MEDAN
Disusun oleh:
Khairani Rahmadani
(2250181)
Disusun oleh:
Khairani Rahmadani
(2250181)
apt. Novidawati Boru Situmorang, S.Farm.,M.K.M, M. Farm apt. Sri Reny Hartati, S.Farm.
NPP.06.19.07.06.1995 No. SIPA 3177SIP/DPMPTSP/MDN/3.1/VII/2021
Disetujui Deketahui
Dekan Fakultas Farmasi, Penanggung Jawab PKPA
Dr. apt. Samran, M.Si. apt. Novidawati Boru Situmorang, S.Farm.,M.K.M, M. Farm
NPP. 06.21.18.05.1965 NPP.06.19.07.06.1995
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker di PT. Penta Valent cabang Medan. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Laporan ini dapat
diselesaikan atas peran serta dan bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu saya
Lubuk Pakam.
(PKPA).
4. apt. Sri Reny Hartati, S.Farm. selaku pembimbing PBF PT. Penta Valent telah
5. apt. Novidawati Boru Situmorang, S.Farm., M.K.M sebagai penanggung jawab dalam
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna, dengan demikian
penulis butuh saran dan kritik yang dapat membangun kedepannya. Semoga laporan
Penulis
ii
RINGKASAN
iv
DAFTAR PUSTAKA
v
3.4.3. Penyaluran atau Pendistribusian Produk ................................................. 27
3.4.4. Penanganan Pengembalian Produk (Retur) ............................................. 27
3.4.5. Penarikan Kembali (Recall) .................................................................... 27
3.4.6. Pemusnahan Produk ............................................................................... 27
3.5. Pelaporan .................................................................................................. 28
3.5.1. Laporan bulanan ..................................................................................... 28
3.5.2. Laporan triwulan .................................................................................... 28
36. Kualifikasi Pelanggan ................................................................................ 28
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 30
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 33
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 33
5.2. Saran ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
LAMPIRAN .................................................................................................... 35
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini juga perlu di lakukan agar
mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan ilmu yang selama
ini didapatkan dari bangku perkuliahan sesuai dengan fungsi dan kompetensi ahli
farmasi pekerjaan apoteker di PBF yang merupakan salah satu lapangan pekerjaan
bagi lulusan Apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan
agar para Apoteker lebih terampil saat bekerja di PBF.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker adalah :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengsn PBF
2. Untuk mengetahui kegiatan di PT. Penta Valent
3. Untuk mengetahui pengadaan produk di PT. Penta Valent
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya PKPA adalah :
1. Membekali mahasiswa dengan pengalaman yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan PKPA
2. Mengetahui dan memahami aspek – aspek CDOB
3. Meningkatkan pengetahuan tentang tanggung jawab sebagai Apoteker
dibidang kefarmasian khususnya di PBF
4. Melatih dan mengembangkan sikap professional yang diperlukan oleh
mahasiswa dalam melakukan pekerjaan.
4
5
6
3. Untuk toko obat, pendistribusian obat hanya pada obat – obatan golongan
obat bebas dan obat bebas terbatas.
4. Membuat laporan atau dokumentasi dengan lengkap setiap kegiatan
pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dengan
mengikuti pedoman
5. CDOB sehingga dapat dipertanggung jawabkan setiap dilakukan
pemeriksaan (Menkes RI, 2011)
2.1.4. Fungsi Pedagang Besar Farmasi
1. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industry – industry farmasi
2. Sebagai tempat untuk menyediakan dan menyimpan sediaan farmasi
meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik
3. Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik dan toko obat berizin
4. Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah sesuai
surat pengakuaannya/surat izin edar
5. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan (Menkes RI, 2011)
2.1.5. Kewajiban Pedagang Besar Farmasi
Adapun kewajiban pedagang besar farmasi menurut SK Menkes 1191 tahun
2002, yaitu :
1. PBF dan setian cabangnya berkewajiban mengadakan, menyimpan, dan
penyaluran perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu
2. PBF wajib melaksanakan pengadaan obat, dan alat kesehatan dari sumber
yang sah
3. Setiap pergantian penanggung jawab wajib lapor (max 6 bulan) kepada
kepala kanwil setempat
4. PBF dan setiap cabangnya wajib menguasai bangunan dan sarana yang
memadai untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
5. Gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu
dan keamanannya
6. PBF wajib melaksanakan dokumentasi selama kegiatan berjalan
8
Harus tersedia prosedur tertulis berkaitan dengan hygiene personil yang relevan
dengan kegiatannya, mencakup kesehatan, hygiene dan pakaian kerja (BPOM,
2020).
