan yang diterima
hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Wadah
hendaklah dibersihkan di mana perlu dan diberi penandaan dengan data yang
diperlukan. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak
merugikan terhadap mutu bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan
kepada Bagian Pengawasan Mutu.
3. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk
pemakaian atau distribusi.
4. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan
pada kondisi seperti yang ditetapkan pabrik pembuat dan disimpan secara rapi
dan teratur untuk memudahkan segregasi antar bets dan rotasi stok.
11
Jika gudang industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi produk ke
fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan fasilitas pelayanan
kesehatan, hendaklah industri farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan
terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum
ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur
penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian kegiatan proses distribusi.
Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam menjamin mutu dan integritas
obat selama proses penyimpanan dan pengiriman obat.Untuk menjaga mutu awal
obat, semua kegiatan dalam penyimpanan dan pengirimannya hendaklah
dilaksanakan sesuai prinsip CPOB dan CDOB.
1) Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan.
2) Tindakan lain yang tepat.
Pelaksanaan penarikan kembali:
dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang berlaku yang
diterbitkan oleh Badan POM.
BAB III
GAMBARAN KHUSUS
a. Menerima order dari Marketing dan membuat rencana produksi sesuai order
yang diterima
b. Memenuhi permintaan sample dari Marketing dan memantau
proses pembuatan sample sampai terkirim ke pelanggan.
c. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan forecast dari marketing
dengan memperhatikan kondisi stock dengan menghitung kebutuhan
material produksi menurut standard stock yang ideal.
d. Memonitor semua inventory baik untuk proses produksi, stock yang ada
di gudang maupun yang akan didatangkan sehingga proses produksi dan
penerimaan order bisa berjalan lancar dan seimbang.
e. Menyusun jadwal proses produksi pada waktu, routing & quantity yang
tepat sehingga barang bisa dikirim tepat waktu dan sesuai dengan permintaan
pelanggan.
f. Menjaga keseimbangan lini kerja di produksi agar tidak ada mesin
yang overload sementara mesin lain tunggu order.
18
a. Fungsi Perencanaan
Menentukan Sasaran Dan Langkah-Langkah Untuk Mencapai Sasaran.
b. Fungsi Pengendalian
Alat Manajemen Untuk Memastikan Bahwa Pelaksaan Telah Sesuai Dengan
Rencana
sehingga pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Persediaan
(inventory) sangat berguna dalam suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
produksi. Tugas dari bagian ini adalah:
a) Mengendalikan stok dari bahan baku, kemasan, dan bahan jadi agar sesuai
dengan perencanaan produksi dan permintaan dari pemasaran,
b) Mengevaluasi stok dari bahan baku, kemasan dan barang jadi. (5)
d. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel
yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan atau
E-purchasing. Dalam TNI, KPA yang dimaksud adalah Kepala Bagian Administrasi
dan Logistik
e. Pokja Pemilihan
Kelompok Kerja Pernilihan yang selanjutnya clisebut Pokja Pemilihan adalah
sumber daya manusia yang ditetapkan oleh kepala UKPBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia. Tugas Pokja pemilihan:
a) Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
b) Menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:
1. Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dan
2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi
dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
f. Agen Pengadaan
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang tugasnya
melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa yang diberi
22
III.5 Penyimpanan
Bahan baku obat disimpan pada gudang yang terbagi menjadi dua
gudang yaitu gudang dengan suhu terkendali yang dikhususkan untuk menyimpan
bahan baku zat aktif dengan suhu ruangan 15oC – 20oC, dan gudang eksipien
yang dikhususkan untuk menyimpan bahan baku tambahan dengan suhu
ruangan kurang dari 30oC, gudang penyimpanan bahan baku obat juga dirancang dan
dikelola untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dan pencampuran. Pada
Lembaga Farmasi PUSKESAD kelengkapan fasilitas gudang bahan baku obat
sudah lengkap berupa rak obat, pallet, lemari psikotropika, timbangan, ruang
karantina, lemari rejected, thermohygrometer, Air Conditioner (AC), APAR, pest
control dan fiber drum, dan insect killer. Adapun cara penyimpanan bahan baku
obat yaitu. Bahan baku zat aktif disusun berdasarkan jenis dan sifat zat aktif,
untuk bahan baku zat aktif yang jumlahnya sedikit diletakkan di atas rak
barang dan untuk bahan baku zat aktif
24
25
produksi (bahan awal, produk ruahan, & produk jadi) agar produksi dapat berjalan
lancar, efektif dan efisien.
