Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Definisi
Kista adalah kantong yang berisi cairan seperti balon berisi air dan
dapat tumbuh dimana saja, kista ovarium disebut juga kista neoplastik
merupakan jenis kista ovarium yang mengarah pada penyakit neoplasma,
yaitu penyakit yang mengarah pada keganasan atau cenderung kearah tumor
(Setiati, 2009).
Kista ovarium merupakan keadaan dimana terdapat benjolan yang berisi
cairan, nanah atau jaringan padat pada ovarium atau indung telur, sedangkan
ovarium sendiri merupakan dua buah kelenjar berukuran kecil berada pada
kedua sisi kanan dan kiri uterus, memproduksi hormon untuk fungsi tubuh
dan berisi sel telur yang akan dikeluarkan saat ovulasi (Ricci, 2009).
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling
sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya (Depkes RI, 2011). Jadi,
dapat disimpulkan, kista ovarium adalah jaringan berongga berisi cairan yang
terdapat pada ovarium dan tidak bersifat ganas namun, dapat mengarah ke
penyakit neoplasma.

B. Etiologi
Menurut Setiati (2009) salah satu faktor penyebab timbulnya kista
ovarium adalah terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus,
hipofise, atau indung telur itu sendiri dan timbul dari folikel yang tidak
berfungsi selama siklus menstruasi.
1. Faktor Presipitasi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor herediter, yaitu gen-gen yang berpotensi menjadi gen
onkogen (pemicu kanker)

1
b. Gaya hidup yang tidak sehat
c. Riwayat kista terdahulu
d. Siklus haid tidak teratur
e. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi
(tamoxifen)
f. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
g. Sulit hamil
h. Penderita hipotiroid

C. Manifestasi Klinis
Menurut Nugroho (2010), kebanyakan wanita yang memiliki kista
ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa
orang dapat mengalami gejala ini:
1. Nyeri saat menstruasi
2. Nyeri di perut bagian bawah
3. Nyeri saat berhubungan seksual
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

D. Klasifikasi / Stadium
Menurut Rasjidi dkk (2010), kista ovarium diklasifikasikan berupa kista
non neoplastic dan kista neoplastic jinak, pemeriksaan radiologis dapat
membedakan tipe kista serta tipe keganasan kista, dan penentuan jenis terapi
(operatif / konserfatif). Berikut beberapa jenis kista ovarium (Rasjidi dkk,
2010):
1. Kista Fungsional
Merupakan kista yang muncul akibat pengaruh hormone atau
ketidakseimbangan hormone esterogen dan progresterone, disebut juga
kista fisiologis. Kista dapat berupa kista folikular, kista korpus luteum,
atau kista teka lutein, pada umumnya kista ini ditemukan pada wanita usia

2
subur dan akan hilang setelah 1-2 siklus menstruasi. Berikut adalah jenis
kista fungsional menurut Benson dan Pernoll (2009):
a. Kista Folikel / Folikular
Kista yang berasal dari kegagalan reasorbsi cairan folikel dari yang
tidak berkembang sempurna, merupakan kista paling lazim dijumpai
dalam ovarium normal. Kista folikel biasanya tidak bergejala dan
menghilang dengan spontan dalam waktu <60 hari, jika muncul gejala
biasanya interval antar menstruasi menjadi sangat pendek atau sangat
panjang.
b. Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum adalah kista yang terbentuk pada siklus menstruasi.
Setelah ovulasi, sel-sel granulosa mengalami luteinisasi untuk
membentuk korpus luteum, jika darah meresap masuk ke dalam kavum
selama proses ini yang melibatkan banyak vaskularisasi, terbentuk
korpus hemoragikum yang menyebabkan rasa sakit dan nyeri tekan.
Normalnya, korpus luteum ini akan rusak dan menghilang dengan
sendirinya seiring terjadinya siklus haid. Namun, terkadang terjadi
ketidaknormalan yang menyebabkan lubang pada folikel yang telah
pecah tempat sel telur yang telah keluar dan terbuka ini menutup
kembali dan akhirnya terdapat jaringan-jaringan yang mengumpul
didalamnya hingga akhirnya korpus luteum ini membesar, perbesaran
korpus luteum inilah yang nantinya akan menjadi kista.
c. Kista Teka Lutein
Kista lutein biasanya bilateral, kecil, dan lebih jarang. Kista berisi
cairan kuning dan berhubungan dengan penyakit trofoblastik kehamilan
(misalnya mola hidatidosa, koriokarsinoma), kehamilan ganda atau
dengan penyulit, sindrom stein-leventhal, dan pemberian zat
perangsang ovulasi. Gejala yang timbul seperti rasa penuh dan menekan
pada pelvis, komplikasi jarang terjadi.