3. Bangunan dan Peralatan
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan yang harus
mampu menjamin keamanan dan mutu obat dan bahan obat. Menurut Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2020), persyaratan bangunan
dan peralatan yang sesuai dengan CDOB antara lain :
a. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa
kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai
keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk memungkinkan
penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area penyimpanan
dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk memungkinkan
semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman.
b. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri, maka
harus tersedia kontrak tertulis dan pengelolaan bangunan tersebut harus
menjadi tanggung jawab dari fasilitas distribusi
c. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan obat yang
menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat
dan/atau bahan obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak,
yang akan dimusnahkan, yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat
dan/atau bahan obat yang dapat disalurkan
d. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus dilakukan
pengendalian yang memadai untuk menjaga agar semua bagian terkait
dengan area penyimpanan berada dalam parameter suhu, kelembaban dan
pencahayaan yang dipersyaratkan
e. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/atau bahan
obat yang membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai
dengan peraturan perundang – undangan (misalnya narkotika)
12
f. Harus tersedia area khusus untuk penyimpanan obat dan/atau bahan obat
yang mengandung bahan radioaktif dan bahan berbahaya lain yang dapat
menimbulkan risiko kebakaran atau ledakan (misalnya gas bertekanan,
mudah terbakar, cairan dan padatan mudah menyala) sesuai persyaratan
keselamatan dan keamanan
g. Area penerimaan, penyimpanan dan pengiriman harus terpisah, terlindung
dari kondisi cuaca, dan harus didesain dengan baik serta dilengkapi dengan
peralatan yang memadai
h. Akses masuk dan keluar untuk masing – masing area penerimaan dan
pengiriman dapat bergabung namun harus ada sistem pencegahan atau
penjaminan tidak terjadinya campur baur antara proses penerimaan dan
pengiriman
i. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur personil termasuk personil
kontrak yang memiliki akses terhadap obat dan/atau bahan obat di area
penerimaan, penyimpanan dan pengiriman, untuk meminimalkan
kemungkinan obat dan/atau bahan obat diberikan kepada pihak yang tidak
berhak
j. Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah
dan debu. Harus tersedia prosedur tertulis, program pembersihan dan
dokumentasi pelaksanaan pembersihan. Peralatan pembersih yang dipakai
harus sesuai agar tidak menjadi sumber kontaminasi terhadap obat
dan/atau bahan obat
k. Bangunan dan fasilitas harus dirancang dan dilengkapi, sehingga
memberikan perlindungan terhadap masuknya serangga, hewan pengerat,
atau hewan lain. Program pencegahan dan pengendalian hama harus
tersedia
l. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan
m. Area penyimpanan harus dipetakan pada kondisi suhu yang mewakili.
Sebelum digunakan, harus dilakukan pemetaan awal sesuai dengan
prosedur tertulis. Peralatan pemantauan suhu harus ditempatkan sesuai
dengan hasil pemetaan.
13
c. Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
kekuatan (jika perlu).
d. Nomor bets dan tanggal kadaluwarsa
e. Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah kontainer dan kuantitas
per kontainer (jika perlu)
f. Nomor dokumen untuk identifikasi order pengiriman
g. Transportasi yang digunakan mencakup nama dan alamat perusahaan
ekspedisi serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang
menerima (jika menggunakan jasa ekspedisi) dan kondisi penyimpanan.
Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak
memenuhi syarat untuk didistribusikan. Proses pemusnahan obat dan/atau bahan
obat termasuk pelaporannya harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan. Dokumentasi terkait pemusnahan obat dan/atau bahan
obat termasuk laporannya harus disimpan sesuai ketentuan.
Ekspor obat dan/atau bahan obat dapat dilakukan oleh fasilitas distribusi
yang memiliki izin. Importir harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat
ditangani sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada saat di pelabuhan masuk
agar terhindar dari kerusakan. Jika diperlukan, personil yang terlibat dalam
importasi harus mempunyai kemampuan melalui pelatihan atau pengetahuan
khusus kefarmasian dan harus dapat dihubungi (BPOM, 2020).