Perencanaan kebutuhan atau pengadaan dilakukan oleh sub Pembinaan
Material Kesehatan (Subbinmatkes) Puskesad berdasarkan pola penyakit di daerah
dan laporan dari masing-masing Kesdam, Satkes, RSPAD Gatot Subroto. Daftar
kebutuhan obat tersebut akan disesuaikan dengan besarnya anggaran yang tersedia
sehingga dibuat rencana kebutuhan bahan baku, bahan pembantu, dan embalase
(bahan pengemas). Adapun anggaran untuk kegiatan Lafi Puskesad berasal dari :
a) Rencana Belanja Kesehatan (RBK) APBN
b) Dana pemeliharaan Kesehatan (DPK) yang berasal dari pemotongan gaji
prajurit dan PNS secara rutin Anggaran yang didapat kemudian dialokasikan
sesuai dengan program kerja Lafi Puskesad.
Sistem pengadaan barang di Lafi Puskesad mengacu pada Peraturan
Presiden nomor 16 tahun 2018 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah,
pengadaan barang dilakukan oleh Puskesad melalui Subbinmatkes dengan sistem
lelang kepada penyedia melalui pembentukan panitia lelang, di Lafi-AD sendiri
tidak dapat melakukan pengadaan melalui swakelola, karena Lafi-AD tidak boleh
melakukan pekerjaan sendiri harus melalui pihak ketiga, karena dapat
menimbulkan bisnis yang tidak diperbolehkan di lingkungan pemerintahan
terutama lingkungan TNI, sehingga harus melalui pihak ketiga yaitu penyedia.
Pelelangan dilakukan oleh komisi tender yang salah satu anggotanya
adalah wakil dari Lafi Puskesad. Puskesad memberikan spesifikasi kepada para
calon rekanan, selanjutnya ditentukan pemenang lelang kemudian dibuat kontrak
jual beli. Pihak rekanan akan mengirimkan barang sesuai dengan isi kontrak
tersebut kepada Lafi Puskesad dan kemudian Puskesad akan mengirimkan surat
Perintah Penerimaan Material (PPM) ke Lafi Puskesad melalui Instal Simpan agar
barang tersebut dapat diterima. Puskesad akan membentuk Tim Komisi
penerimaan barang yang bertugas memeriksa keadaan barang secara administrasi,
fisika, dan kimia. Setelah barang-barang lulus uji mutu, maka dibuat hasil
pemeriksaan laboratorium dan berita acara penerimaan. Bila barang yang dikirim
tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta atau tidak memenuhi syarat, maka
26
barang akan dikembalikan kepada supplier untuk diganti sesuai isi kontrak.
Barang-barang yang telah memenuhi persyaratan kemudian disimpan di gudang
transit Instal Simpan.
Salah satu aspek yang terdapat dalam CPOB yaitu pengawasan mutu yang
berfungsi untuk menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur
pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan bahan baku
pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan
bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk di pantau dan semua kegiatan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan dicatat. Berkaitan dengan hal
tersebut, dalam proses production planning and inventory control (PPIC)
pengawasan mutu telah melaksanakan tugas dan fungsinya ssuai dengan CPOB
dimulai dari perencanaan pengadaan barang sampai ke penyimpanan produk.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan laporan serta Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Lembaga Farmasi Puskesad
(LAFIAD), dapat disimpulkan bahwa:
1. Industri Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD) telah menerapkan
CPOB
2. PPIC telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Industri
Lembaga Farmasi Puskesad (LAFIAD)
1
2
3
4
5
5.1
V.2 Saran
Sebaiknya waktu pelaksanaan untuk Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) industri di LAFIAD dilakukan saat LAFIAD melakukan proses
produksi suatu produk dan dilaksanakan lebih lama
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik. Jakarta.
2. Fajar, M., & Lestari, Y. D. (2017). Aggregate Planning Analysis
in PT. Akebono Brake Astra. Journal of Business and Management,
6(2), 182–191.
3. Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
(Yogyakarta: Graha Ilmu Cetakan.
4. Priyambodo B. Manajemen farmasi industri. Global Pustaka Utama.
Yogyakarta: 2007.
5. Indiyanto, R. 2008. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yayasan
Humaniora : Surabaya.
6. Lettu Ckm Fitri, Elmi. S.Farm.,M.Sc.,Apt. 2022. Pemastian Mutu.
Personal Communication: 12 Oktober 2022, Lembaga Farmasi
Puskesad.
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2021. Tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Lembaga Farmasi Puskesad
Keterangan:
29
KAINSTAL WASTU : Kepala Instalasi Pengawasan Mutu
30
31
Gambar 3. Imodiad
33
Gambar 4. Ponstad
Gambar 7. Buscofiad
Gambar 9. Floxad
35
Lampiran 9. Berita acara serah terima bahan baku obat LAFI PUSKESAD