3
2. Kista Serosum
Kistadenoma serosum merupakan tumor neoplastic kistik jinak ovarium
yang berasal dari sel epithelial dan mengandung material serous dan
bersifat unilateral. Umumnya dijumpai pada decade keempat atau kelima
pasca menopause, tidak menimbulkan gejala / asimtomatik, namun jika
berukuran besar menimbulkan keluhan dari efek massa. Secara radiologis
sulit dibedakan dengan kista folikular namun, pada pemeriksaan CT Scan
pasca pemberian kontras, kista tidak menyangat kontras sedangkan pada
kista folikular menyangat kontras.
3. Kista Musinosum
Kista musinosum multilokular merupakan tumor neoplastic kistik jinak
ovarium yang berasal dari sel epithelial dan mengandung material mukus /
mukosum serta mempunyai septum-septum yang bervariasi ketebalannya.
Umumnya dijumpai pada decade ketiga sampai kelima dan berukuran
sangat besar sehingga menimbukan gejala nyeri panggul dan demam.
Bersifat unilateral (5% bilateral).
4. Kista Dermoid (Teratoma Matur)
Kista konginetal yang terdiri dua atau tiga struktur germ cell layer yang
telah mengalami diferensiasi sempurna seperti epitel kulit, rambut, gigi,
dan produk sebasea (disebut juga teratoma matur), memiliki ukuran mulai
dari 0,5 cm sampai > 50 cm. Pertambahan ukuran > 2 cm per tahun dan
atau ukuran > 6 cm umumnya merupakan indikasi untuk operasi
dikarenakan memungkinkan mengarah ke keganasan. Pemeriksaan
radiologis dapat membantu menegakkan diagnosa penyakit, terkadang
dapat dijumpai komponen gigi, tulang, atau rambut.
5. Kista Endometrium
Kista yang terbentuk akibat adanya jaringan endometrium diluar kavum
uteri dan myometrium, disebut juga kista coklat (chocolate cyst) karena
kandungan kista berisi cairan darah tua berwarna cokelat. Etiologinya
masih belum diketahui namun, beberapa hipotesis mengarah pada
metastasis jaringan endometrium ke lokasi ektopik akibat regurgitasi darah

4
haid melalui tuba ke rongga pelvis dan metaplasia dari sel-sel ektopik
menjadi sel dan jaringan endometrium. Kista ini lebih sering ditemukan
pada wanita usia 25 – 40 tahun, ukuran kista membesar saat menstruasi,
dan gejala yang paling sering ditemui adalah dismenorea. Pendekatan
diagnostic menggunakan USG dan MRI dengan petunjuk diagnostik,
yaitu:
a. Kista ovarium difus homogeny dengan eko internal.
b. Plak endometriosis pada pelvis dan peritoneum.
c. Perlengketan ovarium dengan organ sekitar.
d. Umumnya bilateral 30% - 50%.