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah –
langkah perbaikan yang diperlukan :
a. Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang
ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta kepatuhan terhadap
peraturan perundang – undangan, pedoman dan prosedur tertulis. Inspeksi
diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu saja.
b. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh
personil yang kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal
yang dilakukan oleh ahli independen dapat membantu, namun tidak bisa
17
7. Transportasi
Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang
memadai. Obat dan bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan
sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus
digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas.
Pengiriman obat dan bahan obat harus aman dan dilengkapi dengan
dokumentasi yang sesuai untuk mempermudah identifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Obat dan bahan obat harus
disimpan dan diangkut dalam kontainer pengiriman yang tidak mempengaruhi
mutu, dapat member perlindungan memadai terhadap pengaruh eksternal,
termasuk kontaminasi. Bahan pengemas dan kontainer pengiriman harus didesain
sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan obat dan bahan obat selama
transportasi.
Jika kondisi penyimpanan khusus (misalnya suhu dan kelembaban)
berbeda dari kondisi lingkungan yang diharapkan, maka dipersyaratkan selama
transportasi harus dimonitor, dicatat dan didokumentasikan serta diinformasikan
ke industri farmasi pemegang izin edar atau pemasok. Semua dokumentasi
monitoring harus disimpan untuk minimal selama masa hidup produk yang
didistribusikan ditambah satu tahun. Dokumentasi tersebut harus tersedia untuk
diperiksa oleh instansi pemerintah yang berwenang. Peralatan yang digunakan
untuk pemantauan kondisi (misalnya suhu dan kelembaban) dalam kendaraan dan
kontainer harus dikalibrasi secara berkala.
Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur pemisahan selama
transportasi untuk obat dan bahan obat yang ditolak, ditarik, dikembalikan serta
diduga palsu. Obat dan bahan obat tersebut harus dikemas dengan aman, diberi
label yang jelas, dan disertai dengan dokumentasi pendukung yang sesuai. Harus
tersedia tindakan untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan memasuki,
merusak kendaraan dan peralatan, serta mencegah pencurian atau penyalahgunaan
obat dan bahan obat (BPOM, 2020).
19
secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Jika suatu dokumen direvisi,
harus dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang
sudah tidak berlaku (BPOM, 2020).
10. Ketentuan Khusus Bahan Obat
a. Pengemasan ulang dan pelabelan ulang
Pelaksanaan penggabungan bahan obat dalam bets yang sama,
pengemasan ulang dan pelabelan ulang adalah proses pembuatan bahan
obat sehingga pelaksanaannya harus sesuai dengan CPOB. Pengemasan
ulang bahan obat harus dilakukan dengan bahan kemas primer yang
spesifikasinya sama atau lebih baik dari kemasan aslinya. Tidak
diperbolehkan menggunakan kemasan bekas atau daur ulang sebagai
kemasan primer.
b. Penanganan obat yang tidak sesuai
Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan prosedurnya
yang dapat mencegah masuknya bahan obat tersebut ke pasar.
Dokumentasi harus tersedia, mencakup semua kegiatan termasuk
pemusnahan dan pengembalian
c. Dokumentasi
Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan kepada fasilitas
distribusi harus disertai dengan sertifikat analisis asli. Sertifikat analisis
yang dikeluarkan oleh industri farmasi asal harus menunjukkan hasil
analisis yang diperoleh dari pengujian dan hasil analisis yang diperoleh
dari pengujian acak. Direkomendasikan untuk menggunakan format
sertifikat analisis seperti yang disarankan oleh WHO Expert Committee on
Specification for Pharmaceutical Preparation (BPOM, 2020).
11. Ketentuan Khusus Produk Rantai Dingin (CCP)
Untuk Produk Rantai Dingin, terdapat persyaratan khusus yang harus
dipenuhi sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain
meliputi aturan yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan,
penyimpanan dan pengiriman. Produk rantai dingin harus dipastikan disimpan
dalam ruangan dengan suhu terjaga, cold room/chiller (+2 s/d +8°C), freezer
room/freezer (-25 s/d -15°C), dengan persyaratan sebagai berikut :
21
24
25
Tabel 3.1. Nomor izin PBF PT. Penta Valent cabang Medan
Tipe Permohonan CCP Obat lain
3.5. Pelaporan
3.5.1. Laporan bulanan
Obat golongan psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu dilaporkan setiap
bulan maksimal tanggal 10 setiap bulannya. Laporan ini ditujukan kepada Badan POM
secara online melalui e-Napza dan e-report ditujukan kepada Kementrian Kesehatan RI.
