Pemeriksaan Histopatologi
Kelainan histopatologi yang dapat dijumpai pada lesi psoriasis ialah hyperkeratosis,
parakeratosis, akantosis dan hilangnya stratum granulosum. Papilomatosis ini dapat memberi
beberapa variasi bentuk seperti gambaran pemukul bola kasti atau pemukul bola golf.
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan keratinisasi
terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini masih dapat
ditemukan inti-inti sel yang disebut parakeratosis. Di dalam stratum korneum dapat
ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang dikenal
sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil dermis didapati pelebaran pembuluh darah
kecil yang disertai oleh sebukan sel-sel radang limfosit dan monosit.
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
1. Terapi topical
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis
yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat
ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung
mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
2. Formulasi ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi
dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat
dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama
fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi
matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat
digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang
berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi.
3. Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik
yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
4. Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan,
bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan
penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
5. Terapi intralesi
6. Terapi sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga
mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa
sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang
irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara
adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan
metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat
bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA.
Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis
yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas
mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian
diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar
ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang
gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari
Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan
pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah
dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat
mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis
hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”.Masa remisi fototerapi tersebut bisa
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
3) Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm)
merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar laser
narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband
UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang resisten.
Karena penyebab psoriasis belum diketahui dengan pasti, maka belum ada obat pilihan
psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru
dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek sampimg pengobatan sistemik lebih
banyak.
1. Terapi topikal
Ada beberapa obat yang dapat dianggap sebagai anti psoriasis yaitu :
Yang dipakai untuk pengobatan psoriasis adalah preparat ter dari kayu dan
batu bara. Preparat ter dari batu bara efeknya lebih kuat dari 0ada ter dari kayu tetapi daya
erosi terhadap kulit lebih besar. Jadi untuk psoriasis yang kronik dipakai preparat ter dari batu
bara, sedang kasus baru dipakai preparat ter dari kayu. Efek dari preparat ter adalah anti gatal,
keratolitik, vasokostriksi dan menaikkan ambang ransang.
Preparat ini mengandung Hg yang dapat menimbulkan dermatitis kontak dan bila
dipakai terlalu banyak dan terlalu lama terjadi kelainanan ginjal (Nefritis). Pada terapi topikal
biasanya obat-obat tersebut diatas digunakan dalam kombinasi. Disamping itu perlu pula
dikombinasi dengan Asam salisilat untuk memperkuat daya kerja pemakaian obat ini
sebaiknya sesudah mandi.
Bila lesi generalisata atau universal pemakaian obat tersebut dapat secara parsial,
misalnya hari I yang diobati muka dan ekstremitas atas, hari II badan, hari III ekstremitas
bawah, hari IV muka dan ekstremitas, dan seterusnya.
Disamping itu harus diperiksa kadar protein urin tiap minggu. Hal ini juga perlu
dilakukan pada pemakaian pada pemakaian obat-obat tersebut jangka panjang. Bila terjadi
komplikasi eritroderma, pengobatan dan preparat ter harus dihentikan kemudian diberi
prednison tablet 3 x 10 mg/hari. Untuk melunakkan kulit dan menghilangkan squama dapat
diberikan lanolin 5 (10%) dan vaselin ad 50.
2. Terapi sistemik
Bisanya diberikan :
a. Kortikosteroid
b. Obat sitostatik yang biasanya digunakan adalah metotreksat. Indikasinya ialah untuk
psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan eritroderma karena
psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah jika terdapat
kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya
Tuberkulosis), ulkus pepetikum, kolitis ulserosa dan psikosis.
c. Levodova
d. DDS
e. Etretinat (tegison, tigason)
Obat ini merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar
disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat pula digunakan untuk
eritroderma psoriatik. Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pda psoriasis oba tersebut
mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Efek sampingnya sangat banyak diantaranya; pada kulit (menipis), selaput lendir pada
mulut, mata dan hidung kering, peningkatan lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis
dan teratogenik.
f. Siklospurin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg BB sehari. Bersifat nefrotoksik dan
hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat
terjadi kekambuhan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian 11 Pola Gordon:
a.
– Adanya riwayat infeksi sebelumya.
– Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
– Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
– Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
– Hygiene personal yang kurang.
– Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
– Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
– Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
– Jenis makanan yang disukai.
– Napsu makan menurun.
– Muntah-muntah.
– Penurunan berat badan.
– Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
– Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
c. Pola Eliminasi
– Sering berkeringat.
– Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
– Pemenuhan sehari-hari terganggu.
– Kelemahan umum, malaise.
– Toleransi terhadap aktivitas rendah.
– Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
– Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.