5
E. Pathway
Pathway penyakit kista ovarium menurut Nurafif dan Kusuma (2016)

Ketidakseimbangan dan
kegagalan salah satu
pembentukan hormone
yang mempengaruhi
indung telur

Fungsi ovarium abnormal

Penimbunan folikel yang


Kista Ovarium Kista Ovarium
terbentuk secara tidak
<5cm >5cm
sempurna

Non
Kegagalan folikel Pembedahan
Pembedahan

Perubahan ukuran
kista (membesar) Terbentuk Kista Luka Operasi
Ovarium

Penekanan
abdomen Kurang pengetahuan dan
informasi Diskontinuitas
Jaringan

Nyeri akut
Ansietas
Nyeri akut

Risiko infeksi

Risiko Konstipasi Peristaltik usus


Immobilisasi
melemah

6
F. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium
(Corvin, E.J 2008).

G. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi dari kista ovarium menurut Wiknjosastro
(2007):
1. Perdarahan ke dalam kista
Perdarahan biasanya hanya terjadi sedikit namun berangsur-angsur,
sehingga menyebabkan pembesaran luka dan menimbulkan gejala-gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi, jika perdarahan terjadi dalam jumlah
banyak dapat menimbulkan nyeri perut.
2. Putaran tangkai terjadi pada kista bertangkai dengan diameter 5 cm atau
lebih. Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal sehingga menimbulkan
rasa nyeri.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan yang mengakibatkan munculnya puss.
4. Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
sebagai akibattrauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih
sering padasaat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi
yangtimbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uteruske
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda–tanda abdomen akut.
7
5. Perubahan keganasan Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan.
Adanya asites dalam hal ini mencurigakan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Rasjidi dkk (2010), pemeriksaan penunjang dalam
menegakkan diagnosa penyakit kista ovarium yang akurat adalah dengan
melakukan pemeriksaan radiologi maupun ultrasonografi, yaitu:
1. USG (Ultrasonography)
Pada umumnya pemeriksaan USG sudah cukup untuk menegakkan
diagnosa, berikut gambaran USG pada beberapa kista ovarian berdasarkan
jenisnya:
a. Pada kista fungsional, bila kista mengalami perdarahan, pola retikuler
berupa lace like internal echoes (spider-web-like-content), yaitu
menyerupai septum namun tidak memberikan gambaran vaskularisasi
pada pemeriksaan Doppler. Gambaran bekuan darah yang mengkerut
dengan batas konkaf dan sisa kista tampak anekoik.
b. Pemeriksaan USG pada kista serosum sama dengan pmeriksaan pada
kista fungsional, sedangkan pada kista musinosum, USG transvaginal
dapat memperlihatkan kista multilokular dengan memperlihatkan
septum yang hiperekoik.
c. Untuk kista dermoid, gambaran yang umum dijumpai pada
pemeriksaan USG transvaginal adalah terdapat lesi kistik yang
menonjol ke dalam lumen ovarium yang menunjukkan komponen
tulang, gigi, rambut dan jaringan sebasea, atau gambaran “Dermoid
mesh” yang menggambarkan adanya rambut dalam kavitas kistik
(paling sering ditemui).
d. Pada kista endometrium, diperlihatkan lesi kistik berdinding tebal
dengan eko internal yang homogen. Karena mengandung bekuan
darah, kista tampak seperti massa padat namun tidak menunjukkan
internal flow (yang dapat dicurigai sebagai keganasan).

8
2. CT Scan
CT Scan adalah pemeriksaan pilihan selain menggunakan pemeriksaan
USG, berikut hasil pemeriksaan CT Scan pada kista ovarium berdasarkan
jenisnya:
a. Pada kista fungsional akan didapatkan massa kistik berdinding tipis
yang memberikan penangatan kontras pada dindingnya.
b. Kista serosum, hipodens nonspesifik dan pasca pemberian kontras,
kista tidak menyangat kontras.
c. Untuk kista musinosum, pemeriksaan menunjukkan kista dengan
densitas tinggi karena kandungan mukus, pasca kontras kista tampak
berdinding tipis dengan septum tebal.
d. Diagnostik pasti dapat ditegakkan dengan menemukan fat attenuation
atau jaringan lemak dalam suatu masa kistik dengan atau tanpa
klarifikasi dinding dan dapat ditemukan gigi atau jaringan rambut.
e. Untuk kista endometriosis CT Scan tidak memiliki peran dalam
membantu menegakkan diagnostik.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Berikut pemeriksaan MRI untuk beberapa jenis kista ovarium:
a. Kista fungsional:
1) T1WI: dinding hipointens, cairan hipointens.
2) T2WI: dinding sinyal intermediate, cairan hiperintens.
b. Kista serosum
1) T1WI: cairan hipointens.
2) T2WI: cairan hiperintens, pasca pemberian kontras penonjolan
papiler tampak menyangat kontras.
c. Kista musinosum
1) T1WI: kista multilokular kandungan hipointens.
2) T2WI: kandungan hiperintens, pasca pemberian kontras dinding
dan septum tampak menyangat kontras, tak tampak komponen
padat.
d. Kista dermoid