3.5.2. Laporan triwulan
Setiap kegiatan di PBF yang meliputi kegiatan penerimaan dan
penyaluran obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM (Menkes RI, 2011).
Laporan dikirim secara online menggunakan sisteme-report.
3.6. Kualifikasi Pelanggan
PT. Penta Valent cabang Medan melakukan distribusi produk obat,
kosmetik dan alat kesehatan ke outlet yang dapat berupa rumah sakit, apotek, dan
took obat, dan PBF lainnya yang ada di Sumatera Utara.
Outlet harus memberikan datanya ke PBF Penta Valent untuk bisa mendapat
pasokan produk. Data yang dimaksud berupa surat izin apotik dan surat izin
praktek apoteker, NPWP (pemilik sarana), KTP, STRA, STRTTK untuk took obat
dan tanda tangan spesimen. PBF Penta Valent hanya melayani outlet yang surat
izin apotek dan surat izin praktek apoteker berlaku. Apabila salah satu dokumen
admimistrasi tersebut tidak berlaku maka produk yang dipesan di outlet tidak
dapat disediakan karena akan terkunci secara otomatis pada sistem.
Outlet yang membuat pesanan psikotropika harus sudah terdaftar pada
SIPNAP, yaitu aplikasi pelaporan untuk penyaluran narkotika dan psikotropika
dan outlet harus menunjukkan bukti terdaftar di SIPNAP. PBF Penta Valent akan
menganjurkan outlet membuat akun SIPNAP terlebih dahulu pada outlet yang
belum memiliki akun tersebut tetapi akan memesan psikotropika.
PBF Penta Valent memberi batasan jumlah pesanan maksimum perbulan yang
berbeda untuk tiap outlet. Hal ini didasarkan pada jumlah pesanan outlet
sebelumnya dan kelancaran outlet membayar pesanan tiap bulannya. Batas bayar
pesanan yang ditetapkan PBF Penta Valent terhadap outlet adalah selama 21 hari
terhitung dari hari pesanan diterima.
29
Salah satu kegiatan penting dalam keterersedianya obat ialah distribusi. Distribusi
obat sendiri tidaklah sembarangan ada beberapa hal-hal penting pula yang harus di
perhatiakan seperti obat yang tidak boleh di simpan di suhu ruang dan lain-lain. PBF
(Pedangang Besar Farmasi) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/ bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (BPOM RI, 2019).
Salah satu pedangang besar obat yang cukup terkenal ialah PBF PT. Penta
Valent. PT. Penta Valent sendiri telah berdiri sejak tahun 28 September 1968 berlokasi di
jalan Kedoya Raya nomor 33, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. PT Penta Valent telah
memiliki 34 cabang yang terletak di setiap provinsi di Indonesia, salah satunya adalah di
Medan. PT Penta Valent cabang Medan mempunyai komitmen menempatkan seluruh
proses operasional penyaluran produk farmasi dilakukan sesuai dengan Petunjuk CDOB
hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya nomor izin PBF untuk izin regular dan
izin Cold Chain Product (CCP).
Adapun Visi dan Misi PT. Penta Valen sendiri sebagai berikut. Visi PT Penta
Valent “Untuk menjadi perusahaan kesehatan dan distribusi konsumen nasional yang
disukai di Indonesia dan membawa nilai terbaik bagi konsumen dan principal” dan Misi
PT Penta Valent “Untuk menyediakan layanan nasional kesehatan dan konsumen yang
sangat baik”.
PT Penta Valent cabang Medan dipimpin oleh seorang Kepala cabang atau
disebut juga BM (Branch Manager) dan membawahi 1 apoteker yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan sediaan farmasi dan 1 tenaga teknis kefarmasian yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan alat kesehatan.
30
31
Obat yang diambil harus disesuaikan dengan yang tertera di faktur, pengambilan
obat dilakukan berdasarkan nomor bets, dan dengan sistem FEFO (First Expired First
Out), kemudian dikemas dengan baik.
Untuk obat – obat CCP (Cold Chain Product) dikemas dalam coolbox dan ice
pack dengan suhu yang telah diatur untuk menjamin keamanan mutu produk selama
diperjalanan. Kemudian produk – produk tersebut diberikan kepada pihak pengiriman
barang untuk dikirim ke masing – masing pelanggan disertai dengan faktur dan surat
jalan.