9
1) T1WI: tampak hiperintens akibat komponen sebasea, bila terdapat
komponen tulang, gigi, atau rambut akan memberikan sinyal
hipointens, tampak saturasi lemak pada fat suppression.
2) T2WI: sinyal komponen sebasea/lemak bervariasi.
e. Kista endometriosis
1) T1WI: menunjukan massa yang multiple yang hiperintens.
2) T2WI: massa sangat hipointens karena kandungan methemoglobin
protein, dan zat besi akibat perdarahan berulang yang merupakan
karakteristik kista endometriosis.

I. Penatalaksanaan Medis
Menurut Yatim (2005), penatalaksanaan medis pada pasien dengan
kistoma ovarii antara lain:
1. Pengobatan tanpa operasi
Pengobatan gejala hormon androgen ini yang tinggi dengan pemberian
obat pil KB (gabungan estrogen dan progesteron) boleh ditambahkan obat
anti androgen progesterone (cyproteron asetat).
2. Pengobatan dengan operasi
Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai beikut:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada
pemeriksan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi.dengan cara
ini, alat dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan
sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis
rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya agak besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kista bisa diperiksa
apakah sudah mengalami keganasan (kanker) atau tidak. Apabila kista
sudah dalam proses keganasan maka dilakukan operasi:
1) Histerektomi Total (Total Hysterectomy)

10
Histerektomi total adalah mengangkat rahim dengan organ
disekitarnya.
2) Histerektomi Radikal (Radial Hysterecomy)
Operasi untuk mengangkat rahim, bagian dari vagina serta area
putih dari ligament dan jaringan sekitar organ-organ ini.
3) Bilateral Salpingo-Oophorectomy
Operasi untuk mengangkat kedua indung telur (ovarium) beserta
saluran telur (tuba falopii).
4) Omentectomy
Omentektomi adalah mengangkat lipatan selaput pembungkus
perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat dalam perut.
Penatalaksanaan prinsip Keperawatan menurut Nurarif dan Kusuma,
(2016), yaitu, pada prinsipnya yang harus dilakukan perawat adalah tindakan
keperawatan seperti melakukan asuhan keperawatan yang holistik dan sesuai
dengan prioritas masalah klien. Untuk kasus seperti ini, yang dilakukan
perawat adalah melakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada klien. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa
dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intra abdomen
yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan
pemakaian gurita abdomen yang ketat.

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

11
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010).
1. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang diambil
penulis yaitu kista ovarium, maka pengkajan ditujukan pada pemeriksaan
ginekologi (Nursalam, 2008). Pengkajian pasien menurut Anggraini
(2010) antara lain:
a. Identitas Pasien
1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umum lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi kista ovarium.
3) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
4) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa dan beribadah.
5) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan keperawatan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat
memberikan edukasi sesuai dengan pendidikannya.

12
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, yang
dapat mempengaruhi status gizi pasien.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah utama yang berkaitan dengan kista ovarium,
misalnya sakit pada perut bagian bawah dan bengkak. Pasien dengan
masalah kista ovarium merasa nyeri pada perut bagian bawah, nyeri
saat haid, sering ingin buang air besar atau kecil dan teraba benjolan
pada daerah perut.
c. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami menstruasi,
jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya
dalam hitungan hari, seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi.
d. Status Pernikahan
Untuk mengetahui status perkawinan, sudah berapa kali menikah, pada
umur berapa menikah, berapa jumlah anak.
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan
nifas yang lalu
f. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
g. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita padasaat ini
yang ada hubungannya dengan kista ovarium.

13
h. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat
mempengaruhi kista ovarium.
i. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menular seperti AIDS, hepatitis, TBC, dan penyakit menurun seperti:
asma, jantung, DM, maupun keturunan kembar.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan.
2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah.
3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan
musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang.
4) Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia.
5) Kehidupan Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungansexsual karena
pada penderita kista ovaraium mengalami nyeri saat berhubungan
seksual.
6) Data Psikologis
Perlu adanya pengkajian psikologis pada saat pasien mengalami
kista pasien merasa cemas, setelah kista ovarium diangkat pasien

14
merasa tenang, bahagia setelah pengangkatan berhasil. Dan perlu
adanya dukungan dari keluarga moral dan spiritual sehingga pasien
lebih tenang.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
oleh tenaga kesehatan.
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek, tingkat
kesadaran pasien dengan penilaian GCS apakah composmentis, apatis,
somnolen, delirium, semi koma dan koma.
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.
c. Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas dan status gizi.
d. Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor resiko kesempitan panggul. Tinggi badan
wanita normal 150 cm.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
- Rambut
Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok dan
berketombe.
- Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
- Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan
sklera warna putih.
- Hidung
Untuk mengetahui adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran sekret.

15
- Telinga
Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen.
- Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada cariesdan
karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau tidak.
2) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, tumor dan
pembesaran JVP.
3) Dada/thorax
Untuk mengetahui mammae ada lesi/tumor atau tidak, serta
ketidaknormalan jantung dan paru-paru.
4) Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati, adakah tumor atau
benjolan, ada nyeri atau tidak, ada luka pascaoperasi atau tidak.
Pada kasus kista ovarium terdapat nyeri perut bagian bawah
(Chyntia, 2009).
5) Ekstremitas
Bagaimana keadaanya odema atau tidak, varices atau tidak, reflek
patella (+) atau (-), adanya kelemahan atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul sesuai dengan pathway
penyakit adalah:
1. Pre Operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status kesehatan)
2. Post Operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko : prosedur infasive
c. Risiko konstipasi dengan faktor risiko obstruksi usus pasca-bedah

16
C. Tujuan dan Intervensi Keperawatan
1. Pra Pembedahan
Tabel 1. Tujuan dan intervensi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis
Diagnosa Tujuan / NOC Intervensi/NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan NIC: Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen selama 3x24 jam secara komprehensif
biologis diharapkan nyeri termasuk lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas dan
NOC: Tingkat Nyeri faktor presipitasi
1. Pasien mampu 2. Ajarkan tentang teknik non
mengenali nyeri farmakologi
(skala, intensitas, NIC: Manajemen Analgesik
frekuensi dan tanda 3. Monitor vital sign
nyeri) 4. Berikan analgesic sesuai
2. Pasien mampu waktu paruh
mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
3. Pasien mampu
melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
4. Menyatakan rasa

17
nyaman setelah nyeri
berkurang

Tabel 2. Tujuan dan intervensi diagnosa ansietas dengan faktor risiko


perubahan besar (status kesehatan)
Diagnosa Tujuan / NOC Intervensi/NIC
Ansietas dengan Setelah dilakukan NIC: Pengurangan Kecemasan
faktor risiko tindakan keperawatan 1. Bantu pasien
perubahan besar selama 3x24 jam mengidentifikasi situasi
(status diharapkan risiko ansietas yang memicu kecemasan
kesehatan) berkurang dengan kriteria 2. Instruksikan pasien
hasil: menggunakan teknik
NOC:Tingkat Kecemasan relaksasi napas dalam
1. Memperlihatkan NIC: Pengajaran: Perioperatif
perasan gelisah sudah 3. Kaji riwayat operasi
berkurang sebelumnya, latar belakang,
2. Memperlihatkan budaya, dan tingkat
wajah dan otot tegang pengetahuan terkait operasi
sudah berkurang 4. Jelakan prosedur persiapan
3. Melaporkan rasa takut preoperasi (jenis anestesi,
dan cemas yang diit yang sesuai,
disampaikan secara pengosongan saluran cerna,
lisan sudah pemeriksaan lab, persiapan
berkurangi area operasi, pakaian
4. Tidak ada operasi, ruang tunggu
peningkatan tekanan keluarga, dll)
darah 5. Diskusikan kemungkinan
nyeri yang akan dialami
6. Monitor vital sign