Pada pelaporan PT.Penta Valen dibagi menjadi 2 laporan yaitu laporan bulanan
dan laporan triwulan , dimana laporan bulanan ditunjukkan ke pada Badan POM secara
online melalui e- Napza dan e-report ditujukan kepada Kementrian Kesehatan RI,
Pelaporan ini untuk obat golongan psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu.
Laporan triwulan meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala
Balai POM (Menkes RI, 2011). Laporan dikirim secara online menggunakan sistem e-
report.
Pemusnahan PT Penta Valent dilakukan dengan cara mengirimkan barang
yang akan dimusnahkan ke PT Penta Valent pusat. Untuk faktur dapat
dimusnahkan di cabang itu sendiri dengan membuat berita acara pemusnahan.
Pemusnahan faktur dilakukan 5 tahun sekali.
BAB V
PENUTUP
7.1. Kesimpulan
1. PBF adalah perusahaan jasa berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan.
2. PT Penta Valent merupakan fasilitas distributor yang menyalurkan obat
regular, Cold Chain Product (CCP), kosmetik dan alat kesehatan. Yang
melangsungkan kegiatan setiap harinya, dari hari senin – sabtu, dimulai
dari pukul 08.00 – 16.00 WIB kecuali hari sabtu dimulai dari pukul 08.00
– 12.00 WIB.
3. Penggadaan produk PT. Penta Valent terlebih dahulu melakukan
perencanaan untuk mendapatkan jumlah item obat yang akan dipesan, Ini
didapat dari analisis penjualan dari data rata – rata penjualan 3 bulan lalu
dan kemudian mengkategorikan apakah item tersebut termasuk fast
moving atau slow moving. Analisis tersebut dilakukan oleh apoteker
penanggung jawab sediaan farmasi dan alat kesehatan.
7.2. Saran
1. Perlu adanya perluasan ruang logistic serta penambahan rak obat untuk
melancarkan kegiatan – kegiatan yang berlangsung dan mencegah
terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan seperti kerusakan barang,
dll.
2. Perlunya pengadaan PKPA secara offline setiap hari agar mengetahui
dengan detail setiap proses distribusi di lapangan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Struktur Organisasi PT Penta Valent cabang Medan
35
Lampiran 3. Contoh Kartu Stok Gudang
36
Lampiran 4. Alur Pengadaan Produk
37
Lampiran 5. Alur Penerimaan Produk
38
Lampiran 6. Alur Penyimpanan Produk
Rak Obat
Produk yang rusak, kadaluwarsa, dan retur
Ruang Karantina
39
Lampiran 7. Alur Distribusi Dari Cabang ke Pelanggan
Surat Pesanan
40
Lampiran 8. Alur Penanganan Pengembalian Produk/Retur
Outlet
Diberikan barang retur kesales dan copy
faktur
Dicek kesesuaian barang dengan faktur
Diisi Tanda Terima Retur Barang
(TTRB) Diberikan kepetugas gudang
Barang disimpan diruang karantina dan
TTRB diserahkan ke admin sales
untukdiinput data dan dicetak nota retur
Nota retur diberikan ke petugas gudang dan
petugas gudang menulis tanda Sc dikartu
stok fisik barang yang diretur
TTRB juga diberikan ke kasir untuk
mencocokkan harga
TTRB dan nota retur yang masukakan
dicetak menjadi faktur CN (Creditnote)
Pemotongan tagihan
outlet
41
Lampiran 9. Alur Penarikan Kembali / Recall
Prinsipal
Mengirimkan surat recall ke PBF pusat yang berisi informasi produk yang
akan ditarik dari outlet
Surat dikirimkan ke PBF cabang
APJ cabang membuat surat penarikan produk untuk dikirim ke outlet dengan
melampirkan surat recall dari prinsipal dan form recall
Salesmen menyerahkan dokumen terkait dan menerima retur dari outlet
Jika barang sudah habis padaform recall, harus membuat surat pernyataan
bahwa barang sesuai surat sudah habis pada form recall
Salesman menyerahkan barang ke gudang, dicatat TTRB atas dasar recall
dan disimpan di ruang karantina
APJ membuat laporan akhir recall dan disimpan ke BPOM
PBF cabang mengirimkan barang recall ke PBF pusat dan diteruskan ke
principal
Barang diterima
principal