18
2. Pasca Pembedahan
Tabel 3. Tujuan dan intervensi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik
Diagnosa Tujuan / NOC Intervensi/NIC
Nyeri akut Setelah dilakukan NIC: Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan agen selama 3x24 jam secara komprehensif
cidera fisik diharapkan nyeri termasuk lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas dan
NOC: Tingkat Nyeri faktor presipitasi
1. Pasien mampu 2. Ajarkan tentang teknik non
mengenali nyeri (skala, farmakologi
intensitas, frekuensi NIC: Manajemen Analgesik
dan tanda nyeri) 3. Monitor vital sign
2. Pasien mampu 4. Berikan analgesic sesuai
mengontrol nyeri (tahu waktu paruh
penyebab nyeri,
mampu menggunakan
teknik non farmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
3. Pasien mampu
melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

19
Tabel 4. Tujuan dan risiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko :
prosedur invasive
Diagnosa Tujuan / NOC Intervensi/NIC
Risiko infeksi Setelah dilakukan NIC: Kontrol Infeksi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Periksa daerah sayatan
dengan faktor selama 3x24 jam terhadap kemerahan,
resiko : prosedur diharapkan: bengkak atau tanda-tanda
invasive NOC: Keparahan Infeksi eviserasi
1. Pasien bebas dari 2. Berikan terapi antibiotic
tanda dan infeksi 3. Inspeksi kondisi luka /
2. Menunjukkan insisi bedah
kemampuan untuk 4. Ajarkan pasien dan
mencegah timbulnya keluarga menenai tanda dan
infeksi gejala infeksi
3. Menunjukkan perilaku
hidup sehat

Tabel 5. Tujuan dan intervensi risiko konstipasi dengan faktor risiko obstruksi
usus pasca-bedah
Diagnosa Tujuan / NOC Intervensi/NIC
Risiko Setelah dilakukan NIC: Manajemen Konstipasi
konstipasi tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala
dengan faktor selama 3x24 jam konstipasi
risiko obstruksi diharapkan: 2. Monitor hasil produksi
usus pasca- NOC: Eliminasi Usus pergerakan usus meliputi
bedah 1. Mengindikasikan frekuensi, konsistensi,
suara bising usus bentuk, volume, dan
dalam batas normal warna dengan cara yang
2. Memperlihatkan pola tepat.
eliminasi yang tidak 3. Monitor bising usus
terganggu 4. Instruksikan pasien/

20
3. Melaporkan feses keluarga untuk diet tinggi
lembut dan berbentuk serat dengan cara yang
4. Melaporkan tepat
kemampuan BAB
dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

21
Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Benson, R. C. dan Pernoll M. L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Ed.9.
Jakarta: EGC.
Bulechek Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia: Mocomedia.
Corvin, E. J. 2008. Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC.
Depkes. (2011). Angka kejadian kista ovarium [internet]. Available from:
netLibrary http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/profil-kesehatan-indonesia-2011.pdf
[accesed 23 September 2017]
John Wiley & Sons. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia, Edisi Kelima. Indonesia: Mocomedia.
Nugroho, T. (2010). Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswi Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H. dan Kusuma. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Medication Jogja.
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Setiati, E. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, Kanker Rahim,
Kanker Indung Telur, Kanker Leher Rahim, Kanker Payudara.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Wiknjosastro. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Yatim, F. (2005). Penyakit Kandungan Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/ Leher Rahim, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.

22

Anda mungkin juga menyukai